Disclaimer : Naruto dan seluruh cast nya milik Masashi Kishimoto. Tulisan ini dibuat hanya untuk menghibur dan merupakan ungkapan seorang fans saja. Kesamaan dalam bentuk apapun yang ada dalam cerita ini hanya kebetulan semata.
Story oleh melodynath.
"Aku hampir mati karena khawatir…. Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Shikamaru panik. Ia bahkan sampai izin kerja setengah hari agar dapat datang ke kediaman Namikaze. Shikamaru selalu takut, takut akan semuanya yang berkaitan dengan Naruto. Bagi Shikamaru, Naruto adalah semuanya, semuanya.
"Aku juga hampir mati karena ketakutan akan nasibku... aku pikir aku akan tamat" kata Naruto yang duduk di ranjangnya sambil menatap Shikamaru yang duduk di sofa kamar miliknya. "Disana ada orang yang sangat menyeramkan, mereka menodongkan senjata padaku dan mengikat tubuhku dengan tali. Mereka pikir aku ini hewan yang akan disembelih, apa?"
"Apa kau terluka?" tanya Shikamaru lagi. Ia berjalan mendekati Naruto, tangannya mengelus lembut rambut pirang Naruto.
"Tidak. Tapi si bajingan itu berani menciumku. Dia berani-berani menyentuhku" jawab Naruto dengan tatapan marah saat mengingat pria yang berani menenempelkan bibirnya pada bibir Naruto. Bagi Naruto, apa yang mereka lakukan kemarin itu tidak dapat dimaafkan begitu saja. Untung saja kakaknya sudah bilang mereka sudah berakhir di penjara. Tapi Naruto tidak tahu jika kakaknya sudah mengirim mereka ke neraka.
"APA?!" Shikamaru mendadak ikut emosi, entah mengapa tubuhnya menegang dan ada sengatan listrik yang membuatnya begitu tergelitik saat mendengar pengakuan Naruto.
"Sialan!" maki Shikamaru lagi.
"Untunglah teman kakakku datang untuk membantuku keluar dari sana" ujar Naruto.
"Siapa?"
"Namanya Uchiha Sasuke. Dia sepertinya masih muda... mungkin seumuran dengan kita... ehm... tapi entahlah, dia agak aneh, yaaa seperti kakakku yang terlalu kaku dan tidak punya selera humor. Namun, dia berbeda, dia seperti pahlawan. Dia baik. Dia muncul disaat yang tepat dan dengan cara yang tepat" Mata Naruto berbinar saat menceritakan seperti apa sosok Sasuke.
Shikamaru hanya menghela napas mendengar celotehan Naruto. Kini Naruto terlihat seperti wanita yang sedang jatuh cinta.
"Maaf karena aku tidak dapat menolongmu" kata Shikamaru.
"Kau ini bicara apa Shika? Kau tidak tahu apa-apa tentang ini, bagaimana mungkin aku marah padamu karena tidak ada disana. Lagipula ini sudah jadi resiko bagi seorang adik pengusaha. Iya kan? Tapi mulai sekarang, kau harus lebih perhatian padaku. Awas saja!" jawab Naruto sambil tertawa manis. Haduh. Shikamaru tidak akan tahan dengan senyuman itu.
Tok... tok... tok...
Naruto berjalan ke arah pintu kamarnya yang diketuk seseorang dari luar.
Ceklek
"Ada apa bibi?" tanya Naruto setelah melihat seorang pelatanan di rumahnya ada di depan pintu.
"Ada Tuan Uchuha di ruang ramu, beliau mencari anda"
"Mencari aku?" Naruto menaikkan alisnya.
Pelayan itu mengangguk.
"Baiklah. Terimakasih"
Setelah pelayan itu pergi, Naruto dan Shikamaru berjalan menuju ruang tamu. Jujur saja dalam hati, Shikamarus udah sangat penasaran pada sosok Sasuke. Seandainya dulu ia tidak terpepet kendala biaya, Shikamaru pasti sudah ikut les beladiri dan kini bisa menjaga Naruto.
Shikamaru menatap sosok Sasuke. Persis seperti apa yang ia bayangkan dan ia takutkan. Sasuke tampan dan menarik walaupun seperti mayat hidup. Tapi jelas sekali kalau Sasuke punya pesona. Dan pesona itu masalah alamiah... jadi apa Naruto akan tertarik? batin Shikamaru.
Entahlah.
"Shikamaru..." panggil Naruto lembut, seakan menarik Shikamaru dari alam pikiran miliknya.
"Ini Sasuke Uchiha... dia teman kakakku. Orang yang menolongku kemarin itu" kata Naruto lagi.
Shikamaru memasang senyum tipis lalu menyodorkan tangan kanannya, hendak menjabat tangan Uchiha Sasuke, kenalan barunya.
Mata Sasuke hanya melihat sekilas tanpa ingin membalas jabatan tangan Shikamaru. Sasuke tidak tertarik... benar-benar tidak tertarik. Shikamaru bukan tujuannya.
"Uchiha Sasuke" kata Sasuke memperkenalkan diri namun tidak menjabat tangan Shikamaru.
Shikamaru hanya menghela napas pelan. Sudah biasa bagi orang sepertinya ditolak oleh orang kaya. Karena pada kenyataannya, orang kaya sama saja... kecuali Naruto-nya.
Naruto jadi gondok melihat Sasuke yang tidak membalas tangan Shikamaru. Dasar sombong! kata Naruto dalam hati. Menyebalkan seperti Kyuu-nii!
"Kau tau... aku mendapat izin dari kakakmu untuk mengajakmu jalan-jalan" kata Sasuke tiba-tiba. Kata-kata yang sukses membuat Shikamaru dan Naruto kaget karena bukan orang sembarangan yang diperbolehkan mengajak Naruto keluar rumah, apalagi Kyuubi adalah kakak yang sangat protektif.
"Mengajakku jalan-jalan?" Tanya Naruto heran.
"Hn" Gumam Sasuke. "Kau bosan kan dikurung dikamar?" Tanya Sasuke.
Jujur sih, Naruto memang bosan. Tapi jalan-jalan dengan Sasuke tidak terdengar baik di telinga Naruto. Sasuke baik, tapi aku... entahlah, aku takut.
"Baiklah, bagaimana kalau kita ke tempat kerja Shikamaru, lagipula aku sedang ingin ke Cafe" ujar Naruto sambil melirik Shikamaru sekilas.
"Eh?" Shikamaru heran. Sejak kapan Naruto suka kopi? menghirup aroma kopi saja membuat Naruto sakit kepala.
"Kasihan Shikamaru, dia sedang bekerja tapi terpaksa mengajukan ijin karena khawatir padaku" ujar Naruto lagi.
"Baiklah" Sasuke mengendikan bahunya. "Tapi kau naik mobilku" lanjut Sasuke.
Naruto mengangguk setuju.
Shikamaru hanya melihat Sasuke dengan ekor matanya. Dia tau pria ini mempesona tapi dia bukan tipe orang yang menggunakan pesonanya dengan benar. Seperti bunga pemakan serangga yang memiliki mahkota berwarna warni, memikat, tapi berbahaya.
.
.
"Kau suka tempat seperti ini?" tanya Sasuke sambil mengedarkan matanya di Cafe tempat Shikamaru bekerja.
Sejak sampai, Shikamaru langsung menuju dapur - memakai apron - mencuci piring - dan melakukan pekerjaan lainnya. Tapi bukan berarti ia tidak memperhatikan Naruto dan Sasuke. Shikamaru merasa Sasuke 'tidak bisa dipercaya' dan Shikamaru memang sedikit,,, cemburu.
Shikamaru datang membawa segelas Greentea latte dan segelas Espresso. Naruto segera menyambar Greentea miliknya yang terlihat menggiurkan, Shikamaru selalu tau selera Naruto,,, bahkan Greentea ini sudah diberi gula batu, padahal mana ada Greentea dengan gula batu.
"Aku suka tempat ini. Dimana lagi aku bisa mendapat Greentea latte dengan gula batu. Hanya buatan Shikamaru" Puji Naruto pada Shikamaru yang masih berdiri di depan mejanya.
"Apa kau punya minuman yang lebih baik dari ini?" tanya Sasuke mencibir.
Shikamaru menoleh pada pemuda berkulit putih pucat itu.
"Minuman seperti apa?" tanya Shikamaru. "Aku pikir kau suka Espresso, ini adalah menu andalan Cafe kami... apa mau aku ganti dengan Cappuccino atau yang lain?"
Sasuke menggeleng. "Kalian menjual Vodka?"
"Vodka?" Shikamaru tidak habis pikir. Dia pikir ini Pub? Cafe ini didominasi anak sekolah dan anak-anak polos seperti Naruto. Bagaimana mungkin mereka menjual minuman beralkohol seperti itu. Sasuke Uchiha ini pasti gila, batin Shikamaru.
"Kenapa Cafe seperti ini harus menjual Vodka?" Marah Naruto... ia sama sekali tak habis pikir dengan Sasuke.
"Ya, aku pikir Cafe ini akan menjadi lebih menyenangkan bila ada sedikit warna" jawab Sasuke enteng.
"Maaf kami tidak menyediakan minuman seperti itu disini. Cafe ini adalah tempat bermain anak sekolah, jadi kami tak mungkin menjual Vodka" kata Shikamaru.
"Baiklah, aku mengerti. Tapi bolehkah aku minta minuman lain saja, aku rasa seperti cocktail tanpa alkohol" Kata Sasuke lagi.
"Baiklah. Tunggulah sebentar" Shikamaru mengambil Espresso yang ia hidangkan di meja. Sepertinya Sasuke memang lebih suka sesuatu yang berbau 'dewasa'.
Sepeninggal Shikamaru, Sasuke memandang Naruto lekat, membuat si pirang itu merasa tak nyaman. Harusnya ia menolak ajakan Sasuke untuk jalan-jalan, Sasuke aneh, bahkan lebih aneh dari Kyuubi.
"Kau ingin sesuatu yang lebih seru? Biar aku beri tahu!" kata Sasuke.
Naruto menaikkan alisnya penasaran.
"Beri tahu? apa?"
"Sesuatu yang lebih menyenangkan dari Cafe ini... lebih menantang dan cocok untuk seorang Namikaze" Sasuke membuat Naruto gagal paham.
"Storm" Lanjut Sasuke.
"Storm?"
"Aku telah membangunnya dengan usahaku sendiri dan aku yakin kau akan menyukai. Kakakmu juga langganan utamaku" Jawab Sasuke dengan seringai asing.
Naruto jadi bergidik ngeri karena tak mengerti arti dari tatapan menyeringai Sasuke. Kakaknya? Langganan Sasuke? Seingat Naruto, kakaknya tidak pernah 'hangout' seperti anak muda pada umumnya karena pria itu terlalu sibuk.
"Apa itu semacam club malam?" Tanya Naruto.
"Hmm... mungkin. Aku hanya buka dimalam hari"
"Apa kau menjual alkohol?" Tanya Naruto lagi.
"Aku menjual semuanya. Semua yang tak kau temukan di Cafe seperti ini. Seorang Namikaze pasti menyukai Storm"
Sukses. Kalimat Sasuke sukses membuat Naruto begitu penasaran. Besok dia akan ke Storm.
.
.
Dor.
Dor.
Dor.
Tiga kali tembakan bertubi-tubi berhasil mengenai jantung seorang pria bermantel hitam. Semua orang yang ada disana hanya menonton tanpa melakukan apa-apa, bahkan ada yang justru merasa senang dan tertarik. Tempat ini memang dipenuhi orang gila. Orang abnormal.
Storm.
"Aku memberimu tempat. Lakukan transaksi sesuka kalian tapi jangan uji kesabaranku. Ikuti peraturan dan jangan mencari masalah!" ujar seorang pria berkulit putih pucat dengan rambut hitam lengkap dengan segala pesona yang ia punya.
Pria itu menarik mayat yang baru saja ia bunuh. Matanya menatap tubuh tak berdaya itu hampa. Peraturan adalah peraturan dan jangan pikirkan untuk melanggar peraturan yang ia buat. Peraturan miliknya adalah mutlak.
"Ini adalah hukuman karena kau melanggar peraturan yang aku buat. Aku tidak peduli transaksi apapun yang akan kau buat, tapi kau harus tau, Storm adalah milikku" ujar Pria itu sambil berbisik pada mayat yang jelas tak akan mendengar kata-katanya lagi.
"Sasuke-sama... kau tau, Badan Intelijen mulai kembali mengendus aktivitas transaksi di tempat kita. Ini karena pria itu dengan ceroboh membuang mayat dari salah satu pelacurnya di depan jalan"
"Selesaikan! pastikan Storm bersih selama dua minggu kedepan. Tidak ada pelacur, pil, ataupun alkohol. Buat perjanjian baru dengan para pelanggan, katakan jika biaya keamanan mereka dibebaskan selama dua minggu. Dan untuk Namikaze Kyuubi, kembalikan barang yang mereka titipkan, kita akan ambil lagi setelah masalah selesai" Titah sang tuan pada anak buahnya.
Storm. "Aku menjual semuanya. Semua yang tak kau temukan di Cafe seperti ini. Seorang Namikaze pasti menyukai Storm"
.
.
.
"Aku tak tau pak, ini akan sulit. Aku masih baru dan ini adalah tugas besar" Ujar Shikamaru dengan ragu.
"Tugas ini sebenarnya tak seberapa sulit dipecahkan. Tapi jujur saja, tugas ini memang berat. Storm memang sudah ada, kami tau seluk beluk nya, kami paham. Tempat itu dimana para penjahat menjual wanita, perdagangan gelap organ tubuh dan mata rantai narkoba. Bagaimana mungkin intelijen tidak tau?" Seorang pria tua bersahaja duduk dengan gelisah di kursinya.
Shikamaru mengerutkan keningnya bertanya-tanya. "Lalu mengapa tidak diselesaikan dari dulu?"
"Mereka punya sindikat khusus dan orang jenius di belakangnya. Itulah mengapa aku memilihmu. Aku pikir orang jenius hanya bisa dilumpuhkan oleh orang jenius"
Shikamaru hanya bisa pasrah. Ini adalah tugas pertamanya dan ia mendapat tugas yang cukup berat sebagai debutnya. Mungkin dengan bantuan Tuhan dan usaha yang besar, dia bisa menemukan jalannya.
To be continued
Cerita ini saya dedikasikan untuk kak Rea.
Karena cerita ini mengandung tema yang agak dark, terutama dengan adegan kriminal nya... Saya harap para pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi jalan ceritanya.
Terimakasih bagi para pembaca yang sudah rela meluangkan waktunya untuk membaca ff saya ini, apalagi mau vote dan comment *pundung* Dan untuk kak Realac, semoga gak kecewa dengan gaya menulis saya yang seadanya.
Jangan lupa tinggalkan jejak yaaa.
