Api dari perapian berderak, berkobar-kobar memberikan kehangatan kepada rumah yang diberkati. Terdengar tawa nakal dari kakak-kakak yang mencintainya. Kebahagiaan melingkupi suasana rumah sederhana di ujung timur daratan Korea. Luhan! Luhan!

Tittle : Rebels of Oceans and The Sky

Based on story : "LADY GEORGIE" Yumiko Igarashi's Manga Comic (1982-1984)

Annyeong Readers! Author membuat Fiksi Berdasarkan Shojo-Manga Tahun 80-an. Wiih, tua banget kan? Author menerjemahkannya dari Manga jepangnya asli! Simak yuk!

Genre : Hurt/Romance/Drama

CASTS : Oh Sehun x Xi Luhan, Park Chanyeol x Byun Baekhyun, And Other

.

.

.

Seorang lelaki mungil berwajah cantik tertawa berlarian mengitari padang rumput. Menapaki tanah subur penuh warna hijau sebelum kemudian wajahnya menantang cakrawala yang membiru dan berawan begitu luasnya. Sembari merasakan semilir berhembus dari arah timur yang membelai rambut putih saljunya, matanya bergerak-gerak mencari sesuatu. Langkahnya terhenti saat ia mulai mengamati dua orang anak lelaki yang sedang bersantai diatas pohon oak yang mulai menguning dan berguguran. Wajah mereka tampak lusuh dan lelah usai menggembala puLuhan domba ternak. Langkahnya mengendap-endap tak terdengar seperti harimau mengintai mangsa. Tangan kanannya mulai menarik ujung ketapel, matanya mulai membidik dua orang di atas pohon. Satu mengunyah apel, satu lagi bermain-main dengan dedaunan yang mulai menguning.

SYUUUUUUNG

Sebuah kerikil menyambar diikuti buah apel dan topi jerami usang yang jatuh ke tanah.

"LUHAAAAAAAAAAAAN" terdengar teriakan marah dua laki-laki dari atas pohon yang melengking bersamaan.

"Gyahahaha! Berhasiiil!" Ia tertawa sambil berlari setelah melihat kedua saudaranya berlari dan mulai mengejarnya.

"Baik!"Anak lelaki yang lebih pendek berhasil turun dari pohon lebih dahulu kemudian beringsut mengejar lelaki mungil yang tengah tertawa di tengah padang rumput.

"Dasar anak nakal!" Sedangkan si tinggi satunya lagi memungut topi yang jatuh ke tanah kemudian menyusul kakaknya yang berlari terlebih dahulu mengejar adik mungilnya.

"Tungguuu!" Si tinggi menyusul dan ikut mengejar adiknya sambil berputar-putar. Ditingkah tawa nakal mereka,juga domba domba yang berlarian mereka terlihat sangat bahagia.

'Lari! Larilah Luhan! Larilah ditanah lapang yang luas ini, aku akan mengejarmu sampai kemanapun juga'

"Kenaa!"

"Hahaha! Hei! Hei! Kris-hyung! Lepaskaan!" Kris bergeming, enggan melepaskan makhluk mungil dalam dekapannya.

'Aku sangat suka kamu yang tidak mampu bergerak dalam pelukanku, rambut lembutmu yang membelai daguku serta tawa riangmu yang kekanak-kanakan'

"Chanyeol-hyung! Tolong akuu" Serunya sambil tertawa geli saat Kris mulai menggelitik pinggangnya.

Chanyeol hanya diam, sorot mata tak terbacanya terus mengekori tingkah dua saudaranya yang tengah bermain.

…..

Kampung halamanku, Korea Selatan.

Keluarga tupai diatas dahan pohon mengintipku

Juga sekelompok rusa kecil dipinggiran hutan

Burung-burung berwarna indah melantunkan nyanyian surga di angkasa

Dalam musim yang bemacam-macam

Aku akan selalu berada di samping kakak-kakakku

Matahari mulai bergerak turun membawa kegelapan dan hawa dingin. Dalam sebuah tenda besar berwarna putih yang ditutupi pohon dan semak belukar. Terdengar suara bising anak anak yang duduk dihadapan sebuah panggung yang dihiasi kain putih compang camping dan noda darah buatan yang tampak sangat nyata.

Luhan dan kakak-kakaknya sedang menonton teater umum di pinggir desa. Awalnya ia menolak ajakan kakak-kakaknya karena bagaimanapun ia sangat takut dengan hantu. Tapi kakak-kakaknya yang keras kepala memaksanya dan Luhan yang dasarnya sangat lemah dengan aegyo akhirnya menurut.

"Kalian semua yang sedang berkumpul disini, selamat datang di teater" suara serak menakutkan keluar dari balik tirai merah raksasa diatas panggung.

Deg Deg Deg Luhan tidak dapat mengontrol jantungnya sendiri, kepalanya menyembul menampakkan mata bulat bersinarnya, dua belah tangan mungilnya memegangi tepian panggung.

"E-eh kalau tirai ini dibuka, h-hantunya akan muncul ya?" Suara Luhan tampak bergetar

"Kau takut? Lalu kenapa kau merengek meminta duduk di depan?" Chanyeol menepuk jidatnya.

"K-kalau begitu, sebelum tirai dibuka-"

SRET, sebuah kaki penuh borok menyembul dari balik tirai merah. Jantung Luhan berhenti saat mulai menggerakkan kepalanya keatas melihat sosok tersebut.

"SELAMAT MALAM!" Sebuah topeng menyeramkan dengan lidah yang terjulur keluar serta mata yang seluruhnya berwarna putih bergerak gerak seperti hendak melompat keluar. Seluruh isi tenda memekik ketakutan. Luhan menunduk takut sebelum akhirnya menyadari sesuatu bergerak mendekatinya.

"Hei, adik manis" Suara serak dan menakutkan seolah mengajaknya berbicara, reflek kepalanya tertoleh sebelum wajahnya bertabrakan dengan makhluk tua botak dengan keriput yang menakutkan.

"Huaaaa" Luhan menangis sambil memeluk Chanyeol.

"Luhan! Aku kan kakak yang lebih tua dari Chanyeol! Seharusnya aku yang melindungimu" Kris berseru sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kyaaaa Kris-hyung!" selagi mereka ribut sendiri, mereka tidak menyadari sosok seram mendekati mendekati mereka.

"Huahahahahaha! Selamat malaaaam!" Wajah menyeramkan menyembul tepat didepan wajah mereka bertiga.

"Gyaaaaa" Mereka membelalak kemudian berteriak bersamaan.

Saat perjalanan pulang Luhan lebih banyak diam dan sesekali sesenggukan. Kakak kakaknya berjalan beriringan seperti pengawal yang sedang menjaga seorang putri rapuh yang sedang sakit-sakitan.

"Tertawalah Luhan, mereka-kan hanya orang yang berdandan seperti hantu! Ngomong-ngomong aku tadi sama sekali tidak takut lho!" Kris berujar dengan bangga sambil menepuk dadanya.

Chanyeol hanya memutar mata jengah mengingat saudaranya yang selalu terkesan 'cari muka' didepan adiknya. Mereka berjalan beriringan berdua tanpa sadar adik kecilnya tertinggal dibelakang.

"Lu tadi k-" Kris menoleh dan hanya mendapati Chanyeol disebelahnya.

"Chanyeol Luhan dimana?!" Kris mulai panik dan menengok sekitar. Kris dan Chanyeol mengedarkan pandangan dikegelapan. Mencari cari sosok mungil kesayangannya sebelum akhirnya mendapati adik kecilnya tertinggal dibelakang. Luhan tengah berjongkok mencari-cari sesuatu di celah antara semak berry liar.

"Gelangku- gelangku hilang hyung" Luhan terus mencari-cari hingga tangan putihnya tertutup debu.

"Bagaimana bisa?!" Chanyeol mulai membantu adiknya mencari gelang perak dengan pahatan ruby hijau diantara rerumputan.

"Mungkin terjatuh karena gemetaran" Luhan menjelaskan.

"Harus dicari!" Chanyeol menegaskan dengan tangan terulur mengais tanah basah didepannya.

"Sudahlah, masih ada waktu" Luhan mulai mengantuk karena lelah mencari gelangnya.

"Jangan bicara begitu, itu adalah barang peninggalan ayah yang sudah tiada"

Luhan tidak tahu, barang itu sangat biasa untuknya. Ia sama sekali tidak memerlukan benda itu. Tapi ayah, Kris, dan Chanyeol mengatakan bahwa benda itu sangat berharga?

Akhirnya Luhan tertidur, berjongkok lelap dibawah pohon besar.

"Kris-hyung jangan diam saja! Bantu aku mencarinya" Chanyeol protes kepada Kris yang enggan beranjak dari tempatnya dari tadi.

Kris tersentak ditengah wajah masamnya, kemudian tangannya menggagap-gagap tidak jelas untuk berpura-pura ikut mencari benda itu.

"Ketemu ada disini Lu-"Chanyeol menenteng gelang perak kemudian membawanya kepada Luhan. Kemudian Chanyeol tersenyum mendapati adiknya tengah terlelap bersandar pada sebatang pohon.

"Buang saja benda itu yeol" Kris membuka suara, Chanyeol terdiam.

"Buang Chanyeol!" Suara Kris meninggi.

"Suatu saat gelang itu akan memisahkan kita dengan Luhan" Kris berujar dengan tatapan dingin pada adiknya.

"Jangan, ini gelang Luhan, kita tidak punya hak apa-apa atas ini" Chanyeol berujar dingin kemudian memasangkan gelang tersebut di tangan adiknya yang tengah tertidur lelap.

"Ayo kita bawa dia pulang" Chanyeol berujar. Diikuti Kris yang merengkuh si kecil dalam gendongannya. Hening menyapa mereka dalam setiap langkah perjalanan menuju rumah.

'Gelang Luhan..'

….

5 Years Later

Sang fajar mulai menyingsing, menampakkan semburat jingga di langit timur, saatnya dewi embun menuntaskan tugasnya menghias pucuk dedaunan, semak dan bunga-bunga dengan titik Kristalnya. Kokok ayam sahut-menyahut menyambut penduduk bumi yang tengah meringkuk nyaman didalam selimut wol mereka. Saat kehangatan mentari belum utuh mencium sang bumi yang tengah menggigil kedinginan, seekor anjing cokelat menerobos sebuah kamar paling ujung dalam sebuah pondok kayu di tepi padang.

"Guk-guk"anjing itu menggonggong tak kenal lelah membangunkan majikannya, lelaki cantik yang masih bersembunyi dibalik gundukan selimut.

"Ngh…. Diamlah monggu aku mengantuk" lelaki itu menulikan telinganya dengan mengubur kepalanya dalam sebuah bantal. Agaknya anjing itu tidak kenal menyerah membangunkan pemalas cantik ini. Anjing itu mulai menggigit ujung selimut hingga selimut tidak bersalah itu tergeletak disamping ranjang.

"Iya, aku tahu aku bangun" Luhan menyerah kemudian menguap lebar sembari meregangkan ototnya yang kaku karena meringkuk semalaman.

"Selamat pagi anjingku sayang" senyum cantiknya terukir dambil mengelus anjing coklatnya.

Luhan beranjak dari tempat tidurnya, menghadap timur kemudian hendak melepas kemeja tidur putihnya yang kebesaran. Kancing bajunya terlepas satu persatu sebelum akhirnya menampakkan bahu putih mulusnya, dihias tulang selangka melintang indah diatas dadanya. Tanpa menyadari seseorang tengah tertegun mengagumi makhluk indah ciptaan tuhan dibalik daun pintu yang setengah terbuka.

Luhan menoleh terkejut, tidak kalah terkejut dengan sosok yang tertangkap basah sedang memandanginya.

"L-Luhan kau sudah bangun?" Chanyeol merutuki pertanyaan bodohnya. Bukankah sudah jelas bahwa adiknya sedang berdiri dengan mata terbuka?

"Ng, sudah!" Luhan berseru sambil membenahi kaus katunnya, terheran-heran dengan kakaknya yang tampak gelisah menunggunya didepan pintu.

Chanyeol merasakan jantungnya berdebum keras seolah akan meledak. Wajahnya memerah luar biasa paru-parunya menyesak memaksanya untuk segera keluar ruangan, kemudian menutup pintu.

"Chan-" Luhan tanpa sadar mengulurkan tangan saat mendapati pintu kayunya sudah tertutup. Menghela napas barang sebentar, kemudian mendengar suara dibalik daun pintunya.

"Ka-katanya hari ini hari special, dan kau minta untuk cepat dibangunkan" Chanyeol mengutuk suara bergetarnya sambil memukul kepala.

"Aaah-iya terimakasih Chanyeol-hyung" Luhan menyahut dibalik pintu.

Chanyeol masih mematung dibalik pintu kayu, mencoba menetralkan detak jantung yang seolah menghinanya tak tahu malu. Tubuhnya memanas walaupun ini masih pagi buta. Chanyeol melepas kemeja putihnya asal, untuk mendinginkan suhu tubuhnya yang terserang demam dadakan.

'I-itu kan hanya tubuh adikku. Dia kan laki-laki, tak ada apa-apanya. A-aku kan kakaknya' Hati Chanyeol bersuara mencoba menghibur dirinya sendiri.

Brakk~ Pintu kayu dibuka kasar. Mendorong tubuh Chanyeol dan akhirnya daun pintu sialan itu menghantam wajah tampannya.

"Yahhh! Mari kita memulai hari yang sibuk- h-hei, Chanyeol hyung sedang apa disitu?" Luhan kaget mendapati kakaknya tengah menutup hidung yang memerah akibat hantaman daun pintu.

"Ti-tidak apa-apa" Chanyeol makin gelagapan menyadari adiknya tengah memandangi tubuhnya yang sedang bertelanjang dada.

"Aku ingin mencuci di sungai, kemeja ini aku cucikan ya!" Serunya riang sambil meraih kemeja yang disampirkan kakaknya di pundak.

"Baiklah, lagi pula hari ini aku akan ke ladang" Chanyeol menyerahkan kemejanya.

"Celananya juga sekalian" Luhan menggapai kain hitam yang menutupi tubuh bawah kakaknya.

"H-hei Luhan! Iyaaaaw!" suara gaduh terdengar karena Luhan menarik paksa celana panjang kakaknya.

"Hehe, karena hari ini cerah aku jadi bersemangat! Jadi apapun akan kucuci!" Luhan tampak girang mendapati kakaknya berjongkok rapat dengan tangan menutupi senjatanya. Sejurus kemudian berlari meninggalkan kakaknya yang masih melongo tidak percaya.

"Sial- apa dia tidak malu? Dia kan sudah besar" Chanyeol menggerutu.

Dia seorang lelaki, tapi parasnya adalah yang tercantik dibanding semua dewi-dewi yunani. Akan tetapi aku sadar, dia bahkan lebih kasar dariku.

"Hmmmm" Luhan mengetukkan jari pada dagunya.

"Menu hari ini roti bakar, sup kentang, dan selai arbei" Alisnya menyatu, dan ia mulai menimbang.

"Lalu… ah- tidak lengkap jika tidak ada telur!" Luhan berseru, kemudian berlari menuju kandang ayam di samping rumah. Mendapati kakaknya sedang menyiangi rumput di kebun buncis disamping kandang.

"Luhan? Apa kau sudah menentukan?" Chanyeol menghentikan sejenak pekerjaannya.

"Ng?" Luhan lebih fokus pada telur-telur yang ia kumpulkan di dalam lipatan kausnya.

"Kau bangun cepat hari ini kan? Kau ingin pergi ke pembukaan trayek kereta baru atau mau menjemput Kris-hyung?"

"Hmmm, kenapa harus menentukan? Aku hanya disuruh ibu membawakan makanan untuknya, jadi jika aku bisa cepat aku bisa melakukan keduanya"

Chanyeol mengangguk.

"Untuk itulah, aku meminjam kuda milik Sooman Ahjussi , pemilik ladang sebelah untuk pergi ke pelabuhan untuk menjemput Kris-hyung" ujar Luhan sambil menerawang telur-telurnya, untuk memisahkan mana yang bisa dimakan, mana yang sudah menjadi calon anak ayam.

"Kalau bisa cepat sampai ke kota pasti aku akan datang tepat saat pesta pembukaan" Seru Luhan girang sambil mengayunkan tangan kirinya. Tanpa sadar sesuatu jatuh ke tanah,

Prak! Crak!

"Luhan! Telurnya!" Chanyeol berseru sambil menunjuk tanah. Mereka berdua terpaku menatap tanah bersamaan sebelum terdengar suara pintu dibanting dengan keras oleh seseorang.

"Sedang apa kau? Kelakuanmu selalu seperti itu! Lihat apa yang sudah kau perbuat! Seharusnya telur itu bisa kau cerna dalam perut sialmu atau menjadi uang! Apa yang akan kau lakukan?! Kau mau menjilatnya hah?!"

"Ma-maafkan aku eomma" Luhan menunduk takut takut.

"Dasar tidak tahu diuntung!" sesorang yang ia panggil ibu itu mendekatinya, mengangkat tangannya tinggi-tinggi kemudian menghantamkan telapak tangan dinginnya di pipi Luhan.

Chanyeol terkejut mendapati adiknya tersungkur ditanah dengan celana kotor akibat noda telur. Sedangkan Luhan menunduk merasakan panas dan perih menjalar di pipinya, kemudian meraba ujung bibirnya yang mengeluarkan noda merah berasa asin. Chanyeol segera membantu adiknya berdiri.

"Ibu! Luhan sudah minta maaf kan? Tidak perlu bertindak sejauh itu" Chanyeol kecewa dengan sikap ibunya, tapi ia tidak bisa berbuat apapun.

"Luhan! Sebagai hukumanmu kau tidak mendapatkan makan pagi!" Serunya menyalak sambil menunjuk lelaki ringkih yang tengah ditopang kakaknya.

"Yang bisa kau lakukan hanya membuatku jengkel! Tidak ada roti dan sup untukmu!" perempuan tambun itu melangkahkan kaki ke dalam rumah.

Chanyeol sibuk mengelus punggung adiknya yang mungkin terlalu rapuh untuk dicampakkan dengan kasar oleh ibunya sendiri. Luhan berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Chanyeol! Kemari!" Suara wanita tambun itu terdengar lagi dari salah satu bilik didalam pondok kayu.

Chanyeol menimbang-nimbang, setega itukah ia meninggalkan adiknya diluar tanpa sarapan?

"Cepatlah masuk hyung nanti eomma semakin marah" Luhan berusaha tersenyum perih di sela kalimatnya.

"I-iya" Chanyeol menurut karena tidak ingin masalah semakin membesar. Ia berfikir sejenak..

"Tunggulah di rumah Sooman Ahjussi Lu! Aku akan segera kesana!" Chanyeol mengelus rambut adiknya.

Luhan melambaikan tangan sambil tersenyum memaksa sebagai pengantar kakaknya masuk kerumah.

Eomma..

Setiap melihatku eomma selalu marah, tahun lalu saat Kris-hyung tiba-tiba meninggalkan rumah dan pergi naik kapal. Sikapnya semakin memusuhi

Dulu sekali, saat ayah meninggal karena sakit, ibu memeluk kedua kakakku sambil menangis.

Aku samasekali tidak dipeluknya..

Tak terhitung berapakali ia meluapkan amarahnya 'hanya kepadaku'

Tak pernah sekalipun ia bersikap baik padaku

Luhan sedang bermain dengan kuda cokelat milik Sooman Ahjussi saat kakaknya datang memanggil membawa sebuah keranjang rotan.

"Luhan!" Chanyeol terengah sambil membuka pagar rumah Sooman Ahjussi.

"Hehe, Ahjussi membolehkanku memakai kuda ini seharian!" Luhan berseru riang sambil mengelus punggung kudanya. Diikuti Chanyeol yang tersenyum lega untuk adiknya yang sepertinya sudah sedikit melupakan kejadian pagi tadi.

"Ini bekal dariku, sebaiknya kau segera pergi ke pelabuhan!" Chanyeol menyodorkan kotak rotan.

"Tapi.. bagianmu?" Luhan kebingungan.

"Sudahlah, masih ada makan siang, tidak sarapan satu kali tak akan membuatku mati" Chanyeol terkekeh

"Lagipula hanya kau yang bisa makan diatas kuda" Chanyeol membantu adiknya menaiki pelana kudanya.

"Aku akan kembali pada saat menyiapkan makan malam!" Luhan berseru sambil menghentakkan tali.

Kudapun melaju meninggalkan pekarangan sederhana milik seorang kakek tua yang sudah terbatuk-batuk.

"Hati-hati luhaaaan!" Chanyeol berteriak disaat adiknya mulai menghilang. Perlahan senyuman terukir di wajah tampannya.

Kau selalu bahagia meskipun ibu tidak pernah bersikap ramah padamu.

Bagiku sudah cukup memiliki seorang kakak yang baik dan seorang adik sepertimu.

Serta memiliki langit luas dipayung tanah lapang ini.

Aku sangat menyayangimu.

Kris pulang pada pertengahan tahun, pada hari pembukaan kereta di kota. Mungkin sesuatu yang hebat akan terjadi hari ini pikir Luhan. Luhan terus mengendalikan kudanya yang berlari gagah seolah api menyelimuti kaki kudanya. Ditingkah laju kudanya Luhan masih sempat menyantap roti isinya. Belum habis roti ditangan ia melihat parit kecil menghadang jalan mereka.

"Ayo gagahku! Kau bisa melewati parit itu kan? Kita lewat jalan pintas!" Seru Luhan berbicara pada kuda gagahnya.

"HYAH!" Luhan menghentakkan tali kemudi dengan kuat. Kudanya melompati parit kecil dengan sukses walaupun dengan suara gedubrak yang aneh dari belakang.

"Rotikuuuuu!" Luhan memekik sambil menarik tali kemudi kemudian menengok kebelakang.

Seorang lelaki basah kuyup memegangi keranjang cokelat menghampirinya.

"Kau lebih mengkhawatirkan rotimu daripada aku? Hei itu lucu, aku korbannya disini" Lelaki itu terkekeh sambil menenteng keranjang kosong.

"Si-siapa kamu? Kenapa bisa ada di tempat seperti ini?" Luhan sangat asing dengan pria ini.

"Pertanyaanmu sangat menyebalkan! Kau yang lebih dulu menendangku dengan kudamu, aku terjatuh kedalam air dan tertimpa keranjang ini" Laki laki ini mengasak rambut basahnya.

"Ma-maaf, aku tidak menyangka ada orang yang tidur di tempat seperti ini!" Luhan mengulurkan tangan menyambut lelaki itu. Lelaki yang lebih tinggi menyambutnya, memegang tangannya lembut sambil menatapnya dalam-dalam.

"Aku memandangi langit" Senyumnya merekah. Sangat tampan, sesuatu yang memalukan terjadi.

"Hatsyii!" Lelaki itu bersin dengan tidak elitnya didepan Luhan.

"Pakaianmu basah! Cepat buka sebelum kau terserang flu!" Luhan menghampiri lelaki itu dan bergerak melucutinya.

"Tidak apa-apa aku akan mencucinya dan kujemur diatas pohon" Luhan mulai melucuti pakaian pria itu dengan paksa.

"Tu-tunggu! Wow! Aku bisa membukanya sendir- !"

Mereka berakhir saling pandang dengan tubuh lelaki yang sudah polos tanpa sehelai benang-pun. Luhan terpana pada tubuh seputih salju, serta pundak ramping lelaki itu.

"E-eh, berikan pakaianku, tidak dicuci juga tidak apa-apa" Lelaki itu tertegun memandangi Luhan yang balik memandanginya. Diam-diam ia juga terkagum dengan lelaki berwajah cantik didepannya. Matanya sangat teduh penuh kehangatan, serta rambut putih saljunya yang melambangkan angin musim dingin yang menyejukkannya ditengah teriknya musim panas.

Selang beberapa detik Luhan tersadar, wajahnya memerah seperti tomat kemudian melemparkan pakaian basah tepat di wajah lelaki itu.

'Hiyaaa aku sudah memperlakukannya sama seperti kakak kakakkuu' Jeritnya dalam hati. Kemudian sekali lompat ia menaiki kudanya dengan perasaan malu setengah mati, meninggalkan lelaki telanjang dibelakangnya yang tengah terkekeh melihat kelakuannya.

"Ba-bagaimana inii, memalukan sekaliii" Gumamnya.

"Eh, tapi siapa sebenarnya orang itu ya? Bola matanya berwarna abu-abu dan ia sangat ramah" Luhan menerka-nerka sembari menghentak kudanya menuju pelabuhan.

Sesampainya di pelabuhan yang sibuk, penuh dengan pelaut berwajah garang yang mengumpat satu sama lain dengan kata-kata kotor. Luhan menginjakkan kakinya menuju kapal pesiar paling besar, menyapa entah itu teman kakaknya atau bukan. Banyak lelaki yang mengangkut karung-karung goni yang entah isinya apa. Ia bertanya pada lelaki yang berjalan kearahnya sambil mengangkat kardus.

"Eh, apa kau melihat Kris?" Tanyanya tersenyum dengan tangan dibelakang punggung.

"Ada disana tuh! Huang Zi juga menjemputnya lho" Kata pelaut itu mengerling sambil menunjuk sebuah bar.

"Huang Zi?" Luhan memiringkan kepala.

"Pria nakal yang kaya mendadak itu. Kris kenapa mau-mau saja pacaran dengan orang yang lebih muda darinya" Pelaut itu terkikik.

"Haa.. Lewat sini?" Tanyanya.

"Jangan mengganggu lho ya" Pelaut itu tertawa kemudian meninggalkannya.

Luhan membawa langkahnya menuju sebuah bar murahan yang penuh dengan pelaut mabuk. Matanya menelisik ke sebuah ruangan di sudut kiri bar itu. Telinganya risih mendengar desahan wanita-wanita jalang yang bokongnya diremas cuma-cuma oleh pelaut mabuk bergiliran. Ia mempercepat langkahnya, menapakkan kaki telanjangnya di lantai kayu berdebu dan akhirnya berhenti pada sebuah pintu kayu usang di depannya. Telinganya ia arahkan kedalam, untuk mendengar sesuatu di dalam sana. Ia mendengar suara-suara aneh dari dalam, karena penasaran ia membuka pintu sedikit demi sedikit. Mengintip dua orang yang tengah bercumbu penuh gairah di dalam sana. Saat ia melihat kakaknya tengah meraba kemaluan lelaki dibawahnya, Luhan memekik kecil sebelum akhirnya disadari oleh kakaknya. Kakaknya menoleh dan tersenyum pada adiknya yang terlihat gelisah, dan salah tingkah.

"A-anu silahkan diteruskan hehe, maaf menggang-"

"Luhan!" Suara berat kakaknya menginterupsi. Luhan menoleh dan mendapati kakaknya berjalan kearahnya.

"Dasar nakal!" Kakaknya tersenyum dan mencubit ringan hidung adiknya.

"Kris!" Kris menoleh pada lelaki yang barusaja ia abaikan. Merengkuh adiknya dan memanggulnya seperti karung beras.

"Bye Huang Zi!" Seru Kris pada Huang Zi yang berlari mengejarnya keluar bar.

Kris mendudukkan adiknya pada pelana kuda didepannya. Kemudian disusul dengan dirinya yang melompat diatas kuda sambil menghentakkan tali kemudi dengan gagah.

"Heiii! Mana yang kau pilih? Aku atau adikmu?!" Teriak Huang Zi pada kuda yang semakin menjauh.

"Adikku tentu saja!" Kris melambai sambil melenggang pergi. Meninggalkan lelaki bermata lancip yang tengah mendengus marah penuh kebencian padanya. Oh bukan, pada adiknya..

.

.

.

To Be Continued..

Akhirnyaa Sooman dicasting disini juga. Maafkan aku xD

See Ya Next Chapter!

Waiting for the revieeww*