.

.

.

Sumary : Naruto berkelahi dengan saudaranya malam itu. Hngga Naruto meluapkan segala emosinya pada keluarganya. Kini Naruto seolah membangun benteng terhadap keluarganya.

.

.

Warning : fic gaje, cerita ga jelas mungkin bikin ilfil, ide pasaran, typo, hati² terkadang tulisan hilang bikin pembaca binggung,

.

.

.

Disclsimer : Naruto dan kawan² milik Masashi Kishimoto aku cuma pinjam sebentar ^_^

.

.

Rated : T

.

.

Pair : Naruto x . . ?

.

Hati yang terluka


Chapter : 4

Naruto masuk ke dalam kelas yang sudah banyak teman sekelasnya ia berjalan menuju bangku duduk dengan tangan kiri memegang tas yang tersampir dipundak kiri dan tangan kanan berada didalam saku ia berjalan dengan santai tak memperdulikan yang menatap minat dirinya sesampainya dibangku ia memandang heran kenapa ada tas disamping tempat duduknya lantas memandang Kiba dengan pandang tanya yang kebetulan duduk dibelakangnya bersama Shikamaru yang sedang tidur sambil menunggu bell masuk.

"Ini milik siapa Kiba..?"tanya Naruto sambil melirik tas yang ada dibangku sebelahnya.

"Oh itu punya murid baru, kau kemaren tidak masuk kenapa Naru..?"tanya Kiba.

"Hm, aku kemaren ada urusan"jawab Naruto sambil melihat kearah jendela.

"Apa kau sudah mengerjakan pr Naru..?"tanya Kiba mandang Naruto penuh harap.

"Hn" mendengar jawaban asal Naruto membuat Kiba tersenyum lebar.

"Aku pinjam Naru, please aku tak mau dihukum guru killer kita Naru.." pinta Kiba yang saat ini duduk disamping Naruto sambil menguncang bahu Naruto membuat sang empunya mendecit dan menjitak kepala Kiba.

"Jika tak mau kena hukum kerjakan pr mu puppy" ujar Naruto sambil mengambil buku didalam tas Kiba hanya manyun sambil mengelus bekas jitakan Naruto.

"Iya iya, sebenernya aku sudah mengerjakan tapi ada beberapa yang tak ku mengerti duren.." ucap Kiba sambil menerima buku dari Naruto.

"Kenapa kau tak pinjam pr Shikamaru saja bukan kah dia sudah datang lebih dulu.."tanya Naruto.

"Kau seperti tidak tau dia seperti apa..?" jawab Kiba.

"Hoam Mendokusei, maksud mu aku seperti apa puppy..? kapan kau pintar jika kau meminta contekan terus" jawab Shikamaru dengan tampang malas entah sejak kapan dia bangun.

"Hn" tambah Naruto seolah mendukung ucapan Shikamaru.

"Ya ya lain kali aku akan memintai di ajari saja. Atau kalian amal lah sedikit dengan menyumbang IQ kalian untuk ku agar aku aga pintaran sedikit.."jawab Kiba sambil menyalin pr Naruto.

"Mendokusei, kemaren kau tak masuk selama beberapa hari kemana saja Naru..? bahkan Menma sampai mendatangi ku karna kau tak pulang-pulang..!"tanya Shikamaru dengan serius.

"Aku ada urusan..!"jawaban Naruto tak memuaskan Shikamaru tapi ia urungkan niatnya untuk bertanya karna melihat Naruto memasang handset ditelinganya sambil memejamkan matanya.

"Mendokusei" Shikamaru hanya menghela nafas melihat tingkah Naruto.

.

.

.

.

Dari kemaren Kushina tak berselera makan penyebabnya adalah ketidak hadiran putra bungsunya. Minato hanya bisa menghela nafas dan menatap miris wanita biasanya penuh semangat kini seolah kehilangan semangat hidup.

"Makan lah Kushina jangan menyiksa dirimu sendiri dan membuat kami khawatir.." ucap Minto sambil mengelus sayang kepala istrinya.

"Bagaimana mungkin aku bisa makan Minato..?! Hisk...sedangkan..hisk...aku tak mengetahui bagaimana keadaan Naruto hisk..saat ini..hisk" jawab Kushina sambil menangis didalam kamar.

"Percayalah dia akan baik-baik saja dia lelaki Kushina dia bisa jaga diri, jangan sampai kamu sakit dan melalaikan kewajibanmu tsuma ingat Menma juga masih butuh perhatian mu jangan buat dia terus menghawatirkan mu tsuma.." Minato mencoba menenangkan Kushina sambil memeluknya sambil sesekali mencium kepala Kushina.

"Kenapa kau terus saja menyuruh ku untuk makan dan makan sedangkan anak kita di luar sana belum ada kabar Minato.! Yang aku inginkan anakku Naruto bukan makanan.! kenapa kau begitu tenang padahal Naruto dari kemaren tak pulang-pulang apa kau sudah tak peduli lagi pada Naruto.!?" Seru Kushina dengan lantang karna emosi terhadap suaminya juga kesal pada diri sendiri karna sebagai ibu ia tak mengetahui di mana tempat yang biasa di kunjungi anaknya.

Minato mengusap wajah sendiri dengan kasar saat melihat Kushina terlihat begitu kacau marah-marah dengan wajah penuh air mata, apa lagi tadi istri menuduh dengan kejam bagaimana mungkin ia tak peduli pada anaknya sendiri sudah cukup kesalahan yang dulu ia perbuat ia tak ingin mengulanginya lagi.

"Maaf jika aku membuat mu kesal.!? aku hanya tak ingin kau sakit tsuma. dan bagaimana bisa kau menuduh bila aku sudah tak peduli lagi pada anak kita.? jika aku tak tenang menghadapi semua ini, siapa yang akan menenangkan mu tsuma jika aku sendiri tak bisa menenangkan diriku sendiri, Menma juga masih butuh perhatian kita aku tak ingin membuat kesalahan lagi dengan hanya memfokuskan diri pada salah satu anak kita tsuma" ucap Minato dengan lembut ia tak mungkin mengeluarkan emosinya pada sang istri disaat ia butuh dukungan.

"Hisk...aku...hisk...aku...hisk..hanya...takut...terjadi sesuatu dengan Naruto anata..! hisk..atau Naruto tak mau tinggal disini lagi..hisk.."keluh kesah Kushina dalam pelukan sang suami.

"Sssst... itu tidak mungkin terjadi tsuma, kamu tenang saja Naru pasti pulang mungkin dia sedang ada urusan yang sangat penting diluar yang mengharuskan ia tinggal dan lupa mengabari kita..! sekarang makan lah meski sedikit jika kau tak makan aku tak tenang dikantor" Minato melepaskan pelukannya dan menyodorkan sendok ke depan mulut Kushina.

"Kau harus makan meski sedikit, ayo aaa" butuh perjuangan bagi Minato untuk menyuruh san istri makan hingga akhirnya Kushina mau membuka mulutnya dan masuk beberapa suap saja.

"Sudah" Kushina menutup mulutnya rapat dan melengos saat Minato menyudorkan sendok hendak menyuapi lagi.

"Kamu baru makan beberapa suap doank tsuma, ini satu suap terakhir ayo buka mulut mu aaa" bujuk Minato pada Kushina pasalnya semalam sang istri tak makan sama sekali saat disuruh makan katanya nunggu Naruto pulang dulu baru makan tapi yang ditunggu tak menampakan batang hidungnya hingga Kushina ketiduran disofa hingga pagi.

"Baiklah kamu menang" Minato menyerah karna Kushina keras kepala.

"Tapi nanti siang kamu harus makan oke..! aku berangkat ke kantor dulu, jangan lupa makan siang aku berangkat dulu kamu istirahat saja semalam pasti kamu kurang tidur" Minato pergi setelah mencium kening sang istri dan pamit kerja.

.

.

.

.

Bell telah berbunyi menandakan pelajaran akan dimulai para pelajar mulai memasuki kelas masing-masing salah satunya siswi yang baru pindah disini beberapa hari yang lalu tapi ia sudah memiliki banyak teman ia sangat berterima kasih pada kedua sahabatnya karna sudah mengenalkan pada teman-temannya jadi dia tidak terlalu susah beradaptasi dengan sekolah baru berkat bantuan kedua sahabatnya yang lebih dulu masuk sekolah ini yaitu.

Sakura Harono dan Hinata Hyuuga meski mereka beda kelas tapi ia tak masalah! yang penting ia bisa kumpul dengan mereka saat jam istirahat, ia berjalan menyusuri lorong menuju kelasnya saat ia masuk ia melihat ada siswa bersurai pirang duduk disebelah bangkunya sambil memejamkan matanya dan ada hendset terpasang ditelinganya.

"Emm, hai" sapanya setelah duduk dibangkunya saat sang siswa menoleh kearahnya sesaat keduanya terpesona dengan bola mata masing-masing ia melihat bola mata berwarna shepire yang mempesona terlihat tajam tapi memancarkan kehangatan disaat bersamaan, sang siswa pun tertegun melihat bola mata berwarna langit malam yang menghipnotisnya sebelum akhirnya suara deheman Shikamaru mengembalikan keduanya.

"Mendokusei" Naruto hanya mendengus mendengar gumaman temannya.

"Hn" Naruto menjawab sapaan teman sebangkunya.

Sang siswi mendengus mendengar jawaban teman sebangkunya "astaga kenapa hidupku selalu di kelilingi dengan cowo yang dingin seperti ini kami-sama" ucapnya dalam hati ia memperhatikan sepertinya tak asing dengan orang yang disampingnya ini.

"Kenalkan nama ku Izumi Uchiha" ia memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangannya dengan senyum diwajahnya.

Naruto menatap datar Izumi sembelum menyambut uluran tangan mungil sang siswi "Naruto Namikaze" dan ia kembali acuh, Naruto melempar pandangannya keluar jendela menatap awan putih yang bergerak mengikuti arah angin membawa.

"Hai tuan es..?! aku sungguh tak menyangka bisa bertemu dengan mu lagi sekolah ini dan satu kelas dengan mu" bisik Izumi pada Naruto.

"Hn" Naruto melirik sekilas sebelum menjawab ya ia ingat siapa gadis disebelahnya saat ini, dia adalah gadis yang membuatnya menjadi tontonan warga karna dikira mau bunuh diri padahal saat itu ia hanya sedang duduk diatas pembatas jembatan dan tak sengaja ia terpeleset saat mau berdiri hendak pergi setelah puas merenung alhasil ia terjun bebas ke sungai.

Flahsback on

Saat itu Izumi tak sengaja melihat Naruto terjun ke sungai dikiranya mau bunuh diri kesalah pahaman pun terjadi ia berteriak minta tolong dan warga pun berbondong-bondong menghampirinya bahkan ada salah satu warga yang terjun menyeretnya kedaratan padahalkan ia bisa renang tapi karna kaget ia terlat beraksi.

"Dasar bodoh apa yang pikirkan hingga mencoba mengakhiri hidupmu hah..! pikir kan orang tua mu, dan jalan mu masih panjang jangan hanya karna masalah sepele kau putus asa dan memilih mengakhiri hidup mu... pikirkan perasaan orang-orang yang menyayagi mu" sembur Izumi penuh dengan emosi.

"Tau apa kau tentang diriku, sebaiknya simpan omongan mu nona jika tak mengtahui apa pun" desisnya berani-berani gadis ini menceramahinya padahal ia tak mengerti bagaimana rasanya hidup bersama orang tua yang tak pernah memberi kasih sayang sebagai mana mestinya.

"Benar yang di katakan nona ini pemuda-san, sebaiknya fikirkan ulang jika ingin bunuh diri kasihan orang-orang yang menyayangi mu" ucap salah satu warga.

"Jangan sia-siakan umur yang kami-sama berikan padamu nak..!? Diluar sana banyak orang sakit berjuang untuk sembuh demi memperpanjang umur mereka kau yang diberi kesehatan patutnya mensyukuri apa yang diberi Kami-sama" nasihat salah satu warga dan masih banyak lagi wejangan yang diberi pada Naruto.

Naruto yang merasa jengkel karna tak diberi kesempatan buat menjelaskan duduk perkaranya pun akhirnya bergegas untuk pergi namun tangannya dicekal gadis yang menurut Naruto biang dari masalah yang kini ia hadapi Naruto menatap bengis Izumi.

"Lepaskan tangan mu nona" ucap Naruto dengan datar.

Astaga sungguh menyebalkan pemuda tegil ini sudah ditolong mau main nyelonong aja sungguh tidak sopan terima kasih kek atau apalah ia bahkan mengacuhkan orang tua yang memberinya nasihat dan sekarang malah main pergi aja pikir Izumi.

"Kau mau kemana sungguh tidak sopan..! Terima kasih dulu kek pada orang yang sudah menolong mu atau perhatikan jika ada orang tua sedang memberi nasihat tuan.." sembur Izumi dengan galak.

"Aku mau pergi kemana pun itu tak ada urusan dengan mu nona.." Naruto menyetakan tangan Izumi lalu menghadap para warga "terima kasih atas pertolongannya dan akan ku ingat semua nasihat dari kalian sekali lagi terima kasih" ucap Naruto datar dan wajahnya tak menunjukan emosi apa pun lalu bergegas pergi dengan perasaan dongkol.

Flahsback off

Seorang guru berdiri di depan papan tulis sambil menerengkan rumus matematika yang saat ini sedang ia ajarkan dan ia memperhatikan seluruh muridnya matanya jatuh pada siswa bersurai pirang yang sepertinya sedang melamun.

"Namikaze-san" liat ia bahkan tak bereaksi saat namanya dipanggil.

"Naruto Namikaze" yang dipanggil masih asyik dengan dunianya sendiri hingga siswi yang disebelah mencubit pinggang siswa bersurai kuning disebelahnya yang sepertinya sedang melamun hingga ia mengaduh.

"Auch.. sakit baka.! sebenarnya apa masalah mu Uchiha-san" seru Naruto karna kesal tiba-tiba di cubit ia bahkan masih tak sadar bahwa pelajaran sudah dimulai sejak tadi hingga ia bicara dengan keras mengundang perhatian siswa siswi di kelasnya.

Izumi memutar bola matanya malas sambil mendengus tak mengubris delikkan kesal Naruto "ini masih pagi boy jangan tengelam dalam khayalan..! dari tadi sensei mamangil mu baka" ucapnya pelan Naruto menenggok ke depan dengan patah-patah dan menampilkan wajah konyol saat melihat teman sekelasnya memperhatikan keduanya, sejak kapan kelas penuh dan sensei wajah seperti ingin memakan ku hidup-hidup pikir Naruto.

"Apa materi yang saya ajarkan membuat mu bosan Namikaze" tanya senseinya dengan gahar yang bernama Asuma

"Tidak sensei" jawabnya datar.

"Bagus, sekarang maju kerjakan soal no satu sampai lima jika kau tak bisa mengerjakannya keluar dan lari putari lapangan sebanyak dua puluh lima kali" perintah Asuma.

Naruto maju ke depan setelah memberi dead glear pada kedua temannya yang sedang menahan tawa, Naruto menerima sepedol dari senseinya dan mulai mengerjakan soal-soal di papan untung ia mempunyai otak yang cerdas hingga ia bisa mengerjakan soal yang dipapan tanpa kesulitan.

"Sudah sensei" ucap Naruto sambil menaruh sepidol.

Asuma mengoreksi jawaban yang Naruto tulis "seorang Namikaze memang jenius" batin Asuma sambil menganggukkan kepalanya.

"Baiklah sekarang kembali ke kursi mu..! Lain perhatikan jika sensei sedang mengajar Namikaze" perintah Asuma.

"Hai' sensei" Naruto kembali ke duduk kegiatan mengajar kembali dilanjutkan.

.

.

.

.

Iruka habis membersihkan kamar Naruto pasalnya tak suka bila ada yang membersihkan kamarnya makanya Iruka turun tangan langsung karna telah mendapat mandat dari Naruto langsung setelah beres semua ia langsung menuju dapur untuk melihat apa menu untuk makan siang sudah siap belum pasalnya tuan rumah ingin pulang dan makan siang di rumah bersama sang istri.

"Mira-san bagaimana apa semua masakkannya sudah siap..?"tanya Iruka pada salah satu koki yang mengurus masakan di dapur.

"Hampir selesai Iruka-san" Iruka mengangguk mengerti.

"Oke siip saya akan membantu maid yang sedang menata meja makan, saya keruang makan dulu Mira-san jika butuh bantuan tinggal bilang Mira-san" ucap Iruka dijawab dengan anggukkan dan Iruka bergegas pergi.

"Tadaima" salam Minato sambil melonggarkan dasi.

"Okaeri anata" sahut Kushina dengan senyum manis ia lantas memeluk tubuh tegap suaminya.

"Aku senang kamu sudah bisa tersenyum lagi stuma" ucap Minato setelah mencium istrinya ia juga melihat binar bahagia yang tak ia lihat di wajah istrinya beberapa hari ini.

"Maaf tadi pagi aku sudah marah-marah padamu dan membuat mu khawatir anata" ucap Kushina masih dalam pelukan Minato sambil duduk disofa yang ada di ruangan tengah.

"Ya tak apa-apa, sekarang bisa ceritakan apa yang membuat mu terlihat bahagia seperti ini..?" tanya Minato sambil mengelus kepala Kushina.

"Aku dapat kabar dari Iruka katanya tadi pagi Naruto menghubunginya dan keadaan Naruto baik-baik saja" ucap Kushina sambil memeluk erat Minato, ia senang akhirnya tau anaknya baik-baik saja tapi juga sakit kenapa bukan dirinya yang Naruto hubungi setelah menghilang tanpa kabar bukankah ia ibunya..?! kata Kushina dalam hati

"Hisk..anata apa Naru...hisk tak mau mengakui ku...hisk...sebagai ibunya lagi...hisk...?" tanya Kushina sambil menangis dalam pelukan sang suami.

"Ssst... kamu ini bicara apa..!? sudah jangan memikirkan yang tidak-tidak, Naru pasti akan kembali menyayangi kita lagi Kushina sebenci apapun dia pada kita saat ini..! tapi aku yakin di dalam hatinya pasti ia masih menyayangi kita..! tapi rasa sayang tertutupi oleh luka yang kita perbuat karna itu kita harus menyembuhkan lukanya terlebih dahulu" ucap Minato sambil menghapus air mata Kushina.

Minato bukannya tak paham dengan perasaan Kushina saat ini..? Ia pasti cemburu melihat kedekatan anaknya dengan Iruka sejujurnya Minato juga merasa iri saat melihat Naruto bisa tertawa lepas bersama Iruka. Saat itu ia tak sengaja melihat Naruto yang dengan sengaja mengerjai Iruka dengan menyemprotkan air ke Iruka yang sedang merawat tanaman di halaman depan rumahnya akhirnya mereka perang air dan ia melihat canda tawa dari keduanya, ia bisa melihat ekspresi hangat dari wajah anaknya dan raut bahagia yang tak pernah diperlihatkan pada dirinya ia hanya bisa tersenyum miris jika teringat akan kejadian minggu lalu.

.

.

.

.

Menma berjalan dengan tergesa-gesa menuju parkiran sekolah hendak menemui Naruto yang saat ini sudah waktu jam pulang sekolah sebenarnya jam istirahat ia sudah mencari di kelas dan atap sekolah tempat yang biasa untuk menemui Naruto tapi ia tak menemukan Naruto bahkan Shikamaru dan Kiba tak tau dimana keberadaan adiknya.

"Naruto.! Tunggu" teriakan Menma menggurungkan niatnya untuk memakai helm Naruto menoleh ke belakang dan ia melihat Nenma berlari kecil menuju ke arahnya.

"Aku ingin kita bicara dan menyelesaikan masalah di antara kita.! Aku tak ingin masalah kita berlarut-larut seperti ini ku mohon dengarkan penjelasan ku dulu" pinta Menma saat tiba di depan Naruto.

Naruto terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu sebelum akhirnya ia mengganguk sebagai tanda setuju Menma tak bisa menahan senyumnya saat Naruto menyetujui permintaannya.

"Ikuti aku dari belakang" ucap Naruto sebelum memakai helm dan menyalakan motornya dan menjalankan motornya menuju gerbang.

Menma menatap motor Naruto yang berjalan meninggalkan parkiran ia pun bergegas menuju mobilnya dan menyusul adiknya, ia membunyikan tlakson saat melihat Naruto menunggu di luar ia menjalankan mobilnya mengikuti motor Naruto setelah menempuh perjalanan waktu kurang lebih dua puluh menit mereka sampai di bukit hokage.

Naruto turun dari motor dan berjalan menuju bangku yang tersedia disana Menma mengikuti Naruto dan duduk di sebelahnya mereka duduk sambil melihat pemandangan kota Konoha dari atas bukit.

"Pertama-tama aku ingin minta maaf karna sudah melukai hati Naru.!? Aku tak pernah ada niatan sedikit pun untuk melukai hatimu" ucap Menma dengan lirih penuh sesal.

"Tapi nyatanya kau melukai hatiku nii-san" jawab Naruto datar sambil menatap lurus ke depan

"Saai itu aku benar-benar tak mengtahui jika Matsuri adalah kekasih mu sungguh" jawab Menma

"Apa kau pernah bertanya padanya apakah dia sudah punya kekasih belum, atau setidaknya mencari tau wanita yang kau sukai itu masih single atau tidak..?" Naruto mengajukan pertannyaan yang dijawab gelengan dari Menma. Menma terdiam karna dia memang tak pernah mengajukan pertanyaan tersebut pada Matsuri.

"Bodoh.! (cibir Naruto) bagaimana bisa kau menyatakan cinta pada wanita yang belum kau ketahui setatusnya (apa nii-san mendadak bodoh jika sudah menyangkut wanita yang disukainya.? pikir Naruto hanya geleng kepala mengenai pemikirannya) bagaimana bisa ka mengenal dia hingga akhirnya kalian bisa menjadi kekasih" tanya Naruto.

"Waktu itu aku tak sengaja bertabrakan denganya di mall dan untuk pertama kalinya jantung ini berdebar kencang saat melihat dia tersenyum begitu manis padaku dari pertemuan pertama itu aku berkenalan dengannya. Aku bahkan langsung meminta no ponselnya setelah itu kami sering berkomunikasi lewat ponsel dan terkadang kita jalan bersama.

Setelah enam bulan berlalu hubungan kami semakin dekat hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaan ku padanya. Saat itu aku sungguh terkejut dan bahagia karna perasaan ini di balas oleh dia" kata Menma sambil mengingat pertemuannya dengan Matsuri. Menma terus memperhatikan Naruto dan menanti adiknya buka suara.

Naruto berdiri sambil menutup mata merasakan angin yang menerpa wajahnya dan membuat rambutnya bergoyang karna angin.

Ingatan percakapan antara Naruto dan Matsuri on.

"Kau bilang akan membiarkan aku bahagia dengannya tapi sekarang apa yang terjadi.? dia meninggalkan ku Naru.!" ucap Matsuri sambil menangis dan memegang erat tangan Naruto karna takut di tinggal.

"Itu bukan urusan ku.! jika Menma ingin meninggalkan mu. Sekarang lepaskan tangan mu aku harus kembali bekerja" ucap Naruto sambil berusaha melepaskan tangannya dengan paksa tangan terlepas tapi tubuhnya langsung di peluk ia tak mungkin berbuat kasar pada perempuan apa lagi sekarang mereka sedang di tempat umum.

Hari ini adalah hari yang paling buruk bagi Naruto karna kedatangan mahkluk yang tak ingin di temui lagi yang saat ini sedang menangis di depannya. Jika bukan karna di suruh oleh pemilik cafe tempatnya bekerja Naruto mah ogah berurusan lagi dengan makhluk satu ini karna tak ingin membuat ribut di cafe dan membuat pengunjung lain tak nyaman akhirnya ia membawa Matsuri ke taman dekat cafe.

"Aku tak bermaksud untuk membuat kalian bertengkar Naru.!? Aku sungguh tak mengetahui jika Menma adalah kakak mu" ucap Matsuri.

"Jika dia bukan kakak ku.?! apa itu tetap membenarkan perbuatan mu terhadap diriku.? aku sudah melepaskan mu untuknya dan sekarang apa lagi yang kau mau dari ku" desis Naruto sambil melepas paksa pelukan Matsuri dan mencengkram bahunya.

"Aku tau perbuatan ku salah dan membuat mu terluka aku minta maaf untuk itu, jika memang kau sudah merelakan ku untuknya.? ku mohon jangan benci Menma karna dia tak mengtahui jika aku sudah memiliki mu" ucapnya sambil menatap Naruto dengan mata berembun.

"Bagus jika kau sadar ku harap kau tak menggulangi perbutan mu lagi.! satu lagi aku membenci Menma atau tidak itu bukan urusan mu.! jangan pernah mengatur ku lagi. Apa yang ku perbuat dan apa yang akan ku lakukan itu bukan ranah mu jangan pernah menyuruh ku ini dan itu karna kau bukan siapa-siapa ku lagi ingat itu" ucap Naruto penuh tekanan untuk mengingatkan siapa dirinya kini.

"Aku tau itu.! Aku tau, tapi ku mohon maaf kami berdua Naru..?! aku mencintai Menma dan kau, disaat kau melepaskan ku hanya Menma tempat ku bersandar tapi sekarang dia meninggalkan ku..! Dia meninggalkan ku karna dia tak ingin melukaimu lagi apa yang harus ku lakukan.? aku tak bisa kehilangan kalian berdua.

Jika aku tak bisa menjadi wanita mu ijinkan aku menjadi nee-san untuk mu setidaknya aku masih bisa mencintaimu dengan cara yang berbeda. Ku mohon maafkan kami dan restui hubungan ku dengannya. Karna tak mungkin baginya untuk melanjutkan hubungan kita jika kau tak bisa memaafkan kami dan memberi restu untuk hubungan ini" pinta Matsuri mungkin terdengar kejam tapi ia ingin egois karna tak ingin kehilangan keduanya.

Naruto tersenyum miring dan menatap Matsuri datar " bagaimana kalau aku tak mau melakukan apa yang kau inginkan..?!" tantangnya dengan senyum sinis.

Matsuri terkesiap mendengar ucapan Naruto ia tersenyum miris bagaimana mungkin aku berfikir Naruto akan mengabulkan keinginanku.?! batin Matsuri.

"Maka lebih baik aku mati" jawabnya dengan nada putus asa

"Terserah.!" itulah kata terakhir sebelum pergi meninggalkan Matsuri.

Ingatan percakapan antara Naruto dan Matsuri off

Naruto membuka matanya dan langsung dengan ke indahan kota Konoha dari atas bukit dari tempat dirinya berdiri ia dapat melihat banyaknya mobil berlalu lalang dan melihat para pejalan kaki yang terlihat kecil jika di lihat dari atas bukit. Naruto tersenyum kecil ia menyukai ketenangan yang saat ini di rasakannya.

"Cobalah kau lihat kesibukan kota di bawah dari sini nii-san" ucap Naruto tanpa menengok kebelakan.

Menma tercengang mendengar ucapan Naruto ia kira adiknya akan meledak-ledak emosinya, ia sudah pasti akan langsung emosi bila mendengar jika kekasihnya sering jalan dengan pria lain apalagi saat ini Naruto mendengar langsung dari mulut pria yang dengan lancang membawa kekasihnya keluar.

Menma mendekati Naruto dan berdiri tepat di sebelahnya ia melihat pemandangan kesibukan aktifitas kota dari atas ia tak menyangka jika melihat kota dari atas sini terlihat bagus.

"Ini adalah salah satu tempat yang akan aku datangi di saat aku ingin menyindiri, disini aku menemukan ketenang segarnya angin yang tak terkena polusi dan melihat hiburan di bawah sana" Menma mendengarkan Naruto bercerita dan tak menyela sedikit pun.

"Saat aku melihat ke bawah aku sadar satu hal hidup itu harus berjalan kedepan bukan menengok kebelakang. Aku tak ingin hidup dengan terpaku pada masa lalu, mungkin saat ini aku belum bisa melupakan luka ini tapi aku tak ingin menjadi seorang pendendam. Aku percayakan dia padamu.! bahagiakan Matsuri karna dia salah satu orang yang berarti untuk ku" Menma terkejut dengan penuturan adiknya langsung menghadap Naruto dan membalik tubuh untuk menghadap dirinya. Bagi Naruto meski Matsuri sudah mengecewakan dirinya, ia tetap lah tak bisa memungkiri jika ia masih sayang padanya mudah untuk jatuh cinta namun sulit untuk benar-benar mengahapus rasa yang kini Naruto rasakan.

"Kau gila.! bagaimana kau menyuruh ku melakukan itu, dan membuat mu semakin terluka, aku tak bisa lakukan itu"

"Lalu aku harus bagaimana.? Membiarkan mu meninggalkan dia hanya karna alasan tak ingin menyakiti ku..?! Dari awal aku sudah terluka nii-san, aku hanya perlu waktu untuk belajar merelakan dia bersama mu" Menma mengeleng keras mendengar penuturan Naruto.

"Aku tak bisa melakukan itu Naru"

"Kenapa tak bisa.! Kau mencintai dia begitu pula dia, jika kau dan dia tak bisa bersama hanya karna kehadiran ku di antara kalian. Itu terlihat aku seperti seorang penjahat yang menghalangi kebahagian saudara sendiri" Menma hendak berbicara sebelum dering ponsel Naruto mengintrupsinya.

"Moshi-moshi"

". . . ."

"Sudah, ada apa nee-san"

". . . ."

"Iya sentar lagi saya akan pulang nee-san, coba nee-san ponselnya aku ingin bocara denganya"

". . . . "

"Hallo princess.!?" dengan suara lembut Naruto menyapa orang di sebrang sana membuat Menma kaget siapa kah gerangan yang bisa membuat Naruto melembut seperti sekarang.

". . . ."

"Sebentar lagi pulang sayang. princess sudah ya menangisnya nanti cantiknya ilang (dengan kekehan kecil) ya sebentar lagi Naru-nii pulang, apa princess ingin Naru-nii belikan sesuatu sebelum pulang hemm...?"

". . . ."

"Baiklah ditunggu pesanannya tuan putri" Naruto tersenyum kecil saat mendengar tawa dari sebrang lalu ia mematikan dan menyimpan ponselnya kembali ke saku dan bergegas hendak pergi.

"Apa kau akan pergi Naru pembicaraan kita belum selesai.!" suara Menma mengintrupsinya.

"Bagiku sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan, itu adalah syarat untuk mendapat maaf dariku dan aku merestui hubungan kalian. Bahagikan dia karna aku tak bisa memberi dia kebahagia untuknya" ucap Naruto tegas.

"Tapi kau masih mencintainya Naru.! Dia juga masih mencintai mu, ka- ucapan Menma dipotong Naruto.

"jika dia benar-benar mencintaiku..?! kau tak akan pernah ada diantara kita nii-san, aku harus pergi sampaikan pada kaa-san jangan menunggu ku.!" ucap Naruto.

"Kau mau pergi kemana..?! dan apa alasan mu hingga saat ini tak mau pulang ke rumah hah.! Tak tau kah kau bahwa kaa-san sangat mencemaskan mu atau setidaknya hubungi kaa-san agar dia mengetahui bahwa anaknya baik-baik saja." ucap Menma dengan sedikit emosi kala ingat kondisi ibu.

"Aku mau pergi ke mana itu bukan urusan mu.! alasan ku.?! Itu tak ada sangkut pautnya dengan kalian, aku akan pulang jika sudah waktunya, bila kaa-san bertanya tinggal jawab saja apa susahnya.? bukankah kau sudah tau keadaan ku sekarang kau tinggal beritahu saja pada kaa-san kenapa musti repot" ucap Naruto sebelum melenggang pergi meninggalkan Menma.

.

.

.

"Bagaimana Kakashi apa kau sudah mendapatkan apa yang ku minta" tanya Minto pada salah satu orang kepercayaannya saat ini mereka sedang berada di kantor tepatnya di dalam ruangan Minato.

"Sudah seluruh informasi yang anda butuhkan ada semua di dalam amplop ini Minato-sama" ucap lelaki bersurai perak dan mata yang berbeda warna serta masker menutupi bagian bawah wajahnya, sambil menyodorkan amplop coklat ke atasannya.

Minato lantas membuka amplop coklat itu dan mulai membaca deretan informasi yang anak buahnya kumpulkan ia menaruhnya berkas tersebut dan menatap bawahannya dengan serius.

"Apa kau yakin dengan semua informasi yang kau dapat Kakashi..?!" tanya Minato tegas.

"Saya yakin seratus persen Minato-sama.! bahkan saya sudah berulang kali menyelidikinya hasilnya tetap sama" jawab Kakashi tegas dengan tampang malas.

"Tapi bagaimana bisa ia membantu mereka.! Sedangkan uang yang ku kirim bahkan hanya beberapa ratus ryo yang ia pakai bahkan itu pun untuk ke perluan sekolahnya" Minato memijit pelipisnya pusing setelah mendapat informasi yang membuatnya terkejut tapi juga bangga pada anaknya.

"Itu lah yang ingin saya sampaikan Minato-sama.! Saat saya hendak mencari informasi lebih lanjut lagi seperti ada yang menghalangi kami untuk mengetahui lebih banyak lagi tenatang tuan muda Natuto, Minato-sama" lapor Kakashi pasalnya setiap dia hampir mendapat momen yang pas ada aja ganguannya hingga ia kehilangan jejak.

"Baiklah kau boleh keluar Kakashi, dan kau bisa kembali posisi biasa, ku rasa cukup disini saja informasi ini sudah cukup" ujar Minato.

"Saya permisi dulu Minato-sama" pamit Kakashi dan di jawab dengan anggukkan.

.

.

.

"Tadaima" Menma memasuki rumah sambil mengucap salam.

"Okaeri" Kushina menyambut kedatangan Menma dengan senyum lebar lalu ia menatap keluar seolah mengharapkan sesuatu.

"Kaa-san sedang menunggu seseorang..?" tanya Menma saat mendapati sang ibu menatap keluar terus.

"Apa kau tadi bertemu dengan Naruto..? Menma" Kushina menatap Menma harap-harap cemas.

"Iya tadi Naruto masuk sekolah. Dia baik-baik saja kaa-san, kaa-san tak perlu cemah karna tadi keadaan dia sehat-sehat saja" ucap Menma.

"Tapi kenapa dia tak datang bukan kah biasanya kalian pulang bersama..?" mendengar pertanyaan barusan membuat Menma sedikit sangsi buat menjawab.

"Emm eto... tadi memang kita pulang bersama tapi di tengah jalan kita berpisah, katanya dia masih ada urusan kaa-san" mendengar jawaban dari sang anak membuat Kushina mendesah kecewa.

"Apa Naru masih marah sama kaa-san dan tou-san hingga ia enggan untuk pulang Menma" tanya Kushina dengan kepala menunduk.

"aku tidak tau Naru masih marah pada kita atau tidak. tapi yang pasti ia pergi bukan karna kesal pada kaa-san atau pun tou-san ia pergi dan tinggal di luar karna ada yang lebih membutuhkan kehadiran Naru disana" ucap Menma sambil memeluk sang ibu saat mendengar nada sedih yang keluar dari bibir sang ibu.

"Tapi kaa-san merindukan Naru.! Menma" kaa-san juga membutuhkan kehadiran mu Naru - lanjut Kushina dalam hati.

.

.

.

"Hey ada apa dengan mu Izumi-chan" tanya seorang gadis bersurai pink aka. Sakura Harono pada temannya yang sedang manyun.

"Hari ini aku bertemu dengan siswa yang kepribadiannya sebelas dua belas dengan nii-san dan tou-san, dan yang lebih parahnya lagi dia satu bangku dengan ku" gerutu Izumi sambil mengaduk-aduk minumannya. Kedua temannya hanya terkikik mendengar gerutuan dari Izumi.

"Wow.! Berarti tampan donk..?!" jawab Sakura dengan aksen genit.

"Ays, kenapa di kepala hanya ada cowok tampan sih.! Aku kan ga bilang kepribadiannya.! " ucap Izumi dengan penekanan di akhir kalimat. tapi dia memang tampan sih.?! pikir Izumi mengelengkan kepala saat sadar akan pemikirannya.

"Kenapa geleng-geleng masih mikirin tu cowok Zu-chan..?! hidup tanpa pria tampan itu hambar, benar kan Hinata-chan..?" Sakura minta dukungan teman satunya dan dibalas dengan anggukkan, Izumi hanya mendengus.

"Kalian sama saja. Untuk apa aku mikir si duren itu kaya penting aja.!" jawab Izumi ketus.

"Dari tadi kamu ngomongin dia terus, tapi kita belum tau siapa nama dia yang sedang kita bicara kan.?!" tanya temannya yang bersurai indigo aka. Hinata Hyuuga.

"Heem, aku juga penasaran pria seperti apa yang bisa menarik perhatian mu" ucap Sakura sambil sesekali memasukkan cake red velvetnya ke dalam mulut.

"Kamu tuh ya ngomongnya gitu amat kesan seperti aku ga tertarik sama lawan jenis aja" ucap Izumi sambil manyun.

"Siapa juga yang gitu Zu.! Apa ga usah melotot. bayangkan kamu tuh selalu nolak cowo yang nembak kamu.! padahal kan yang nembak kamu kan tampan, tajir, populer, pintar pula kurang apalagi coba" terang Sakura yang pada Izumi yang selalu menolak cowo keren.

"Ah ya.! yang terakhir kamu patahkan hatinya siapa ya.? Eem Utakata.! Ya Utakata ketua osis yang di sekolah kamu yang di Ame kan" tambah Hinata.

"Kalian ini.! Aku ga nerima mereka kan bukan berarti aku ga normal. Aku cuma belum srek aja sama mereka" gerutu Izumi.

"Ciee... apa ini berarti kamu dah srek sama si duren ini" goda Hinata.

"Apaan sih.! Ga mungkin aku suka sama dia" jawab Izumi dan di balas tawa kecil dari keduanya.

"Hati-hati loh ntar kamu malah menjilat ludah mu sendiri" ucap Sakura yang sepertinya suka sekali menggoda temannya.

"Au ah gelap" jawab Izumi.

"Sepertinya ada yang ngambek nih..?!" Izumi tak mengubris ucapan temannya.

"Baiklah, baiklah kami minta maaf jangan ngambek donk.?! Nanti bisa temat riwayat kita jika nii-san mu tau kita dah buat adik kecilnya yang satu ini kesel" gurau Hinata.

"Aku sudah dewasa Nata-chan bukan adik kecil lagi" sahut Izumi.

"Ya itu bagimu, tapi bagi Sasu-nii..." Sasukra dan Hinata saling pandang sebelum mengucapkannya dengan kompak.

"Tapi bagi Sasu-nii kamu tuh seperti anak lima tahun yang harus di awasi terus" keduanya tertawa kecil.

"Tertawa aja sepuas kalian"

"Nanti hari minggu jadi ga kita jalan ke Konoha land.." tanya Hinata.

"Jadi donk, aku sudah dapat izin dari tou-san dan kaa-san apalagi untuk mendapat izin dari Sasu-nii aku harus merengek seperti anak kecil.! Itu pun baru di bolehin setelah di bantu tou-san" ucap Izumi.

"Yosh aku juga udah dapat izin dari kaa-san dan tou-san. Oya kenapa sih Sasu-nii itu sister complex banget beda sama Itachi-nii" tanya Sakura.

"Aku juga tidak tau tanya aja sama orangnya" mereka kembali melanjutkan obrolan mereka dan diselingi tawa kecil dari ketiganya.


.

.

.

TBC

Dan makasih yang buat yang udah riview : karma kp, dwiaprianiputri24, Seinaru533, namikaze ryugi, menmanaru, kazuya Hatake, auliaMRQ, .Farah791, Vin'DieseL.D'.Newgates, enZans, Uchiha Namikaze venom, Diena Luna no Azalea, Ertama DRaizel, Zafreel G, Amoikrok02, Ruru-chan, Guest 1, Guest 2, Login, NSL, srilestari, Uzumaki no Hana

Yeay akhir chap ini kelar juga.!? Saya meminta maaf #sambilbungkuk# karna sudah membuat kalian menunggu lama, saya habis berduka karna kakak ku meninggal tiga bulan yang lalu dan kesehatan saya juga sempat drop juga kemaren-kemaren lagi banyak gawean #alasan# plak.! Oke abaikan aja, dan baru-baru ini.! Aku baru mood buat nulis cerita lagi. Maaf jika hasilnya tidak memuaskan dan terlalu memaksa. Makasih juga buat masukkan

.

.

SElAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA BAGI YANG MENJALANKAN

.

.

Jangan lupa reviewnya ^_^