"Tinggal sedikit lagi, dan...," seorang siswi berambut merah muda tampak merekatkan poster berukuran sedang di papan majalah dinding sekolahnya. "—selesai!"

"Sakura, kau yakin akan ada yang melihatnya?" tanya siswi yang dari tadi menemani si penempel poster. Alis pirangnya bertaut; meragukan langkah yang dipilih oleh sahabatnya itu.

"Tentu saja, Ino," jawab Sakura seraya memasukkan gulungan double-tape ke dalam saku tasnya. "Aku sudah membuat poster ini semenarik mungkin, kali ini pasti berhasil merekrut calon penggantiku." Senyum optimis terpampang jelas di wajahnya.

Ino mendengus pelan. "Tahun lalu kau juga bilang begitu, 'kan? Tapi tetap saja tidak ada yang tertarik."

"Kau itu harusnya mendukungku, bukannya malah membuatku down begini. Huh," protes Sakura. "Kau lihat poster ini?" telunjuk Sakura menyentuh kertas berukuran A3 yang tertempel rapi di papan, "aku menambahkan foto beberapa member klub yang berwajah tampan di sini. Sasuke-kun, Naruto, Kiba, Shikamaru, dan juga Sai," ujung jemarinya mengenai wajah para anggota satu per satu, "dengan begini pasti banyak yang tertarik untuk menjadi penerusku di klub voli SMA Konoha. Hahahaha!"

Ino hanya mengangguk malas melihat tingkah perempuan yang telah dikenalnya sejak dua belas tahun lalu ini. " Ya ya ya, semoga saja dengan usaha ekstramu tahun ini kau bisa memikat adik kelas kita." Keduanya lalu mulai berjalan menuju ruang kelas mereka yang berada di lantai dua. "Kau tidak takut kalau nanti yang mendaftar hanya karena tertarik pada ketampanan mereka saja?" tanya Ino. "Kau tidak khawatir jika kelak penggantimu tak serius mengemban tugasnya?"

Langkah Sakura terhenti, Ino juga ikut berhenti. "Awalnya mungkin begitu. Bergabung ke klub voli sebagai manager karena ajakan seseorang. Mengerjakan tugas-tugas klub karena terpaksa bertanggung jawab. Tapi saat kau mulai menyatu dengan dunia tersebut; mulai menyukai apa yang kau kerjakan—maka kau akan menikmatinya dan bersungguh-sungguh tenggelam di dalamnya. Bahkan rasanya seakan tak ingin berhenti," Sakura menyelesaikan kalimat panjangnya dengan volume suara pelan, ada senyum tipis di ujung bibirnya.

"Hihihi," Ino terkikik pelan, gadis bermata biru safir itu menyikut pelan lengan Sakura. "Kenapa jadi curhat begitu, hm? Tenang sajaaa~, kau tetap akan jadi manager klub voli kesayangan di sekolah ini! Hihihi."

"Kau sepertinya senang sekali kalau meledekku begini," Sakura mendengus. Tanpa berpikir panjang lagi ia langsung berjalan cepat meninggalkan Ino yang masih tertawa kecil di belakangnya.

"Hei, Sakura!" Ino segera menyusul. "Kalau kau marah padaku, aku akan mencabut postermu sekarang juga!" ancamnya yang hanyalah candaan belaka.

"Coba saja kalau berani!"

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

WARNING : AU ; High School ; Shoujo-ish

Notes : Fanfict ini didedikasikan untuk SasuSaku Fanday yang jatuh pada tanggal 20 Februari.

Selamat membaca~!

.

the world you brought to life

.

Sudah seminggu berlalu sejak Sakura menempelkan poster—lebih tepatnya iklan—pencarian sosok calon Manager Klub Voli untuk kelak menggantikan posisinya saat ia lulus nanti. Tujuh hari telah terlewati, namun belum ada satu pun siswi yang menghubunginya. Sakura berharap setidaknya sudah ada yang menanyai info lebih lanjut soal poster itu melalui pesan singkat atau email-nya, tapi sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda titik terang yang datang.

"Kau kenapa?"

"Eh?" Sakura menoleh, matanya langsung bertemu dengan tatapan lelaki tertampan di kelasnya. "Sasuke-kun? Apanya yang kenapa?" gadis manis ini malah balik bertanya.

"Dari tadi kau tampak sangat gusar," ucap siswa bernama Sasuke yang duduk di sebelahnya. Jarak meja mereka yang hanya dipisahkan oleh ruang kosong selebar tak lebih dari dua meter membuat Sasuke bisa melihat jelas raut tak tenang di wajah Sakura. "Kau tidak mengerjakan PR-mu?"

"Tentu saja aku mengerjakannya!" bantah Sakura, "Apa Sasuke-kun pikir kalau aku ini siswi pemalas?!"

"Aku hanya bercanda. Kau ini mudah sekali dibuat panik," ucap Sasuke dengan entengnya. "Mana mungkin kau tidak mengerjakan PR. Seorang manager klub yang hebat sepertimu tidak akan mengabaikan hal penting begitu."

"Hebat?" Sakura ingin memastikan apa yang ia dengar sekali lagi, "jadi maksudmu, aku ini 'manager hebat', begitu?"

"Kau mampu mengurus kami semua selama dua tahun sendirian. Apa namanya jika bukan hebat?"

"Aku ...," Sakura tak pernah menyangka bahwa ia akan mendengar pujian ini. Selama ini ia merasa bahwa perannya di klub voli bukanlah sesuatu yang besar, hanya pelengkap saja. "Tapi aku tidak melakukan hal luar biasa. Aku hanya mengerjakan apa yang kubisa. Klub Voli SMA kita bisa sebesar ini berkat kemampuan kalian—"

"Kau selalu memperhatikan kami latihan. Selain coach yang melatih kami, kau adalah orang yang melihat perkembangan kami selama ini." Sasuke kini menatap ke arah papan tulis. "Kau adalah orang yang mengenal kami lewat voli ini. Peranmu sudah pasti juga penting."

Sasuke mendadak mengingat kejadian konyol sekitar setahun lalu. "Kau ingat saat kita dikalahkan SMA Suna tahun kemarin?" Sakura mengangguk antusias, "saat itu aku dan Naruto sempat bertengkar seperti dua orang idiot. Kalau saja kau tidak melerai dan menasehati kami, mungkin saat itu wajahku sudah babak belur." Sakura terkikik pelan saat Sasuke membuatnya mengingat lagi kisah menegangkan itu. "Dan klub Voli SMA Konoha mungkin sudah kehilangan aku, member terjeniusnya." Sasuke menyeringai bangga.

"Hihihi, Sasuke-kun percaya diri sekali. Aku akui bahwa dirimu memang sangat jenius, Sasuke-kun adalah kunci dalam setiap pertandingan voli yang kalian lakukan. Tapi tidak ada artinya jika Sasuke-kun melakukannya sendiri," Sakura membayangkan keberadaan anggota lain dalam benaknya, "karena dalam voli, yang dicari tak hanya kemampuan satu indivitu. Namun yang terpenting adalah jika kau bisa terhubung dengan seluruh anggota timmu."

Salah satu sudut bibir Sasuke tertarik ke atas, "Sudah kuduga kau akan mengatakan itu," ia menoleh pada gadis berambut pink tersebut, "sekarang kau sudah paham, 'kan? Tanpa keberadaan seorang manager, sebuah klub tidak akan ada apa-apanya." Sepasang onyxnya mengunci rapat segala fokus yang Sakura miliki. "Kau juga berarti untuk kami."

DEG.

Sakura termangu tak percaya. Bahkan saat Uchiha Sasuke telah mengalihkan pandangannya, Haruno Sakura masih saja menatap tiap senti wajah lelaki tersebut dengan seksama. Ia benar-benar tak pernah bermimpi jika dirinya akan mendengar kalimat hangat tadi dari seorang Sasuke yang dikenal kaku dengan julukan 'Pangeran Es'-nya di sekolah ini. Membuat ia tak bisa membendung rekahan senyum manis di bibirnya.

"Haruno Sakura!"

Sakura terkejut bukan main saat suara lantang guru berambut hitam panjang memanggilnya dari depan sana. "H—hai! Kurenai-sensei!" ia bahkan tak mengingat kapan guru wanita itu masuk ke dalam kelasnya.

"Jangan melamun sambil senyum-senyum begitu. Aku tahu kau sedang jatuh cinta" ucap Kurenai yang langsung disambut sorakan 'ciieee~' oleh murid-muridnya, "tapi sekarang ini sudah jam pelajaran. Buka bukumu dan baca materi yang tertulis di sana," lanjutnya, "lima belas menit lagi kita akan tanya jawab."

"Baik!" selesai menunduk sebagai simbol permintaan maafnya, Sakura segera meraih buku untuk menutupi wajahnya yang memerah.

"Bukumu terbalik."

"Eh?!" ternyata Sasuke masih memperhatikannya. Sakura cepat-cepat membalik bukunya dan menoleh ke arah lain. Ia yakin bahwa wajahnya kali ini lebih merah dibandingkan dengan warna bola mata Kurenai-sensei di depan sana.

.

.

.

"Sudah hampir pukul dua." Setelah menatap screen ponselnya, Sakura kemudian memasukkan kembali benda dengan lebar empat inchi tersebut ke dalam tasnya. Sudah waktunya ia menuju gym tempat tim voli SMA Konoha berlatih. Saat ini ia masih berjalan di lorong sekolah, Sakura baru saja menyantap roti isi selai kacang yang dibelinya tadi pagi untuk mengganjal rasa lapar agar bisa bertahan hingga sore nanti. Normalnya, kegiatan harian tim voli akan berakhir pukul empat sore. Namun tak jarang malah molor hingga pukul enam petang.

"Senpai!"

Sakura mendengar suara teriakan. Namun ia tak menggubrisnya karena tak merasa jadi objek yang dipanggil.

"Sakura-senpai!" kali ini suara tersebut memanggil lebih spesifik.

"Iya?" Sakura berhenti dan berbalik. Terlihat siswi berambut blonde terang berlari menuju dirinya.

"Ini benar Sakura-senpai, 'kan? Senpai yang menempel poster pencarian manager baru tim voli, 'kan?" tanya siswi tersebut yang sudah pasti adalah adik kelasnya.

"Ah! Iya kau benar!" jawab Sakura bersemangat. Ini adalah saat-saat yang sudah dinantikannya sejak seminggu lalu. "Siapa namamu? Bagaimana?! Kau tertarik untuk bergabung dalam klub voli?! Kau bersedia untuk jadi manager klub voli SMA kita?!"

"Namaku Chino. Err..., kalau untuk itu...," siswi bernama Chino ini menggaruk pelan kepalanya, "aku belum berpikir ke sana sih. Ehehehehe."

"Oh begitu." Semangat Sakura memudar. "Kalau begitu ada apa? Ada yang bisa kubantu?"

"Err, Ano. Lelaki berambut biru tua yang memakai kaos nomor 23 di poster itu Uchiha Sasuke, 'kan?"

"...ya. Itu memang Sasuke-kun. Kalian saling kenal?"

"KYAAA!" kali ini siswi dengan postur tubuh seperti bocah berusia sepuluh tahun tersebut malah menjerit sambil menepuk pipinya. "Ternyata itu benar Sasuke-senpai!" mata violet Chino berbinar-binar, "aku tidak sengaja bertabrakan dengannya saat upacara tahun ajaran baru dua bulan lalu! Sejak saat itu aku langsung jatuh cinta padanya!" lanjutnya blak-blakan. "Aku sudah lama mencari tahu ekskul apa yang diikuti olehnya tapi tidak berhasil mendapatkan info yang akurat. Ada yang bilang basket, theater, pramuka, dan klub tari. Tapi rupanya dia ada di klub Voli! KYAAA!"

"Ch-chino, jangan berteriak begitu," saran Sakura yang saat ini tengah menutup telinga dengan telapak tangannya.

"Hehehehe. Maaf, Senpai, aku terlalu senang."

"Baiklah kalau begitu. Sepertinya tidak ada yang lagi yang kau butuhkan dariku. Aku harus pergi sekarang—"

"Senpai, tunggu!" Chino menarik pinggang Sakura. "Aku mau mencalonkan diriku sebagai manager tim voli selanjutnya!"

.

.

Berjarak dua puluh meter dari gedung olahraga yang mereka tuju, Sakura dan Chino sudah menangkap hiruk-pikuk yang menggema dari dalam sana, begitu riuh penuh semangat. Suara pantulan hantaman bola dan decitan tapak sepatu yang menggores permukaan lantai terdengar begitu jelas seiring makin mendekatnya dua siswi ini.

"SAKURA-CHANNN!" Baru saja masuk selangkah ke dalam gym, mereka langsung disambut teriakan dari sosok lelaki berambut kuning terang. "Sakura-chaannn! Kenapa kau terlambat hari ini!" rengeknya.

"Ah, maafkan aku, Naruto. Sebagai permohonan maafku, hari ini aku akan mengenalkanmu dan yang lainnya pada seorang gadis."

"He? Seorang gadis?" tanya Naruto dengan wajah bingungnya.

"Ya," jawab Sakura. "Ayo sini masuk, Chino." Sakura meraih tangan gadis yang lebih pendek darinya itu dan membawanya masuk ke dalam gym. Kegiatan di dalam bangunan besar itu mendadak terhenti saat melihat manager kebanggaan mereka datang membawa sosok asing—yang untungnya sangat imut. "Minna! Bisa minta bantu sebentar?"

"Semuanya! Mari berkumpul!" seru sang kapten yang kebetulan berada tak jauh dari Sakura. Sontak semuanya pun bergegas bertemu di satu titik.

"Ah, terimakasih banyak, Shikamaru," ucap Sakura yang hanya direspon anggukan ringan oleh lelaki berambut hitam bernama Shikamaru tersebut. "Teman-teman, hari ini aku membawa calon manager yang nantinya akan menggantikan diriku."

"HUAAAHHH!" suasana mendadak heboh dengan tangisan sebagian besar anggota saat mendengar kalimat Sakura.

"Sakura-chan! Aku tidak bisa bermain voli jika tanpamu! Huaaaahh!" ucap lelaki beralis tebal dengan model rambut seperti batok kelapa.

"Sakura-channn! Jangan tinggalkan kami! Huahhh!" sambung Naruto ditambah tangisannya yang semakin menjadi-jadi.

"Sakura-senpai, kau mau ke mana? Apa kau tega meninggalkan kami. Huahhh!" anak kelas satu juga ikut-ikutan.

Sakura menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis. "Tidak perlu seperti itu, Lee, Naruto, Konohamaru," ia mencoba menenangkan suasana, "aku tetap akan menjadi manager klub voli hingga masa jabatanku selesai nanti. Aku tetap di sini hingga sembilan bulan ke depan. Jadi kalian tetap harus bersemangat, ya?" —ya, kurang dari setahun lagi ia akan menyerahkan posisi yang ia miliki saat ini kepada orang lain. "Semangat!" ucap Sakura sambil meninju tangannya ke udara.

"SEMANGAT!" Lee, Naruto dan Konohamaru meniru pun menirunya.

"Baiklah, perkenalkan. Namanya Chino."

"Selamat siang semuanya! Namaku Oyashiro Chino. Aku dari kelas 1-3. Mohon bantuannya!" ucap Chino ceria.

"Whoa! Perkenalkan, aku Konohamaru dari kelas 1-2. Ternyata kelas kita bersebelahan!" ujar cucu dari kepala SMA Konoha ini. "Mungkin lain kali kita bisa bersama-sama menuju ke sini. hehehehe."

"Hah, dasar kau ini. Tidak bisa lihat perempuan sebentar sudah mulai beraksi," sindir Naruto.

"Kau berisik sekali, Naruto-baka!"

"Hoi! Kau itu juniorku! Bersikaplah yang sopan!"

"Tidak mau!"

"Sudah cukup, Naruto, Konohamaru," ucap Shikamaru dengan nada suaranya yang terdengar seperti orang mengantuk. "Sakura dan Chino masih belum selesai."

"Hari ini sampai dua minggu ke depan, Chino akan menjalani uji coba dulu sebelum benar-benar menjadi manager klub kita," terang Sakura, seluruh anggota tim mengangguk serentak, "oleh karena itu, aku harap kita bisa bekerja sama dan saling mendukung satu sama lainnya."

"HAI!"

.

"Hari ini kau hanya perlu mengamati apa yang kulakukan dulu. Sambil membiasakan diri berada dalam lingkungan ini." Sakura membuka binder merah mudanya. Ia telah berganti pakaian menjadi kaos berwarna putih dengan gradiasi biru di bagian leher. Sedangkan Chino masih menggunakan seragam sekolahnya. "Saat ini mereka akan latihan memperkuat serve. Aku akan mencatat tiap serve yang dilakukan serta hasilnya apakah berhasil atau gagal."

"Serve...?" Chino memiringkan kepalanya karena tak mengerti.

"Uhm, itu istilah yang digunakan untuk pukulan pembuka, dari situlah permainan akan berlanjut."

"Ohhh, ya ya ya. Kurasa aku pernah mendengarnya saat pelajaran olahraga."

Dua siswi ini berdiri di tepi lapangan. Memperhatikan belasan laki-laki yang berbaris menunggu giliran.

Yang pertama, Uchiha Sasuke.

BAM!

Bola melambung tajam melewati net dan menukik jatuh sebelum garis putih di ujung sisi seberang. Masuk.

"KYAAA! Kakkoiiii!" Chino memekik terpesona.

"Sangat sempurna," ujar Shikamaru.

"Arghh! Aku tidak akan kalah darimu, Teme!" geram Naruto yang tampaknya tak terima melihat aksi luar biasa Sasuke barusan.

"Hn. Coba saja kalau bisa, Dobe."

Selanjutnya, Naruto.

BAMMM!

Naruto memukul bola berwarna kuning-biru tersebut sangat keras, namun titik tertinggi yang dicapai hanya berjarak beberapa senti dari tinggi net. Bola tersebut juga menabrak net; untungnya masih bisa terjatuh di sisi lain lapangan.

"Haaaahh, syukurlah," ujar Naruto lega.

"Kali ini kau hanya beruntung saja, Dobe," ejek Sasuke pada rekan satu timnya itu.

"Diam kau, Teme!"

"Naruto, kemampuan serve-mu masih belum berkembang sejak dua tahun lalu," komentar Shikamaru terang-terangan, membuat lelaki bernama lengkap Uzumaki Naruto itu pundung seketika. "Aku harap kau mau berusaha lebih kuat lagi untuk memperbaikinya."

"Haaaiii, kapten," sahut Naruto malas.

"Baiklah kita lanjutkan. Kiba, kau selanjutnya."

Sasuke tampak keluar dari barisan pemain, kemudian menuju ke tempat di mana Sakura dan Chino berada.

"Sasuke-senpai akan ke sini!" bisik Chino antusias.

"...kurasa begitu." Sakura tanpa sadar memperhatikan teman sekelasnya yang berjalan mendekat. Kaos biru yang dikenakan pangeran es tampan itu tampak sangat cocok membalut tubuh atletisnya. Bahkan keringat yang membasahi pelipisnya malah menambah kesan seksi pada aura yang ia pancarkan.

Sasuke berhenti tepat di samping Sakura, di deretan bangku yang mana di atasnya berjejer botol minuman yang masih penuh. Ia lalu meneguk air dari dalam botol tersebut.

"Nice serve, Sasuke-kun." Tiga kata itu meluncur begitu saja dari bibir Sakura. "Kau melakukannya dengan sempurna." Ia bahkan lupa bahwa tugasnya saat ini adalah mencatat detil tiap serve yang dilakukan anggota lainnya.

"Kau melihatnya?" tanya Sasuke sambil meletakkan kembali botol yang kini isinya tinggal separuh.

"Tentu saja. Tadi—"

"Sasuke-senpai!" Chino menjerit histeris. Siswi kelas satu ini mendekat ke hadapan Sasuke. "Kami-sama! Aku tidak menyangka bahwa Sasuke-senpai bisa sekeren itu saat memukul bolanya! Rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin! Aku benar-benar beruntung bisa melihatmu melakukan serve tadi!" Chino meletakkan telapak tangan di pipinya. "Tidak kusangka setelah ini aku bisa melihatnya hampir tiap hari! KYAAA!"

"OI, TEME!" pekik Naruto dari tengah lapangan, "kau lama sekali minumnya! Cuma segitu saja kau sudah lelah, huh? Atau kau sengaja mencari kesempatan mendekati Sakura-chan!?" Sakura nyaris tersedak mendengar ucapan Naruto. "OOO, aku tahu! Kau mengincar anak kelas satu yang imut itu, 'kaaann?"

"Tch. Berisik sekali. Aku tidak seperti itu, idiot." Sasuke pun segera berlari kembali ke lapangan.

Sakura menatap punggung yang dibungkus kaos bernomor '23' itu dengan seksama. Pemandangan yang sudah sering dilihatnya; nyaris tiap hari selama dua tahun ini. Uchiha Sasuke, lelaki berwajah rupawan yang membawa Sakura memasuki dunia baru; dunia voli. Tempat di mana suaranya akan di dengar. Tempat di mana pendapatnya akan dipertimbangkan. Tempat di mana kerja kerasnya dihargai. Tempat di mana ia bisa berteriak bebas, menggerutu kesal, menangis haru—bahkan tertawa lepas.

Tempat di mana ia akhirnya jatuh cinta pada seseorang.

Andai saja Sasuke tak menawarkannya untuk menjadi manager di klub voli dua tahun yang lalu, mungkin saat ini Sakura tetap akan jadi gadis yang sama seperti ia di masa lalunya. Suram, tak bersemangat melewati hari-harinya yang monoton. Maka tak heran jika jauh di dalam hati Sakura menyebut Sasuke sebagai malaikat penyelamat hidupnya. Terdengar berlebihan memang, namun begitulah yang gadis belia ini rasakan. Sasuke telah mengantarnya pada jagat baru yang luar biasa ini.

Sakura begitu bersyukur. Tiap waktu yang ia habiskan di klub membuatnya mengagumi kerja keras Sasuke. Dari titik nol, lelaki bermarga Uchiha tersebut terus maju hingga menjadi pemain voli hebat dan di segani di Jepang. Hingga seiring waktu yang berlalu, tumbuh sebuah perasaan yang tak pernah ia rencanakan sebelumnya. Awalnya ia hanya memperhatikan Sasuke, lelaki itu memang punya tempat khusus dalam hati Sakura. Tapi lama kelamaan rasa itu berkembang semakin liar tak dapat Sakura kendalikan. Sasuke semakin sering mengisi benaknya. Wajahnya terus muncul dalam pikiran Sakura; tatapannya, kedipannya, senyum tipisnya yang nyaris tak terlihat, hingga seringai puasnya.

segalanya.

Sakura sadar ada yang tak beres dalam dirinya. Saat jantungnya berdegup sepuluh kali lebih kencang kala Sasuke menatapnya lekat—Sakura tahu bahwa ia telah jatuh cinta pada malaikat penyelamat hidupnya itu.

"NICE KILL, TEME!" teriakan Naruto ketika Sasuke berhasil menyerang lawan dengan satu pukulan lurusnya membuat Sakura kembali dari lamunan. Saat ini mereka sedang bermain tiga lawan tiga. Naruto, Sasuke, dan Konohamaru berada di tim yang sama melawan Shikamaru, Sai, dan Kiba.

"Tentu saja. Aku sudah mencetak lima poin dan kau masih nol."

"Diam kau!"

Sakura tertawa kecil melihat Naruto dan Sasuke yang selalu terlihat tak akur. Padahal dibalik itu semua mereka adalah partner andalan tim voli SMA Konoha yang kehadirannya selalu diantisipasi oleh SMA lain.

Tanpa sengaja, pandangan mata Sakura bertemu dengan sepasang netra hitam Sasuke. Gadis berusia tujuh belas tahun ini tak dapat menahan senyumnya saat pangeran es tersebut menunjukkan jari berbentuk tanda 'V' kepadanya. Terlihat lucu dan menggemaskan karena tak sinkron dengan tampang cool miliknya.

"Sakura-senpai," panggil Chino di samping Sakura.

"Ya, Chino?"

"Keputusanku sudah bulat. Aku akan jadi manager klub voli SMA Konoha!" ucap Chino mantap.

"Baguslah jika kau—"

"Sebagai gantinya, tolong aku untuk mendapatkan hati Sasuke-senpai!" Chino memegang erat pundak seniornya, "Kumohon bantulah aku, Senpai! Aku benar-benar menyukainya!"

Sakura tak pernah tahu jika paru-paru tak terisi oksigen akan seperti ini rasanya—

sesak dan menyakitkan.

-bersambung-

.

.

HAAAIIIIII~

Sudah lama sekali ga ke sini ya. Apa kabar semua? Semoga pada baik ya ehehehehe.

Seperti yang sudah tertulis di notes di awal tadi, fanfic ini dibuat untuk meramaikan event tahunan SSL Indonesia yaitu; Indonesian SasuSaku Fanday yang diadakan tiap tgl 20 Februari. Aku yakin pasti udah banyak yang tahu karena event ini sudah dimulai sejak tahun 2010. Meski begitu mungkin banyak juga yang baru denger atau belum pernah tahu sama sekali.

Jadi, apa sebenernya SasuSaku Fanday yang disingkat jadi SSFD itu?

Singkatnya sih, SSFD adalah hari besarnya kita; para pecinta pasangan sasuke x sakura dari animanga Naruto. Di tgl 20 Feb, para SSL beramai2 merayakan SSFD dengan banyak cara. Bisa dengan berkarya seperti menulis Fanfic/Essay, menggambar fanart, mengedit art/grafik, membuat AMV, cosplay jadi Sakura/Sasuke, SasuSaku, SasuSakuSara (CIE YG DAH PUNYA ANAK /woy), Gathering dll. YA, apapun yang berkaitan dengan SS lah pokoknya.

Info lebih lanjut, kamu bisa temuin di FP SasuSaku INA di facebook, atau kalo mau tanya-tanya ke aku juga boleh sih. Username FB-ku tertera di bio *promosi.

Oh iya, aku bisa kepikiran bikin fanfic yang disekitaran dunia voli gini gara2 abis nonton Haikyuu! 3 season sekaligus www dan masih belom move on HAHAHAHA XD Rencananya mau dibikin oneshot aja TAPIIIII kepanjangan banget; maka kupecah jadi 3 bagian hehehe.

.

cuplikan chapter 2:

"Aku ini sahabatmu. Aku tahu kau menyukai Sasuke meski kau berusaha untuk memendamnya."

"Chino benar. Hari sudah gelap sekarang. Apa Sasuke-kun bersedia mengantarnya pulang?"

"Sayang sekali karena aku sudah punya gadis lain."

.

Okelah segitu dulu. Terimakasih sudah membaca. Chapter Duanya akan dipublish tgl 10 Februari 2017.

Silakan tinggalkan review jika berkenan ^^

Sampai jumpa~

xoxo