Beautiful Boy
By: Kei Tsukiyomi
.
.
Author's Note: Terinspirasi dari pobhia yang saya alami sendiri dan demi kepentingan cerita saya modifikasi di sana-sini hingga terlihat (tidak) layak baca. Hope you like it :D
Disclaimer: Sudah jelas ya Eunhyuk is mine! Aduh, Donghae gak usah timpuk-timpuk deh! *pout*
Warning: AU, Typos yang pasti eksis abis, BL, penistaan karakter dll DLDR!
Pair: Haehyuk
Happy reading!
.
.
.
Malam sudah larut. Hewan nokturnal pun sudah berkumandang menyenandungkan aktivitas. Seharusnya aku sudah bergelung nyaman di atas tempat tidur seperti malam pada umumnya. Tapi tidak. Malam ini kuhabiskan di depan laptop membuka laman google. Mencari informasi mengenai Venustrapobhia sebanyak mungkin. Sejak pertemuanku dengan Donghae tadi siang, aku jadi penasaran dan tertarik padanya. Siwon tidak memberitahu banyak. Hanya informasi umum. Menyebalkan. Kupandangi layar di depanku. Di mana pada layar itu terbuka salah satu situs yang membahas Venustraphobia. Dari ciri-ciri, penyebab, hingga pengobatan.
Hmm… entah kenapa aku ingin sekali membantu Donghae menyembuhkan pobhianya. Melihat sendiri bagaimana tubuh itu bergetar dengan wajah menyiratkan ketakutan sungguh membuatku iba. Kalau terus seperti itu sampai kapanpun tidak bisa menikah dan jadi perjaka tua, dong? Aku manggut-manggut membenarkan. Kan sayang lelaki tampan sepertinya tapi single. Aku mau kok jadi pacarnya. Kugelengkan kepalaku mengusir pikiran barusan kemudian menutup laman tersebut dan mematikan laptopku. Beranjak ke tempat tidur dan merebahkan tubuh. Sedikit merenggangkannya kemudian menarik selimut.
"Sampai besok Donghae."
.
.
.
"Kau sungguh ingin membantunya, Hyukie?" Siwon bertanya sekali lagi padaku saat kuberitahu ingin membantu Donghae mengatasi fobianya. Aku hanya mengangguk membenarkan. Saat ini kami sedang berada di kantin di pagi hari. Ku rasa kantin tempat yang cocok untuk berunding. Suasana juga masih sepi hanya ada segelintir murid yang berlalu-lalang entah melakukan apa. Donghae juga belum terlihat.
"Syukurlah jika ada yang ingin membantunya." Kulihat Siwon tersenyum dan menepuk-nepuk kepalaku ringan.
"Tapi Wonnie, apa Donghae tidak tersiksa berada di sekolah ini yang banyak dihuni pelajar wanita? Pasti banyak yang cantik kan?" aku bertanya penasaran. Bagaimana caranya mengatasi itu semua selama bersekolah di sekolah umum ini? Masa iya setiap bertemu wanita dia akan langsung lari? Siwon berdeham, mengetuk-ngetukkan jarinya di bawah dagu.
"Sebenarnya Hyukie, reaksi terhadapmu-lah yang paling parah." Aku memasang wajah bingung.
"Maksudmu?" Siwon berdeham sekali lagi sebelum bicara.
"Dia memang pengidap venustrapobhia, tapi selama ini paling-paling dia hanya berkeringat dingin dan berjalan cepat untuk menghindar. Apalagi dia juga ikut terapi untuk 'penyakitnya' itu, jadi sedikit demi sedikit dia mulai bisa mengendalikan pobhianya. Dia pernah bersembunyi juga sih, tapi tidak sampai lari tunggang langgang seperti saat bertemu denganmu." Oke, aku mulai tersinggung. Memangnya aku sebegitu menakutkan kah? Awas saja kalau bertemu nanti, aku akan memukul kepalanya.
"Mungkin karena kau terlalu cantik, Hyukie haha…" kutendang tulang kering Siwon hingga dia meringis dan mengusap-usap kakinya. Rasakan itu haha…
"Asal kau tahu, pobhianya itu sudah hampir sembuh sebenarnya. Kau tahu? Di sekolah ini ada siswi yang digadang-gadang paling cantik, Jessica, Yoona, Sandara, tapi reaksi Donghae terhadap mereka biasa saja. Dia malah bilang padaku, 'apa yang cantik dari mereka?' aku jadi ragu dia benar-benar pobhia apa tidak." Aku tahu beberapa dari yang disebutkan Siwon tadi karena sudah bertemu dan berkenalan, bahkan salah satunya ada yang berkedip padaku. Kalau mengingat itu aku ingin tertawa. Kembali ke topik, kami di sini ingin membahas Donghae, bukan untuk membicarakan gadis-gadis cantik.
"Jadi kenapa Donghae bisa mempunyai pobhia aneh itu?"
"Trauma."
"Trauma? Kau benar-benar tidak ingin memberitahunya padaku?" Siwon mengendikkan bahu ringan.
"Tidak sekarang Hyukie, yang jelas itu bukan kenangan yang menyenangkan bagi Donghae." Aku terdiam. Memikirkan ucapan Siwon. Trauma ya? Hmm… aku harus mencari tahunya sendiri sepertinya.
"Baiklah, aku harus kembali ke kelas. Terimakasih atas infonya."
"Kau suka padanya ya?"
"Anggap saja begitu." Kukedipkan sebelah mataku dan tertawa centil. Melambaikan tangan kemudian dan berlalu pergi. Sayup-sayup kudengar suara kekehan Siwon dan ucapan 'semoga beruntung'. Ya, semoga beruntung diriku.
.
.
.
Itu dia. Targetku ada di sana. Donghae tampak berjalan santai dengan tas di punggung. Matanya tertuju penuh pada gadget di tangan kanannya. Kuputuskan untuk melangkah mendekat. Aku harus membuat Donghae nyaman denganku terlebih dahulu.
"Hai Donghae~" sapaku riang. Tersenyum paling manis yang kubisa. Kulihat Donghae membeku. Pelan-pelan mendongak hingga iris kami bertemu. Hazelnya membulat melihat eksistensiku di depannya. Badannya sedikit gemetar dan tak menunggu waktu lama dia sudah berlari secepat kilat menjauh dariku. Aku? Yang jelas aku hanya bisa melongo melihatnya. Astaga aku sakit hati. Baru kali ini ada lelaki yang berlari saat melihatku. Aku tahu dia punya pobhia tapi tetap saja aku tersinggung. Aku ini laki-laki, apa aku secantik itu? Aku mengelus dada. Sabar Eunhyuk, sabar. Kau harus pelan-pelan mendekati Donghae. Aku bertekad dalam hati akan terus mendekati Donghae. Anggap saja ini sebagai terapi tambahan untuknya. Kalau tidak dibiasakan dia tidak akan pernah 'sembuh', itu yang kubaca semalam.
Baiklah Donghae, bersiaplah.
.
.
.
Perasaanku saja atau Eunhyuk memang selalu mendekatiku? Kuseruput latte yang kupesan barusan dari kantin dan memikirkan hal-hal yang kualami. Tadi pagi Eunhyuk menyapaku dan entah kenapa intensitas pertemuan kami terhitung banyak. Aku senang tentu saja, karena sebenarnya Eunhyuk cukup menarik minatku. Tapi karena pobia sialan ini, aku tidak bisa berbuat banyak. Jantungku selalu berdegup dua kali lipat lebih cepat. Keringat dingin selalu mengalir. Ckkk… wajah tampanku pasti jadi menggelikan. Kuhela nafasku berat. Hahh… maaf ya cantik, aku selalu menghindarimu. Apa boleh buat? Kurasa aku harus memulai terapi lagi. Aku akan menghubungi Teukie hyung setelah ini.
"Hae~~" suara itu. Tanpa sadar tubuhku menegang. Suara yang mengalun manja dan terdengar seksi itu pasti milik Eunhyuk. Diam-diam aku memuja suaranya. Dengan gerakan kaku aku menoleh ke sumber suara. Dia di sana, melambai padaku dan berjalan mendekat. Dan yang membuat jantungku seakan melompat adalah saat Eunhyuk dengan santainya duduk di pangkuanku dan mengalungkan lengannya di leherku. Tersenyum sangat manis.
"Hai Hae, boleh aku bergabung bersamamu?" andai saja aku tidak memiliki pobia sialan ini sudah pasti akan kumakan Eunhyuk saat ini juga. Lihat saja wajah cantiknya yang sekarang memasang pose menggairahkan. Kalau begini terus yang di bawah juga bisa menegang. Keringat dingin mulai kembali bermunculan, tremor mulai menyerang. Ingin sekali aku berlari saat ini.
"Hae, kau berkeringat dingin. Apa aku begitu menakutkan?" tangan halusnya mengusap keringat di dahiku. Pelan sekali, membuatku semakin tersiksa. Debaran jantungku semakin menggila. Tanpa sadar kututup kedua mataku erat dengan tubuh kaku seperti batu. Selama beberapa detik menutup mata aku mulai merasakan pergerakan, beban di pangkuanku mulai terangkat. Eunhyuk bangun dari posisinya.
"Maaf, karena aku kau jadi begitu ketakutan begini. Aku hanya ingin berteman denganmu. Kalau memang merasa tidak nyaman denganku aku tidak akan mengganggumu lagi." Cepat-cepat kubuka mataku saat mendengar ungkapan lirih itu. Eunhyuk memandangku seakan merasa bersalah dan tanpa bicara lagi langsung pergi dari kantin. Tidak! Tidak! Bukan begitu Eunhyukie, kau salah paham. Aku mengutuk tubuhku yang masih tidak mau bergerak untuk mengejarnya. Ah sial! Lagi-lagi aku melukainya. Kuacak rambutku dan mengusap wajah kasar.
"Kau kenapa?" Siwon yang entah datang darimana langsung mendudukkan dirinya di bangku sebelahku. Memandangku dengan tatapan aneh. Alisnya bahkan naik satu.
"Dia salah paham lagi, Choi."
"Siapa?"
"Eunhyukie."
"Woah kau memanggilnya dengan nama semanis itu, bukannya kau takut padanya?" kuputar bola mataku malas. Mengabaikannya yang memasang senyum aneh. Dia pasti berpikir terlalu jauh.
"Memang kau apakan dia?" dahiku mengerut, dari kalimat Siwon sekan-akan aku melakukan yang iya-iya saja pada Eunhyukie. Aku bahkan tidak berani menyentuhnya.
"Dia salah paham dengan gestureku-"
"Ya ya aku paham, tidak usah diteruskan. Eunhyuk hanya ingin membantu mengatasi pobhiamu, Donghae. Dia tertarik padamu." Mendengar kata 'tertarik', kutegapkan tubuhku dan menatap Siwon dengan antusias.
"Sungguh? Eunhyukie tertarik padaku?"
"Hmm, dia menyukaimu." Eunhyuk menyukaiku? Si cantik itu menyukaiku? Wow, sepertinya aku tak bertepuk sebelah tangan. Tapi… hahh sial, lagi-lagi pobhia ini yang menghalangiku. Siwon menepuk bahuku singkat, sepertinya dia mengerti apa yang kupikirkan.
"Kau harus berusaha menekan rasa takutmu itu, Hae. Lupakan masalalumu. Jangan biarkan kenangan buruk itu terus menghambatmu. Eunhyukie serius menyukaimu, dia itu tipe yang setia. Sekali dia berminat pada sesuatu, dia tidak main-main." Kuhembuskan nafasku kasar. Siwon benar. Tidak seharusnya masalalu itu terus menghambatku. Aku harus berusaha lebih keras lagi. Tunggu ya, cantik.
"Omong-omong kalau kau mau minta maaf, bawakan apapun yang berbau stroberi untuk Eunhyuk. Dia sangat menyukainya," celetuk Siwon kemudian sambil mengangkat gelas dan meminum isinya.
Stroberi ya? Hmm… cocok untuknya yang manis dan imut. Aku mengangguk singkat. Memikirkan langkah apa saja yang harus kuterapkan untuk berdekatan dengan Eunhyukie.
.
.
.
Pluk!
Itu batu kerikil ke sepuluh yang kulempar ke kolam kecil di pinggir taman. Pandanganku menerawang ke langit-langit. Wajah ketakutan Donghae masih terbayang di benakku. Ya ku akui aku sedikit keterlaluan tadi. Habisnya wajahnya manis saat ketakutan, aku jadi ingin menggodanya. Tapi wajahnya jadi pucat pasi begitu. Aku jadi merasa bersalah. Apa aku harus menjauh darinya ya? Atau aku harus mendekatinya pelan-pelan? Hahh… aku bingung.
Donghae kau menyebalkan. Kau membuatku tertarik tapi juga bisa membuat alasan agar jarak di antara kita terbentang. Apa yang harus kulakukan sekarang? Tubuhku sedikit tersentak saat merasakan getaran di saku celana. Ponselku. Aku mengambil benda padat itu dan melihat layar. Ada pesan masuk dari Siwon.
Jangan marah pada Donghae, Hyukie. Dia juga suka padamu, aku jamin itu. Sebentar lagi dia pasti akan menemuimu untuk minta maaf. Bicaralah padanya. Semoga sukses. Chu~
Aku langsung bergidik melihat emot ikon kiss dari Siwon. Dasar kuda. Fokusku kembali pada pemberitahuan Siwon kalau Donghae akan datang menemuiku untuk minta maaf. Seharusnya kan aku yang minta maaf. Kutolehkan kepalaku saat mendengar suara tapak kaki yang mendekat. Iris hitamku sedikit melebar begitu tahu siapa yang mendekatiku. Itu Donghae. Berdiri canggung dengan tubuh yang terlihat gemetar. Hebat juga Siwonie, baru saja dia memberitahuku, orangnya sudah datang sekarang. Aku mengambil langkah mundur. Kalau Donghae merasa tidak nyaman dengan jarak yang dekat aku bisa menjauh. Ekspresi Donghae seperti terkejut melihatku menjauh.
"Ja-jangan menjauh Eunhyuk. Aku… aku ingin minta maaf. Mungkin sikapku membuatmu salah paham." Mulainya dengan nada suaranya yang kikuk.
"Tidak apa-apa aku mengerti Donghae. Aku tidak marah kalau kau memang tidak nyaman bilang saja, aku akan menjaga jarak denganmu. Sungguh." Kusela ucapan Donghae. Donghae tidak salah. Akulah yang harus memahami kondisinya.
"Tidak! Jangan menjauh dariku." Donghae berbicara sedikit keras. Raut wajahnya pun tak bisa kubaca. Sebenarnya apa maunya? Bukankah kalau aku mendekatinya dia akan berlari. Tapi kenapa dia malah menyuruhku agar tidak menjauh? Kuambil satu langkah mendekat. Donghae masih diam di tempatnya. Berusaha untuk tidak mundur.
"Apa maksudmu Donghae?" Donghae mengambil nafas dalam, lalu menghembuskannya. Aku bertaruh dia pasti mencoba menenangkan debaran jantungnya. Tangannya bahkan terkepal. Aku memperhatikannya lekat-lekat.
"Aku… aku tertarik padamu. Aku ingin dekat denganmu tapi pobhia ini yang menghalangiku. Kau pasti sudah tahu dari Siwon. Maafkan aku jika sikapku membuatmu tersinggung. Aku tak pernah berniat seperti itu." Donghae mengatakan semua itu dengan ekspresi bersungguh-sungguh walau ada keringat yang berjatuhan. Dia pasti sangat gugup. Muncul simpati dalam hatiku melihat Donghae seperti ini. Kuambil langkah maju sekali lagi. Donghae diam di tempatnya. Berusaha menatap mataku dengan takut-takut. Aku tersenyum lembut. Memegang tangannya tapi tidak erat. Jadi kapanpun Donghae mau dia bisa melepaskannya. Tapi tidak. Perlahan kurasakan Donghae menggenggam tanganku dan meremasnya pelan. Tangannya basah oleh keringat.
"Hae… "
"Aku akan berusaha menghilangkan pobhiaku ini Eunhyukie. Aku akan berusaha," ucapnya bersungguh-sungguh. Aku kembali menampilkan senyum termanisku, membalas genggaman Donghae.
"Benarkah kau tertarik padaku?" Donghae mengangguk. Wajahnya merah.
"Kalau begitu peluk aku, Hae." Respon Donghae saat aku memintanya memelukku adalah terkejut tentu saja. Sebenarnya aku hanya bercanda, baru saja ingin kuberitahu tapi terlambat saat secara pelan tapi pasti Donghae mulai merengkuhku ke dalam dekapannya. Aku membeku sesaat. Kepalaku bersandar di dadanya. Tepat di bagian jantung berada. Aku bisa mendengar dan merasakan degupan jantungnya. Sangat cepat. Benar-benar cepat.
"Aku menyukaimu Eunhyukie," bisiknya di telingaku. Pelaann sekali hingga membuat hatiku berdebar-debar. Wajahku panas. Pasti sekarang memerah. Uhh Donghae. Aku jadi semakin menyukaimu. Kubalas pelukannya. Menyandarkan diri sepenuhnya dalam pelukannya.
"Aku juga menyukaimu, Hae. Aku akan membantumu mengatasi pobhiamu itu." Pelukannya mengerat, Donghae berbisik sekali lagi.
"Terimakasih."
.
.
.
Hari sudah sore, dalam perjalanan pulang aku berpapasan dengan Siwon yang sedang menghubungi seseorang. Ku hadang dia dan membawanya ke kafe dekat sekolah. Ada yang ingin kutanyakan padanya. Dan sepertinya dia tahu apa yang kuinginkan. Dengan senang hati Siwon mengikutiku bahkan jalan duluan meninggalkanku. Menyebalkan.
"Eunhyukie kenapa kau diam di situ? Sini, nak. Ayo pegangan nanti kau hilang." Kucubit pinggang Siwon cukup keras hingga dia mengaduh keakitan. Rasakan! Seenaknya saja menganggapku anak kecil. Kebiasaan. Dia itu sering sekali menggodaku. Kutinggalkan dia yang masih meringis dan segera duduk di kursi kosong dalam kafe. Memesan milkshake stroberi dan latte untuk Siwon. Siwon duduk di depanku sambil mengusap-usap pinggangnya. Aku tertawa.
"Kau jahat sekali Hyukie."
"Salahmu." Tak lama waiter di sana membawa pesananku dan menatanya di meja. Aku mengucapkan terimakasih dan kembali fokus pada Siwon setelah waiter itu pergi.
"Aku ingin Tanya padamu-"
"Tentang Donghae kan?" selanya. Aku mengangguk. Dia mengambil cangkirnya dan menyeruput lattenya.
"Aku ingin tahu penyebab pobhia Donghae. Kau mau memberitahuku?" Siwon diam sebentar, menimbang-nimbang apa yang harus dibicarakan mungkin? Dia berdeham dan menatapku serius. Oke, aku bersiap menjadi pendengar yang baik.
"Ini bukanlah kenangan indah untuk Donghae. Sebenarnya aku tak mau menceritakannya. Aku ingin Donghae sendiri yang menceritakannya padamu. Tapi kalau begitu mungkin akan membutuhkan waktu yang lama." Tentu saja itu bukan kenangan indah. Kalau indah pasti Donghae tidak akan mengalami pobhia. Siwon pabbo. Aku mencebikkan bibir ke arahnya. Dia tersenyum. Sepertinya tahu apa yang kupikirkan.
"Awal mula pobhianya terbentuk adalah saat dia baru memasuki jenjang SMP. Dia menyukai salah satu senior SMA yang gedungnya memang disatukan oleh pihak sekolah. Seniornya itu memang cantik, bahkan disukai banyak siswa yang lain. Saat itu dengan memberanikan dirinya Donghae menyatakan cinta." Siwon memulai ceritanya. Aku langsung fokus mendengarkan.
"Lalu?"
"Menurutmu apa Donghae diterima apa tidak?" aku berpikir sebentar. Kalau Donghae masih SMP besar kemungkinan dia pasti ditolak. Memangnya siapa yang mau pacaran dengan anak-anak?
"Menurutku tidak. Ya, dia kan masih kecil." Siwon tersenyum kecil. Memutar jarinya di pinggiran cangkir.
"Aku juga berpikiran sama sepertimu. Tapi kenyataannya dia diterima. Noona itu selalu baik dan tersenyum manis padanya. Donghae senang sekali. Dia selalu menyempatkan diri menjemputnya saat pulang." Siwon diam sejenak dan menghela nafas berat. Oke aku mulai penasaran apa yang terjadi setelahnya. Beberapa kemungkinan sudah terbayang di benakku.
"Saat itu, Donghae ingin menjemput noona itu seperti biasa. Aku ikut karena ingin ke suatu tempat dan jalannya se arah. Noona itu sudah terlihat. Bercanda bersama teman-temannya. Begitu Donghae ingin memanggilnya, di situlah kebenaran terkuak."
.
"Hei, kau serius pacaran dengan anak kecil itu?"
"Hmm? Menurutmu?"
"Dia terlihat tulus. Jangan main-main dengannya, kasihan."
"Tentu saja aku menerimanya hanya karena kasihan. Lagipula dia cukup berguna untuk disuruh ini-itu."
"Dasar iblis kau, hahaha…"
"Memangnya siapa yang menyukai anak kecil itu? Aku ini cantik, pria tampanlah yang pantas untukku. Bukan bocah ingusan itu."
"Hahaha kau benar…"
.
.
Astaga, jahat sekali wanita itu. Karma pasti berlaku untuknya. Aku menyumpahinya dalam hati.
"Kau bayangkan, Donghae mendengar semua itu dengan sangat jelas. Dia langsung berlari dari sana tanpa menoleh. Sejak saat itu dia menjadi takut dengan wanita cantik karena takut mereka akan melukai hatinya lagi. Itu adalah bentuk perlindungan yang dibuat hatinya." Aku terdiam setelah mendengar semuanya. Sebentuk perasaan bersalah memasuki relung hatiku karena sudah menggoda Donghae dengan keterlaluan tanpa memikirkan perasaannya. Siwon menyikut pelan perutku dengan sikunya.
"Hei, kenapa murung seperti itu? Dia sudah tidak apa-apa."
"Aku merasa bersalah. Aku selalu mengganggunya. Setelah mendengar ceritamu aku sudah membuat keputusan. Mulai sekarang aku tidak akan mengganggunya lagi."
"Whoa… whoa… jangan menyalahkan dirimu sendiri, Hyukie. Terus saja kau ganggu Donghae. Menyenangkan melihat ekspresi anehnya itu hahaha…" tanpa segan ku pukul kepalanya keras. Bisa-bisanya dia bahagia di atas penderitaan oranglain. Dia meringis.
"Aku serius, Eunhyukie. Kau tahu? Donghae menyukaimu, dia senang saat kau mendekatinya. Dia ingin membalasmu tapi pobhia itu yang menghalangi. Kalau kau menjauh, Donghae justru akan sedih." Aku diam. Ya aku tahu Donghae menyukaiku. Kami bahkan sudah berpelukan. Mengingatnya membuatku merona. Untung Siwon tidak menyadarinya dan kembali berbicara.
"Kau mau bertemu dengan Leeteuk hyung? Dia yang menjadi terapis Donghae selama ini. Kau bisa mengobrol dengannya. Mungkin saja kau bisa menyembuhkan fobhia Donghae. Dan hidup bahagia selamanya menjadi sepasang suami-istri yang rukun." Aku memandang Siwon yang tengah tertawa dengan aneh. Tapi sarannya boleh juga. Mungkin dengan mengobrol dengan terapis Donghae aku bisa berbuat sesuatu untuk Donghae.
"Aku mau bertemu siapa tadi? Leeteuk hyung?"
"Baiklah akan kuatur pertemuannya." Aku mengangguk. Baiklah, aku pasti bisa. Donghae tunggu aku ya, aku akan menyembuhkanmu sebisaku.
.
.
.
"Kau yang bernama Lee Eunhyuk?" aku mengangguk canggung saat seorang lelaki yang kutahu adalah Leeteuk, tersenyum ramah padaku dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Darimana dia tahu namaku?
"Donghae sudah menceritakan tentangmu padaku." Seperti tahu apa yang kupikirkan dia menjawab. Jawaban yang diberikan Leeteuk cukup mengejutkanku. Donghae membicarakanku?
"Silahkan duduk." Aku mengikuti Leeteuk dan duduk di sampingnya di sofa putih ruang tamu di rumahnya. Ya saat ini aku berada di rumahnya. Hari ini dia tidak ada jadwal praktek itu kata Siwon. Siwon benar-benar mengatur jadwal pertemuanku dengannya.
"Emm…" aku mengusap tengkukku karena bingung ingin memulai darimana agar pembicaraan ini berjalan santai.
"Panggil saja aku Teukie hyung." Lesung pipitnya terlihat saat dia tersenyum. Senyumnya terasa menenangkan. Aku berdeham.
"Emm Teukie hyung,kurasa kau sudah tahu apa yang ingin kubicarakan padamu." Teukie hyung mengangguk santai. Menatap mataku dan menguncinya.
"Donghae kan? Well Eunhyukie sepertinya kau orang yang spesial." Aku mengangkat alis mendengarnya, Teukie hyung terkekeh.
"Kau tahu, Donghae tidak pernah seperti ini sebelumnya. Maksudku dia bisa berkeringat dingin dan berlari hanya karena berhadapan dengan lelaki cantik. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dan yang lebih mengejutkan adalah Donghae menjadi lebih bersemangat untuk 'sembuh'. Dia seperti menemukan motivasinya. Dan itu berkatmu Hyukie. Kau pasti sangat spesial untuknya. Ini berita bagus." Iris hitamku sedikit melebar mendengar semua pernyataan itu. Benarkah Donghae seperti itu karenaku?
"Selama ini Donghae melakukan terapi di bawah pengawasanku. Kurasa Donghae bisa sembuh lebih cepat jika kau ada di sampingnya. Kau hanya perlu mendekatinya secara perlahan. Tapi sebelum pembicaraan kita berlanjut aku ingin bertanya padamu." Nada suaranya menjadi serius. Aku menegakkan punggungku. Mendengarkan baik-baik. Entah kenapa rasanya menjadi gugup. Teukie hyung mendekat padaku. Menatap mataku lekat-lekat.
"Apa kau menyukai Donghae?" terkejut. Tentu saja responku terkejut. Apa tadi katanya? Kenapa dia menanyai hal itu? Aku berkedip-kedip. Leeteuk menghela nafas.
"Maaf. Bukan maksudku mencampuri urusan perasaanmu. Hanya saja aku harus memastikan semuanya. Donghae mempunyai kenangan buruk di masalalu yang berhubungan dengan orang yang disukainya. Kalau kau tidak menyukainya atau hanya merasa kasihan saja lebih baik mundur dari sekarang. Jika kejadian dulu terulang kembali aku bisa pastikan pobhia Donghae akan semakin parah dan menjadi lebih buruk lagi. Mungkin saja dia tidak akan berani berhadapan dengan oranglain dan menutup hatinya. Jadi Eunhyukie, bagaimana perasaanmu pada Donghae?" aku terdiam. Memikirkan semuanya. Pikiranku melayang pada saat-saat bersama Donghae. Walau tidak banyak interaksi yang kami lakukan tapi tidak kupungkiri rasa tertarik itu benar-benar ada. Berada di pelukan Donghae sangat nyaman. Walau memang pelukan itu sedikit bergetar karena rasa takutnya yang masih ada. Kubalas tatapan Teukie hyung. Bibirku terangkat membentuk senyuman.
"Aku menyukainya. Aku tertarik padanya. Dan perasaanku ini bukanlah rasa kasihan, hyung," jawabku tegas tanpa bimbang. Leeteuk hyung tersenyum lebar, seperti puas dengan jawabanku.
"Senang mendengar jawabanmu. Kurasa kalian akan menjadi pasangan yang manis." Gummy smileku terlihat, menunduk malu.
"Baiklah, mari kita bahas apa saja yang diperlukan Donghae sebagai terapi." Dan sepanjang sore itu kuhabiskan di rumah Teukie hyung membahas semua tentang Donghae. Tips-tips dan apa saja yang harus kulakukan untuk membantu Donghae. Leeteuk hyung orang yang menyenangkan dan mudah menjadi akrab dengannya. Aku merasa santai di dekatnya.
Donghae, aku akan membantumu menghilangkan pobhiamu.
.
.
.
Sudah 15 menit aku duduk di sudut kafe dekat dari sekolah. Tadi Eunhyukie mengirimiku pesan untuk datang ke sini. Tentu saja langsung kuturuti. Tapi daritadi dia tidak terlihat. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling mencari hal menarik dan hazelku langsung tertuju penuh pada seorang lelaki berwajah cantik yang sedang tersenyum manis dan melambai padaku. Itu bidadariku. Eunhyuk. Tanpa sadar aku mencengkram sudut meja saat Eunhyuk mendekat. Jantungku berdegup sangat cepat. Ayo Donghae, jangan lari. Beranikan dirimu. Kuambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Berusaha menetralkan deru nafasku yang tadi sempat tak beraturan. Eunhyukie sudah berada di depanku, tersenyum manis. Dia sedikit mengerutkan dahi saat melihat tanganku yang masih mencengkram pinggir meja. Dia duduk berjarak agak jauh dariku, mungkin agar membuatku nyaman. Tapi aku tidak mau itu. Aku ingin Eunhyuk lebih dekat denganku.
"Maaf membuatmu menunggu lama, tadi aku harus ke ruang guru sebentar untuk menyerahkan tugas." Wajahnya saat meminta maaf sangat imut dan manis. Ingin sekali aku menciumnya. Tapi mustahil. Aku harus menyembuhkan 'sakitku' ini terlebih dahulu.
"Tidak apa-apa. Eunhyukie… mendekatlah. Jangan jauh seperti itu," ucapku berusaha terlihat biasa walau setetes keringat jatuh dari pelipisku. Eunhyuk terkejut, aku tahu itu. Dia tidak mengatakan apa-apa hanya berdiri dari duduknya dan mendekat padaku. Pelan-pelan kuraih jemarinya, menyatukannya denganku dan menggenggamnya erat. Eunhyuk menatapku dalam.
"Hae… tanganmu berkeringat. Kau tidak perlu memaksakan diri. Pelan-pelan saja. Aku bisa mengerti." Eunhyuk ingin melepas genggamannya tapi kutahan. Tidak. Ini yang kumau. Aku benar-benar bertekad untuk 'sembuh'. Aku menatap matanya, menguncinya agar tak melihat ke arah lain.
"Aku menyukaimu Eunhyukie. Untukmu aku pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk cepat sembuh. Aku tidak mau membuatmu menunggu terlalu lama." Eunhyuk membuka mulutnya tapi tidak mengatakan apa-apa. Sepertinya dia tidak tahu harus bicara apa. Setelah itu kurasakan Eunhyuk membalas genggamanku. Tersenyum yang terlihat sangat cantik di mataku.
"Aku juga menyukaimu, Hae. Sangat. Aku ingin mengatakan sesuatu. Aku ingin memulai hubungan denganmu, aku ingin kau tahu kalau aku serius. Aku bukan wanita itu. Aku tidak akan mempermainkanmu. Donghae, aku ingin kau melupakan kenangan buruk yang selama ini mengurungmu. Bebaskan hatimu dari bayang-bayang masalalu." Eunhyuk mengatakan itu seraya mengusap pipiku dan menghapus keringat yang membasahi wajahku. Mengelusnya lembut. Aku menutup mataku merasakan kehangatan dan kelembutannya. Ya Eunhyuk. Mulai saat ini aku akan berusaha melupakan masalalu yang buruk itu. Menjadikannya pelajaran yang berharga. Aku menangkap tangannya yang membelai wajahku, membawanya ke bibirku dan menciumnya.
"Ya, aku percaya padamu. Aku akan berusaha. Maukah kau menjadi kekasihku, Eunhyukie?" tanyaku sungguh-sungguh. Kali ini aku tidak akan membiarkan Eunhyuk lepas dari jangkauanku jika dia menjawab 'iya'. Aku akan mempertahankannya sampai akhir. Gummy smile Eunhyuk terlihat. Dia mengangguk.
"Ya Donghae. Aku mau menjadi kekasihmu." Jantungku masih berdegup kencang tapi kali ini terasa berbeda. Bukan lagi rasa takut yang mendominasi tapi rasa bahagia yang melimpah. Eunhyuk menerimaku. Dia menerimaku apa adanya. Ya Tuhan, rasanya membahagiakan sekali. Aku tak bisa menahan senyum lebarku. Ingin sekali aku memeluknya tapi tubuhku masih terlalu kaku. Belum terbiasa melakukan skinship.
"Terimakasih Eunhyukie. Terimakasih." Kucium lagi punggung tangannya yang lembut dan wangi. Wangi ini akan menjadi candu untukku mulai sekarang dan seterusnya. Eunhyuk tersenyum malu-malu. Wajahnya merona. Eunhyukie neomu kiyeowo~ aku gemas sekali dengannya.
"Hae…" suaranya terdengar sangat manja di telingaku. Membuatku merinding karena sensasinya. Suaranya sangat seksi.
"Hmm?"
"Cium aku."
"Mwo?!" Eunhyuk mendekatkan wajahnya padaku, tersenyum imut dan malu-malu. Oh Tuhan, ingin sekali rasanya menerjangnya saat ini juga dan kubawa ke rumahku. Mengurungnya di sana hanya untukku sendiri.
"Cium aku Hae. Aku… ingin merasakan bagaimana rasanya berciuman dengan Donghae." Dia menutup wajahnya kemudian. Mungkin malu dengan ucapannya sendiri. Wajahku juga ikut memerah jadinya. Kembali kuambil nafas menetralkan detak jantungku yang berpacu menggila. Kuraih tangan Eunhyuk yang menutup wajahnya. Menariknya pelan-pelan, mendekatkan wajahku. Iris kami bertemu, menatap satu-samalain. Kucium bibir merah merekah Eunhyuk penuh kelembutan. Manis. Bibirnya sangat manis. Kurasa aku akan sering menciumnya mulai sekarang. Aku memutus kontak bibir kami saat kebutuhan oksigen menyapa. Mengelus pipinya dan tersenyum lembut.
"Saranghae Lee Eunhyuk. Jeongmal saranghaeyo." Wajah Eunhyuk yang sudah merah menjadi lebih merah lagi. Dia menunduk sebentar lalu mencium bibirku kilat. Aku terkejut dibuatnya.
"Nado saranghae Lee Donghae." Manisnya kekasihku ini.
"Ayo kita mulai hubungan ini dengan perlahan. Tak perlu terburu-buru. Aku bisa menunggumu, Hae. Aku akan selalu bersamamu." Kuelus kepala Eunhyuk dengan sayang.
"Ya Eunhyuk. Terimakasih karena sudah bersedia berada di sampingku dan menerimaku." Kuberanikan diri untuk memeluknya. Memeluknya dengan semua rasa kasih yang kupunya untuknya seorang.
Tidak perlu terburu-buru. Jalani saja dengan sabar. Semua pasti berakhir dengan indah. Karena cinta itu bukan mengikat tapi membebaskan.
"Saranghae Eunhyukie."
"Nado saranghae, Hae."
.
.
End
Ini Haehyuk ya, Haehyuk!
Terus kenapa sifat Donghae begitu? Dan kenapa Eunhyuk yang keliatan lebih dominan?
Dear, alur ceritanya kan memang menuntut Donghae untuk bersikap malu-malu plus kayak penakut begitu #tabokDonghae. Dan untuk Eunhyuk, saya rasa sifat dia yang saya buat di sini masih tergolong normal. Hanya karna dia uke bukan berarti harus selalu terlihat lemah lembut. Saya menjelaskan ini agar tidak ada yang salah paham mengira saya buat ff hyukhae. Ini pure haehyuk loh ya.
Oke ini pendek dan alurnya kecepetan, saya tahu. Saya sudah berusaha semampu saya. Maaf jika endingnya tidak memuaskan. Silahkan tuangkan unek-unek(?) kalian di kotak review. Terimakasih~
Okeh saya mau hibernasi lagi.
Bye~
Jangan lupa review~
