you n me : Makasih :)) ini next chapter nya, selamat membaca!

ATHAYPRI : Thank you for reading wkwk, biar silent gamasalah, udah nyenengin banget wkwk. Sebelum… "sebelum" nya bakal dijawab di sini kok

firufiru : Oh tidak, tidak, tidak boleh firu-san, saya belum kuat mental buat nulis adegan kissu


Bushu, 26 Oktober

2 hari setelah perayaan ulang tahun Sora, Kamui datang, mengagetkan Sougo yang baru selesai memandikan anak yang ia rawat tersebut.

"K-kau!" Sougo mendelik.

"Aku datang untuk menemui adikku"

Sougo panas dingin di tempat, mengingat beberapa bulan lalu Kamui berhasil menggantungnya di pohon belakang rumah. Ia mengantar Kamui ke kamar Kagura. Mendapati adiknya terbujur lemah dengan tubuh pucat pasi, Kamui menampakkan ekspresi khawatirnya.

"Aku akan membawanya ke Rakuyou"

'Apa?' batin Sougo.

"Kalau di sini ia akan terus diburu para alien itu, kami orang-orang Yato bisa melindungi diri kami di tanah kami sendiri"

'Tidak, jangan' suara hati kecil Sougo protes.

'Hei, kenapa, biarkan saja, tanggunganku juga akan hilang, aku bisa kembali ke Edo membantu lainnya' suara lain merongrong Sougo.

"Dan lagi, ia sudah kena peluru para alien itu, aku akan menetralkan efeknya di Rakuyou nanti" Kamui melirik Sougo dan menepuk pundaknya.

'Jangan, katakan jangan padanya'

'Kalau China ikut dengan kakaknya ia bisa selamat, kau tidak tahu kalau di sini'

Kamui terkekeh melihat Sougo memberikan wajah kebingungan di hadapannya.

"Kenapa kau diam saja?"

Sougo hanya menegakkan kepalanya. Ia harusnya menjawab Kamui sekarang, tapi ia merasa ragu, kemudian menoleh kepada Kagura yang pulas di atas futon.

'Sejujurnya aku tidak punya hak untuk menahan China di sini, lagipula, kalau dia tetap di sini dia bisa mati, aku sendiri juga tidak tahu harus bagaimana' Sougo berusaha berfikir jernih. 'tapi kenapa rasanya tidak rela, aku ingin China tetap di sini, dia harus membayarnya, iya, karena sudah membuatku lelah mengerjakan tugas rumah sendirian, awas saja ya' Sougo mengepalkan tangan. 'Apa benar alasanku hanya itu? Atau aku memang membutuhkannya? Apa aku memang menyimpan perasaan yang dibicarakan Hijikata-san padaku? Jadi, aku harus membuatnya tetap tinggal di sini kan? Aku harus kembali ke Edo dengan China sesuai apa yang diminta Kondo-san kan, aku akan tunjukkan pada Danna kalau aku bisa bertanggung jawab menjaga China, tapi bagaimana, aku sedang berbicara dengan kakak kandungnya di sini'

"—ngan" Sougo akhirnya buka mulut. "Jangan"

"Kenapa?" Kamui bertanya. "Apa maksudmu kau ingin adikku mati, ha?"

"Kubilang jangan!" Sougo tidak sadar ia berteriak. Membuatnya seketika terdiam setelah bersuara. Oi, ia sedang berbicara dengan Kamui, mereka seumuran, tapi rasanya ia sedang berhadapan dengan orang yang lebih tua, ha, apa maksudmu kau mau menjadikannya kakak iparmu suatu hari nanti, Sougo?

"Ah begitu ya" Kamui mulai mengerti. Sepertinya ia tahu kebimbangan hati Sougo. Ia pun angguk-angguk. "Berikan aku alasan kenapa aku harus mempercayakan adikku kepadamu"

"Aku diperintah untuk menjaganya, aku akan melakukan sesuatu untuk menetralkan efek peluru itu, sekarang juga! Aku harus kembali dengannya nanti, aku akan melindunginya, aku akan—"

Sougo belum selesai bicara ketika Kamui melemparkan sebuah botol kaca berisi cairan berwarna merah berkilauan. Ia sigap menangkapnya.

"Itu ramuan penawar senjatanya, terima kasih untuk alasan dramatismu, sampai jumpa!" Kamui keluar dari kamar Kagura, menyisakan Sougo yang masih melongo tidak mengerti. Sebelum Kamui benar-benar keluar, ia berseru lagi, "satu lagi, tahun ini adikku berusia enam belas tahun, belum usia legal, kau tahu? Jadi jangan macam-macam dengan adikku ya!"

'Sialan, si Bodoh itu cuma mau mengetesku saja, fuh' Sougo mendesis. Tapi kemudian tersenyum puas. 'Kau kembali padaku, China'

.

Hari sudah malam ketika Kagura membuka matanya. Bagus, efek obat itu sudah bekerja dan berangsur-angsur kulitnya kembali seperti semula, tetap putih—tapi tidak pucat seperti mayat lagi. Kepalanya masih pening, ia berusaha menggerakkan tubuhnya. Berat sekali. Ya ampun, ada Sora sedang tidur di atas perutnya.

"Uh…" Kagura terduduk, memegangi kepalanya. "Aku lapar" sergahnya sembari memegangi perutnya yang keroncongan. Meletakkan Sora di atas futon dan keluar dari kamarnya menuju dapur. "Semoga ada makanan tersisa di kulkas"

Singkat cerita, Kagura menghabiskan sisa kue ulang tahun Sora yang ada di kulkas dan meminum dua susu kotak, jangan tanya seperti apa nafsu makan makhluk dari klan Yato.

Selesai dengan makan siang sederhananya, Kagura berjalan ke ruang tamu sambil terhuyung-huyung, kemudian tertidur lelap di sana.

.

Satu tahun kemudian.

Bushu, 8 Juli

"Yay yay kue!" Sora berlarian di dalam rumah Nyonya Minamiko. "Kagula-nee kue!" Sora mengacungkan sebuah sendok plastik.

"Ah, ya, kita sedang membuat kue"

"Semangatnya…" Nyonya Minamiko tersenyum. "Jadi, Kagura-dono, kue seperti apa yang mau Anda buat?"

"Nyonya, ah, Bibi, aku sudah menunjukkan sketsaku tadi, aru" Kagura menggiling adonan dengan rolling pin.

"Aku selalu tertarik mendengarkanmu berbicara tentang kue yang akan kau buat!" Nyonya Minamiko tersenyum dengan mata berbinar-binar.

"Bibi aku sudah menjelaskannya delapan kali, ah tidak, tunggu, berapa kali?"

"S-uluh!" Sora menunjukkan kesepuluh jari tangannya.

"Bagus Sora-chan, pintar! Kau tidak seperti Sadis yang sangat—"

"Kagura-dono tidak boleh mengajari sesuatu yang buruk kepada anak kecil" Nyonya Minamiko menjewer telinga Kagura. "Lihatlah gadis Edo satu ini, bukankah tahun ini usiamu tujuh belas tahun?"

Kagura merengut. Ia masih tetap ingin dianggap sebagai anak kecil, tapi bagaimana lagi, kesehariannya di Bushu membuatnya berfikiran lebih bijaksana. Ia juga tidak lagi bermalas-malasan seperti ketika ia tinggal di Yorozuya.

"Kagula-nee Sola-chan itu" Sora berjingkat ingin meraih dua batang lilin di meja kayu yang lebih tinggi.

"Ya?" Kagura meletakkan rolling pin dan mengangkat Sora. "Kau mau apa Sora-chan?"

"Itu Sola-chan mau" Sora menunjuk lilin di meja.

"Oh, kau mau meletakkan lilin itu di atas kuenya? Tentu saja kau boleh melakukannya, tapi nanti ya? Tunggu Kagura-nee selesai membuatnya, kau mengerti?"

Sora mengangguk. Mata biru langitnya bertemu dengan mata Kagura, anak berusia dua tahun itu mengerling, membuat Kagura gemas, menepuk kepalanya. "Bagus, anak cantik dan pintar!"

Dua jam kemudian, Kagura dan Nyonya Minamiko sudah selesai membuat kue. Sora bangun dari sofa dan berlari ke dapur ketika Kagura berteriak memanggil namanya. Menunggu membuatnya mengantuk.

"Kagula-nee!" Sora menghamburkan diri ke pelukan Kagura. "Lilin!"

"Kau mau menancapkannya sekarang? Baiklah, aru" Kagura menggendong Sora dan membiarkannya menancapkan sebatang lilin angka dua dan sebatang lilin angka nol.

"Ah aku baru tahu kalau Okita-sama baru berusia dua puluh tahun" Nonya Minamiko tersenyum simpul. Memunculkan urat nadi di kepala Kagura.

"Hari masih siang Nak, baru jam dua belas lewat seperempat menit, selesaikan pesta kecil kalian dan pergilah ke festival Tanabata di kuil desa"

"Lho, bukannya biasanya 7 Juli?"

"Kau tidak lihat jalanan desa, tadi? Semua orang sedang mempersiapkannya hari ini, tidak peduli dengan tanggal 7 atau 8 atau 9 atau pertengahan bulan Juli, anggap saja festival ini untuk perayaan ulang tahun Okita-sama juga"

"Astaga" Kagura geleng-geleng, rambut panjangnya bergerak selaras. "Aku mengerti, Bibi, baiklah, aku harus pulang sekarang sebelum ia mengomel, hari ini jadwalku memasak makan siang, Bibi, sampai jumpa!" Kagura memasukkan kue buatannya dengan Nyonya Minamiko ke dalam kardus. Kemudian membimbing Sora memakai sepatunya dan pulang ke rumah keluarga Okita.

Ya, ini 8 Juli, ulang tahun Pangeran Sadis kita semua. Mari kita pindahkan kamera ke kediaman Okita yang tampak sepi saja karena pewaris satu-satunya sedang molor di meja makan karena kelaparan, dengan tidak elite nya.

"Sola-chan pulang Sougo-nii!" Sora berlari masuk rumah, memeluk Sougo yang tampak malas.

"Sougo-nii mat uang auuuun!" Sora tertawa-tawa, membuat Sougo ikut tertawa dan tersenyum haru. Ia sejenak lupa rasa laparnya.

"Terima kasih Sora-chan, kau baik sekali tidak seperti kakak jahat berambut jingga di sana" Sougo terkekeh.

"Sougo-nii Sola-chan wa kue! Yay! Yay!" Sora menggeret baju Kagura, seakan menyuruhnya duduk di ruang makan. Kagura hanya angguk-angguk, membuka kotak kue dan menyalakan lilinnya.

"Selamat ulang tahun Sadis, semoga di usiamu yang sudah mulai berkepala dua ini, kau diberi hidayah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa agar kau kehilangan jiwa sadismu, bertingkah sewajarnya manusia berusia dua puluh tahun, dan berhentilah melakukan kekerasan padaku, aru"

"Oho, terima kasih doamu China!" Sougo mengulum senyum, tapi kemudian dia tidak bisa menahan tawanya. "Yah, bisa kuakui, ini sesuatu yang tidak terduga, terima kasih" Sougo tersenyum.

'Sadis tersenyum!' Kagura menjerit dalam hati.

.

Bulan Juli berakhir, kemudian musim panas berakhir, musim gugur tiba, lalu musim dingin lagi, lalu musim semi lagi, hampir tiga tahun berlalu sejak insiden penyerangan Edo oleh para alien. Sejauh ini, Kagura dan para anggota klan Yato lainnya tidak mengalami masalah apapun dengan keselamatan hidup mereka.

Hari ini, Edo merayakan festival musim semi pertama mereka setelah dua tahun terakhir berkutat dengan peluru, pedang, dan darah dimana-mana.

Ya, alien itu sudah musnah. Selamat untuk seluruh skuad Shinsengumi, duo Yorozuya, klan Yagyuu, wanita berandal Hyakka dipimpin Tsukky, Mimawarigumi yang bersedia membantu setelah berusaha kabur dari masalah, selamat untuk semua!

Gintoki menerima secawan sake dari Tama, Hijikata menerima dari Otae, semua dari mereka berdamai satu sama lain jika sebelumnya mereka bermasalah.

Satu demi satu bunga Sakura, plum, ceri, dan almond memenuhi setiap sudut kota, menyurutkan darah-darah yang sempat menghempas tebing megah kota mereka, ya, Edo mereka kembali. Tempat mimpi-mimpi dilayangkan bersama harum angin setiap musim membelai kulit, Edo—dimana suara tawa anak-anak berderai dengan deras air hujan, memainkan bola sepak, kemudian pelangi pun memunculkan dirinya seakan menjadi bayangan dari kebahagiaan setiap orang di Edo. Dimana setiap detiknya terasa berharga…

Di tempat lain…

Sougo mengikatkan pita berwarna merah ke rambut Sora. Ia, Kagura, dan Sora, sudah mengemasi semua barang-barang mereka sejak beberapa hari lalu, mengirimkannya lewat jasa pengantar barang.

"Bagaimana Sadis?"

"Aku sudah memberitahu Kondo-san kalau kita akan kembali hari ini, barang-barangmu sudah di antar ke tempat tinggal Danna, tenang saja"

"Sora-chan bagaimana?"

"Yah, aku tidak bisa membawanya di markas Shinsengumi, jadi kurasa lebih baik dia tinggal di Yorozuya, deal, China?"

"Tentu saja!" Kagura menjabat tangan Sougo. Untuk pertama kalinya setelah mereka bertarung bertahun-tahun.

.

Sore harinya, ketiga penghuni rumah keluarga Okita di Bushu sudah tiba di Edo. Destinasi pertama mereka adalah Yorozuya, akan sangat tidak sopan jika Sougo membiarkan Kagura mengantarkannya ke markas Shinsengumi sedangkan Kagura berjalan sendiri ke Yorozuya.

"Gin-chan!" Kagura berseru di depan pintu.

Gintoki mengusap-usap rambutnya, ia baru bangun tidur seusai festival tadi pagi. Mendapati seorang wanita bertubuh tinggi dengan rambut panjang sepinggang mengenakan furisode berwarna magenta, ada di ambang pintu rumahnya.

"Hoahm, maaf, Nona, aku sedang sibuk"

"Gin-chan ini aku Gin-chan!"

"Hah? Ikan? Aku tidak jual ikan Nona" Gintoki berjalan gontai.

"Oi Danna, cuci mukamu sendiri atau kucuci ke kolam piranha?" Sougo menarik kerah baju Gintoki.

"Ah, apa kau Souichiro dari Shinsengumi? Kau sudah kembali?" Gintoki masih malas. "APA?! KAU?! SOUCHIRO? KAU SUDAH KEMBALI?"

"Danna, aku Sougo"

Gintoki mengerjap-erjapkan matanya. Melihat perbedaan putri angkatnya. Ia sudah tidak seperti Kagura yang dulu! Hei, ia buru-buru menelfon Shinpachi dan menyuruhnya melihat apa yang terjadi kepada Kagura setelah hampir tiga tahun tidak bertemu. Si Mata Empat langsung berlari dari dojo miliknya, mendapati Kagura sedang duduk di ruang tamu Yorozuya bersama si Sadis dari Shinsengumi.

"Oi, Kagura-chan? Apa itu kau? Hah? Apa itu kau? Kenapa kau memakai baju yang begitu sopan seperti itu?"

"Aho Shinpachi kau tetap saja ramai" Kagura membuang muka.

"Jadi, ini, Okita-kun?" Shinpachi duduk mendekat. "Terima kasih sudah merawat Kagura selama beberapa waktu ini" Shinpachi menundukkan kepala berterima kasih.

"Oh tenang saja, kami punya banyak lumbung jerami di Bushu, jadi tenang saja, China tidak pernah kelaparan di sana"

"Baguslah Souichiro-kun, ahahahaha" Gintoki mengiyakan. "Eh, Kagura, kau dengar suara anak kecil?"

"Hihihi" Sora tertawa-tawa dari balik punggung Sougo.

"Barusan? Kau dengar?" Gintoki mulai komat-kamit, hei, hei, apa yang ia pikirkan tidak benar kan?

"Bhwuaaaaa!" Sora melompat dari belakang Sougo, berlarian di dalam rumah Yorozuya, membuat Gintoki dan Shinpachi melotot.

"Oi Gin-san lihat rambutnya Gin-san" bisik Shinpachi.

"Bodoh aku sudah lihat, kau lihat matanya Patsuan" Gintoki menyikut Shinpachi yang duduk di sebelahnya. "Dalam tiga tahun apa saja yang mereka lakukan, heh"

"A-a, ano… Kagura-chan, ne, ya kau tahu?" Shinpachi cengingisan.

"Apa?"

"Anu, itu, euh, bagaimana mengatakannya, hahahaha, memalukan sekali kenapa aku gugup begini, hahahaha" Shinpachi berlagak membetulkan letak kacamatanya, stay cool.

"Sora-chan, bisa duduk? Ayo sampaikan salammu kepada Gintoki-danna dan si Megane" Sougo menyuruh Sora berhenti berlari.

"Apa yang terjadi setelah 3 tahun?" tanya Gintoki memandang Sougo serius. "S-s-siapa anak ini, Souichiro-kuuuuuun?! Apa kau telah menjadi pecundang lebih dari aku?"

"Danna kau ini bicara apa, dan ya, namaku bukan Souichiro, tapi Sougo. Anak ini? Oh, anak ini bernama Sora"

"Hahahaha, nama yang bagus, ne, Shinpachi?" Gintoki mencubit pipinya jika saja ini tidak nyata. Lalu terdiam sejenak, lantas menggebrak meja, "Ahahaha, kau tahu, ya, Sora?"

Shinpachi sudah menutup telinga dari tadi.

"Aku tidak siap Gin-san!"

"Ne, Kagura, Souichiro-kun, jawab aku, apakah Sora itu singkatan?"

"Ha?" Kagura melongo.

"Apa maksudmu Sora itu singkatan Sougo Kagura?!" Gintoki hampir tidak kuasa mengucapkannya.

Tik, tok, tik, tok.

Satu detik, dua detik, baik Kagura maupun Sougo belum merespon, lima detik berlalu, baru kemudian mereka berpandangan dan tertawa terbahak-bahak.

"Gin-chan, kau lucu, bahkan aku tidak pernah berfikir seperti itu, haha, kau tahu Sadis, itu terdengar bagus, haha"

"Danna kau bisa melucu juga, hahahaha"

Shinpachi dan Gintoki berpelukan ala teletubbies di depan Sougo dan Kagura sambil merinding ketakutan.

"Nah Danna, Megane, aku harus kembali ke Shinsengumi sekarang, mohon maafkan aku karena tidak bisa membantu kalian di pertarungan sengit dengan para alien, aku pamit dulu, sampai jumpa Danna, dan kau China, rawat anak itu baik-baik!"

.

Sepeninggal Sougo, Shinpachi dan Gintoki masih komat-kamit berdua. Mereka seperti baru saja melihat sebuah keluarga kecil bahagia.

Sementara Sora, memandang kedua pria di hadapannya dengan mata penasaran.

.

"Mayoraaaaaa" Gintoki mewek di depan Hijikata yang sedang menaruh mayonnaise pada semangkuk ramen pesanannya.

"Oi hentikan, teme, kau menjijikkan" ujar Hijikata, menyeruput kuah penuh mayo miliknya.

"Kau tidak tahu yang terjadi di rumahku tadi sore?! Kau hanya menerima kedatangan Souichiro saja kan?!"

"Apa maksudmu?"

"Sou—ah maksudku Okita datang sendiri kan ke markas? Kau tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya kan?"

"Oi Glukosa-maniak, hentikan ceracauanmu dan berceritalah dengan jelas!" Hijikata mulai terganggu, ia sudah menghabiskan botol mayonnaise ke lima. "Ya, Sougo memang datang sendiri, ia tampak baik-baik saja, dan apa yang membuatmu begitu frustasi?"

"Ini tentang anakku, teme! Anak titipan dari Umibouzu maksudku, fuh, dia, kau tidak tahu bagaimana rasanya menjadi orangtua ketika anakmu pergi bertahun-tahun dan ketika pulang ia membawa suami dan anaknya?!"

Hijikata mengernyitkan dahi, mencerna omongan Gintoki, lalu duduk meringkuk di mejanya sambil mengumpat.

"Sougo aku tidak menyangka kau jadi seperti ini"

"Bagaimana perasaanmu, Mayora? Haaaa? Apa Shinsengumi akan bertanggung jawab untuk ini?!"

Kondo yang juga ada di sana saat itu hanya diam menyimak pembicaraan Gintoki dan Hijikata. Ia tidak tahu apa yang harus ditanyakannya pada Sougo ketika ia kembali dari kedai ramen nanti.

.

Keesokan harinya, Gintoki, Hijikata, dan Kondo berjalan seakan tanpa nyawa di jalanan Edo. Bukan karena lelah setelah bertarung, tapi karena melihat Kagura sedang berjalan-jalan dengan Sora di Kabuki-cho.

"Kau lihat anak itu bahagia, boge?" Gintoki menoleh pada Hijikata.

"Aku lihat, jelas sekali, bagaimana bisa anak itu sangat mirip dengan Sougo, heh, Kondo-san" ucap Hijikata dengan mata berkedip-kedip, semalaman ia tidak bisa tidur memikirkan apa saja yang kira-kira Sougo lakukan.

"Toshi, apa aku salah telah menyuruhnya pergi hari itu?"

"Uh, tidak tahu, aku tidak mau tahu" Hijikata bergidik ngeri.

Langkah kaki ketiga pria itu terhenti di depan sebuah kompleks makam, dengan muka desperate, mereka menuju sebuah batu nisan, sembarang saja, yang penting batu nisan di kuburan.

"Siapapun yang ada di sini, tolong sampaikan pada Okita Mitsuba-san untuk tidak mengutuk adiknya, aku mohon" Kondo berdoa.

"Mitsuba kuharap kau mau bicara padaku, tolong kembalilah ke dunia ini sebentar dan antarkan hukum karma pada adikmu" Hijikata menggertakkan giginya, tidak sabar.

"Oi kakaknya Souichiro-kun, jangan mengamuk di dalam sana aku mohon, adikmu sedang berusaha menjadi seorang pria yang baik, aku mohon" samurai berambut silver ini menundukkan kepalanya dengan khidmat.

Ketiga pria itu berdiri cukup lama, lalu kembali ke markas Shinsengumi, Gintoki ikut saja, ia ingin melihat Sougo sebelum hukum karma yang diminta Hijikata datang kepada Sougo.

"Oh Danna, bagaimana kabar Sora-chan?" Sougo berpapasan dengan mereka bertiga di lorong.

"Ahahahaha, dia baik, tentu saja, ahahaha" Gintoki berpandangan dengan Hijikata dan Kondo.

"Baguslah, aku senang mendengarnya" Sougo tersenyum.

'Oi, Souichiro-kun tersenyum, entah dia gila atau benar-benar bahagia' Gintoki menggigit bibir, lalu menarik tangan kedua orang partnernya hari ini ke teras samping markas.

Mereka bertida duduk berdampingan, merutuki Sougo seharian.

.

Gintoki pulang ke Yorozuya malam itu, ia mendapati beberapa mangkuk makanan sudah tersaji di meja.

"Kagu—"

"Oh Gin-chan!" Kagura berseru riang. "Aku membuat beberapa masakan untukmu dan Shinpachi, ia sudah memakan jatahnya tadi, lalu pulang. Kau bisa makan sekarang, Gin-chan!"

"Ahahaha, b-b-baik, terima kasih Kagura, haha, s-sse-selamat makan"

'Bahkan anak manja, pemalas, dan kumuh sepertinya bisa bertransformasi sedrastis ini dalam waktu tiga tahun, apa yang dilakukan Okita padanya? Tidak, tidak, lebih tepatnya, apa yang MEREKA lakukan?!"

"Gin-chan aku akan pergi tidur, bye bye aru!" Kagura memotong lamunan Gintoki. Laki-laki berambut perak itu hanya mengangguk mengiyakan.

'Umibouzu, Kamui, jangan kembali sebelum aku bisa menemukan kata yang baik untuk menjelaskan ini'

.

Di markas Shinsengumi…

Sougo diam di atas tatami ruangannya, dari tadi ia hanya berguling-guling, menatap langit di atasnya, bintang-bintang sedang ramah hari ini. Mereka bersinar, seakan sedang berbicara satu sama lain, mereka berjauhan, tapi tampak begitu akrab dan saling menguatkan, tapi bagaimana dengan ia dan Kagura? Mereka dekat, tapi tidak ramah satu sama lain.

'China?' panggilnya dalam hati. Lidahnya kelu jika harus berkata. Setelah ini ia akan kembali lagi dengan rutinitasnya di Shinsengumi. Tidak ada hari menjemur pakaian bersama, tidak ada hari bergantian memasak, tidak untuk berebut bermain dengan Sora, tidak untuk semua hal di Bushu.

'China kau tidak boleh mati sebelum… ah aku jadi ingat waktu itu. Aku sempat marah-marah kepada Kondo-san untuk membunuh China dan para klan Yato saja daripada para alien itu menyimpan potensi kekuatan mengerikan dengan memanfaatkan China' Sougo lalu membeku pada posisi terakhirnya, menghadap ke luar ruangan. Sebentar-sebentar angin dingin menusuk-nusuk tubuhnya.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Tadi siang, ada surat datang untuknya. Ia belum membukanya, jadi sekarang, ia buru-buru bangkit, membuka amplop surat itu dan membaca isinya.

Bushu, 10 April

Teruntuk Okita Sougo-sama

di Edo

Suatu kehormatan bagi saya untuk menulis surat kepada Anda. Bersama dengan surat ini, saya ingin mengucapkan terima kasih dan menyampaikan keinginan saya.

Saya datang ke Bushu kemarin sore, bertanya kepada beberapa warga tentang penemuan bayi, mereka kemudian mengantar saya ke rumah Nyonya Minamizu. Okita-sama, terima kasih untuk tiga tahun terakhir ini, dimana Anda merawat anak saya, yang diberikan nama Sora oleh Nyonya Minamizu. Saya tidak tahu apa yang bisa saya lakukan untuk membalas kebaikan Anda. Saya tahu saya begitu jahat, meninggalkan anak saya yang masih berusia beberapa bulan di luar rumah, alasan saya pun mungkin juga tetap tidak bisa menjadi pembelaan.

Alasan saya adalah, karena dia perempuan. Keluarga kami masih menganut tradisi yang kental, dimana anak lahir pertama perempuan adalah sebuah kesalahan. Saya tidak punya pilihan lain selain membawanya ke tempat yang jauh daripada dia mendapat masalah.

Okita-sama, dalam tiga tahun itu, saya berusaha membuka pikiran keluarga saya bahwa tindakan seperti itu adalah salah. Saya beruntung sekali, meski dengan berat hati mereka meninggalkan tradisi itu. Ya, sedikit demi sedikit, keluarga saya bisa menerima bahwa anak perempuan sebagai anak pertama bukankah suatu yang buruk. Semua anak sama, semua anak adalah pemberian dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Saya tahu saya memang menentang adat, tapi ini demi kebaikan orang-orang lain seumuran saya di kemudian hari, agar mereka tidak mengalami hal yang sama dengan saya.

Okita-sama, permintaan saya adalah, izinkan saya merawat Sora kembali. Imbalan berapapun akan saya berikan.

Jika Anda berkenan, saya mengharapkan kedatangan Okita Sougo-sama dan Kagura-sama di Royal Battle Host Restaurant besok jam tujuh pagi. Mari kita bicarakan ini baik-baik. Tolong bawa Sora ikut serta.

Hormat saya

Kawazumi Sui

.

Sougo meremas kertas surat di tangannya. Ia kesal.

Sora adalah bagian dari kebahagiannya, Sora adalah yang selalu setiap menemaninya setiap ada kegiatan, dan sekarang, bagaimana bisa tiba-tiba orangtuanya datang? Tapi, tentu saja, ia tidak berhak sebanyak itu. Ia bukan orangtua kandung Sora.

Sougo tertidur sambil terus menggenggam kertas, membuatnya bangun pagi-pagi sekali hari itu. Ia bergegas mengganti bajunya dengan baju yang lebih baik, lalu menuju rumah trio Yorozuya.

Komandan dan Wakil Komandan Shinsengumi membuntutinya dari belakang. Mereka berdua terus-terusan dibuat terkejut oleh Sougo sekarang.

Tak lama kemudian mereka tiba di rumah trio Yorozuya.

"Oi China!" Sougo mengacungkan surat di tangan kanannya, membuat Kagura yang baru bangun tidur hampir memukulnya karena terlalu berisik.

"Kau bisa tidak membangunkanku dengan cara yang lebih baik, lagipula ini rumah orang, tahu! Kuso Sadis!"

"Baik, maaf, sekarang kau baca surat ini"

Kagura mengucek kedua matanya, menguap, lalu duduk di sofa, meraih surat yang disodorkan Sougo.

"Hoahm… Bushu, 10 April, teruntuk –temesama hoahm..." Kagura membaca surat itu sambil berulang kali menguap, membuat urat nadi Sougo di kepala muncul, tapi ia berusaha sabar. Ketika Kagura hampir selesai membaca surat itu, Gintoki keluar dari tempat tidurnya dan ikut duduk di sofa.

"Oi Sadis, kenapa kita tidak menghajar wanita itu biar dia bisa diam dan tidak mengganggu kita, heh" Kagura melirik Sougo dengan mata mengantuknya.

"Ide bagus aho China" Sougo menjitak Kagura. "Tidak bisakah kau berfikir lebih jernih"

"Tentu bisa, hoahm"

"Ya ampun, sebaiknya kau mandi untuk membersihkan otakmu, aku akan menunggumu dalam sepuluh menit, dari sekarang" Sougo melipat tangan sok bossy.

"Hoahm, baiklah" Kagura berdiri, bangkit dari duduknya dan mandi.

Gintoki yang menyadari kehadiran Hijikata dan Kondo di luar pintu rumahnya langsung tanggap, masih dengan piyama, ia keluar rumah dan berdiskusi dengan kedua orang polisi tersebut.

"Menurutmu siapa wanita yang ingin dihajar Kagura itu?" tanya Gintoki.

"Entahlah, apa ada orang ketiga di antara mereka?"

"Mana kutahu" Gintoki menggeleng. "Oi, Mayora, apa tidak ada sesuatu yang aneh terjadi di markas?"

"Tidak" Hijikata menyalakan rokoknya. "Kita harus segera menyelesaikan masalah ini sebelum ayah dan kakak dari gadis China itu meremukkan Sougo berjamaah"

"Ssst, mereka akan keluar rumah, ayo kita turun dan sembunyi di balik tangga!" Kondo, sang Ahli Stalking sudah menarik kedua partnernya.

Kali ini Sougo membiarkan Sora naik di atas pundaknya. Ia sudah lebih berat sekarang, tapi baginya tidak masalah, mungkin setelah ini ia tidak akan bertemu dengan Sora untuk waktu yang lama.

"Kau tahu China, rasanya berat untuk melepasnya"

"Aku tahu, Sadis" Kagura menunduk lesu. "Aku tahu kalau hari seperti ini akan tiba"

"Jadi apa tiga tahun bersama ini menjadi sia-sia?"

"Uh-huh, kurasa tidak" Kagura menggeleng, menatap Sora yang asyik meraih-raih capung dengan kedua tangannya. "Setidaknya menunggu Edo kembali damai, tiga tahun bersama itu luar biasa"

Hijikata, Gintoki, dan Kondo sudah mempertajam telinga dari tadi. Menerka-nerka, sebenarnya apa yang dimaksud Sougo dan Kagura, entah mengapa pembicaraan mereka terasa serius.

"Sudah kuduga selama tiga tahun di Bushu, mereka…" Gintoki berusaha tegar.

"Sougo kita, Toshi, Sougo kita" Kondo rewel dengan caranya sendiri.

"Kondo-san, kita belum tahu apa yang terjadi sebenarnya kan, mengapa sudah membuat asumsi kita sendiri?" Hijikata menepuk-nepuk bahu Kondo.

"Toshi apa maksudnya tiga tahun bersama yang luar biasa, Toshi?"

"Ayo kita masuk ke restoran itu dan cari kursi dekat mereka, cepat!" Hijikata yang paling realistis berlari duluan.

Di dalam restoran, Sougo dan Kagura duduk, menanti si Pengirim Surat, yang mengaku sebagai orangtua kandung Sora, Kawazumi Sui.

"Anda sudah lama menunggu, Okita-sama, Kagura-sam?" tanya Nyonya Kawazumi, ah tidak, ia terlalu muda untuk dipanggil Nyonya.

"Tidak" Kagura menggeleng, memalingkan muka, ia sedikit marah dengan wanita di depannya yang tiba-tiba ingin merebut Sora darinya (dan Sougo), begitu pula Sougo.

"Kawazumi-san, kami menolak" Sougo langsung ke fokus pembicaraan.

"Kami sudah bersama dalam waktu yang cukup lama" Kagura menambahkan. "Kami sudah hafal dengan kebiasaan masing-masing"

"Tapi, Okita-sama, Kagura-sama"

"Anak ini," Sougo menghela nafas sebentar. "sudah kurawat dengan kedua tanganku sendiri, Kawazumi-san"

"Mengapa Anda mau mengambilnya?" Kagura menatap tajam.

Di meja para stalker, Kondo dan Gintoki sudah pucat. Kondo pucat karena ia merasa gagal mendidik Sougo (baginya) dan Gintoki pucat karena mungkin setelah ini ia akan menjadi sasaran empuk amukan Umibouzu dan Kamui, atau mungkin arwah Kouka akan gentayangan pada mimpinya tiap malam, ia tidak tahu.

"Saya tahu saya begitu egois, Okita-sama, Kagura-sama, tapi ini demi kemajuan keluarga saya juga, seperti yang sudah saya katakan dalam surat" Nyonya Kawazumi tertunduk lesu. Rambut cokelat mudanya tergerai ke dekat pipi. Tak lama kemudian, setitik air jauh dari sudut matanya.

"Kawazumi-san?" Kagura terkejut.

"Aku begitu payah"

"Nonya tida boyeh nangis, au? Sora-chan tida nangis, Nonya" Sora merangkak di atas meja dan mengusap air mata Nyonya Kawazumi. Sougo dan Kagura berpandangan. Mau diapakan lagi, ikatan antara anak dan orangtua kandungnya jauh lebih sempurna daripada mereka berdua.

.

"Haaah, aku jadi lebih lega sekarang, aru" Kagura melemaskan kedua tangannya. "Jujur aku sedih"

"Aku juga" suara Sougo sedikit tercekat. "Tak apalah, heh" Sougo tersenyum jahil.

Mereka berjalan di bawah parasol Kagura, cukup damai, saat tiba-tiba trio stalker menghentikan mereka.

"Kagura… tolong jelaskan!" Gintoki menunjuk muka Kagura.

"Apa-apaan ini Gin-chan?"

"Selama kau berbicara dengan Souichiro-kun, hm, apa yang kau maksud dengan tiga tahun bersama, hah? Apa yang kalian lakukan selama itu?"

"Oh, itu karena kami tiga tahun bersama Sora-chan" jawab Kagura enteng, seakan-akan tidak pernah membuat orang lain salah paham sampai sejauh itu.

"Lalu apa maksudmu Sougo, berkata bahwa kalian sudah tahu kebiasaan masing-masing?" Hijikata ganti bertanya.

"Aku sudah hafal kebiasaan Sora-chan, ketika ia meminta makan, ketika merasa sakit, bosan, dan lain sebagainya" Sougo menjawab, biasa saja wajahnya.

"Jadi siapa sebenarnya anak yang kalian sebut Sora-chan itu, hah? Sougo apa dia anakmu? Hah?!" Hijikata naik darah, merasa disepelekan.

"Tentu saja, aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri" Sougo dan Kagura menjawab bersamaan. Membuat trio stalker di depan mereka mulai membuka pikiran yang lebih logis dan nalar.

"Jaa… jadi, anak siapa? Dan kenapa kalian tidak bersamanya sekarang?" tanya Kondo.

"Oh itu, orangtua kandungnya mengirimiku surat, meminta anak itu kembali, kami mengiyakan saja, karena tidak punya hak untuk mengasuhnya, itu saja Kondo-san" Sougo menjelaskan.

Trio stalker mengangguk-angguk puas.

"Ah tetap saja, Sougo masih anak baik hari kemarin" Kondo tersenyum senang. Hijikata juga.

"Syukurlah aku tidak jadi digiling oleh duo Yato berdarah itu…" Gintoki mengelus dada. Bisa gawat jika Kamui dan Umibouzu ikut dalam kesalahpahaman mereka bertiga a.k.a. trio stalker.

Ah memang, orang hanya menilai dari apa yang bisa mereka lihat, tanpa tahu apapun yang ada di dalamnya. Ah memang, orang cenderung menilai segala sesuatu dari luarnya, padahal di dalamnya bisa jadi berbeda.

Dalam terik mentari hari itu, di hadapan orang-orang di jalanan Kabuki-cho, di hadapan Hijikata, Kondo, dan Gintoki, Sougo mengeluarkan kalimat pamungkasnya, yang membuat orang-orang berdiri ternganga.

"Jadi, China, aku meralat pembicaraanku di telfon dengan Kondo-san, sekarang kubilang terima kasih karena kau masih hidup, China, maafkan aku untuk perkataan kasarku" Sougo berkata, "Dan… ya… kita sudah mengikhlaskan Sora-chan kembali kepada orangtua kandungnya," Sougo melanjutkan "Jadi bagaimana? Tiga atau empat tahun lagi kurasa cukup untukmu siap menerimaku?"

Kagura menelan ludah lalu berlari pergi dengan muka bersemu merah 'Teme, awas kau Sadis!'

Ya, karena lanjutan gumaman Sougo adalah

'China, kau tidak boleh mati sebelum…'

Oh tidak, ada Kamui dan Umibouzu datang hendak menghajar Author! Isi sendiri ya!

Fin.


A/N

Finally, completed!

Terima kasih untuk kalian yang sudah setia dengan fic ini, kasih review, follow, dll, kalian terbaik! : )

Mungkin setelah ini saya akan hiatus sebentar, meninggalkan beberapa cerita ongoing lainnya (bukan ini), ketika saya sudah dapat perguruan tinggi nanti, saya usahakan melanjutkan fic-fic lainnya.

Btw, saya teringat pembacaan surat dari Gorilla-Sensei ke para seiyuu Gintama yang dibacakan sama Kugimi-san (yang di Gintama Matsuri 2013), dan katanya Gorilla-Sensei mendengarkan lagunya Sakamoto Maaya sebagai inspirasi atau dorongan buat dia, dan entah kenapa saya ikutan juga pas nulis fic-fic saya, rasanya kayak lihat citranya Sougo di dalam lagunya, ga nyambung sekali mentang-mentang seiyuu nya Sougo suaminya Sakamoto Maaya o #gak #paansi #abaikan

Salam bahagia,

Furuchisa