Kami no Te

Disclaimer: Semua karakter dari anime 'Naruto' dan 'High School DxD' bukan milik saya, saya hanya meminjamnya saja.

Main Cast: Naruto .U.

Summary:

Setelah pertarungannya dengan Sasuke, Naruto akhirnya bertemu Shinigami yang memberinya tangan kanan yang memiliki kekuatan luar biasa serta tugas baru. Apa jadinya jika dirinya dijadikan 'The Brave Saint' oleh Fraksi Malaikat?

Warning: Author Newbie, Abal-abal, Alternative Universe, Typo, Miss Typo, Strong!Naruto, Human!Naruto, and DLDR.

Prolog...

Akhir Pertarungan Dewa Shinobi Muda.

-Lembah Akhir-

Traaang!

Kesembilan ekor dari rubah yang terbuat dari chakra oranye terang itu berusaha menjatuhkan sosok tengu ungu yang melayang menggunakan sepasang sayapnya dengan kedua tangannya yang ditahan oleh bunshin yang diciptakan oleh rubah oranye terang tersebut sebelumnya, tapi sosok tengu tersebut tak merasakan apapun ketika ekor tersebut menghantam bagian atas tubuhnya.

Buuukk!

Kedua tangannya yang ditahan oleh dua rubah serupa ditarik saling mendekat sehingga dua kepala rubah saling bertubrukan dengan keras, lalu pandangannya terarah pada rubah yang sebelumnya menyerangnya. Dari salah satu tangannya dia menciptakan sebuah tongkat yang terbuat dari petir biru yang sangat padat dan bisa memotong apapun karena ketajamannya.

Swing!

Tangan kanan rubah oranye tersebut terpotong dibagian lengan atasnya karena sabetan tongkat petir dari tengu tersebut...

Duuuaaagh!

Alas kaki dari sosok tengu tersebut akhirnya menendang tubuh sang rubah sehingga tubuhnya meluncur menggesek tanah dan menabrak pepohonan yang terkumpul disana, kemudian berhenti saat punggungnya menabrak gunung berukuran sedang.

"Kenapa-?" katanya berusaha untuk bangkit, tapi dia harus rela kembali berbaring di tanah dengan tongkat petir yang menancap di rahang bagian atasnya tembus ke kepala rubah tersebut...

Bummmmzzt!

Rubah yang lain berusaha untuk menahan tongkat tersebut agar kejadian yang sama tak terulang kembali, kedua tangan yang menahan tongkat tersebut langsung mendorong benda tersebut agar menjauh dari dirinya. Terlihat sosok remaja kuning bersurai pirang bertanduk, memakai jaket berwarna kuning dengan bagian dalam berwarna hitam yang tersambung ke celana dan membentuk pola, di belakangnya terdapat 3 bola hitam kecil.

Dia sedikit melirikan kepalanya ke belakang, tapi itu tak bertahan lama. Dirinya yang mengendalikan rubah oranye tersebut sudah melesat membantu dua rubah lain serupa dengannya melawan sosok tengu ungu yang dikendalikan juga oleh orang yang memiliki kekuatan setara dengannya.

Ketiga rubah dan sosok tengu tersebut sama-sama memiliki kelincahan yang tak bisa ditandingi oleh siapapun, hanya Rikudou Sennin sajalah yang mampu melawan mereka berdua. tapi, Rikudou Sennin sudah menghilang semenjak kedua remaja itu memulai pertarungan mereka.

Duuuaar! Duuuaaar!

Dua Bijuudama berdaya ledak tinggi mampu dihalau oleh tongkat petir yang ada di tangan tengu yang masih menahan dan menghindari serangan yang terus dilancarkan oleh ketiga rubah serupa agar dirinya bisa jatuh dan dapat dikalahkan dengan mudah.

Akhirnya pertarungan tersebut berlanjut menuju bagian tertinggi dari langit hingga menembus awan putih yang menyelimuti atmosfir yang membawa warna biru pada langit, kilatan petir berwarna biru sesekali terlihat seiring pertarungan mereka yang semakin brutal dan menimbulkan dampak buruk bagi alam yang ada di sekitar mereka.

Ketiga rubah serupa itu akhirnya kembali berkumpul lalu membuka mulut mereka lebar-lebar seperti ingin mengeluarkan sesuatu dari dalamnya...

Shiiiinngg!

Ketiga rubah itu memutuskan untuk membuat kembali bola berwarna ungu gelap yang membuat orang awam berpikir jika bola tersebut memiliki kekuatan yang sangat dasyat hanya dengan melihat warnanya saja, sementara disisi lain sosok tengu itu juga sudah membuat tiga panah dengan tongkat petirnya tadi.

Shuuuut! Shuuuut!

Ketiga bola ungu hitam dan ketiga panah tadi sudah dilesatkan oleh masing-masing...

Buuft!

Ketiga panah berkecepatan tinggi itu akhirnya menembus Bijuudama yang konon katanya memiliki kepadatan yang sangat rapat sehingga tak ada seorang pun yang bisa menahannya bahkan menembusnya, baru sekarang dalam sejarah Bijuudama tersebut bisa ditembus oleh panah petir dari sosok tengu yang berkekuatan superior tersebut.

Bluuummmmzz!

Ledakan terjadi sehingga kubah berbentuk bola besar berwarna biru dengan petir menyambar-nyambar disetiap sisinya, sepertinya ledakan itu bisa menghancurkan sebuah negara hanya dengan sekali serang. Pertarungan antara rival sekaligus sahabat ini mulai berubah menjadi ajang saling bunuh membunuh.

"Kau hanya memiliki sedikit chakra para Bijuu, kau tak akan bisa mengalahkanku," ucap pemuda bersurai raven dengan salah satu mata kirinya berwarna ungu berpola riak air dihiasi tomoe di setiap lingkarannya, pakaian abu-abunya sudah lusuh karena pertarungan tersebut disertai kain berwarna ungu menutupi celana panjang hitam miliknya. Dia hanya menyeringai melihat jika rubah-rubah itu sudah kehilangan beberapa anggota tubuhnya.

"Sekarang, rasakan ini!" sahutnya dengan rambut raven bermodel chiken butt itu bergerak liar karena tekanan angin yang lawan gravitasi.

Tangan sosok tengu tersebut memvertikalkan tongkat petir tersebut lalu menariknya dengan tangan yang lain seperti menarik busur panah, petir biru yang menyambar-nyambar itu membentuk garis lurus lumayan panjang dengan ujungnya yang tajam lebih seperti anak panah berukuran besar.

Sinar matahari seolah terkalahkan oleh sinar dari anak panah yang terbuat dari petir dengan aliran rambatannya yang sangat luas, sasarannya adalah ketiga rubah serupa dengan anggota badan yang menghilang akibat serangan sebelumnya lebih tepatnya pemuda berambut pirang yang ada di dalamnya.

"Apa masih belum?! Kurama!" sahut pemuda itu sambil mengarahkan pandangannya ke bawah.

Di tempat lain tepatnya di balik asap yang mengepul, sosok rubah oranye sedang menyatukan kedua telapak tangannya dengan kesembilan ekornya yang menantang gravitasi, posisi bersilanya seperti orang yang sedang bertapa "Sepertinya aku berlebihan mengumpulkannya..." suara nan berat dan menyeramkan bagi manusia itu menjawab pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan pemuda berambut pirang yang terbang diatas awan.

"Semua yang ada sudah kukumpulkan, ambilah ini!"

Booft!

Rubah tersebut akhirnya menghilangkan dirinya bermaksud ingin mengirimkan chakra alam yang sudah dikumpulkannya beberapa menit yang lalu, pijaran berwarna biru yang tak kasat mata meluncur menuju langit dimana pemuda yang memintanya sudah menunggu disana.

"Ini dia!" gumam pelan pemuda tersebut sambil menahan semua chakra yang masuk ke dalam tubuhnya, chakra alam itu membantunya untuk mengembalikan chakra yang sebelumnya ia pakai untuk bertarung melawan rivalnya sendiri. Ketiga rubah serupa itu akhirnya menyatu menjadi satu tubuh...

"Aku bisa merasakannya," gumam pemuda yang berada di dalam sosok tengu yang menahan serangannya sambil melihat kearah ketiga rubah yang saling menyatu tersebut "Bagaimana bisa dia mendapatkan chakra alam sebanyak ini dalam waktu yang singkat?" gumamnya kembali saat merasakan energi asing yang mengelilingi rubah tersebut.

Tiga pasang tangan akhirnya muncul seiring dengan energi yang masuk tadi ke dalam tubuh rubah tersebut, tiga pasang tangan tersebut terentang keatas seperti ingin menahan sesuatu. Tercipta tiga wajah dengan salah satu wajahnya menghadap ke depan, dengusan pelan dari rubah tersebut membuat asap mengepul dari dalam mulut dan hidungnya.

"Ayo kita mulai!" sahut rubah tersebut dengan nada berat.

"Ya!" pemuda kuning tersebut menjawab sahutan dari rubah yang dikendalikan olehnya kemudian kedua tangan pemuda tersebut merentang di kedua sisinya dan memusatkan kekuatan tiga tangan rubah tersebut.

Shiiingg! Shiiing!

Desingan suara yang menyerupai mesin jet yang mampu memekakan alat pendengaran manusia seiring dengan terbuatnya dua buah bola chakra berwarna emas dan hitam keunguan, dikelilingi dengan empat sisi tajam yang berputar dengan bola chakra tersebut menjadi pusatnya.

Pemuda yang ada di dalam sosok tengu tersebut hanya menyeringai melihat apa yang dilakukan oleh sahabatnya yang membuat jutsu tingkat tinggi "Akhirnya kau memutuskan untuk membunuhku, ya?" ucapnya dengan nada sakratis dan dingin.

Naruto –pemuda kuning tersebut- menghentikan rentangan tangannya sambil menundukan kepalanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Sasuke –pemuda yang berada di dalam sosok tengu tersebut- "Sudah banyak tanggung jawab yang kita bawa," gumamnya sambil membayangkan dirinya dan rivalnya itu melakukan Shinobi Kumite saat mereka berdua berada di Akademi ninja dan kemenangan milik Sasuke.

"Tapi...," Naruto menggantungkan kata-katanya sambil masih menundukan pandangannya "...Aku..."

Dia teringat dengan kata-kata yang diucapkan oleh Sasuke tiga tahun yang lalu saat Ujian Kenaikan Tingkat menjadi Chunin memasuki tahap semi-final "Aku juga ingin bertarung denganmu," kata-kata itulah yang membuatnya serasa terbang ke masa lalunya saat tim 7 masih lengkap.

"Aku ingin bertarung dan melawanmu dengan cara yang adil!" teriaknya dengan mata horizontal dan vertikal yang saling menyatu satu sama lain, tatapannya pada Sasuke seolah dia tak akan pernah mundur walaupun ini adalah pertarungan terakhirnya, setidaknya dia bisa bertarung habis-habisan dengan Sasuke.

"Tapi...," lanjutnya "...tidak dengan dirimu yang sekarang ini!" teriaknya lagi agar lawan bicaranya bisa mendengarkan apa yang dikatakan olehnya.

"Kau sendiri juga tahu 'kan, Sasuke?!" kedua Rasenshuriken yang berbeda warna itu akhirnya dilemparkan oleh rubah tersebut dari ketiga pasang tangannya, seolah mengerti Rasenshuriken itu melesat dengan cepatnya kearah sasaran yang tuannya kehendaki.

Sasuke juga sudah melesatkan panah petirnya kearah Naruto, suara gemuruh petir dan suara desingan setara jet itu akhirnya memenuhi langit yang menjadi saksi bisu pertarungan antara dua reinkarnasi dari anak Hagomoro Ootsutsuki.

'Pertarunganku melawanmu kali ini, akan menjadi pertarungan terakhirku,' batinnya sambil menatap panah petirnya yang sudah melesat jauh meninggalkan busurnya 'Indra no Ya, jutsu terkuat yang kukeluarkan saat ini,' lanjutnya dalam hati.

Kedua jutsu tingkat atas itu perlahan-lahan mengikis jarak mereka sehingga keduanya siap untuk bertemu satu sama lain menjanjikan kehancuran bagi lawan mereka...

Shuuupp!

Ledakan besar terjadi diantara tempat Naruto dan Sasuke terbang, mereka berdua memilih untuk menutupi pandangan mereka dengan tangan masing-masing daripada melarikan diri untuk menyelamatkan dirinya. Karena mereka tahu, seorang shinobi sejati tak akan pernah mundur seberapa bahayanya keadaan yang mereka hadapi.

"Mati kau...," kata Sasuke sambil berusaha menutupi pandangannya "...sekarang juga!" lanjutnya dengan berteriak sekeras mungkin.

Tepat diatas langit Lembah Akhir bola berwarna merah terbentuk lalu digantikan dengan warna ungu gelap lalu terakhir digantikan kembali dengan warna biru langit dan akhirnya...

Buaaar! Blaaaar! Zrrrt! Bummm!

Bola itu meledak diiringi dengan petir besar yang menyambar-nyambar tanah tanpa kata ampun sama sekali, air danau yang sebelumnya tenang sudah bergerak dengan liar menyerbu menuju dataran rendah melalui air terjun yang tak bisa menampungnya sama sekali.

Kedua kepala patung tersebut akhirnya goyah dan terlepas dari kedudukannya sehingga kenang-kenangan dari kedua Dewa Shinobi itu akhirnya rusak dengan parah karena ledakan tingkat tinggi...

Semua tempat disekelilingnya tak luput dari sambaran petir dari ledakan tersebut bahkan gunung yang berdiri megahnya di permukaan bumi terkikis habis karena daya ledak yang melebihi bom atom tersebut, setidaknya hanya benda-benda mati saja yang terkena dampak ledakan tersebut.

Bahkan tekanan angin akibat ledakan tersebut sampai ke tempat medan Perang Dunia Shinobi Ke-4 terjadi, kantung-kantung seperti kepompong itu mengiktui kemana angin tersebut berhembus walaupun tak sampai putus, kepompong tersebut berisi shinobi yang mengikuti perang ini.

Diatas langit terciptalah angin berbentuk pusaran dengan petir yang masih berkilat-kilat akibat ledakan kedua jutsu tingkat atas tersebut, bahkan pertarungan sebelum-sebelumnya tak pernah menyebabkan anomali-anomali alam seperti ini. Ini lebih dari kata mengerikan daripada indah...

Asap-asap hitam membumbung tinggi yang berasal dari hutan-hutan yang terbakar karena tersambar petir tadi, kawah yang sangat besar membuat air danau di Lembah Akhir menjadi surut sesurut-surutnya. Yang ada hanya pepohonan yang terbakar karena ulah kedua pemuda tersebut.

Lembah Akhir menjadi porak poranda setelah ledakan tersebut terjadi, serpihan patung Hashirama dan Madara tersebar bahkan hancur, hutan disekeliling tempat tersebut menjadi gersang dan penuh dengan asap akibat terbakarnya pepohonan. Pertarungan ini sudah berada di luar batas kewajaran.

Dari ujung awan yang berbentuk pusaran itu terlihat dua orang pemuda yang menjadi penyebab semua kerusakan ini perlahan mulai muncul dan jatuh dengan bagian kepala terlebih dahulu dengan aura masing-masing yang perlahan-lahan mulai pudar seiring jarak mereka dengan tanah semakin mengikis.

Brukkk! Braaak!

Tubuh mereka akhirnya menghantam tanah dengan keras dibagian pinggiran sungai kecil dengan air yang mengalir sedikit demi sedikit, kepala patung Hashirama dan Madara sudah rusak karena hantaman air danau diatas air terjun.

Keadaan mereka sangat mengenaskan, pakaian mereka sudah sangat lusuh diakibatkan ledakan sebelumnya. Mereka berdua saling beradu pandangan satu sama lain, napas mereka sudah tersendat-sendat karena stamina mereka terkuras habis-habisan. Mereka tahu bahwa mereka tak akan mendapatkan apa-apa dari pertarungan ini, tapi ego dan mempertahankan diri mereka yang sedang bekerja sekarang.

'Sial! Kau masih...,' batin Sasuke sambil berusaha membangunkan tubuhnya, pandangannya tertuju pada Naruto yang berlutut lalu membentuk sebuah segel tangan yang sangat sering digunakannya.

"Naruto! Kalau saja energi alamku tidak sampai kepadamu tepat waktu, kau pasti sudah mati sekarang!" ucap Kurama dalam mindscape milik Naruto, dia sangat khawatir dengan Jinchuurikinya itu. "Dan chakramu sudah lama terkuras untuk-."

"Amaterasu!" Mata sebelah kiri Sasuke langsung mengeluarkan darah setelah mengucapkan jutsu dari kemampuan mata Rinnegan Chaku Tomoe miliknya.

Tiba-tiba saja api hitam bergerak sangat cepat kearah Naruto membuat dirinya harus menghalangi tubuhnya dengan salah satu tangannya, tapi naas tangan tersebut malah terkena api hitam yang sangat melegenda tersebut. Konon katanya, api tersebut tak akan pernah padam sebelum apa yang ditergetkan oleh pemilik mereka musnah.

Sasuke kaget ketika api hitamnya tidak langsung menyebar ke seluruh tubuh Naruto dan hanya membakar bagian tangan kanannya 'Hanya pengalihan saja, ya?' tebaknya saat melihat tangan kanan Naruto sudah diselimuti chakra merah sehingga api hitam itu tak membakar seluruh tubuhnya.

'Aku tak bisa mengalahkannya hanya dengan ini, aku butuh para Bijuu,' batinnya sambil menangkupkan kedua telapak tangannya.

Deg!

"Argh!" Sasuke langsung menutupi mata sebelah kirinya saat merasakan jika matanya tersebut malah mendapatkan masalah 'Chakra yang kugunakan terlalu banyak, aku tak bisa mengontrolnya. Kalau seperti ini, aku tak bisa menggunakan kemampuan mata kiriku,' batin Sasuke sambil menahan rasa sakit di bagian mata kirinya.

Clak!

Suara cipakan air menyadarkannya, pandangannya kembali terarah ke depan –dimana Naruto sudah berlari kearahnya dengan tangan kanan yang sudah terkepal bersiap untuk memukulnya...

Boooft! Buaaaaggh!

Sasuke langsung terpelanting ke belakang saat sebuah telapak kaki sudah bersarang di dagunya... Itu ulah bunshin milik Naruto...

Boooft! Buaaaaggh!

Boooft! Buaaaaggh!

Tendangan bersarang di punggungnya membuat tubuhnya melayang keatas lalu tendangan beruntun kembali bersarang dibagian perutnya tubuhnya kembali harus terangkat keatas, dia tak bisa menahan serangan tersebut karena efek dari Rinnegan masih terasa di mata kirinya.

Shiiing!

Mata Sharinngan di kelopak mata kanannya berkilat tajam saat Naruto kembali melakukan serangan kombonya, tangan kanannya sudah bersiap untuk memukul Naruto sebisa mungkin...

Buuuaaghh!

Keduanya terkena pukulan tepat di wajah mereka sehingga mereka berdua jatuh dengan arah yang berbeda...

Ketiga bunshin Naruto langsung menyerbu kearah Sasuke yang berguling di tanah tanpa mengetahui jika dia sudah mengeluarkan tiga shuriken yang dialiri aliran listrik untuk menambah efek serangannya...

Sasuke akhirnya melemparknan shuriken tersebut dan mengenai ketiga bunshin tersebut dan efek dari shuriken tersebut sangat terasa pada tubuh masing-masing bunshin tersebut, tubuhnya terasa tersengat listrik yang berdaya beberapa volt yang membuat gerakan tubuh mereka terasa kaku untuk digerakan.

Boooft! Boooft! Shheeeb!

Chidori milik Sasuke menembus dua tubuh bunshin Naruto sebelum yang terakhir menahan pergerakan tangannya walaupun bagian dadanya sudah tertembus oleh tangan Sasuke, pemuda raven tersebut merasakan firasat yang sangat tidak enak...

Buaaakkh! Boooft!

Pukulan telak di kepalanya membuat tubuh Sasuke harus kembali menghantam tanah sebelum akhirnya dia menahan tubuhnya agar terus seimbang, Naruto sudah kembali memusatkan chakranya dan membentuk bola berwarna biru yang seukuran dengan bola kasti.

Melihat apa yang dilakukan oleh Naruto, Sasuke berusaha untuk menyerbunya kembali dengan Chidorinya tadi sialnya aliran petirnya malah terhenti. Stamina dan chakranya memang sudah terkuras habis untuk mengeluarkan jutsu terkuatnya pada Naruto, dan efeknya baru terasa sekarang.

"Haaa!" Naruto berteriak dengan tangan kanannya yang masih menahan jutsunya untuk menyerang kearah Sasuke...

Bruukkk!

Sayangnya, kaki Naruto malah tersandung sesuatu sehingga dirinya terjerembab ke tanah dan membuat rasengan yang ada di tangan kanannya mengenai tanah sehingga menciptakan kawah kecil di tanah tersebut.

Buuuaaghh!

Tendangan keras bersarang di kepalanya, tubuhnya langsung terlentang menerima tendangan keras tersebut. Dia menatap kearah Sasuke yang sudah menindihnya bagian perutnya, salah satu tangannya meraih wajah Sasuke agar tubuh tersebut menjauh dari dirinya.

Buuuaaghh! Buuuaaghh! Buuuaaghh! Buuuaaghh! Buuuaaghh!

Pukulan demi pukulan menghujam wajah Naruto tanpa ampun sama sekali, dari awal Sasuke memang ingin membunuh Naruto dan memutuskan ikatan mereka. Semakin lama pukulan Sasuke semakin melemah, hujaman-hujaman itu semakin melemah.

Keadaan Naruto yang sudah tak bisa dibilang baik itu masih mampu menggerakan kepalanya walaupun terasa sakit karena pukulan keras dari Sasuke, pemuda raven itu bersiap melayangkan pukulannya kembali tapi kerah bajunya sudah diraih oleh Naruto...

Grep! Buuuaaghh!

Sasuke terasa sangat pusing saat kepala kuning itu menghantam kepalanya dengan keras disusul dengan tendangan keras di dadanya membuatnya menjauh dari atas tubuh Naruto, sementara Naruto sendiri sudah sangat lemas hanya untuk bergerak saja.

"Kau masih saja...," gumam Sasuke sambil bangkit berdiri dan berlari kearah Naruto yang juga sudah berdiri dengan raut wajah yang sangat lemas "Sudah cukup, menyerahlah!" Sasuke pun berlari sekencang-kencangnya kearah Naruto walaupun sedikit limbung.

Tanpa berkata apapun Naruto langsung berlari kearah Sasuke juga dengan cepat walaupun tubuhnya beberapa kali akan terjatuh, tapi dia sudah berjanji akan menyelesaikan perseteruan antara mereka berdua...

"Naruto!" "Sasuke!"

Pukulan dan tendangan saling mengenai anggota tubuh masing-masing, mereka berusaha sekeras mungkin untuk menjatuhkan lawan mereka. Darah seperti air liur keluar dari mulut mereka dengan mudahnya menandakan jika pukulan dan serangan tersebut membuat organ bagian dalam tubuh mereka terganggu.

Miris? Tentu saja, siapapun pasti akan menangis jika melihat pertarungan mereka. Tenaga terkuras habis, chakra tak bisa mereka pakai, bahkan tubuh mereka sudah tak bisa menerima hantaman keras kembali. Mereka tak mau mengalah satu sama lain, yang satu ingin membunuh dan yang satu ingin menyelesaikan penderitaan yang dialami temannya.

Mereka memang rival dan sahabat abadi...

-0-0-0-

Sang surya sudah bergulir menuju barat menandakan jika senja hari akan segera berakhir, burung-burung kembali menuju sarang mereka yang kemungkinan hancur saat ledakan besar itu terjadi. Warna jingga di langit sudah menyebar ke setiap penjuru cakrawala menandakan malam akan datang.

Tapi kita lihat di Lembah Akhir tempat Naruto dan Sasuke bertarung, mereka berdua masih saling serang satu sama lain walaupun tubuh mereka sangat lemas. Tak ada yang mau menghentikan mereka dan mereka tak akan berhenti walaupun pagi kembali menyingsing.

Keadaan mereka sangat mengenaskan sekali, luka lebam menghiasi wajah mereka. Napas berat mereka tersendat-sendat diiringi dengan pacuan jantung yang sudah meninggi semenjak pertarungan dimulai...

Tuk!

Pukulan Sasuke pada perut Naruto dan pukulan Naruto pada dahi Naruto terhenti saat merasakan tubuh mereka memang memerlukan istirahat setelah mengalami pertarungan panjang, keduanya langsung ambruk dengan posisi berlutut. Keduanya saling bertukar pandangan, raut kelelahan sangat terlihat jelas di wajah mereka.

Ikat kepala milik Naruto sudah terlepas dari dahinya dan jatuh pada genangan air yang ada di bawahnya, mereka tak bisa melakukan apapun selain hanya berdiam diri bak patung tanpa kepala yang ada di Lembah Akhir tersebut.

"Bertahanlah! Memang tak banyak, tapi aku sudah memberikan sedikit chakra-!" telepati Kurama pada Naruto akhirnya terhenti saat merasakan sesuatu yang aneh diluar tubuh inangnya.

Naruto terkejut saat melihat kearah kepalan tangan Sasuke yang ada di perutnya, gumpalan chakra berwarna merah disedot oleh Sasuke menggunakan salah satu kemampuan Rinnegan miliknya. Chakra yang diambil oleh pengguna Rinnegan yang sudah kekurangan chakra, bisa digunakan oleh sang pengguna untuk menyerang balik lawannya.

Pemuda pirang tersebut langsung melemas sebab chakra yang diberikan oleh Kurama sudah disedot habis oleh Sasuke, padahal itu adalah kesempatan satu-satunya untuk mengakhiri pertarungan ini. Tapi, dia tak akan membiarkan Sasuke menggunakan chakra itu untuk membunuhnya.

"Ini adalah salah satu kemampuan Rinnegan. Sebagai seseorang yang mempunyai mata klan Uchiha, mataku tak terelakan," ucap Sasuke sambil memandang Naruto yang sudah bersujud kelelahan dengan tumpuan kedua telapak tangan dan lututnya.

"Sekarang...," Sasuke memegangi tangan kirinya dan bersiap untuk menyerang Naruto dengan jutsu andalannya, aliran listrik sudah menghiasi tangan kanan Sasuke "Sekarang, akhirnya aku bisa sendirian!" suara listrik yang mirip dengan cicitan burung yang memekakan telinga tercipta di tangan kirinya.

"Selamat tinggal...," dia menggantungkan ucapannya lalu mengaktifkan kembali mata Sharingan miliknya "Satu-satunya... temanku!" tangan kirinya sudah bergerak kearah tubuh Naruto yang masih membungkuk di genangan air yang ada dibawahnya.

Naruto hanya diam saja mendengarkan semua perkataan Sasuke, pandangannya terarah pada besi pelindung ikat kepala dimana terdapat lambang pusaran daun yang menandakan jika Naruto adalah Shinobi dari Konoha, kilatan petir tersebut membuat bayangan dirinya sendiri di besi pelindung ikat kepala tersebut.

Kepalanya terangkat menatap kearah Sasuke yang akan membunuhnya, pemuda pirang tersebut menatap mata Sasuke dengan lekat tak memperdulikan jika tangan kiri pemuda raven tersebut sudah siap untuk membolongi batok kepalanya.

Deg!

Mata kanan Sasuke sudah kembali berubah seperti biasa setelah berpandangan sangat lekat dengan Naruto, dia tak mengira jika tatapan Naruto tak akan berpengaruh padanya sehingga tangan kirinya meleset dari perkiraan sebelumnya. Dia tak menyadari jika Naruto sudah menyiapkan kepalan tinju yang diselimuti chakra itu sudah mengarah dagunya.

Buuuaaghh!

Tubuh pemuda raven itu langsung melayang akibat dari pukulan tangan kiri Naruto yang sangat kuat tersebut menyebabkan tebing yang ada di belakangnya hancur dan menciptakan kawah berukuran sedang di sisi horinzontal tebing tersebut...

Naruto kembali berlutut dengan salah satu tangan menumpu pada lututnya, butuh tenaga ekstra untuk melakukan pukulan seperti tadi. Setidaknya kematian tak akan menjeputnya sekarang sebelum dirinya mengalahkan satu-satunya klan Uchiha yang tersisa tersebut.

"Pukulan yang bagus! Kau sudah sadar jika kekuatan matanya melemah!" puji Kurama mengingat kepintaran Naruto yang memanfaatkan kelemahan mata Sharingan Sasuke untuk menyerangnya balik.

Naruto mengambil ikat kepalanya lalu menimpannya di saku celana panjang oranye-nya, ikat kepala ini memang merupakan kebanggaan baginya menjadi Shinobi dari Konohagakure. Terlebih lagi ikat kepala itu menyimpan beberapa kenangan baginya, walaupun dirinya masih berada di tingkat Chunin tapi hebatnya dia bisa menjadi pahlawan perang.

Pandangannya kembali terarah pada kawah yang dihiasi asap debu yang mengepul, perlahan-lahan asap tersebut sudah menghilang. Dia yakin jika Sasuke tak akan kalah dengan mudah karena pukulannya tadi, sepertinya apa yang dia yakini terbukti memang benar adanya.

"Lagi-lagi! Lagi-lagi! Lagi-lagi! Lagi-lagi! Lagi-lagi!" dengan berturut-turut Sasuke mengatakan kata yang sama sambil melampiaskan kekesalannya dengan memukuli tembok tebing tersebut dengan raut wajah penuh emosi dan kekesalan dengan apa yang dilakukan oleh Naruto.

"Menyerahlah dan biarkan aku mengalahkanmu!" teriakan Sasuke menggema di tempat tersebut.

"Aku tak bisa...," jawab Naruto lalu menatap kearah Sasuke dengan senyuman tipis menghiasi bibirnya yang sudah lebam "...karena aku satu-satunya temanmu," ucapnya dengan nada yakin sekali, meskipun Sasuke ingin membunuhnya tapi Naruto akan terus membuat Sasuke sadar jika apa yang dipilihnya memang salah.

Sasuke menarik napasnya dalam-dalam bersamaan dengan kelopak matanya yang terpejam berusaha untuk tidak mengindahkan apa yang dikatakan oleh sahabat pirangnya, beriringan dengan hembusan napasnya terciptalah aliran listrik di tangan kirinya yang ia campur sendiri dengan api amaterasu.

"Sudah kuduga, dia menggunakan chakra yang aku berikan padamu sebelumnya dan menjadikannya seperti chakra miliknya sendiri lalu mengendalikannya," gumam Kurama sambil melihat Chidori yang ada di tangan kiri Sasuke yang dicampur dengan api amaterasu.

"Dia ingin mengakhiri pertempuran ini dengan satu serangan terakhir."

"Dengarkan aku, aku akan memberikan chakraku yang tersisa padamu. Setelah aku melakukannya, aku akan tertidur. Jangan melepaskan jutsumu sampai detik terakhir, agar dia tak bisa menyerap chakra darimu," jelas Kurama yang saling bertukar pandangan dengan inangnya.

"Yah, lagipula dia belum bisa menggunakan Rinnegan yang baru dibangkitkan itu, untuk menyerap chakra dan mengeluarkan jutsunya sendiri secara bersamaan..." Kurama langsung menghentikan perkataannya saat melihat pemuda pirang itu malah mengepalkan tinju kearahnya dengan senyum tipis tersemat di bibirnya.

Dia tahu apa yang dimaksud oleh Naruto, senyum ala rubahnya semakin berkembang di bibirnya dengan menyerahkan salah satu tangannya yang terkepal kearah kepalan tangan Naruto...

Tep!

Kedua kepalan tangan tersebut akhirnya bertemu satu sama lain, entah kenapa Kurama merasakan jika yang Naruto lakukan ini adalah sebuah salam terakhir untuknya. Tapi dia menepis semua perasaan tak enak tersebut, dia sendiri yakin jika anak yang diramalkan oleh Rikodou Sennin ini bisa selamat dari pertarungan ini.

Sang reinkarnasi Ashura itu langsung memutuskan untuk menjauhi Kurama yang masih mengepalkan tangan kearahnya, setiap langkah kaki yang dijejakannya mengantarkan sebuah keyakinan jika dirinya bisa menyadarkan sahabat sekaligus orang terdekatnya ini dari jurang yang bernama kegelapan dan mengubah pandangannya terhadap Hokage.

Kurama hanya menatap Naruto dengan penuh rasa bangga, dirinya sendiri tak akan pernah mengira jika Naruto adalah Jinchuuriki berbeda dari Jinchuuriki sebelumnya. Kepercayaan diri yang tertancap kokoh di dalam hatinya yaitu ingin menghilangkan semua kebencian di dunia ini bahkan dalam diri para Bijuu sekalipun yang membuat Naruto sangat berbeda dengan yang lainnya.

Dia masih mengingat percakapan dirinya yang lain dengan Naruto saat pemuda pirang itu bersikukuh untuk memasuki medan peperangan, kala itu rasa kebenciannya terhadap manusia memang masih tinggi. Tapi, setelah melihat perjuangan Naruto yang berusaha membebaskan para Bijuu dari orang yang bernama Tobi atau Obito Uchiha membuat ingatan bersama Sang Penciptanya muncul kepermukaan.

Sekaranglah waktu untuk dirinya menebus semua kesalahannya pada Naruto, karenanya dia tak memiliki orang tua, karenanya dia tak memiliki masa kecil yang bahagia seperti yang lainnya, karena dirinya Naruto selalu berada di dalam posisi berbahaya, dan karenanya pula dia harus memikul beban penderitaannya sendirian.

'Sekarang, pergilah. Hanya kau satu-satunya harapan bagi kami,' batin Kurama sambil menutup kedua matanya dengan perlahan 'Karena itu Sasuke...' dia tak bisa melanjutkan perkataannya karena sudah saatnya dia tertidur untuk waktu yang lama.

Naruto dan Sasuke saling bertukar pandangan dengan sangat lekat tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya, mereka memang sudah seharusnya mengakhiri semua ini. Hanya melodi kematian yang disediakan oleh jutsu Sasuke dan alunan angin yang berhembus membuat surai-surai rambut mereka berterbanganlah yang terdengar di tempat yang sudah porak poranda tersebut.

Clap!

Daun hangus nan kering tersebut akhirnya menapakan dirinya pada genangan air yang dipijak Naruto...

Swuuush! Swuuush!

Mereka berdua akhirnya menerjang lawan mereka masing-masing dengan tenaga mereka yang tersisa...

Naruto mulai mengadahkan telapak tangan kanannya berusaha untuk memunculkan jutsu andalah miliknya untuk serangan terakhir ini...

'Dengan kepercayaan dari Ero-sennin, kedua orang tuaku, Rookie 11, Aliansi Shinobi, Iruka-sensei dan Kakashi-sensei. Terutama janjiku pada Sakura-chan...,' batin Naruto sambil memejamkan matanya seperti merasakan jika semua orang yang mempercayainya memberikan kekuatan pada dirinya.

Bola Rasengan itu akhirnya terbentuk dengan sempurna, dengan begitu kejadian tiga tahun yang lalu akan terulang kembali di tempat yang sama...

Jarak antara mereka berdua semakin lama semakin menipis...

"Haaaaaa!"

"Haaaaaa!"

Geraman keras yang keluar dari mulut yang berbeda menggema di Lembah Akhir yang menjadi saksi bisu serangan terakhir mereka berdua, diiringi dengan dorongan keras di masing-masing tangan mereka mengantarkan jutsu terakhir itu untuk saling beradu satu sama lain.

Shiiinnneee! Duuuummmm!

Kedua jutsu mereka kembali membuat bola cahaya yang semakin lama semakin membesar, semua yang ada di sekitarnya seolah dilahap oleh cahaya dekstruktif tersebut. Semuanya tak luput dari hantaman bola cahaya yang semakin membesar dan terus membesar, mengangkat dan mengikis tanah tanpa sisa sama sekali.

Inilah akhir dari pertarungan kedua Pahlawan Perang Besar Dunia Shinobi Ke-4...

Inilah akhir dari semuanya...

Inilah akhir dari persetruan...

Uzumaki Naruto dan Sasuke Uchiha...

[To Be Continued]