Tittle : Bangtan Squad from Hell
Author : Jun_96
Genre : Crime/friendship/lil bit romance
Cast :
Namjoon Kim (Rapmon) 24 tahun
Seokjin Kim (Jin or Jinnie) 26 tahun
Yoongi Min (Suga ) 25 tahun
Hoseok Jung (J-hope) 24 tahun
Jimin Park ( Jimin or Baby J) 23 tahun
Taehyung Kim (V) 23 tahun
Jungkook Jeon (jungkook or… bts member call him Kookie) 21 tahun
Pairing :
Namjin
Yoonmin
Jikook
Taejin
Summary: Rapmon sang ketua geng mafia ingin mendirikan kelompok mafia yang tak terkalahkan. Namun dia butuh anggota yang kuat dan tak terkalahkan, karena itulah dia berada di Arkazam, untuk menjemput calon rekannya. (Namjin, Yoonmin, Jikook, Taejin,dll) (Jin & Jimin uke, Rapmon yonggi Taehyung Jungkook Jhope Seme)
.
.
Note: chapter ini akan menceritakan kisah Jungkook dan V, dan chapter ini akan sangat panjang, so grab your snacks and enjoy the story.
.
.
Setelah Jimin tau jika barang lelang yang akan mereka curi tidak hangus terbakar bersama pesawat yang di bawa Rapmon, dia langsung mengamankan jantung penerus klan Inagawa yang asli dan membuat sebuah tempat seperti pemakaman untuk menghormatinya di tanah sekitar mansion Bangtan, dan tak disangka tempat itu menjadi tempat yang paling sering dikunjungi Jungkook setelah semua member Bangtan bersatu.
"Nagisa-san… aku tau kita memang tidak pernah bertemu sebelumnya, tapi jika saja kau tidak diculik dan meninggal saat itu pasti aku mengenal mu dan bukan Jimin..." Jungkook bermonolog ria di depan makam Nagisa.
"aku tau kau dan Jimin punya wajah yang sama, kebiasaan yang sama, bahkan sifat yang sama. Dan aku yakin walaupun itu dengan mu, aku pasti akan menyayangi mu seperti aku menyayangi Jimin dulu… aku tau dari kakek mu jika kau punya fisik yang lemah dari lahir, maka dari itu kau dijuluki lotus putih yang indah namun rapuh. Jika saat itu kau yang bertunangan dengan ku, kau pasti akan mati di tangan keluarga ku yang licik. Aku sudah pasti sangat sedih saat itu… tapi perasaan sedih itu tidak akan menghantui ku seumur hidup seperti saat ini, saat kau tau orang yang kau cintai ternyata masih hidup dan sialnya tidak ditakdirkan untuk mu dan malah bahagia dengan orang lain" lanjut Jungkook.
"jika Nagisa-san bisa berbicara dengan mu sekarang, pasti dia ingin kau melupakan Jimin, berhenti menengok masa lalu dan melihat lurus masa depan" sahutan datang dari anggota Bangtan yang akhir akhir ini selalu mengganggu Jungkook, siapa lagi kalau bukan V.
"hyung, bisakah kau tidak mengganggu ku barang sehari saja, aku sedang mendoakan Nagisa-san yang ada di surga dan kau mengganggu ku" Jungkook melemparkan tatapan geram dan jengah pada V.
"sangat mengejutkan calon penghuni neraka seperti mu mendo'a kan seseorang yang ada di surga. Lagipula seperti yang dikatakan kakeknya, Nagisa-san itu tidak pernah berbuat jahat sepanjang hidupnya, tanpa kau doakan pun dia pasti masuk surga" timpal V sambil mendekati Jungkook.
"terserah aku kan mau mendoakan siapa, itu bukan urusan mu" sinis Jungkook.
"tidak usah berbohong Kook, aku mendengar apa yang kau katakan, dari pada berdo'a kata-kata mu jauh terdengar seperti mencurahkan isi hati. Kau bisa curhat pada ku dan aku pun bisa menjawab mu dari pada kau harus curhat dengan makam Nagisa-san" V masih tidak menyerah untuk berdebat dengan Jungkook.
"aku tidak sudi curhat dengan mu, sana pergi dan jangan ganggu aku, kau ini seperti tidak punya pekerjaan saja mengikuti ku terus" Jungkook mendorong V menjauh darinya.
"pekerjaan ku itu membuat mu move on dari Jimin, ayolah Kook ini sudah dua bulan semenjak Jimin dan Suga hyung menikah dan kau masih saja berduka cita"
"mereka tidak menikah, mereka hanya mengikat janji" sangkal Jungkook.
"mengikat janji sehidup semati, pengikatan janji itu bahkan lebih kuat dari pernikahan. Aku tau kau berusaha fokus dalam pekerjaan dan berusaha seprofesional mungkin menyembunyikan perasaan mu, tapi aku dan lainnya tidak bodoh itu sampai tidak bisa melihat kesedihan mu Kook"
"lalu kau mau aku bagaimana? Jangan bertingkah seakan kau orang terdekat ku" bentak Jungkook.
"aku memang orang terdekat mu Kook, kami semua member Bangtan itu orang terdekat mu sekarang, dan kau harusnya bahagia saat orang terdekat mu sudah bahagia"
"persentan! Jangan urusi aku!" Jungkook pergi begitu saja setelah membentak V.
"kapan anak itu sadar ya…. Sadarlah Kook, aku menggangu mu karena aku mulai tertarik dengan mu" gumam V saat Jungkook sudah menjauh darinya.
.
.
.
Hari ini tidak ada pekerjaan untuk Jin selain mempelajari dokumen tentang perusahaan XXX yang akan menjadi sasaran Bangtan selanjutnya. Ditengah kegiatan membaca dokumennya Jin dikagetkan oleh Jungkook yang langsung tidur di pangkuannya.
"wow wow… ada apa tiba-tiba tuan muda Jeon bermanja manja dengan ku?" Jin meletakan tab nya dan beralih mengusap kepala Jungkook dengan sayang.
"aku butuh konsultasi kejiwaan hyung" kata Jungkook.
"butuh konsultasi kejiwaan atau konsultasi percintaan? Kau ini imut sekali kalau sedang galau" Jin mencubit.
"apa-apan itu, aku tidak imut! aku tidak sedang galau dan aku juga tidak ada masalah dengan percintaan. Berhenti mencubit pipi ku hyung!" Jungkook menjauhkan tangan Jin dari pipinya.
"sampai kapan kau mau menyangkalnya Jungkook, jangan coba coba untuk berbohong pada ku, aku tau semua masalah mu bahkan sebelum aku masuk jauh dalam alam bawah sadar mu. Kau itu bukan gila, kau hanya sedang bingung dengan perasaan mu" Jin berhenti mencubit pipi Jungkook dan kembali mengusap usap rambut Jungkook.
"aku hanya tidak bisa melupakan Jimin…" ujar lemah Jungkook.
"kau bukan tidak bisa melupakan Jimin, tapi kau sedang berusaha menolak kenyataan jika ada seseorang yang mulai masuk dalam hati mu dan kau iri pada Jimin yang bisa mengungkapkan perasaan nya dengan gamblang pada orang yang dicintainya dan itu bukan kau" jawab Jin.
"aku tidak seperti itu" Jungkook masih menyangkal dengan wajah cemberut.
"percuma kau bohong pada ku Jungkookie, aku ini dokter jiwa dengan spesialis membaca pikiran, membaca hati, dan membongkar masa lalu seseorang, berbohong dengan orang seperti ku itu percuma"
"aku kemari karena aku sendiri tidak yakin dengan apa yang ku rasakan hyung… jadi secara teknis aku tidak berbohong" Jungkook makin cemberut karena Jin seperti menyudutkannya.
"kau dari tadi menyangkal perkataan ku tuan muda Jeon, itu sama saja kau membohongi ku dan membohongi perasaan mu sendiri" Jungkook hanya terdiam mendengar perkataan Jin.
"dengarkan aku, tidak ada yang salah dengan melupakan Jimin dan membuka diri pada orang lain Jungkook. Kau pantas untuk bahagia seperti Jimin" lanjut Jin.
"tapi aku tidak menyukai siapapaun kecuali Jimin…" sahut Jungkook.
"mungkin kau memang belum mencintai siapapun, tapi sepertinya bisa saja menyukai seseorang hanya saja kau tak sadar, maka dari itu tugas mu sekarang adalah membuka hati pada orang yang mendekati mu, dan ku lihat Taehyung mulai mendekati mu" Jin tersenyum penuh arti pada Jungkook.
"membuka hati tidak dengan V hyung juga kan, masih banyak wanita atau pria submisif di luar sana mengapa juga harus V hyung. Ingat hyung kami ini sama sama dominan" protes Jungkook pada Jin.
"ya ampun kau imut sekali. Sayang ku maknae, itulah yang membuat mu stress akhir akhir ini, kau itu bingung, dan mempertanyakan posisi mu dalam suatu hubungan, kau merasa cocok dengan Taehyung tapi kau tidak ingin dibilang submisif" Jin menciumi pipi Jungkook gemas, karena adik kesayangannya ini sebenarnya hanya risau tidak ingin di bilang submisif.
"hyung, sudah di bilang aku ini dominan seme hyung seme, siapa bilang aku nyaman dengan V hyung, mana sudi aku jadi submisifnya, hi…" Jungkook mendudukan diri menatap Jin tajam.
"dalam sebuah hubungan yang penting adalah perasaan cinta, apapun kedudukan mu jika kau benar mencintai seseorang kedudukan bukanlah masalah" Jin tersenyum manis menatap adiknya itu.
"tapi aku bukan submisif hyung, badan kekar dan muka sangar bengini tidak akan cocok menjadi submisif. Hyung sendiri kenapa hyung mau jadi pihak bawah, walaupun wajah mu cantik, tapi kau itu pria kan?" Jungkook balik bertanya pada Jin.
"kenapa kau Tanya begitu? Kau pikir menjadi submisif itu hal yang paling hina? Kookie dengar ya, aku menjadi submisif bukan karena aku merasa seperti wanita atau aku merasa lebih rendah dari pria lain, bagi ku aku adalah pria sejati yang cukup jantan untuk merelakan diriku menjadi pihak bawah. Butuh keberanian dan pengorbanan yang besar untuk memutuskan diri menjadi submisif dan aku bangga dengan hal itu" Jungkook terdiam seakan berpikir dengan perkataan Jin.
"aku tidak sedang mempengaruhi mu untuk menjadi submisif, karena menjadi dominan atau submisif adalah pilihan mu sendiri, aku hanya berharap kau merubah cara pandang mu tentang pria submisif, dan ku harap kau bisa lebih menghargainya" lanjut Jin.
"maaf hyung aku tidak bermaksud…" wajah Jungkook menjadi terlihat sedih.
"tidak papa, jangan muram begitu, wajah mu jadi semakin imut dan manis tau" Jin mengusap pipi Jungkook. "Kookie, kau sadar tidak sih jika wajah mu itu tidak sepenuhnya keras, kau itu manis dan imut jika dilihat dari dekat"
"hyung jangan mulai lagi, kau membuat suasana hati ku makin kacau" protes Jungkook.
"maaf..maaf, habis makin kesini kau jadi makin imut, apa ini efek jatuh cinta ya"
"siapa yang jatuh cinta? Dan berhenti bilang aku imut, kata kata mu seperti Taehyung tau"
"tuh kan Taehyung juga bilang kau imut, bahkan Rapmon pernah berbisik pada ku jika setelah sekian lama berpisah dan tidak bertemu dengan mu, kau jadi semakin terlihat seperti anak kecil yang manis"
"kau hanya mengada ngada hyung, sudahlah aku kesal dengan mu. Tujuan ku untuk meringankan masalah kau malah memperkeruh masalah ku" Jungkook beranjak akan pergi dari kamar Jin.
"Jungkook-ah, pikirkan lagi soal Taehyung. Walaupun dia itu penjahat dan banyak membunuh orang, tapi aku tahu dia punya hati yang baik. Pemikiran Tahyung itu sederhana, dia hanya ingin hidup bahagia dengan teman dan orang di cintainya, dan ku harap kau cukup peka untuk mengartikan perhatian Taehyung selama ini pada mu" ujar Jin sebelum Jungkook benar benar keluar dari kamarnya.
Jungkook hanya diam mendengar kata kata Jin, dia tidak ingin meng iya kan dan tidak ingin menolak, jujur dia masih ragu dan bimbang dengan semua yang dia rasakan.
.
.
.
"ada misi untuk kalian berdua" Rapmon melemparkan seberkas dokumen dihadapan Jungkook dan V.
"misi apapun itu, kenapa aku harus dipasangkan dengan orang ini" sahut Jungkook tak bersahabat.
"dari awal kalian memang selalu berpasangan kan? Kau mengacaukan misi saat dipasangkan dengan Jimin dulu, kau tidak terlalu bisa bekerjasama saat di pasangkan dengan Jhope atau Suga, dan saat dengan V kerja mu bagus, kalian juga punya gaya bertarung yang sama, jadi apa masalahnya? Bukankah sebelumnya kau tidak pernah protes" tatapan Rapmon sedikit menajam, dia paling tidak suka seseorang membantahnya.
Jungkook diam tertunduk tak berani menjawab apapun, dia teringat betapa menyeramkannya Rapmon saat marah, dan dia sangat tidak ingin menyulut amarah Rapmon dan berakhir babak belur atau bahkan mati.
"memangnya misi apa hyung? Kalau misinya tidak menarik aku tidak mau ya, bosan hyung kalau cuman suruh membunuh para direktur perusahaan itu membosankan hyung, mereka terlalu mudah dibunuh" sela V sedikit mencairkan suasana.
"aku berani jamin misi ini akan menarik Taehyung-ah, maka dari itu aku mengutus kalian berdua" Rapmon kembali ke nada santainya.
"semenarik apa hyung? Kau tidak berniat mengumpankan kami berdua kan hyung?" selidik V curiga.
"mana tega aku mengumpankan kedua adikku yang manis ini" Rapmon tersenyum misterius.
"jika kau bicara seperti itu aku malah punya firasat yang buruk, tapi tak apalah dari pada harus mati bosan tidak ada kerjaan. Menjadi kaya raya itu ternyata lebih membosankan dari yang ku duga" ujar malas V.
"itulah mengapa aku sangat tertarik pada mu V, kau punya darah penjahat yang sangat kental dan aku suka itu" Rapmon tersenyum bangga pada anggotanya itu.
"misi ini akan sedikit berbeda dari misi kalian sebelumnya, dan bisa dibilang ini sedikit berbahaya" lanjut Rapmon.
"oh ayolah hyung, kita bahkan sudah lolos dari maut belumnya" sela Jungkook.
"dan yang harus kalian lakukan adalah lolos dari maut sekali lagi" Rapmon membentangkan selembar kertas dengan ukuran cukup besar di atas mejanya. "kalian akan ikut serta dalam beberapa acara besar yang diadakan di lebih dari satu negara, tepatnya acara Fashion"
"Fashion? Untuk apa kita berpartisipasi dalam acara Fashion?" Tanya Jungkook bingung.
"ada aktivitas perdagangan illegal yang dilakukan di balik acara Fashion yang akan kalian ikuti, barang yang akan di jual itu adalah beberapa berlian langka yang akan di selundupkan dalam jajaran perhiasan yang akan di gunakan para model" jelas Rapmon.
"apa hyung tidak bisa membelinya? Kita punya cukup uang kan untuk membeli barang itu, kenapa kita harus mengacau di sana" sela V.
"jika barang itu bisa ku dapatkan dengan mudah aku pasti tidak akan repot repot menyuruh kalian, berlian langka itu bukan main mahalnya dan hanya dijual pada pihak tertentu yang memesan, aku sudah berusaha mendapatkannya dengan cara baik baik dan cara kasar tetap saja aku tidak bisa mendapatkannya" Rapmon sedikit menunjukan wajah geram mengingat betapa sulitnya berlian itu di dapatkan.
Sekedar informasi saja, jika Rapmon bahkan sudah berusaha turun tangan sendiri untuk menawar berlian itu, namun hasilnya nol besar. Anak buah yang di tugaskan Rapmon untuk mencuri berlian itu, tewas di bunuh, bahkan Rapmon mendapat ancaman jika dia berani mengusik transaksi berlian itu maka mereka akan menghancurkan Bangtan. Rapmon tidak akan pernah takut dengan ancaman seperti itu, toh dia yakin tidak ada yang bisa menghancurkan Bangtan dengan dia yang masih memimpin seperti sekarang, hanya saja dia geram dengan pihak penjual berlian itu yang berani beraninya menolak uangnya dan melontarkan ancaman pada Raja mafia sepertinya. Rapmon sadar jika acara perdagangan berlian itu dilakukan oleh orang penting yang sangat berpengaruh di dunia ini, penjagaan dan proses transaksinya sudah pasti akan sangat ketat dan rahasia, maka dari itu dia mengirim anggota terkuat Bangtan yang biasa berdiri di garis depan Jungkook dan V.
"memangnya acara Fashion mana yang akan kita kacaukan hyung? Paris Fashion week?" Tanya Jungkook.
"lebih dari Pari Fashion week Jungkook-ah, kalian akan bertemu banyak bidadari di misi kali ini" Rapmon menghilangkan wajah geramnya dan berganti tersenyum misterius.
"jangan jangan acara yang hyung maksud itu…" Jungkook mengantung perkataannya.
"bukankah aku sangat baik dengan mempersilahkan kalian bersenang senang di surga dunia, persiapkan diri kalian untuk Victoria Secret Show guys" perkataan Rapmon menjawab semua.
"ini baru yang dinamakan menarik, kau baik hati sekali hyung mengijinkan ku bermain main dengan bidadari" V mengeluarkan seringai licik.
"kenapa kau tampaknya senang sekali? Ku pikir kau gay" Jungkook menatap V tak senang, entah mengapa dia sangat marah melihat reaksi V yang senang akan bertemu model model VS itu.
"aku memang suka pria, tapi aku tidak pernah bilang jika aku tidak suka wanita kan? Sebelum bergabung dengan Bangtan aku punya puluhan pacar wanita asal kau tahu" V balik memandang jungkook sinis.
"terserah kalian ingin melakukan apa disana, tapi yang pasti kalian harus focus dengan misi. Tugas kalian tidak jauh berbeda dengan saat perlelangan, cukup ambil permata itu diam diam dan tukar dengan yang palsu, jika gagal ambil paksa dan bunuh semua" ujar Rapmon menjelaskan misi yang harus Jungkook dan V kerjakan.
"kau mengatakannya seperti hal itu sangat mudah, kau pasti tahukan hyung orang yang akan ku hadapi itu punya banyak anak buah dan orang suruhan yang kuat" cibir Jungkook.
"ayolah, mereka pasti tidak lebih kuat dari mu Kook"
"menolak pun percuma saja kan" Jungkook menghela nafas pasrah.
"acara fashion show ini akan di adakan di tiga tempat Beijing, Paris, dan London, karena bertepatan dengan ulang tahun perusahaan mereka. Lima hari mulai dari sekarang kalian akan dilatih oleh Suga dan Jin untuk meningkatkan kemampuan bertarung, penyamaran dan kemampuan bersosialisasi kalian" Rapmon sedikit member jeda sebelum melanjutkan perkataannya "kuharap kalian tidak mengacaukan misi ini dengan pertengkaran yang tidak penting, bersikaplah professional"
.
.
.
Setelah semua persiapan latihan yang dijalani oleh V dan Jungkook, mereka pun siap terjun ke wilayah sasaran. Mereka menjalani pendekatan dengan menyamar menjadi salah satu desainer aksesoris yang digunakan para model Victoria Secret untuk acara fashionshow mendatang. Membaur dengan lingkung ini tidaklah sulit, mereka cukup bagus dalam mengerjakan pekerjaan samaran mereka dan mereka pun bisa dengan baik membaur dalam lingkup teman kerja mereka di sana.
Saat Rapmon bilang mereka bisa bersenang-senang di sana sepertinya memang dia tidak berbohong, Jungkook dan V cukup popular diantara model, dan banyak model yang terang terangan mendekati mereka. Awalnya Jungkook menikmati itu semua, model model cantik yang mendekatinya cukup membuatnya lupa dengan kegalauannya selama ini, namun tak berselang lama dia mulai bosan. Dari gadis gadis yang mendekatinya itu, tidak ada yang dapat menarik hatinya. Berbeda dengan V, sepertinya V telah menemukan seseorang yang menarik perhatiannya. Gadis itu bernama Vanesa Ronan, model Victoria Secret berumur 20 tahun yang cukup sukses di dunia modelling. Dari awal bertemu, V dan Vanesa seperti tertarik satu sama lain walaupun saat itu V banyak didekati model lainnya, namun seperti ada tempat special di hati V untuk Vanesa. Mereka bisa dibilang cukup dekat, bahkan hanya dengan waktu satu minggu pendekatan Vanesa telah mendeklarasikan hubungan specialnya dengan V saat itu. Jujur hal ini sangat menggangu Jungkook, dia selalu merasa jengkel saat V dan Vanessa bermesraan berdua.
Puncak kejengkelan Jungkook akan hubungan V dan Vanesa adalah saat Jungkook serius ingin membahas misi mereka, V malah menganggap enteng dan malah pergi bersenang senang dengan Vanesa. Baiklah, Jungkook mulai tidak tahan sekarang, bukan hanya dia jengkel karena V terus saja bersama Vanesa, dia juga jengkel karena V mulai lalai dari tugasnya, dia jadi melimpahkan semua tugas penyelidikan berlian itu pada Jungkook.
"mau kemana lagi kau Hyung?" Jungkook melihat V bersiap untuk keluar rumah.
"seperti biasa, aku ada kencan dengan Vanessa, kau jadi anak baik ya di sini, nanti kalau hyung pulang akan ku bawakan makanan"
"cukup hyung! Kau itu mulai tidak serius dengan tugas ini, kerjaan mu hanya pacaran terus saja, setiap hari vanesa vanesa vanesa yang kau perdulikan, jika Rapmon hyung tau, kita bisa dapat masalah" Jungkook mulai kesal, dia sengaja meninggikan suaranya di depan V.
"jangan sok mengatur ku Jungkook, aku tau tugas ku. Seperti yang kau katakana, perhiasan itu akan keluar dua hari lagi di acara show utama, dan aku akan mengambilnya, kalau perlu kau tidak usah ikut campur dan hanya lihat saja, tapi sekarang jangan berani kau mengatur ku" V pergi meninggalkan Jungkook sendiri.
"Kim Taehyung sialan!" umpat Jungkook sembari menendang berkas berkas penyelidikan berlian yang mereka cari.
"gara-gara perempuan jalang satu itu misi ini jadi berantakan, lalu apa yang dia katakan? 'aku akan mengambilnya, kau tidak usah ikut campur', kau sama selakali tidak tau tentang berlian itu bagaimana kau bisa mengambilnya dasar bodoh"
"aku harus melenyapkan gadis itu, dia sudah membuat Kim Taehyung lupa daratan dan ini tidak boleh dibiarkan, sesegera mungkin aku harus membunuh Vanesa Ronan" Jungkook mengacak rabutnya frustasi.
.
.
.
Keesokan harinya media digemparkan dengan berita tewasnya seorang model bernama Vanesa Ronan di kamar hotelnya. Menurut penyelidikan polisi bunuh diri dengan cara menusukan pisau buah ke jantungnya adalah penyebab tewasnya model muda ini. Dan karena berita tersebut pagelaran fashion show akan diundur selama dua hari demi menghormati Vanesa. Berita ini sungguh menggemparkan dan mengejutkan semua pihak terutama sang kekasih V. tak bisa dipungkiri V sangat marah saat mendengar kabar kematian gadisnya itu, dia bahkan sudah mencari tau sebab kematian Vanesa yang sesungguhnya, dan yang dia dapat kan sangat mengejutkan. Jungkook adalah dalang utama di balik kematian Vanesa. Tepat tadi dini hari Jungkook melancarkan pembunuhan rapi ala keluarga Jeon pada Vanesa sehingga kematiannya terlihat seperti bunuh diri.
"JUNGKOOK! APA YANG KAU LAKUKAN PADA VANESA! KAU YANG BEMBUNUHNYA KAN" V menarik kerah baju Jungkook dengan kasar.
"apa yang kau maksud, aku tidak mengerti"
"jangan pura pura bodoh kau, aku hafal sekali cara membunuh keluarga Jeon yang sangat amat rapi itu. Kau tidak suka dengan Vanesa makanya kau membunuhnya kan?" V makin emosi melihat wajah tak bersalah Jungkook.
"IYA! AKU YANG MEMBUNUHNYA! Dia sudah menghambat tugas kita dan dia sudah mengacaukan focus mu!" Jungkook sudah tidak tahan untuk meluapkan amarahnya.
"PERSETAN DENGAN MENGACAUKAN TUGAS!, kau hanya cemburu aku bisa dekat dengan orang lain sedangkan kau tidak, sampai sekarang kau masih belum mendapat pengganti Jimin maka dari itu kau kesal. Dengar aku Bangsat! Dari awal aku sudah mencoba mendekati mu tapi kau bertingkah angkuh dan selalu menolak kebaikan ku, aku tidak pernah berharap kita akan menjadi sepasang kekasih seperti yang lainnya tapi setidaknya aku berharap kau akan menganngap ku lebih dari teman, waktu itu kau menolak kan? Dan sekarang di saat aku sudah berusaha beralih dari mu dengan amat sangat kejamnya kau membunuh pacar ku, apa kau ini benar benar manusia? Oh aku lupa… kau ini pembunuh bayaran keji, berdarah dingin dan tidak punya hati, kau ini jelmaan iblis pencabut nyawa kan" V juga tak kalah lantang menyerukan amarahnya.
"Tae…hyung…ak-aaku minta-" dengan berlinang air mata Jungkook berusaha meraih tangan V untuk minta maaf.
"JANGAN SEBUT NAMA KU! AKU TIDAK SUDI NAMA ASLI KU DISEBUT OLEH IBLIS RENDAHAN SEPERTI MU! JANGAN PERNAH MUNCUL DI HADAPAN KU LAGI, JANGAN PERNAH TAMPAKAN WAJAH MU LAGI DI HADAPAN KU ATAU KU BUNUH KAU. AKU SANGAT MEMBENCI MU JEON JUNGKOOK" V menyentak tangan Jungkook yang menggenggam lengannya, lalu pergi meninggalkan Jungkook.
"maaf kan aku hyung… aku baru menyadarinya… dunia ku gelap saat kau mulai berpaling dari ku. Jika memang kau tidak ingin aku muncul di hadapan mu lagi… aku.. akan pergi… selamanya…."
.
.
.
Dua hari kemudian V sudah mulai tenang dengan perasaannya, dia sudah mulai menerima kematian Vanesa dan mulai focus kembali pada tugas yang harusnya dia lakukan. V mulai memilah dan membaca kembali hasil pengamatan yang dilakukan Jungkook beberapa hari ini karena dia sibuk dengan Vanesa. Dengan membaca semua dokumen itu, V sadar betapa egoisnya dia, V sadar dia sama sekali tidak serius menjalankan tugasnya, dan hanya membebankan semuanya pada Jungkook, dia juga sadar sehancur apapun dia karena kematian Vanesa buktinya dia bisa melupakannya dalam waktu kurang dari dua hari, ia merasa sedikit bersalah pada Jungkook sekarang. Saat V hendak mengambil hp nya tiba tiba benda itu berdering menampilkan nama Jin.
'hallo Jin hyung ada ap-" belum sempat V bertanya Jin langsung memotong perkataannya dengan nada membentak.
'BODOH APA SAJA YANG KAU LAKUKAN, KENAPA KAU BIARKAN JUNGKOOK TERTANGKAP' murka Jin.
'maksud hyung apa? Aku tidak mengerti, kenapa bisa Jungkook tertangkap?'
'jangan Tanya pada ku bodoh, justru aku ingin tanya pada mu bagaimana Jungkook bisa datang ke tempat sasaran pencurian kita sendirian tanpa pikir panjang seakan bunuh diri seperti itu. Aku sebernarnya heran, yang hilang kewarasan itu Jungkook atau kau Tae? Kau harusnya melindunginya kan' lanjut Jin masih dengan nada murkanya.
'sungguh hyung aku tidak tahu apa apa tentang ini semua, sudah dua hari ini aku dan Jungkook tidak bicara sama sekali, terahir kami bicara kami sempat beradu argument dan berahir dengan perang dingin selama dua hari ini' V mulai panic sekarang, dia yakin pertengkaran mereka dua hari lalu adalah penyebab semua kekacauan ini.
'memangnya apa yang kalian debatkan? Kau membuatnya marah atau apa? Ya Tuhan Taehyung… bagaimana ini… nyawa Jungkook dalam bahaya. Alat pelacaknya tidak berfungsi dan pesan terakhir yang dia tinggalkan hanya aku tertangkap, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya Tae…'
'aku akan menyelamatkannya hyung, apa pun yang terjadi aku akan membawanya kembali. Bisakah hyung suruh Jimin untuk mengirimkan detail data yang sudah dikumpulkan Jungkook tentang musuh kita dan denah lokasi Jungkook sekarang' V mulai panic namun mencoba tetap tenang sembari mempersiapkan laptop dan perangkat lainnya untuk menyususn rencana.
'kau tenang dulu Tae, Jimin akan memandu mu dari sini, aku juga telah mengirim bantuan untuk mu dan J-hope juga sudah berangkat kesana. Kau jangan berbuat gegabah, dinginkan kepala mu dan berpikir yang tenang, ingat nyawa Jungkook jadi taruhan' pesan Jin pada V.
'aku tahu hyung…' sahutnya yang sedang focus dengan rencana penyelamatan Jungkook.
'dan satu lagi Tae… beri pengertian pada Jungkook, walaupun dia pernah membuat mu sakit hati tapi tolong jangan sakiti hatinya, di dunia ini banyak orang yang menolak keberadaannya, dan hatinya juga sedang rapuh sekarang, bila kau memang tidak ingin bersama-' ucapan Jin terputus.
'aku ingin bersamanya hyung… aku akan membawanya pulang dengan selamat dan kami akan bersama selamanya, bahkan aku sendiri yang akan meminta Jungkook langsung pada keluarga Jeon. Sudah dulu hyung, aku harus bersiap, aku akan menghubungi hyung jika aku membutuhkan sesuatu' V memutus sambungan telponnya.
.
.
.
Setelah 2 jam berkutat dengan penyusunan rencana dan analisis data yang diberikan Jimin, V mulai menuju tempat yang diyakini lokasi dimana Jungkook berada. V sudah menghafalkan semua rute tempat itu dan menyiapkan rencana untuk menyusup dengan sangat matang. Setelah beberapa menit menyusup melewati rute teraman yang V tau, tibalah dia di sebuah ruangan tempat Jungkook berada. Disana V melihat Jungkook tengah disiksa dan tak sedikit pun dia melawan.
"sepertinya dunia mulai jungkir balik, tak kusangka seorang Jeon Jungkook anggota mafia paling kuat di dunia menyerahkan diri begitu saja, apa yang harus kita lakukan padanya?" ujar salah satu orang yang menyekap Jungkook sembari masih berusaha memberi Jungkook tendangan atau pukulan.
"jangan keterlaluan padanya, kalau dia mati dia tidak akan bernilai apa apa. Biarkan dia hidup dan kita jual dia pada pemerintah dunia, mereka pasti memberi kita banyak uang" sahut seorang lainnya.
"he.. tidak asik, lihatlah seorang pembunuh bayaran terkenal mafia paling berbahaya sedang tidak berdaya, dia bahkan tidak membalas sama sekali, bukankah ini berarti undangan untuk bersenang senang" orang itu masih senantiasa memukuli Jungkook, dan hal itu sangat membuat V geram, 'beraninya dia memukul Jungkook, awas saja aku akan membunuh mu dengan cara paling kejam dan menyakitkan' ujar V dalam hati.
"silahkan saja kalau kau ingin bersenang senang, tapi jangan sampai membu-" ujar orang itu terputus.
"yang ada aku yang akan membunuh kalian" sela V dengan lantang.
"sialan! Siapa kau? Bagaimana bisa kau masuk kemari" orang yang memukuli Jungkook itu beralih akan menyerang V namun temannya mencegahnya.
"berhati hatilah, dia itu V anggota Bangtan yang lain, dia itu petarung jarak dekat yang kuat dan dia bisa saja menjagal mu dengan tangan kosong"
"berhati hati padaku? Kau cari gara gara dengan menyiksa Jungkook kau masih waspada dengan ku? Lucu sekali kau ini" V menghampiri Jungkook, sedangkan anak itu tidak merespon v sedikit pun.
"walaupun kau membunuh kami berdua, kau tetap tidak akan bisa keluar dari sini, boss tidak akan membiarkan dua anggota Bangtan lolos begitu saja, kami tau kalian pasti mengincar berlian itu kan? Maaf saja, penjahat rendahan seperti kalian tidak pantas untuk berlian itu" salah satu dari dua orang itu masih mencoba memprovokasi.
"wah, nyali mu besar sekali mengatai ku penjahat rendahan, kau pikir aku ini siapa? Aku sudah pernah lolos dari God Father dan pemerintah dunia, bukankah lolos dari sini hanya akan seperti permainan anak anak? Dan aku jelaskan satu hal pada kalian, aku membunuh kalian bukan untuk lolos dari sini, tapi aku akan membunuh kalian karena kalian sudah melukai Jungkook dengan tangan busuk kalian" dengan sangat cepat V menyerang dua orang itu dan langsung meniksa mereka dengan mematahkan tulang belulang mereka hidup hidup.
Perbuatan V tersebut membuat para penjaga lain yang mendengar teriakan berbondong bonding menghampiri tempat kejadian. Sebelum banyak orang yang datang V langsung membawa Jungkook pergi dari ruangan itu dan mulai berkordinasi dengan J-hope dan anak buah Bangtan yang lain agar mereka bisa tahu lokasi berlian incaran mereka. Ingatkan, jika mereka punya tugas untuk mengambil berlian itu. Rencana V sekarang adalah, membawa Jungkook pada J-hope lalu dia akan mengambil berlian itu dan membunuh semua orang yang ada di gedung ini.
"Kook? Kenapa kau diam saja? Apa badan mu masih sakit? Tulang rusuk mu ada yang patah?" V memapah Jungkook dan mencoba mengajaknya bicara karena sedari tadi Jungkook hanya diam saja.
Jungkook tidak menjawab, dia hanya memalingkan wajahnya agar V tidak bisa melihat wajahnya.
"kau masih marah pada ku? Maaf aku sudah memarahi mu, aku akan minta maaf yang benar setelah ini, tapi sekarang kau harus keluar dulu dari tempat ini, kau terluka parah jadi kau harus keluar ke tempat Jhope hyung, aku akan mengambil berliannya" V berhenti berjalan dan mencoba menatap Jungkook, namun Jungkook selalu menghindar.
"kau… keluar saja, biarkan aku mati…" ucapan menyedihkan Jungkook sungguh membuat emosi V naik, tanpa aba aba V langsung mengendong Jungkook dan berjalan kearah Jhope berada.
Sesampainya di tempat Jhope, V memastikan Jungkook mendapat pertolongan pertama dari anak buahnya, dan memastikan anak itu agar dijaga dan jangan samapai dia kabur dan berbuat nekat. Setelah itu V menghampiri Jhope untuk merencanakan pencurian berlian dan rencana menghancurkan gedung itu. Mereka tahu, setelah kekacauan yang dibuat V, penjagaan seluruh sudut gedung diperketat, dan tampak bantuan dari luar mulai datang bermunculan untuk memperketat penjagaan.
"wah, V ini akan semakin sulit, penjagaan makin ketat, dan kau bisa lihat sendiri ada beberapa anggota CIA juga yang terlibat, apalagi anggota inti Bangtan yang terjun langsung hanya kita berdua, ini seperti mengulang misi perlelangan New York" ujar Jhope yang seperti mengeluh tapi nyatanya dia sangat tertarik dan tertantang dengan misi ini.
"kau takut hyung? Kalau hanya beberapa anggota CIA dan para penjaga rendahan ini bukan kelas mu. Kita buat keributan dengan meledakan salah satu sisi gedung, dan pasti berlian itu akan di bawa kabur seseorang, yang perlu kita lakukan adalah menutup semua akses area ini agar berlian itu tidak sampai di bawa kabur" V masih focus dengan layar pengamatan dan mencoba menganalisa situasi.
"mendengar mu berkata logis dan cermat seperti ini membuat ku merinding, kepala mu habis terbentur? Kau tidak seperti V yang beringas yang pernah ku kenal" canda Jhope yang mulai sibuk dengan ledakan yang akan mereka lancarkan.
"misi ini cukup sulit hyung, aku harus berpikir logis dan tetap berkepala dingin dalam menghadapinya, maju tanpa berpikir panjang pasti akan tertangkap. Sepertinya ledakan yang kau buat mulai berhasil hyung, aku akan meminta Jimin memantau pergerakan berlian itu menggunakan satelit" V mulai sibuk dengan laptopnya dan tanpa dia sadari Jungkook memandangnya sembari menangis 'biarkan aku mati' batin Jungkook dalam hati.
"dapat! Berlian itu dibawa oleh salah satu agen CIA dan dia mulai bergerak keluar, kita harus segera mengeksekusinya" ujar Jhope semangat.
"tak kusangka jebakan ini berhasil, apa kualitas CIA semakin menurun" V mulai menyiapkan persenjataan dan mengisyaratkan beberapa anak buah untuk mulai bergerak, namun sejenak ia melihat Jungkook yang berlinang air mata.
V menghampiri Jungkook dan duduk tepat dihadapannya. Jungkook masih senantiasa menunduk menyembunyikan wajahnya, dan yang bisa V lakukan hanya mengenggam kedua tangan Jungkook.
"kau tau aku marah sekali pada mu saat kau bilang ingin mati tadi, yah ini semua memang salah ku tapi ku mohon jangan pernah berkata ingin mati. Kau tunggu aku disini, kau lihat aku dari layar pemantau itu, aku akan menyelesaikan misi ini setelah itu aku akan melamar mu" V mencium kedua tangan Jungkook.
"kau bilang… kau tidak ingin melihat wajah ku lagi… kau bilang kau ingin membunuh ku… biarkan aku mati" tangis Jungkook makin histeris.
"maaf kan aku sungguh saat itu aku tidak bermaksud berkata seperti itu pada mu, aku hanya emosi dan sekarang aku sadar jika Vanesa tidaklah berarti apa apa, seperti kata ku tadi aku akan minta maaf dengan benar pada mu, tapi untuk sekarang kau diam tunggu aku di sini agar aku bisa focus menyelesaikan misi ini" V mencium kening Jungkook lalu pergi untuk menyelesaikan misi ini.
"Oh Tuhan apalagi ini, V dan Jungkook pacaran? Di Bangtan hanya aku saja yang akan melapuk sendirian" gerutu Jhope yang pergi menyusul V.
.
.
.
Jungkook menyaksikan perjuangan V dan Jhope untuk mendapatkan berlian itu dari layar monitor pengintai. Walau dia seperti hanya menatap kosong layar itu, tapi Jungkook sunguh sunguh mengamati V. setelah sekitar dua jam mereka bergelut dengan lawan mereka akhirnya V dan Jhope berhasil merebut berlian itu walaupun beberapa anak buah mereka terluka.
"Untuk anggota yang tidak terluka, bereskan semua perlengkapan kita dan bersiap pergi dari sini, dan untuk yang terluka kalian cepat menuju ke kendaraan masing masing, polisi pasti sudah menuju ke sini, Cepat!" teriak Jhope sesampainya di basecamp yang tadi ia buat.
"Kook, ayo kita pergi dari sini" V menggendong Jungkook dan membawanya pergi.
"misi ini sukses besar, mood ku jadi bagus sekali hari ini" Jhope meledakan seluruh gedung lalu beranjak pergi dari tempat itu.
.
.
.
Setelah keberhasilan misi itu, semua Jhope V dan Jungkook kembali ke Paris. V sempat mendapat teguran dari RM dan Jin atas kelalaiannya dalam tugas ini, tapi V menerimanya dia sadar jika karena dialah misi ini jadi berantakan dan nyawa Jungkook dalam bahaya. Kondisi Jungkook bisa dibilang membingungkan, luka luka di tubuhnya sudah ditangani dan dalam proses penyembuhan, tapi dia terus mengurung diri dan hanya Jin lah yang mau ia temui. Jin mengatakan Jungkook tidak bicara sama sekali dan dia juga tidak ingin ditemui siapapun, V tidak di beri kesempatan sama sekali untuk bicara pada Jungkook.
Hari ini, Jin punya rencana agar Jungkook dan V bisa bicara dan menyelesaikan permasalahan mereka, karena jujur Jin sudah jengah dengan kedua adiknya itu. Jin sangat tahu mereka saling mencintai, hanya saja selalu ada penghalang penghalang tidak jelas diantara mereka, contohnya seperti posisi dalam hubungan. Sungguh Jin tidak habis pikir, jika mereka saling mencintai tinggal saling jujur dan saling mengalah saja kan. Setelah berkordinasi dengan V, Jin mulai melancarkan aksinya, dia mengetuk pintu kamar Jungkook agar anak itu membukakan pintu, dan saat Jungkook membukakan pintu yang seharusnya untuk Jin, V langsung masuk, mencabut kuncinya dan melemparkannya pada Jin agar Jin bisa mengunci mereka derdua dari luar.
"Kookie sayang, maafkan hyung ya, hyung hanya ingin kalian cepat menyelesaikan permasalahan kalian, dan hyung juga ingin trauma mu cepat sembuh, jadi hyung mohon bicarakan semua dengan Taehyung" teriak Jin dari luar kamar Jungkook, setelah itu dia pergi menjauh agar kedua adiknya itu mempunyai privasi.
"Kook… kali ini aku akan minta maaf dengan benar pada mu jadi tolong dengarkan semua yang akan aku katakan" V menarik tangan Jungkook agar Jungkook tidak menghindar darinya, tapi nyatanya walaupun Jungkook tepat ada di hadapannya, dia selalu menghindari tatapan Taehyung dan menyembunyikan wajahnya.
"aku tahu aku salah, aku membentak mu dan membuat mu trauma hanya karena gadis tak penting itu, sungguh setelah kita saling mendiamkan selama dua hari aku baru sadar jika aku tidak pernah mencintai Vanesa, aku bahkan tidak sedih saat kematiannya, saat itu aku hanya terkejut saja gadis yang ku pacari tiba tiba mati" Jungkook senantiasa diam dan mendengarkan perkataan V.
"aku sadar aku salah, karena aku meninggalkan mu di saat kau mulai membuka hati pada ku, tapi bukankah kau juga salah? Kau tidak pernah jujur dengan perasaan mu pada ku, aku tidak apa yang kau rasakan jika kau tidak mengatakannya pada ku. Soal perkataan kasar ku yang tidak ingin melihat wajah mu atau apalah itu, sungguh aku tidak bermaksud mengatakannya, saat itu aku kalut dan tidak sadar mengatakan itu semua. Sekarang melihat wajah mu adalah salah satu keinginan terbesar ku karena sudah beberapa hari ini aku tidak bisa melihat wajah mu dengan benar" V serusaha bicara selembut mungkin dan dia mencoba memalingkan wajah Jungkook agar Jungkook menatapnya dan Jungkook hanya menolak dengan terus menghindari tatapan V.
"Jungkook-ah… ayo kita ke Jepang…" perkataan V yang ini langsung membuat Jungkook menatap V dengan tatapan terkejut.
"sepertinya kau masih tidak yakin dengan perkataan ku, jadi lebih baik aku langsung meninta mu pada keluarga Jeon" V tersenyum metapa Jungkook.
"jangan… kau akan mati jika bertemu keluarga ku" akhirnya Jungkook bicara.
"lebih baik mati daripada melihat mu terus menolak ku seperti ini. Kita berdua sama sama terluka kook, kau terluka karena perkataan kasar ku, dan aku terluka dengan penyesalan ku dan kau yang terus enggan menatap wajah ku. Maka dari itu jalan satu satunya untuk mengahiri penyiksaan ini adalah dengan meyakin kan mu, dan ternyata bicara terus terang pada mu pun masih belum bisa meyakinkan mu, itulah mengapa aku harus bertemu keluarga untuk meyakin kan mu"
"jangan bertemu mereka, kau pasti akan mati dan apa gunanya kau membuat ku yakin tapi kau sendiri malah tewas terbunuh"
"lalu aku harus bagaimana? Hanya dengan bicara seperti ini kau juga masih ingin menghindari ku kan?" V mulai menunjukan raut putus asa, dan itu tak luput dari pandangan Jungkook.
Jungkook sadar dia mulai menyebalkan sekarang, dan bisa saja V pergi darinya lagi walaupun saat ini pria itu sedang memohon padanya. Sejujurnya Jungkook juga tidak ingin seperti ini terus, dia sangat ingin menerima V hanya saja keresahan mendasarnya muncul kembali. Ini tentang posisi dalam hubungan mereka, bagaimana bisa sesama dominan menjalin sebuah hubungan, dan apakan dia harus menjadi submissive hanya demi bersama V, tapi saat ini dia sangat takut V akan meninggalkannya, dan dia juga masih trauma dengan perkataan V yang tidak ingin melihat wajahnya dan ingin dia mati.
"aku…aku takut hyung… aku takut memulai hubungan dengan mu… aku takut suatu saat kau pergi meninggalkan ku seperti Jimin, aku takut pada mu…" suara Jungkook bergetar, menandakan dia menahan tangisnya.
"kau hanya perlu mencoba, jika kau takut dengan bagaimana hubungan ini akan berjalan, kau bisa selalu mengandalkan ku, jika ada masalah dalam hubungan ini salahkan saja aku, dengan begitu kau tidak perlu memikirkan hal hal tidak penting dalam suatu hubungan. Aku tidak akan pernah meninggalkan mu, jika aku meninggalkan mu demi orang lain bunuh saja orang itu atau bunuh saja aku. Dan jika kau takut pada ku, aku akan berusaha sebaik mungkin menghilangkan trauma itu" V memeluk Jungkook, mencoba meyakinkan Jungkook bahwa semua akan baik baik saja.
"lalu aku harus menjadi submissive mu?" Tanya Jungkook ragu, dan membuat V yang mendengarkannya melepaskan pelukannya.
"jadi selama ini itu yang kau risaukan? Kau hanya tidak ingin jadi pihak bawah. Hah… baiklah Kook aku saja yang jadi submissive jika kau tidak mau" perkataan V sungguh membuat Jungkook merasa sangat egois, dia merasa sangat angkuh sampai berpikir dia tidak ingin menjadi bottom dan selalu memandang rendah posisi itu, sedangkan V dengan sangat mudah membuang harga dirinya sebagai dominan demi untuk menjalin hubungan dengannya.
"kau tidak pantas jadi uke hyung, biar aku saja. Toh aku jadi sadar jika aku terlalu cengeng dan labil jika ingin di sebut seme" Jungkook menatap wajah V dengan benar dan member senyuman agar konotasi pada kalimat yang dia lontarkan tidak terlalu kaku.
"berarti mulai saat ini kita pacaran?" Tanya V.
"kau mau apa lagi memangnya"
"menikahi mu, aku bersungguh sungguh saat bilang ingin meminta mu pada keluarga mu"
"bagi keluarga Jeon aku ini sudah mati, dan aku tidak ingin lagi terlibat dengan mereka, bagiku hanya Somi dan Bangtan lah keluarga ku" Jungkook menyahuti pernyataan gila V.
"tapi aku ingin ikatan yang jelas, aku ingin menghapuskan keraguan mu pada ku maka dari itu kita butuh ikatan yang jelas" V masih belum menyerah.
"dengan kau tidak meninggalkan ku saja itu sudah cukup, buat aku yakin dengan tindakan mu saja"
"begini saja, kita lakukan ritual pertunangan ala keluarga mu itu, aku pernah bertanya pada Jimin dan Somi tentang ritual pengikatan ala keluarga mu, dan sepertinya hati ku lebih lega saat aku benar benar bisa mengikat mu dengan cara keluarga mu" ujar V antusias.
"kau yakin? Setelah kau melakukannya tanda pertunangan itu aka nada di tubuh mu selamanya, kau tidak akan bebas bersama orang lain saat menatap tanda itu, Jimin saja selalu merasa terganggu dengan tanda itu dan dia selalu menutupinya" Jungkook sebenarnya senang dengan niat V yang ingin meresmikan hubungan mereka, hanya saja dia takut V akan menyesalinya dan akan merasa terbebani seperti halnya Jimin dan para menantu Jeon lainnya yang selalu merasa terbelenggu dengan tanda itu.
"aku sangat mencintai mu, aku tidak akan bersama orang lain lagi, dan aku tidak akan merasa terganggu dengan tanda itu, justru aku akan sangat banga karena itu membuktikan aku bisa memiliki tuan muda Jeon setelah perjuangan panjang ini" V membelai wajah Jungkook dengan lembut.
"anggap ritual ini sebagai sumpah ku untuk tidak meninggalkan mu…" V tersenyum dengan sangat menawan dan entah mengapa membuat wajah Jungkook memerah sempurna, 'sial! Kim Taehyung kau tampan sekali' umpat Jungkook dalam hati.
.
.
.
Beberapa hari setelah Jungkook dan V berbaikan dan menjalin hubungan, hari ini adalah hari ritual pertunangan ala keluarga Jeon akan di mulai. Beberapa hari semenjak itu, Jungkook telah menyelesaikan semua terapi akan traumannya dengan V, Jin juga berpesan pada V agar tidak membentak Jungkook sehingga traumannya tidak kembali. Dalam beberapa hari bisa dibilang trauma Jungkook sangat membaik, dia sudah bisa menatap V lama, hanya saja terkadang saat Jungkook melihat ekspresi datar atau dingin V(yang tidak sengaja dibuat oleh V) Jungkook langsung otomatis menundukan wajahnya, dan jika itu terjadi V dengan senang hati membisikan kalimat maaf yang lembut, untuk menenangkan Jungkook.
Dan kembali pada ritual keluarga Jeon itu, di sini V di bantu oleh Jimin dan Somi yang sengaja datang jauh dari Jepang hanya demi membantu calon kakak iparnya ini. Sebenarnya ritual pertunangan ala keluarga Jeon tidaklah lama hanya saja memang ada beberapa benda yang harus disiapkan dan yang mengerti akan hal itu hanya keluarga Jeon. Jimin juga memberitahu V tentang prosesi ritualnya dan apa saja yang harus dia lakukan, karena memang ritual itu cukup ekstrim dan bisa saja menghilangkannya nyawanya, dan karena Jimin sudah pernah mengalaminya dia memberitahu V apa saja yang harus dia lakukan saat bertarung dengan maut. Iya… maut, karena ritual pertunangan keluarga Jeon juga bertujuan untuk menguji seberapa pantas dia untuk menjadi anggota keluarga Jeon, maka ritual ini pasti akan mendekatkan orang yang melakukannya dengan ajalnya.
Di sisi lain Jungkook saat ini berada di kamarnya bersama Jin untuk mempersiapkan diri, setelah V nanti selesai dengan ritual itu. Dalam aturan keluarga Jeon memang sang pasangan hanya boleh melihat calon tunangannya dari kejauhan saat mereka berjuang dengan maut.
"Kookie, setelah ritual Taehyung selesai langkah berikutnya apa?" Tanya Jin sambil membantu Jungkook mengoleskan lotion pada tangannya.
"kalau memang ingin lanjut pada tahap pernikahan ya berarti kami berdua harus bercinta" jawab Jungkook dengan nada datar.
"ow… makanya kau minta bantuan ku untuk mempersiapkan diri, tenang Kookie hyung akan membuat mu cantik dan mulus sampai Taehyung ingin menerkam mu saat melihat mu" goda Jin.
"aku hanya bingung harus bagaimana hyung. Aku yakin Taehyung hyung pasti bisa melewati ritual itu hanya saja… aku…" cemas adalah kata yang tepat dalam menggambarkan Jungkook saat ini.
"kau tinggal pasrah saja dan biarkan Taehyung yang melakukannya. Sungguh ya, aku ini seperti seorang ibu yang anak gadisnya akan melepas keperawanannya" Jin terkikik melihat Jungkook yang menghawatirkan hubungan intimnya dengan Taehyung setelah ini
"bagaimana bisa begitu" Jungkook masih tidak terima, dia tidak ingin hanya V yang berperan.
"kau kan belum berpengalaman sebagai submissive, biarkan Taehyung saja yang mempersiapkan mu. Jungkookie maknae ku, kau ini jangan terlalu memikirkannya, biarkan semua mengalir. Sekarang tugas mu menyemangati Taehyung agar dia cepat menyelesaikan ritual ekstrem keluarga mu itu, ayo lambai kan tangan mu pada Taehyung" Jin mengisyaratkan pada Jungkook agar melambaikan tangannya kearah Tahyung yang dapat mereka lihat dari balkon kamar Jungkook, dan Jungkook pun melakukan apa yang Jin suruh.
.
.
.
Ritual yang harus dijalani V pertama adalah, dia harus menelan ular hitam yang tebalnya hanya setebal pensil dan panjang sekitar 30cm. Ular itu adalah ular berbisa yang di ternak sendiri oleh keluarga Jeon untuk diambil bisa nya dan biasanya akan diolah menjadi racun mematikan, dan sekarang V harus menelannya dan bertahan saat ular itu mulai menjelajahi organ dalamnya dan menebar racun di dalam tubuhnya. Dia juga harus tetap bertahan hidup saat ular itu mulai memakan dan henghancurkan organ dalamnya, dan sekarang V sangat heran bagaimana Jimin masih bisa hidup setelah melakukan ritual itu, apa lagi saat itu Jimin masih kecil.
"itu tidak semengerikan yang kau banyangkan Tae, ular itu hanya akan jalan jalan dalam tubuh mu lalu dia akan keluar, dia tidak akan melubangi lambungmu atau menghancurkan organ dalam mu, dia hanya akan berjalan dan menyebar racun dalam tubuh mu, kau itu kuat kau akan baik baik saja, buktinya aku juga baik baik saja kan" Jimin mencoba menenangkan Taehyung.
"aku tidak menyangka aku akan menyaksikan ritual pertunangan kakak ku untuk kedua kalinya, dan sekarang aku yang memandu ritual itu" ujar Somi yang sedari tadi menahan tawa melihat wajah takut V.
Tidak salah juga sih mengapa V takut, karena jika membayangkan tubuh mu akan di jelajahi oleh ular kecil berbisa mematikan pasti semua orang akan takut. Hanya saja Somi tidak terlalu cemas, karena ular itu adalah ular yang telah dilatih dan mempunyai insting yang sangat tajam. Jika yang akan dimasuki adalah orang kuat yang kemampuannya sepadan dengan keluarga Jeon, ular itu hanya akan masuk ke lambung menyebar bisa dan keluar lagi, tapi dia itu orang lemah yang tak sepadan dengan keluarga Jeon, maka ular itu tak segan segan menghancurkan semua organ tubuh orang itu. Yang butuh V lakukan saat ini adalah menahan bisa racun itu sampai 10 menit setelah itu Somi akan mulai ritual berikutnya dan memberi penawarnya.
Somi mulai merapal sesuatu sembari memasukan ular itu dalam mulut V. Setelah V menelan ular itu dia mulai teriak kesakitan karena bisa dari ular itu mulai menyebar. V tersungkur di lantai dengan kulit yang mulai membiru.
"Tahan Tae, jangan terlalu banyak bergerak atau rancunnya akan semakin menyebar" Jimin berusaha membuat V tetap sadar.
"Nagisa-chan, tolong siapkan bunganya" Somi meminta tolong pada Jimin untuk menyiapkan bunga khusus penawar racun itu. Bunga itu harus di tabur pada tempat berendam atau kolam agar Taehyung bisa di remdam dalam air bunga tersebut dan racun di tubuhnya akan menghilang saat dia berendam dan minum air bunga itu.
"SS..Somi… Berapa…ll..lama.." ujar V terbata bata.
" sebentar lagi, tolong tahan. Kau tidak ingin membuat kakak ku yang melihat mu dari atas hawatirkan?" Somi selesai dengan persiapan yang lainnya. Semua bahan dan barang untuk ritual ini special Somi siapkan dari kediaman keluarga Jeon, sebisa mungkin Somi mengikuti keaslian ritual itu dengan menghafal semua prosesi dan mantra juga menyiapkan semua yang di butuhkan seperti ular dan bunga yang hanya ada di kediaman keluarga Jeon.
Setelah sekitar 15 menit menahan siksaan racun itu, akhirnya V di masukan dalam kolam yang berisi air rendaman bunga penawar racun itu. Tubuhnya dibiarkan tenggelam dalam kolam itu sampai kulitnya kembali normal dan tidak keunguan.
"sekarang tinggal tahap yang paling menentukan. Jika kolam ini bisa terbakar dengan api biru keluarga Jeon walaupun jelas kolam ini berisi air bukan minyak dan Taehyung bisa tahan dengan api itu, maka dialah orang yang terpilih bersanding dengan keluarga Jeon" ujar Jimin yang masih ingat dengan tahapan ini.
"Nagisa-chan jelas orang yang terpilih bersanding dengan keluarga Jeon, api biru itu sudah mengakui mu, hanya saja sepertinya kau tidak ditakdirkan untuk Jungkook… aku senang kalian berdua bahagia sekarang" Somi terseyum menatap Jimin dan Jimin pun membalas senyuman Somi.
Somi memercikan api yang dia buat dari gesekan dua batuan gunung merapi tempat kediamannya tinggal dan api itu langsung menyala dan berkobar besar dengan warna biru yang indah. Dan saat api itu semakin membesar, V muncul dan berjalan naik untuk keluar dari kolam itu. Sungguh pemandangan yang sangat indah, Seorang Kim Taehyung yang basah dengan tubuh sexy berjalan keluar dari kobaran api biru, Jungkook yang melihat dari kejauhan pun dibuat sulit bernafas saat melihatnya.
"Wow… Jungkook benar benar beruntung bisa menikah dengan orang setampan dan se sexy ini… gairah ku saja langsung naik saat aku melihatnya" celetuk kagum Somi saat melihat V.
"aku juga sembat blushing, tapi jangan berkata seperti itu kalau ada Jungkook, dia bisa marah jika pasangannya di jadikan fantasi liar oleh adiknya sendiri" Jimin mencubit Somi agar gadis itu berhenti melihati V dengan tatapan lapar.
"aku capek jomblo terus Nagisa-chan, aku juga ingin punya pacar. Kalau begini aku pacaran saja dengan Jhope-ssi" Somi cemberut karena dia tidak boleh menatapi V yang sexy itu.
"Hush! Kalo Jungkook dengar dia bisa marah, sekarang ayo kita lanjutkan ritual ini" Jimin dan Somi mulai menyiapkan alat tattoo khusus yang akan digunakan untuk memberi tanda pada V. dari pada alat mentattoo alat itu lebih mirip alat memahat yang terlihat menyeramkan.
"setelah ini tinggal tattoo itu kan?" Tanya V pada Somi dan Jimin.
"ini akan sedikit menyakitkan tolongtahan sebentar" Somi memusukan tinta khusus dangan cara membuat luka pahat pada kulit pergelangan tangan V. Somi mengambar pola lambang keluarga Jeon disertai kode name Jungkook menandakan jika sekarang V terikat dengan seorang Jeon Jungkook.
"aku suka dengan tattoo baru ku ini, letaknya tepat di nadi pergelangan tangan" V tersenyum melihat tanda yang baru diberikan padanya itu, walaupun jelas pergelangan tangannya penuh dengan darah.
"nah terimakasih atas bantuannya nona nona manis, sekarang aku akan berlanjut dengan urusan ku dengan Jeon Jungkook" V beranjak untuk ganti baju lalu menemui Jungkook.
"hey kakak ipar, jangan terlalu kasar pada kakak ku, dia itu masih virgin lubangnya" teriak Somi pada V.
"YA! Jeon Somi, mulut mu brutal sekali" Jimin memukul lengan Somi, untuk menghentikan mulut cabul gadis itu.
.
.
.
"hey Jeon Jungkook, kau tidak ingin menyambut suami mu yang baru saja meregang nyawa" V masuk ke kamar Jungkook dan memeluk Jungkook dari belakang karena Jungkook berdiri menatap jendela.
"kau belum menjadi suami ku, kau baru tunangan ku" Jungkook menyunggingkan senyum tipis.
"dan setelah kita melakukannya baru kita resmi menikah menurut adat keluarga mu kan?" ujar menggoda V yang membuat Jungkook malu.
"apa yang harus ku lakukan?" Tanya Jungkook.
"cukup rileks dan desah kan nama ku saja yang kencang" V mencium bibir Jungkook dengan ganas, dan tangannya pun mulai merambat untuk membuka baju Jungkook.
"eeuummhh.." desahan lolos dari mulut Jungkook, sungguh Jungkook merasa ciuman itu adalah ciuman ternikmat yang pernah dia rasakan, dan ada desiran aneh setiap V meraba tubuhnya sungguh membuatnya gila.
"bagaimana? Enak? Terus mendesah seperti itu, aku suka suara mu" ciuman V turun ke leher, dan jamahannya semakin liar.
"kk..kaki… aku tak..kuat berdiri" badan Jungkook melemas akibat semua rangsangan yang ia rasakan.
"kalau begitu aku akan menerkam mu di ranjang, bersiaplah Jeon Jungkook" V menggendong dan membaringkan Jungkook di ranjang.
"lakukan apa saja aku milik mu…" Jungkook mengalungkan tangannya pada leher V.
.
.
.
Keesokan paginya Jungkook benar benar tidak berdaya, badannya lemas dan pinggangnya sakit luar biasa. V benar benar menghajarnya habis habisan semalam, dan sekarang Jungkook sedang dirawat oleh Jin dan Somi karena jika Taehyung yang merawatnya yang ada anak itu akan meneruskan nafsunya yang tidak pernah habis itu.
"bagaimana rasanya?" Tanya Somi penasaran.
"kau tidak lihat keadaan ku sekarang? Tentu saja sakit bodoh" jawab sewot Jungkook yang masih terbaring lemas.
"tapi tak bisa kau pungkiri itu nikmat sekali kan? Kau pasti akan ketagihan" sela Jin dengan senyum jahilnya.
"mungkin aku akan lebih menikmati kalau saja si Kim Taehyung itu nafsunya tidak seperti binatang, sungguh, aku pikir aku akan mati" kesal Jungkook pada suaminya itu.
"lama-lama kau akan terbiasa Kookie, semakin sering melakukannya sakitnya akan berkurang, dan yang tersisa hanya kenikmatan" Jin mencubit pipi Jungkook gemas, akhirnya maknaenya itu sudah tidak perawan lagi.
"hyung, ucapan mu vulgar di sini masih ada Somi" protes Jungkook.
"tenang saja aku sudah familiar dengan hal seperti itu kok, sekarang yang harus ku lakukan adalah cepat cari pacar agak aku tidak iri melihat kalian semua bercumbu dengan suami masing masing" sangkal Somi dengan percaya diri.
"memang kau mau pacaran dengan siapa? Apa ada pria gila yang mau dengan gadis bar bar seperti mu" sindir Jungkook.
"Jhope-ssi mau dengan ku, dia juga sangat baik dan manis, aku pacaran dengan dia saja ya" ujar riang Somi.
"He… enak saja, jangan pacaran dengannya, Jhope hyung masih belum pantas mendapatkan mu, diantara para penerus keluarga Jeon wajah mu yang paling kaukasia, enak saja hyung muka kuda itu mendapatkan gadis bule seperti mu dengan mudah" sahut Jungkook tak terima.
"ternyata Jungkook cukup protektif juga pada adiknya, sudalah Kook restui saja apa salahnya Jhope dan Somi pacaran, mereka serasi lho" Jin ikut membantu Somi.
"tidak tidak, enak saja. Kalau Jhope hyung serius mendekati Somi, dia harus minta ijin langsung pada ku"
"kau semakin menyebalkan Jungkook-ah, mentang mentang sudah laku kau ingin adik mu tak laku laku" protes Somi.
.
.
.
END/TBC… Maybe
.
.
Akhirnya Sequel ini selesai juga…..
Sudah bertahun tahun semenjak Jun terakhir upload
FF ini di mulai dari jaman Jun aktif kuliah sampek sekarang udah kerja, lama baget…
Bagi kalian yang masih setia nunggu FF ini, terimakasih banyak
Untuk yang baru tahu FF ini, selamat datang dan selamat membaca chapter sebelumnya
Kayaknya setelah ini Jun tertarik buat bikin Sequel yang lain… yang minat komen ya
Yang baca juga komen, biar Jun semangat kembali di dunia per FF an
Oke
Sekian
XOXO
Junra
