Our Love

Author : Keilee

Cast : Meanie / GyuWon (Kim Mingyu x Jeon Wonwoo)

Other Cast : Soonhoon (Kwon Soonyoung x Lee Jihoon), Seunghan (Choi Seungcheol x Yoon Jeonghan, Yunjae (Jung Yunho x Kim Jaejoong) and Other.

Rate : T

Genre : Romance, Friendship

Disclaimer : mereka milik agensi masing-masing, orang tua, dan semua couple saling memiliki.

Warning : YAOI. BxB. Boy x Boy. Kalo kaga suka, kaga usah baca daripada ninggalin review yang ngerusak mood nulis. Pemberian kritik dibuka untuk umum asalkan dengan bahasa yang baik dan benar. Udah pada belajar bahasa Indonesia, kan? Saran sangat dibutuhkan. Typo (s) udah pasti. Entah kenapa selalu ada padahal udah dibaca ulang. Yang terpenting ini RADA GJ.

So, Check it Out...

.

.

Start Story

.

.

Terhitung tiga hari setelah Wonwoo dan Mingyu saling mengungkapkan perasaan. Dan ini juga kali ketiga Wonwoo melihat mobil Mingyu terparkir di depan gang menuju rumahnya. Namja tiang itu bersikeras untuk selalu menjemput dan mengantarkannya kemanapun yang dia mau. Wonwoo mengamati mobil Mingyu yang lagi-lagi berganti. Wonwoo membuka pintu mobil penumpang dan duduk di samping Mingyu.

Mobil milik keluarga Mingyu itu perlahan mulai berjalan menuju Pledis SHS. Selama perjalanan itu tidak ada satupun yang bersuara. Wonwoo dan Mingyu memang sepasang kekasih sekarang tapi bukan berarti keduanya akan pamer kemesraan dimana-mana layaknya pasangan kekasih lainnya. Mereka tetap sama Mingyu yang dingin dan acuh serta Wonwoo yang datar dan irit bicara.

Laju mobil perlahan melambat begitu sampai di pelataran parkir sekolah. Wonwoo membuka pintunya sendiri menolak dibukakan oleh salah satu pengawal Mingyu. Seperti biasa kedatangan mereka selalu ditunggu. Entah sejak kapan banyak siswa dan siswi yang menyukai mereka dan pasangan lain dari kelas mereka. Bukannya tidak mungkin jika ini adalah hasil pengaruh dari trio fujoshi kelas berat Sandara, Seyoung dan Minkyung.

Keduanya memasuki kelas yang masih sepi. Jangan harap ada siswa di kelas mereka yang akan berangkat pagi. Wonwoo kembali mengklaim kursi disebelah Mingyu karena Tzuyu sudah keluar dari sekolah mereka. Entah bagaimana kabarnya sekarang. Tapi menurut gosip yang beredar dia kembali ke negara asalnya, Taiwan dan melanjutkan sekolahnya disana.

Wonwoo membuka tasnya dan mengambil novel dari sana. Beberapa saat kemudian namja emo itu mulai tenggelam dalam kegiatannya. Mingyu sendiri hanya memainkan tabnya melihat perkembangan project perusahaan yang –terpaksa- ditanganinya. Dia memijit keningnya pelan karena ada beberapa masalah yang sulit untuk diatasi dalam proses pengerjaan. Dia ingin memantau proses secara langsung tapi dia harus sekolah. Dia benar-benar serba salah sekarang.

Wonwoo melirik kearah Mingyu karena namja disebelahnya itu tidak berhenti menghela nafas sejak tadi. Dia menutup bukunya dan meletakkannya di laci meja. Dia menghadapkan dirinya kearah Mingyu dan menatap namja itu dalam. Dia meraih tab ditangan Mingyu kemudian meletakkannya di meja. Mignyu yang terkejut menatap Wonwoo bingung.

"Geumanhae." Ujar namja emo itu datar. Mingyu kembali menghela nafas berat dan memejamkan matanya. "Tenangkan dirimu." Tambahnya.

Mingyu menggerak-gerakkan tangannya masih dengan mata tertutup. Mengerti maksud Mingyu, Wonwoo meraih tangan Mingyu dan menggenggamnya yang dibalas remasan oleh Mingyu.

"Begini lebih baik." Ujar Mingyu, "Tanganmu hangat. Aku menyukainya."

Tangan keduanya terus bertautan bahkan ketika teman-temannya datang dan menggoda mereka. Keduanya baru melepas tautan tangan mereka ketika suara Hwang Ssaem yang mengajar bahasa inggris terdengar.

"Ssaem tahu dikelas ini ada beberapa siswa yang mahir menggunakan bahasa inggris dan beberapa lagi sangat kurang." Ujar Hwang Ssaem ketika waktu belajar sudah berjalan satu jam, "Seperti yang kalian tahu, kemampuan berbicara dengan bahasa asing akan terasah dengan terus berlatih bersama orang yang mahir. Oleh karena itu untuk melatih beberapa siswa dan mengusir kebosanan, Ssaem akan memilih dua dari kalian dengan satu siswa mahir dan satu siswa yang kurang untuk bercakap-cakap bahasa inggris di depan kelas."

Kalimat panjang dari Hwang Ssaem sukses membuat siswa yang kemampuan bahasa inggrisnya masih dibawah rata-rata mengeluh termasuk Soonyoung.

"Waeyo, ssaem?" koor para siswa.

"Kalian tahu sendiri bahas inggris adalah bahasa dunia dan kalian adalah anak dari pengusaha yang mendunia. Bagaimana kalian akan menghadapi dunia luar dengan kemampuan bahasa inggris yang seperti ini?"

"Bukannya ada penerjemah?" balas Minkyung berusaha menolak.

"Kalian adalah anak-anak dari orang yang berpengaruh, kalian akan mempermalukan keluarga kalian jika kalian membawa penerjemah kemana-mana! Sudahlah, jangan banyak mengeluh."

"Aish.. bagaimana aku bisa bercakap-cakap?" gerutu Soonyoung. Dia menolehkan kepalanya kearah Jihoon yang duduk disebelahnya, "Aku harap aku maju denganmu."

Jihoon memutar bola matanya jengah, "Bagaimana bisa? Aku dan kau memiliki kemampuan bahasa inggris yang hampir sama."

"Aish.. menyebalkan!"

"Chaerin dan Minkyung. Kalian bisa maju terlebih dulu." Suruh Hwang Ssaem setelah melihat daftar absen selama gerutuan siswanya berlangsung.

Chaerin melangkah maju dengan santai berbeda dengan Minkyung yang memasang wajah tertekuk. Bibirnya terus bergerak menandakan yeoja cantik itu belum berhenti mengeluh.

"Kalian bisa mulai dengan percakapan dasar."

"Hi, Minkyung." Sapa Chaerin memulai.

"H-hi.." jawab Minkyung setengah gugup.

"How are you?" tanya Chaerin lagi. Selanjutnya mereka berdua berbincang-bincang dengan lumayan lancar. Chaerin sengaja melontarkan kalimat-kalimat yang mudah dimengerti dan sesekali membantu Minkyung menemukan kosa kata yang tidak diketahuinya.

"Good. Bukankah tidak terlalu susah? Selanjutnya L-Joe dan Soonyoung."

Keduanya maju dengan langkah yang berbeda. L-Joe tentu saja tenang karena dia memang besar di Amerika sedangkan Soonyoung menatap L-Joe memberi kode agar tidak menggunakan kalimat yang susah untuknya. L-Joe hanya mengangguk samar.

"Hello, Soonyoung-ssi." Sapa L-Joe membuka pembicaraan.

"Hello, Joe." Jawab Soonyoung.

"What are you doing?"

"Just strolling." Jawab pemuda sipit itu santai, "And you?"

"Me? I dont know. Wanna discuss something with me?" Soonyoung mengangguk, "What are you interesting about?"

"Dance."

"Ah.. I dont know a lot about dance. Can you tell me anything about dance? Like a kind of dance or how to learn dance as fast as possible or anything you can." Sampai disini Soonyoung mulai memasang wajah bingung. Kalimat yang digunakan L-Joe memang ssderhana tapi cara L-Joe mengatakannya yang membuat Soonyoung bingung. L-Joe yang mengerti kebingungan Soonyoung mengulang kembali kalimatnya lebih pelan.

"Ah.. there's so many dance. I cant tell it all. You just need practicing hardly to learn dance well. I cant tell anything more than this because I dont know how to speak english." Jawaban jujur Soonyoung membuat seisi kelas tertawa. "Errr... how about America?" tanya Soonyoung bertanya pada L-Joe untuk menghindari pertanyaan lanjutan untuknya.

"You wanna know about America?" Soonyoung mengangguk, "America..." selanjutnya L-Joe mulai bicara panjang lebar mengenai Amerika yang hanya dapat dipahami beberapa kata seperti good, amazing oleh Soonyoung. Sisanya hanya lewat dikepalanya tanpa bisa dia pahami.

"Good. Kalian ternyata lebih baik dari perkiraanku. Baiklah, cukup untuk hari ini. Selamat pagi. Ahh.. Yunho-ya. Apa sebentar lagi kalian ada jam Kwon Ssaem?"

"Ne, Ssaem."

"Beliau sedang sakit. Jadi beliau menitipkan tugas ini untuk kalian." Hwang Ssaem menyerahkan tumpukan kertas ditangannya yang langsung diterima Yunho. "Dikumpulkan hari ini juga. Letakkan di meja Kwon Ssaem." Yunho mengangguk kemudian membungkuk kearah Hwang Ssaem.

Yunho berbalik dan mendapati teman-temannya yang mulai bekerja menepikan semua meja dan kursi ketepian kelas. Sudah menjadi tradisi di kelas ini apabila mendapatkan tugas di sekolah mereka akan mengerjakan bersama di tengah-tengah kelas dan duduk di lantai. Yunho mulai membagikan lembaran kertas tugas di tangannya.

"Aigooo... ige mwoji?" keluh Sandara. "Ya! Siapapun kerjakan. Aku tidak suka mengatakan ini, tapi aku masuk kelas ini karena orang tuaku bukan karena otakku."

"Na do." Ujar Minhyuk.

"Dan orang tua kalian memasukkan kalian kesini agar kalian melatih otak kalian." Ujar Jinyoung. Sandara dan Minhyuk hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya.

"Arasseo. Ajari aku."

Mereka mulai diam mengerjakan tugas tapi tidak berlangsung lama. Sekarang mereka tengah berperang melempar kertas kearah satu sama lain menyisakan dua manusia yang masih tetap serius dengan tugasnya di pojok ruangan menghindari tindakan brutal teman-temannya.

Mingyu dan Wonwoo menulis deretan angka dan huruf di atas kertas dalam diam sambil sesekali membolak-balikkan lembaran buku untuk mencari rumus. Sebenarnya hanya Wonwoo yang melakukan itu karena Mingyu si jenius sudah hafal semua rumus di luar kepala.

Mingyu yang sudah menyelesaikan tugasnya kini duduk bersandar di dinding sembari menatap Wonwoo yang masih sibuk dengan tugasnya. Matanya berganti melihat kearah teman-teman sekelasnya yang ribut melempar kertas dan saling mengejek. Tidak hanya sekali beberapa kertas terlempar kearahnya atau Wonwoo. Meskipun merasa terganggu dengan itu, tapi mereka berdua tidak bisa melakukan apapun karena mereka tidak tahu kertas milik siapa yang terbang kearah mereka diantara banyaknya tersangka. Jadi mereka hanya diam menerima. Anggap saja ini adalah kontribusi keduanya dalam permainan aneh teman-teman sekelas mereka tiap jam kosong.

Mingyu menangkap kertas yang melayang hampir mengenai kepala Wonwoo. Mingyu meremas kertas itu kemudian melemparnya ketengah kerumunan dan tepat mengenai kepala belakang Xiumin. Namja berpipi bakpao itu menoleh ke belakang dan kebetulan Chaerin ada disana dengan kertas ditangannya. Xiumin yang menduga Chaerin adalah pelakunya mulai memunguti kertas dibawahnya dan melemparnya dengan brutal pada Chaerin yang juga membalasnya dengan tidak kalah brutal karena tidak terima.

Mingyu menatap keduanya dengan bibir tertarik sedikit. Dia beruntung sekelas dengan teman-teman sejenis mereka. Dia kembali melirik Wonwoo yang mulai menutup bukunya. Dia masih mengikuti pergerakan Wonwoo yang mengikuti jejaknya bersandar di dinding. Dia melebarkan senyumnya. Dia merasa beruntung mendapatkan namja berwajah manis dan cantik tapi dingin itu.

Wonwoo yang merasa diperhatikan menoleh kearah Mingyu tapi namja bergigi taring tidak biasa itu lebih cepat mengalihkan tatapannya sehingga Wonwoo tidak sempat menangkap basah dirinya. Dan saat itu dia melihat Minkyung yang menatap kearahnya dan berjalan mendekat.

"Kalian sudah?" tanya yeoja itu dengan wajah modus yang kentara. Mingyu mengangguk. "Kupinjam." Ujarnya sambil menarik dua kertas dihadapannya. Yeoja itu berlari kearah kerumunan sembari berteriak membuat semua mata tertuju padanya.

Melihat apa yang ada ditangan Minkyung, para siswa bar-bar itu akhirnya menghentikan aktifitas aneh mereka dan mulai duduk melingkar dan mengerjakan tugas sesekali mereka ribut berebut kertas milik Mingyu atau Wonwoo.

Wonwoo yang merasa bosan hanya duduk diam disana hendak beranjak mengambil novel yang diletakkannya di laci meja. Tapi belum sempat namja manis itu berdiri, tangan Mingyu menahan tangannya. Dia menoleh dan mendapati Mingyu yang menatapnya datar. Remasan tangan Mingyu dan tarikan pada tangannya membuatnya kembali duduk.

Wonwoo melirik Mingyu yang duduk tenang dengan mata tertutup. Dia bisa menebak masalah yang dihadapi Mingyu cukup berat. Dia akui namja tinggi tampan bertaring unik itu memang jenius tapi dia tetaplah anak Senior High yang tentunya akan kesulitan menghadapi masalah besar seperti masalah perusahaan yang sedang ditanganinya. Tapi ini memang merupakan tanggung jawab Mingyu sebagai pewaris tunggal keluarga. Wonwoo yang tidak bisa membantu apapun hanya meremas tangan Mingyu pelan berusaha menenangkan namja yang berstatus kekasihnya itu.

Keduanya saling berpegangan tangan dengan mata tertutup tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya. Pasangan baru itu tidak menyadari mereka tengah menjadi pusat perhatian seluruh siswa di kelasnya. Bahkan Sandara, Seyoung dan Minkyung tengah sibuk mengambil gambar mereka dengan ponsel canggihnya.

"Aigooo, jinjja neomu kyeopta.." gumam Sandara sambil terus mengambil gambar.

"Sangat sederhana tapi terasa manis." Komentar Minkyung.

"Aiihhhh... mereka sangat mempesona." Yang ini adalah komentar Seyoung.

"Ciihhh... aku tidak mau mengakuinya, tapi mereka memang manis." Ujar Jinyoung. Namja kurus itu memutar bola matanya jengah melihat seluruh pasangan di kelasnya mulai bermesraan. "Ya! Jangan berpacaran disini!"

"Kau cemburu? Cepat cari pasangan, bodoh!" ledek Jun.

"Kau juga sama sendirinya, Wen!" balas Jinyoung sinis.

"Setidaknya aku punya kekasih. Bukan perjaka tidak laku sepertimu!"

"Ya! Aish.. sialan kau!" Jinyoung melempar gumpalan kertas kearah Jun yang berhasil dihindari oleh namja keturunan China itu.

Skip Time

Bel pertanda berakhirnya jam sekolah berbunyi. Para guru yang mengajar memberi kata penutup kemudian keluar kelas diikuti desahan lega dan teriakan bosan dari para murid. Sandara yang baru saja meregangkan badannya berdiri dan menghampiri meja Wonwoo dan Mingyu.

"Hei, pasangan baru. Kalian tidak kencan? Cuacanya sangat indah hari ini." Goda Sandara. Mingyu dan Wonwoo hanya diam, malas menganggapi kegiatan harian Sandara yang baru. Menggoda mereka dengan ide-ide yang bahkan tidak pernah mereka bayangkan.

"Ani." Jawab Mingyu akhirnya karena dia tahu Sandara tidak akan pergi samapi salah satu dari keduanya menjawab.

"Sayang sekali." Gumam Sandara sebelum berjalan menjauh.

"Pergilah." Uajr Wonwoo membuat Mingyu menoleh kearahnya.

"Ani. Kuantar."

Wonwoo menggeleng, "Dahulukan yang penting." Ujarnya.

Mingyu menatap mata Wonwoo dalam kemudian menarik tangannya hingga berdiri, "Kuantar."

Wonwoo menepis tangan Mingyu perlahan, "Jangan bercanda. Pergilah."

Mingyu masih menatap Wonwoo yang juga menatapnya dengan wajah datar, "Bagaimana denganmu?"

"Aku akan baik-baik saja." Mingyu memasang wajah tidak yakin dan itu membuat Wonwoo menghela nafas jengah, "Aku laki-laki. Jadi aku bisa menjaga diri. Dan selama ini aku sudah biasa pulang sendiri. Jangan khawatir." Ujar Wonwoo. Ya. Sejak menjadi kekasih Mingyu, Wonwoo mulai bicara dengan kalimat yang lebih panjang setidaknya pada Mingyu.

Mingyu masih menatap Wonwoo tidak yakin selama beberapa saat sebelum akhirnya menghela nafas dan mengangguk, "Arasseo. Kajja." Keduanya berjalan menuju gerbang dengan tangan bertautan.

"Kabari aku jika ada sesuatu terjadi." Wonwoo mengangguk kemudian berbalik tapi baru satu langkah diambilnya, tangan Mingyu menahan pergelangan tangannya. Dan itu membuatnya mau tidak mau kembali menghadap Mingyu.

"Apa aku perlu menyuruh salah satu pengawalku untuk mengantarmu?" tanyanya.

"Ani. Aku akan baik-baik saja. Jangan berlebihan."

"Aku hanya tidak ingin sesuatu terjadi. Demi Tuhan, aku merasakan perasaan aneh dan tidak benar meninggalkanmu sendiri."

Wonwoo menghela nafas pelan. Tangannya beralih menggenggam tangan Mingyu dan meremasnya pelan. "Geokjeonghajimara. Aku akan baik-baik saja." Ujarnya menyakinkan. Melihat ekspresi Wonwoo yang seperti itu membuat Mingyu mengalah dan akhirnya mengangguk.

"Arasseo. Pulanglah!" dia melepaskan genggaman tangannya dan menatap punggung Wonwoo hingga menghilang di belokan. Dan selama itu dia menahan dirinya untuk mengejar Wonwoo. Demi Tuhan perasaannya tidak tenang sama sekali. Dia merasa sangat salah membiarkan Wonwoo berjalan sendirian tanpa pengawasannya.

Sampai supirnya datang menjemput, perasaan Mingyu tidak berangsur membaik tapi dia berusaha tidak mempedulikannya karena dia percaya Wonwoo akan menghubunginya jika sesuatu terjadi pada namja manisnya itu.

"Project resortku yang baru." Ujar Mingyu segera setelah memasuki mobilnya. Dia hanya ingin segera sampai dan memastikan keadaan Wonwoo selepas dia dari lokasi proyeknya. Mobil itu pun melaju menuju arah yang berlawanan dengan arah yang diambil Wonwoo. Beruntungnya, lokasi proyeknya tidak jauh dari sekolah. Hanya butuh waktu 20 menit mengendarai mobil.

Wonwoo berjalan perlahan menyusuri jalan menuju rumahnya. Sampai di depan gang dia melihat kumpulan pria berbadan besar yang sedang duduk sambil tertawa keras-keras. Wonwoo meneruskan langkahnya tanpa takut sama sekali karena pria-pria itu memang biasa disana dan selama ini tidak pernah mengganggunya. Wonwoo dengan santainya melewati gerombolah itu tanpa ada gangguan apapun. Namja itu merogoh kantung celananya ketika dia merasakan getaran disana. Dia melihat dilayar handphonenya tertuis nama Jun memanggil. Dia menggeser ikon hijau di layar ponselnya. Baru saja dia hendak menempelkan benda persegi itu ke telinganya, benda itu jatuh lebih dulu karena Wonwoo kini fokus pada apa yang menimpanya..

"Ya!" teriaknya saat kepalanya ditutupi kain hitam dan tubuhnya diseret masuk mobil. Dia terus memberontak tapi pegangan di lengannya sangat kuat. Belum lama dia berada dalam kendaraan beroda 4 itu, dia kembali ditarik keluar mobil. Tubuh kurusnya ditarik paksa menuju tempat yang tidak diketahuinya. Dalam pandangannya kini hanya hitam.

Tubuhnya ditarik kuat dan seseorang memaksanya duduk. Tangannya diikat kebelakang dengan kencang. Dia yakin pergelangan tangannya lecet sekarang. Dia memasang wajah datar andalannya melihat siapa yang ada didepannya. Dia memutar kepalanya dan menemukan pria bersetelan serba hitam berbaris disana. Dia yakin mereka yang menyeret dan menahannya karena tidak mungkin manusia di depannya yang melakukannya.

Kim Seolhyun. Salah satu fans berat Mingyu. Dia tahu karena gadis ini cukup terkenal disekolahnya. Dia sedikit tidak percaya dengan kejadian yang menimpanya. Dia memang sering diganggu fans Mingyu tapi tidak pernah sampai tahap seperti ini karena kebanyakan mereka takut pada kekuasaan Mingyu.

"Jeon Wonwoo." Panggil Seolhyun penuh dengan nada meremehkan, "Namja miskin yang merusak segalanya." Wonwoo menutup matanya dan memiringkan waiahnya ketika air di dalam gelas yang dipegang Seolhyun disiramkan padanya.

"Kau pikir kau pantas untuk Mingyu?!" wajah Wonwoo lagi-lagi terhempas kesamping. Kali ini bukan karena dia sengaja melainkan karena tangan Seolhyun yang menampar pipinya keras.

"Kau hanya namja miskin yang pantasnya menjadi budak!"

Plak..

"Mantra apa yang kau gunakan untuk memikat Mingyu seperti itu?!"

Plak...

"Dasar jalang murahan!"

Plak...

Plak...

Tamparan terakhir dari Seolhyun benar-benar terasa sakit di pipinya. Sudut bibirnya kini mulai berdarah dan dia yakin pipinya memar. Seperti tidak puas menyiksa Wonwoo, Seolhyun menarik rambut Wonwoo hingga namja emo itu mendongak. Kemarahan Seolhyun makin memuncak melihat ekspresi datar yang ditampilkan Wonwoo.

"Ada apa dengan ekspresimu? Kau menantangku?!" tanyanya dengan smirk di bibirnya. Dia melepas tangannya dari rambut Wonwoo dengan mendorong kepala Wonwoo keras. Dia berjalan menjauh dan meraih balok kayu di pojok ruangan.

"Kau ingin tahu rasanya ini menyapa badanmu?" Seolhyun mengangkat kayu ditangannya mengancam Wonwoo. "Bagaimana kalo dimulai dari kaki?" setelah mengatakan itu, Seolhyun berjongkok disamping kursi Wonwoo dan mengayunkan balok kayu itu keras-keras kearah kaki Wonwoo. Namja itu menggigit bibirnya kuat menahan rasa sakit di kakinya.

"Wah.. kau belum menjerit, ya?" ujar Seolhyun pura-pura kagum, "Selanjutnya perut. Ani. Bagaimana kalau langsung saja?" Seolhyun berjalan ke belakang tubuh Wonwoo dan belum sempat Wonwoo mengerti apa yang ada di pikiran Seolhyun, yeoja itu mengayunkan balok kayu ditangannya kearah tengkuk Wonwoo membuat pandangan namja emo itu perlahan menggelap.

"Mati kau, Jeon!" ujar yeoja itu sinis sembari melempar kayu ditangannya.

Wonwoo mengerjapkan matanya perlahan berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang masuk dalam retinanya. Dia mengernyit merasakan sakit yang amat sangat di tengkuknya dia berusaha menarik tangannya untuk meraba daerah itu tapi dia tidak bisa. Selanjutnya Wonwoo menghela nafas mengetahui apa yang terjadi bukanlah mimpi. Dia benar-benar diculik.

"Sudah sadar, Jeon?" Wonwoo menoleh ke sumber suara dan menemukan Seolhyun yang berjalan menuju kearahnya.

"Aku heran apa yang dilihat Mingyu darimu." Gadis itu mengamati Wonwoo dari kepala hingga kaki. "Apa wajahmu ini?" Seolhyun mencengkram dagu Wonwoo dan sedikit mendongakkan kepala Wonwoo agar dia bisa sepenuhnya melihat wajah itu. Jujur cengkraman Seolhyun membuat luka di sudut bibir Wonwoo yang mulai mengering kembali terbuka dan itu sangat perih.

Seolhyun melepas cengkramannya kasar membuat kepala Wonwoo sedikit terhempas. "Aku menyiapkan sesuatu untukmu." Seolhyun berjalan menjauh kemudian kembali dengan botol berisi cairan mencurigakan, "Dengan ini Mingyu akan kehilangan alasan untuk menyukaimu." Ujarnya yang secara tidak langsung memuji wajah Wonwoo.

Seolhyun membuka tutup botol ditangannya dan seketika itu membuat Wonwoo menahan nafas sebentar. Hanya dengan mencium baunya saja Wonwoo bisa tau cairan apa itu. Asam kuat yang akan membuat kulitmu melepuh begitu bersentuhan dengannya.

"Katakan selamat tinggal untuk wajahmu, Jeon." Wonwoo menutup matanya melihat Seolhyun yang bersiap menyiramkan cairan itu kearah wajahnya. Dia bisa mendengar suara

tumpahan air tapi tidak ada yang mengenainya.

"Ya! Mwo haneungeoya?!" pekik Seolhyun geram. Wonwoo melihat kearah botol yang terlempar jauh dari Seolhyun.

"Jwiseonghamnida, Nona muda. Tapi saya harus menyampaikan berita ini." Kata pengawal itu terengah-engah.

"Mwo? Mwo? MWO?!" jawab Seolhyun masih emosi.

"Kita ketahuan, Nona. Tuan Muda Kim dan Tuan Muda Wen ada disini." Kalimat pengawal itu membuat Seolhyun membelalakkan matanya. Dia menatap Wonwoo benci.

"Kali ini kau selamat." Ujarnya mengancam, "Palli!" teriak yeoja itu sebelum pergi lewat pintu belakang.

Beberapa saat setelah Seolhyun pergi, Wonwoo mendengar suara seseorang berlari dari arah depannya. Dan tepat seperti dugaannya, orang itu adalah Mingyu. Kim Mingyu dengan wajah khawatir dan kagetnya yang jarang ditunjukkan.

"Jeon Wonwoo!" teriakan Mingyu yang menyebut namanya adalah hal terakhir yang diingatnya sebelum matanya kembali menggelap. Wonwoo kembali jatuh pingsan. Dan itu berhasil membuat Mingyu makin kalap.

.

.

TBC

.

.

Annyeong.. ini sekuel dari You and I... gimana? Pada sebel ngga Wonwoo gue siksa disini? Huwaaahahahahaha... tapi tenang, ada pangeran Gyu yang bakalan selalu nyelametin Incess Wonwoo..

Ini kisah pas Meanie udah jadian.. buat ke belakangnya bakalan banyak Meanie momentnya walaupun Cuma explicit karena gue juga nyesuain sama karakter Meanie yang diem-diem menghanyutkan.

Gue ngga tau gimana pendapat kalian mengenai sekuel ini. Sengaja gue bikin Chapter karena itu emang kemauan gue dari awal gue bikin ini FF. Kek bikin season duanya gitu dengan konflik yang berbeda dan lebih WOW #spoiler. Kelanjutannya tergantung sama review kalian. Kalo kalian pada ngedukung buat lanjut, berarti gue lanjut. Kalo kaga ada yang ngedukung berarti sampe sini doang. FYI, ini gue make plot yang kedua. Buat rancangan plot pertama, gue mutusin buat jadi FF yang lain dengan cast yang mungkin juga lain.

So, Mind to RnR?

Annyeong...