This Relationship is called Harem?

Desclaimer : Naruto is not my own


"K-Kushina, kau sudah terlalu banyak minum!" Lerai perempuan itu lalu mengambil paksa cangkir minuman di tangan Kushina.

"Jangan Alay Mikoto, ini hanya Jus Tomat" mencoba mengambil kembali cangkirnya, tapi tak berhasil.

"Justru karena itu aku melerai mu! aku pernah cerita kan, Kalau Anakku si Sasuke menyukai Jus ini, dan dia tak ingin minum selain minuman ini, walaupun itu air mineral. aku tak ingin dia tersedak saat makan lagi" Ingatan sekilas saat Sasuke menahan sedakan makanan membuat wajahnya seketika itu memucat, dia hanya bisa menyemangati anak bungsunya dan menunggu Itachi kembali dari Supermarket terdekat mencari Jus Tomat.

"Itu kan salahmu, karena tidak membelinya. Dengan kata lain kau gagal menjadi seorang ibu" serunya memegang dan meminum isi dari cangkirnya kembali sampai habis.

Ternganga mendengar ucapan Kushina, membuat Mikoto lengah mengamankan cangkir itu.

"J-Jangan bercanda Kushina, aku tidak gagal! Minggu lalu aku yakin aku sudah membelinya" suara yang dikeluarkan terdengar bergetar. Karena Sekilas dia sempat membenarkan perkataan Kushina.

"Kau sedih ya? Yap, kau pantas mendapatkannya" kekehnya melihat Mikoto menundukan kepalanya lebih dalam.

Kushina yang dari awalnya hanya bercanda malah terbawa suasana, dan sekarang Perasaan bersalah mulai merasukinya.

'Hmm tunggu Minggu lalu? Apa yang dimaksudnya Kamis Lalu?' seketika kilasan ingatan minggu lalu teringat.

Dalam perjalanan pulang Mikoto Berpapasan dengan Kushina yang pada waktu itu ada di salah satu balik pohon Di taman Konoha. Saat disapa dan ditanya mengapa, Kushina menjawab dengan gelengan kepalanya disertai dengusan dan ekspresi yang tidak enak dilihat.

Melihat itu Mikoto pun mengajak Kushina mampir di rumah sebentar dan perlahan-lahan ia pun mulai berbicara. Ia kesal dan sedih, itu tentang orang yang sangat di sayanginya dari dulu. Orang itu lebih memilih hal lain dari pada dirinya.

dan pada saat itu Bunyi telepon rumah Mikoto berbunyi, dan karena Kushina merasa lelah menunggu dia pun pergi ke dapur...

'Eh! hanya sampai situ? tidak-tidak. ingat lagi Kushina! Apa yang kau lakukan di dapur!?' beberapa menit kemudian wajahnya memucat.

"Kalau di ingat-ingat Kejadian Itu terjadi di Hari Kamis. Kau juga mampir kan Kushina Uzumaki" Suara mencekam mengelilingi Ruang tamu keluarga Uchiha saat itu. Mata Onyx yang tadi tertutupi Helaian Rambut, Menjadi merah dan di penuhi 3 tomoe di sekeliling pupil mata.

"ha-hah? a-apa maksudmu aku yang meminumnya gitu?" memalingkan wajahnya.

"Hah, Kushina apa segitu sakitnya melihat dia tertarik dengan... hal lain yang kau maksudkan itu?" Tak mau berbasa-basi lagi dia kembali Ke Topik permasalahan. Sudah 2 hari ini Kushina rutin pergi Ke rumahnya, dan setiap kali dia datang dia selalu membicarakan Kegalaunnya.

"Kau tak tau apa yang kurasakan saat ini Mikoto, coba saja itu kau! mencintai Pria yang tidak tertarik padamu dalam hal cinta maupun hubungan intim." Matanya berkaca-kaca. Dia tak tahan mengingat perlakuan Orang yang dicintainya itu.

"Ta-tampaknya hari ini yang lebih parah yah?" dimiringkan Wajahnya menatap Kushina Iba.

"Su-sudah pasti kan?! Kalau tidak aku tak akan seagresive ini meminum Jus Tomat di hadapanmu" Seru Kushina mengucek-ngucek matanya.

"Se-seagresive ini? Meminum di hadapanku? Ka-Kau! jadi 2 hari ini kau diam-diam minum di belakang ku Ya!" Melihat tidak ada respon dari Perempuan di hadapannya. dia pun kembali ke topik lagi. Dia HARUS menyelesaikan permasalahan ini, kalau tidak Sasuke anaknya bisa mati di usia muda, dan kalau dia Mati PASTI Itachi juga akan mengikutinya.

INI MASALAH DARURAT!

"Nee Kushina-chan Ku-kurasa aku sedikit mengerti perasaanmu, pasti itu sangat-sangat sedih saat orang yang kau cintai sekarang tidak tertarik padamu, atau pun dalam hubungan intim. Tapi setidaknya dia tidak mau pisah dari mu kan? Jadi kurasa itu tidak masalahkan? Karena kau sudah punya anak jadi kenapa kau tak pusatkan cinta mu yang sangat lebih itu di bagikan ke keluargamu bagaimana?" ujarnya dengan lembut mendekati Kushina seraya mengelus pundaknya perlahan.

"Tidak-tidak aku mau lebih dari sekedar keluarga Mikoto! A-aku sangat mencintainya" Isakan pun mulai terdengar. Ini Tampaknya lebih parah dari Sasuke mati muda. Mungkin.

"Oh ayolah, Kushina! Kalau begitu kenapa kau menceraikannya?"

"Me-Menceraikan?"

"Iya! kenapa kau menceraikannya kalau kau memang sangat mencintainya, sampai-sampai seperti ini. Dulu bahkan saat kau pacaran sama dia, kau tak pernah menangis, saat di kecewain dia."

"Ha? Pacar? apa maksudmu?" Kepala yang tadinya menunduk menatap Mikoto bingung. Mata onyx menatap Mata violet + Berair.

"Eh?! Ma-maksudku si Mi-Minato. 2 hari ini kita berbicara tentang dia k-kan?" Respon Kushina dari tadi sangat mencurigakan, membuat dahinya berkeringat dan sedikit tidak yakin akan ucapannya.

"Ha? Kau bodoh ya? Kenapa juga aku berbicara tentangnya. Aku tak peduli bahkan jika dia sudah meninggal atau lebih buruk dari itu" Tampak dari suaranya yang terdengar dingin dan respon tatapan datar ke Mikoto membuat ucapannya terdengar 100% serius. Dan itu membuat Mikoto menganga di sertai Shock, matanya tiba-tiba memutih semua seakan-akan tidak ada pupil.

"Ka-Ka-Ka-Ka-Kalau Bukan Mi-Minato Namikaze la-lalu siapa yang kau maksudkan?" Kenyataan ini masih membuatnya Shock. Yang di bicarakan ini Uzumaki Kushina Loh! Dari sd sampai menjadi Perguruan Tinggi, dia sangat dingin tidak memandang itu kaum Hawa ataupun adam. Setiap kali dia di gombalin oleh lelaki dia membanting keras tubuh orang itu sampai si korban tidak mengingat apapun. Bahkan ada yang lebih parah lagi ingin memperkosainya saat SMA dan Perguruan Tinggi tapi di perkosa balik (Ehm maksudku di hajar balik :v).

Dan Saat lulus dari perguruan TInggi, Entah kenapa dia bisa luluh Pada Si Minato Namikaze. Mungkin Karena Kushina Lelah 2 tahun ini Si Minato menganggunya terus. Entahlah.

"bukan dia yang kumaksud Mikoto, Tapi Dia!" Air mata Kushina kembali mengalir. ia tampaknya mengingat kembali perlakuan Dia.

Ini permasalahan lain yang Luar Biasa! ini seperti Kushina lah yang menjadi seperti Minato dulu, dan Dia yang dimaksud Kushina menjadi seperti Dirinya yang Dingin dulu.

"dari tadi kau sebut Dia ,dIa,diA,DIA. BICARA YANG JELAS! ja-jangan bilang kalau 2 hari ini Kita bicarakan seseorang yang tidak kukenal atau bahkan bentuk batang hidungnya tidak ku ketahui!" Sangat aneh jika orang yang di bicarakan ini bukan teman ataupun kenalan Kushina. Dan kalau bukan, Berarti Dia yang di maksudkan Kushina...

"Tenanglah Mikoto, Tentu Saja kau mengenal dia ta-tapi... Kyaaa~~ "

"Kenapa kau malah heboh sendiri Hah! Cepat Katakan dia siapa!?" Kesal Sudah. Melihat Kushina menutup wajahnya dengan kedua tangan seraya menggeleng-gelengkan kepalanya Malah semakin membuatnya panas disertai penasaran.

Soalnya Ini Uzumaki Kushina Loh! Dijuluki Red Ice-Habenero dari semenjak kecil dan mungkin sewaktu dia lahir, Dan baru sekarang dia malu-malu kucing kayak Anak ABG.

"A-aku tak mau mengatakannya. Tapi! kau bisa melihat fotonya di dalam dompetku" Mikoto semakin menggila saat Kushina tak ingin mengatakannya. Melihat pergerakan Mikoto seperti ingin menjambak rambut Kushina sampe botak dia pun memberi tapi-an, sekaligus menunjuk letak dompet di tas meja di depannya.

"He-hey Pelan-pelan tas ku akan rusak!"

.

Foto demi Foto berserakan di atas meja. Mikoto sangat terkejut saat mendapati wajah tampan nan paras dalam Foto itu. Terlihat Kushina berselfie dengan Dia yang tampak menikmati Ice Cream di dalam ruang makan. Ada lagi Foto-foto Dirinya sendiri yang lagi tidur dan kemudian dia dan Kushina lagi Tidur. Sudah pasti Kushina berpura-pura tidur soalnya dia yang memegang Camera. Dan Masih Banyak Lagi.

Sekilas Mikoto terpesona dengan wajahnya, Tapi daripada itu dia cukup senang untuk teman baiknya ini tapi, "Aku cukup senang untukmu Kushina tapi, bagaimana dengan Minato?" Tanya Mikoto

"Kenapa dengan dia?" Ah dia kembali dingin.

"uhm Maksudku, bagaimana dengan Anak kalian? apa kau ingin meninggalkannya,-"

'eh!? tunggu! anak Kushina? Orang yang kukenal?!' Mikoto kembali mengingat perkataan Kushina tadi, dan menatap foto itu lagi.

"Kau Bodoh ya?! Mana mungkin aku ingin meninggalkan Na,-"

"NARUTOO!?" Jerit Mikoto membahana, Burung-burung yang tadinya nongkrong di perkarangan taman belakang keluarga uchiha seketika itu berterbangan dan memilih imigrasi keluar kota(?).

"O-Oi Kau sudah sinting? tetanggamu pasti akan komplain tentang kebisingan ini. terus ngapain Juga kau berteriak nama Anakku hah?! kau ingin membuat nama itu menjadi terror di halaman perumahan ini?!" Kedua tangan yang tadinya menutup gendang telingannya, tiba-tiba menarik kerah baju Mikoto.

"TIDAK! KAU YANG SINTING UZUMAKI KUSHINA I-I-ITU ANAKMU KAN! FOTO ITU ANAKMU KAN! KENAPA BISA KAU,-! #$%^&*&^%$#&* !..."

.

"Jadi, bisa kau jelaskan kenapa kau bisa se bodoh ini Uzumaki Kushina?" Ruang tamu keluarga Uchiha kembali tenang, Kalau bukan bekapan sekaligus kancingan Kushina mungkin sebentar lagi Polisi akan segera berdatangan.

"Aku Mencintai Uzumaki Naruto, putra ku Sendiri. Dimananya yang salah tentang itu hah?!" Layaknya seorang Ibu berbicara tentang hak dan kewajibannya terhadap anak mereka. Dengan polosnya Kushina mengatakannya dengan bangga, tentunya dengan suara mengintimidasi lawan bicara.

"SEMUANYA SALAH!" Mikoto kembali menarik nafas, berniat menenangkan dirinya kembali.

"Tak kusangka kau tadi menceramahiku tentang menjadi seorang IBU, Cih! bodohnya aku mempercayaimu" Mikoto menenangkan dirinya Lagi.

"Apa yang salah mencintai Anaknya sendiri hah?"

"DIRIMU ITULAH YANG SALAH!" Ngos-ngosan akibat nada suara dirubah-rubah setiap kalinya. Mikoto memilih mengabaikan Kushina dan mengambil kembali salah satu foto yang SANGAT aneh dilakukan dari Ibu terhadap Anaknya.

Kushina Terlihat memeluk lengan Naruto. Mungkin Ini tidaklah berlebihan bagi seorang ibu dan anak. Tapi di dalam foto ini mereka berada diatas Kasur tidur, walaupun sebagian besar tubuh mereka di tutupi selimut Tapi Mikoto yakin mereka berdua sedang bertelanjang! dan dilihat dari ekspresi lelah Kushina dan Naruto yang tertidur serta keadaan ruangan gelap, sudah pasti mereka baru saja berhubungan badan.

"Oi kau mengabaikan ku? AH! Jangan bilang kalau kau juga tertarik pada Naruto!. Aku tak akan pernah memaafkanmu!" mulai curiga akan tindakan Mikoto saat sepasang Onyx miliknya menatap lekat Foto di tangannya.

"Aku Punya suami Kushina, Jangan bercanda. Aku tidak sepertimu!" Perkataan Kushina membuatnya menarik nafas lagi. Sikap Kushina tidak seperti yang dulu lagi. Yah mungkin ini yang lebih bagus, dia sangat ceria seakan-akan kalau dia lupa kalau umurnya sudah separuh baya. Mungkin karena dia selalu menahan perasaannya saat masih muda yang seharusnya pada waktu itu keluar. Sejujurnya Mikoto Cukup senang kalau Kushina bisa merasakan perasaan itu, Tapi untuk anaknya sendiri? You Gotta be Kidding Me!

"Dengar Kushina Sebagai teman baikmu, ini saran dariku. Kau yakin perasaan mu itu bisa di katakan kasih sayang Ibu terhadap Anak? Jawabannya Tidak! Ibu itu seharusnya membimbing anaknya menuju masa depan yang lebih baik, mengajarkan apa yang salah dan apa yang baik, Mengajarkan tindakan apa yag harus dilakukan dalam kondisi apapun, dan Juga Menghargai keputusan yang di ambil Anaknya. Belum ada kata terlambat Kushina-chan" Kepalanya menunduk mendengar ceramah Mikoto, Dia bergetar saat menerima Fakta itu.

Mikoto berniat menenangkan Kushina dengan berbicara lembut,"Nee Kushina-chan Kau tidak seperti dirimu yang biasanya. Menurutku dirimu inilah yang manis, tapi... Ku-Kushina Ka-kau yakin kau tidak di apa-apain Naruto kan?! Ini pasti ulah Naruto kan! a-aku ingat pernah membaca buku cabul milik Sasuke di bawah Kasurnya da-dan i-itu,-" tapi sekilas ingatan teringat olehnya akibat penemuan besarnya di dalam kamar sasuke dan hasilnya membuat wajahnya merah padam.

Didalam Buku itu terdapat seorang pria yang merangsang si wanita dengan cara memerasnya. Pria itu menunjukan Foto cabul hasil dirinya dengan siWanita itu karena ciuman paksa si pria atau lebih parahnya lagi karena meminumkan obat tidur dan melakukan se-enak jidatnya lalu mengambil foto, Terus si pria itu berniat menunjukan ke suaminya kalau tidak menuruti kemaunnya. Dan pada akhirnya si Wanita itu mulai ketagihan dan memilih bersama si pria itu, meninggalkan suaminya. Masih banyak lagi yang sejenis itu di bawah kasur Sasuke, ada juga yang seperti keadaaan Kushina, yaitu anaknya lah yang seperti pria itu, tapi tak sampai menceraikan suaminya segala. Dan Mikoto tau itu karena apa! itu karena bukanlah Cinta! Melainkan Nafsu!

Dan! pada saat ini Teman Baiknya Si Uzumaki Kushina membutuhkan jalan yang benar dalam kehidupannya, yah memang sudah sedikit terlambat karena dia sudah menceraikan suaminya. Tapi sebagai temannya mana mungkin dia akan tahan memikirkan itu.

"DIAM! KAU TIDAK TAU APA-APA TENTANGKU!" suara teriakannya tidaklah terlalu keras, tapi itu penuh dengan penekanan, mungkin jika orang itu mempunyai iman kecil dia sudah pasti tepar.

"Ku-Kushina-chan dengar anakmu itu berbahaya aku akan melaporkannya ke pihak berwajib,-"

"JANGAN BERBICARA SEPERTI KAU TAU NARUTO! KAU SAMA SEKALI TIDAK TAU APAPUN TENTANGNYA!" Kushina berdiri seraya mengayunkan tangan di hadapan Mikoto.

"AKU BERBICARA BEGINI KARENA AKU TEMAN MU KUSHINA" Kali ini bentakan balik Mikoto, Dia tidak marah pada Kushina hanya saja dia ingin Kushina tau kalau Ikatan pertemanan itu bukan hanya perkataan doang. Melainkan punya makna.

Lain hal dengan Kushina. Dia merasa bentakan balik itu pertanda sudah cukup dia berada disini atau dengan kata lain seperti usiran. Dengan segera dia merapikan Foto-fotonya dan memasukannya ke dalam Dompet lalu menaruhnya di tas kecilnya dan pergi sebelum,

"Terima kasih Karena sudah menjadi teman baikku sampai sekarang ini. Dan juga terima kasih Jus Tomatnya" dan beberapa detik kemudian percakapan itu di akhiri dengan suara pintu terbuka dan tertutup.

"Kushina-chan" Gumam lirih Mikoto. Alasan kenapa dia berpikir begitu juga karena.. sudah pasti aneh kan? Orang yang dari dulu bersikap dingin dan acuh kepada orang lain tiba-tiba menjadi seperti ini. Semua ini pasti gara-gara Anak bernama Naruto itu! Dia pasti melakukan itu pada Kushina, Tapi kenapa? dia memiliki wajah yang menawan dan tubuh yang sexy. Kenapa juga harus Kushina? Ibunya sendiri!.

'Tidak! bukan itu yang harus kupikirkan sekarang! Aku tidak ingin pertemanan yang kujalani dengan Kushina sewaktu kecil akan berakhir dengan cara seperti ini. Aku harus mencari Bukti dan melaporkannya ke pihak berwajib' Pikir Mikoto

'Lagi pula aku bosan di rumah terus'

*Ting Tong* (Bell rumah?)

Segera dia berdiri dan melihat siapa yang datang bertamu di rumahnya.

"Ku-Kushina?!" Mikoto sangat terkejut mengetahui siapa orang itu, di tambah lagi Kushina mengacungkan tangan di hadapannya, seperti meminta.

"Kembalikan"

"Ha?"

"45"

"Ha? apa maksud,-"

"Aku yakin ada 45 foto di dalam dompetku, dan sekarang hanya ada 44" Potong Kushina cepat. Tangannya memberi code seperti cepat berikan berulang-ulang kali.

"Cih" Mikoto pun merogoh kantong belakang bokongnya lalu menyerahkannya.

Siapa juga yang tak ingin mengambil foto itu. Di dalamnya terdapat Naruto yang lagi membuka bajunya, keadaannya yang sedikit membungkuk memperlihatkan lebih jelas otot-otot pada badannya dan juga terlihat sedikit keringat bercucuran di six packnya. Hal itu membuat Mikoto berpikir 2 kali untuk tidak mengambilnya, ehm maksudku mencurinya.

.

"Nee Shikamaru" Suara datar namun tidak dingin itu bergema di dalam ruangan, menutupi suara bising ketikan keyboard. Terlihat seorang Pria berambut blonde sedang berbaring di kasur, tepatnya setengah badannya berbaring di tepi kasur sedangkan kakinya di biarkan menyentuh lantai.

"Ada apa Naruto?" Pria yang ditanyai si blonde menyahut. Pria dengan bernama Shikamaru itu terlihat sedang duduk di depan Monitor Komputernya dan Menatap Naruto, Tadinya dia sangat lihai dalam mengetik Laporan tentang Jadwal Osis dan segala Kegiatan Osis lainnya.

Meskipun tanpa menatap balik, Naruto tau sekarang Shikamaru sedang melihatnya. Itu karena kursi kerja roda miliknya berbunyi "Disebut apa Seorang Wanita paruh baya menyukai Anak sekolahan seperti kita?" Pertanyaan datar nan polos itu membuat Shikamaru menyipitkan matanya.

"Naruto"

"Hmm?"

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" Shikamaru tidaklah bodoh. Sering sekali Naruto bertanya sesuatu padanya, bukan karena dia tidak ingin menjawabnya melainkan Naruto sudah tau apa jawabannya. Naruto tidaklah bodoh ataupun konyol malahan dia sangat pintar dan bersikap datar namun peduli akan sesama, tapi tidak ingin mempunyai teman yang banyak. Susah mengatakannya tapi ada satu kekurangan yang Shikamaru tahu tentang Uzumaki Naruto.

Dia sama sekali tidak tau tentang perasaan Manusia.

Shikamaru mengetahui itu karena saat Naruto mengajaknya nonton bioskop, Tentu saja Shikamaru terkejut akan itu. Karena Naruto yang dianggap dingin dan sok tak peduli oleh teman-teman sekolah tiba-tiba mengajaknya, yang waktu itu lagi nongkrong di dalam kelas waktu jam istirahat.

"Membosankan sekali. Hari senin memang hari yang paling menyebalkan." Shikamaru seperti biasanya memulai pemanasan tangan, dimulai dari meregangkan ke atas lalu menaik turunkan pundaknya serta melipatkan kedua tangannya di meja dan tidur.

"Ya Kau benar Shikamaru, padahal aku baru saja mendapatkan permainan yang pantas dimainkan Akamaru dan aku, saat kami tidur sedikit kagak taunya dah hari senin. cih dasar payah, lagi pula kenapa hari senin harus ada,- ya elah sudah ngorok" Pria dengan tato taring di sepasang pipihnya mengeluh akan yang seharusnya hanya mengeluh 1 hal, malah menjadi 2 hal akibat kelakukan si Nanas itu.

"Woah Permainan? apa yang kau mainkan dengan Akamaru, Kiba? Kau seharusnya mengajakku Juga, Aku ingin menikmati lebih banyak tentang Masa mudaku ini!" Kepalan Tinju terayun kuat ke atas. Kegigihan akan Masa mudanya membuat Sepasang matanya membara.

"Yah Boleh Juga sih Tapi itu hanya di lakukan oleh Sepasang, Maksudku Seperti Anjing dengan Pemilik Anjingnya" Kiba menggaruk pelan pipihnya, tidak berniat mangacaukan semangat masa mudanya.

"Dengan Kata lain Peliharaan dengan Pemilik Peliharaan kan? Kurasa aku akan mengajak Kura-kura milik Gai-Sensei lagi" Masih dengan Mata membara dia menjawabnya masih dengan semangat.

"Lagi?! hah, terserahmu saja sih" Kiba tak tau itu akan berjalan lancar. tapi tak salah mencoba kan.

"Sebaiknya kau tidak melakukannya Lee" Kali ini Pria gemuk,- ehm maksudku berisi berbicara.

"Kenapa Chouji-san?" Masih pula dengan mata membara dia bertanya. Tapi ada sedikit keraguan dalam mimik wajahnya, itu terlihat jelas karena keringat mengucur di pelipis dahinya seakan-akan yang di maksudkan Chouji itu mustahil padanya.

"Kura-kura Milik Gai-Sensei mempunyai berat mencapai 100 ton (?) kau tak bisa menahan beratnya jika kau ingin membawanya kerumah Kiba" Pembicaraan itu di akhiri dengan Aura keputusasaan Lee dan dengan kekehan Kiba sambil menggaruk pipihnya.

"Kalian Ribut sekali diamlah sedikit"

"Haha Kau bangun yah? rasain itu kampret" Kiba terlihat tidak tertawa, sama sekali tidak tertawa. uratan di kepalanya timbul, Tampaknya dia sangat kesal atas kejadian tadi.

"Ngomong-ngomong Naruto kemana" Berniat mengalihkan pembicaraan, Chouji Membuka snack di atas mejanya. bunyi robekan itu mempertandakan Ronde ke 3.

"Hmm Entahlah, aku tidak melihatnya sewaktu bunyi bell dia cepat sekali ngilangnya" Pengalihan Chouji tampaknya berhasil. Kiba menjawabnya dengan bertopang dagu di atas meja.

"Bukankah biasanya Naruto-san selalu menyendiri, Mungkin Naruto-san berada di atap sekolah"

"Huft kenapa juga dia menyendiri, kita kan sudah jadi teman semenjak 1 minggu yang lalu. Pas penerimaan kita menjadi murid baru di sekolah" Eluh Kiba

"Yah walaupun Kita berteman tetap saja Naruto Orang yang mysterius, Sejak awal dia terlihat Dingin, nada suaranya juga selalu datar, tapi bukan berarti dia bersikap seperti kelihatannya" Bunyi Ronde ke 4 terdengar

"Yah Kau benar Chouji, Naruto orang yang baik Buktinya dia tidak tau berkelahi" Timbun Kiba

"Apa hubungannya orang baik dengan tidak tau berkelahi, huft. Di atap yah? Kurasa aku akan ikut kesana" Shikamaru mulai merapikan alat tulisnya dan berniat berdiri.

"Shikamaru-kun kau mau kemana?" Suara baritone datar tapi penuh tanya itu berhasil menghentikan pergerakannya.

"Naruto?! Kupikir kau sedang tidur di atas atap" Suara tiba-tiba itu membuat Shikamaru jantungan, dia tentunya sangat kaget.

"Tidur? Di sekolah? Kenapa?" Dengan tampang Polos dan nada datar Dia menanggapi pertanyaan Shikamaru. Terbukti karena tangan kiri Naruto menopang dagunya dan tangan kanan menopang tangan kirinya. Dia tampak sangat serius memikirkannya.

Beberapa detik kemudian Wajah Naruto terlihat tidak mampu menjawab pertanyaan itu. Shikamaru mengetahui itu dan berniat memecahkan keheningan "Ah ngomong-ngomong tadi kau kemana?"

"Tadi? Aku... lagi ke kamar mandi?"

"Kenapa malah di tanya balik!" balas Kiba cepat

"Ah soal tidur Shikamaru-kun, Aku tak tau alasan kenapa aku harus tidur di atap apalagi di sekolah"

"Lupakan soal itu coeg!" balas cepat Kiba lagi

"Ki-Kiba-kun? Kau tampak semangat yah hari ini"

"Yah Itu Berkat Dirimu Terima kasih banyak!" Urat di dahinya terlihat kembali, Ngos-ngosan menanggapi kelakuan Naruto.

"Ngomong-ngomong Shikamaru-kun hmm..."

"Ada apa Naruto?"

"hmmm.. di panggil apa ruang atau tempat yang menampung banyak orang dengan bermaksud ingin menonton suatu film di layar lebar?"

"Layar lebar? Bioskop?"

"Bioskop? Kau tidak tau tentang itu Naruto?!"

"Ah benar Bioskop. Yah itu benar Kiba-kun aku baru mengetahuinya minggu lalu, katakan saja banyak hal yang terjadi, emangnya Kenapa?"

"Ah Tidak, aku hanya terkejut. 'Ada juga orang yang masih tidak mengenal tempat populer itu' Lagi pula ada apa Naruto? Kau tertarik pergi kesana? atau kau ingin mengajak pergi dengan seseorang?" Kekehan Kiba sengaja di perkuat, dengan Maksud ingin mendengarkannya ke semua orang (dalam kelas) dan itu sukses besar.

"Ah itu benar, Ngomong-ngomong Shikamaru-kun Kau bisa?" Seluruh penjuru ruangan tiba-tiba menghening, Bunyi sumpitan bekal makananpun terhenti. Terutama kaum hawa.

"Kyaa~~ Na-Naruto-kun Ngapain kau ajak si putri tidur itu, aku akan bersedia menemanimu" Perempuan berambut blonde dengan rambut yang diikat Pony tail tiba-tiba memeluk lengannya dan menunjuk-nunjuk Shikamaru.

"Ah! Ino-kun! Shikamaru-kun bukanlah putri melainkan,-"

"Kau tak perlu memikirkan itu Naruto-kun, itu hanya Title yang kuberikan padanya. Lagipula kenapa kau mengajaknya Naruto-kun?" Potong Ino Memelas.

"ada yang ingin kutanyai padanya" Jlebb. Balasan yang menusuk terutama bagi kaum Hawa, tidak menyangka kalau Naruto tipe orang yang seperti itu. Tak terkecuali dengan kaum adam.

Tapi itu tidak bekerja pada 1 orang "Naruto-san seharusnya kau juga mengajak kami, bukan hanya shikamaru-san sajah"

" Lee-kun, Kalau itu aku tidak bisa"

"Kenapa?"

"Aku tak ingin menghabiskan uang, kalau cuma ingin mengetahui sesuatu"

"Mengetahui sesuatu? Tak ingin menghabiskan uang?"

"Ya, soalnya jika aku mengajak kalian berarti aku harus membayar kalian berempat, dan itu pasti akan membuat... hmm kantong ku kering? ya, kurasa seperti itu. Ada sesuatu yang membuatku penasaran, dan kurasa Shikamaru-kun bisa menjelaskannya padaku."

"Oh! Jadi karena itu kau cuma mengajak 1 orang" Mata membara Lee perlahan-lahan memadam saat melihat anggukan kepala Naruto.

"Aku tak akan mengecewakanmu Naruto!"

"Kalau begitu mohon bantuannya Shikamaru-kun"

"Ah! tunggu Naruto!" Melihat dia akan segera pergi.

"hmm?"

"Jika kau ingin mengajak kita kau tak perlu repot-repot membayarnya, Lagi pula walaupun hanya kau yang mengajak, kita semua yang ikut juga merasakan puas dan senang dan itu tak terkecuali dengan kau juga" jelas panjang lebar Kiba, dan anggukan Chouji.

"Begitu ya?" Lagi Naruto memasang pose memikir.

"Yah itulah guna teman baik Naruto, saling mengerti satu sama lain walaupun itu suka dan duka Kita akan melewatinya bersama" Ucap Gaje Kiba dengan semangat.

"Si konyol itu benar Naruto, kau tak perlu repot membayarku. Aku pastikan kau akan mendapatkan jawaban yang kau inginkan"

"Kalau begitu aku percayakan padamu Shikamaru-kun"

'Dan setelah kejadian itu ruangan bioskop dipenuhi dengan orang-orang (teman sekelas). Entah mereka terharu dengan Ucapan Kiba atau mereka ingin menjadi teman baik Naruto. Entahlah, tapi bukan itu permasalahannya' Tatapnya lagi ke arah seseorang yang sedang tiduran di kasurnya.

untuk seorang Nara Shikamaru dia tahu kenapa Naruto tidak segera menjawab pertanyaannya. Itu karena dia dilandai 'bicara atau diam'. Dan untuk seorang Uzumaki Naruto bagi Shikamaru, apapun respon yang diberikannya dia akan menghargainya.

Karena Naruto tidak sama dengan kebanyakan orang lainnya.

Kalau respon yang diberikannya bicara, dia(shikamaru) akan mendengarnya dan mencari solusinya. Kalau tidak, berarti informasi itu sangat penting dan tidak akan di beritahu oleh seorang Uzumaki Naruto. Walaupun dia memaksa.

"Kenapa? Kenapa laki-laki itu rela mempertaruhkan nyawanya demi perempuan itu?"

"Yah itu karena Laki-laki sudah ngebet sekali padanya, jika kau ingin menanyai pendapatku Naruto. Tindakan Laki-laki itu sangat bodoh, jika aku dalam keadaan seperti itu.. aku akan memikirkan terlebih dahulu dan baru bertindak..."

"Kenapa laki-lak itu beda denganmu Shikamaru-kun? Bukannya dia pintar dan terlihat sama dengan kepribadianmu?"

"Jangan samakan aku dengannya Naruto 'Dia benar, Main chara di film itu terlihat pintar dalam menangani situasi apapun', yah mungkin saja kami berdua itu ada kesamaan tapi itu berakhir saat dia memiliki seseorang yang penting dan harus dia lindungi" jelas Shikamaru sedikit berbisik

"Apakah itu di sebut dengan Cinta?"

"yah itu benar Naruto 'dia baru menyadarinya? tidak ada Manusia di dunia ini yang tidak tau tentang Cinta' Kenapa kau menanyakan itu Naruto? Apa kau tertarik dengan masalah percintaan?"

"hmm... mungkin. Tapi kenapa saat temannya bertanya apa dia mencintai perempuan itu, dia menggelengkan kepalanya seraya berkata bodoh? dan juga kenapa temannya rela berkorban untuk dia? apa itu juga Cinta?"

"Pelan-pelan Naruto. Pertama itu karena dia malu mengatakannya dan itu wajar, dan kedua mungkin itulah gunannya pertemanan bagi orang itu, dan Ketiga itu juga mungkin dinamakan Cinta, tapi itu beda dengan Cinta antar lain jenis"

"lain jenis?"

"yah itu benar 'apa dia benar-benar tidak tau tentang hal itu? atau dia hanya bercanda? tidak tidak Naruto bukan orang seperti itu. Jadi ini alasan kenapa dia sering berkumpul dengan temannya? dan selalu menjawab pertanyaan konyol dengan serius... tunggu... apa dia juga tidak tau kenapa Ino dan perempuan lainnya selalu bersikap seperti itu di hadapannya?' Naruto.."

"Cinta ya? Tampaknya masih banyak hal tidak aku ketahui, dan kau harus membantuku Shikamaru. Hmm kurasa itu gunannya teman, kan?"

Jika perkataan itu di katakan oleh Kiba mungkin dia akan menghajarnya sampai babak belur, dan itu juga berlaku dengan orang lain. Tapi saat ini matanya terbelalak menatap Naruto, Dia terlihat benar-benar sama sekali tidak tau dengan hal itu.

Dan seiring jalannya waktu, Naruto perlahan-lahan mulai mengerti akan arti pertemanan dan tentunya tentang Cinta.

"Jadi begini Shikamaru..."

.

"apa-apaan si uchiha sialan itu. cih, bukannya mendukung hubungan ku malah menceramahiku" dengan keadaan setengah telanjang dia merebahkan tubuhnya di kasur empuk apartment.

"Aku... juga tau itu.." Wajahnya di tekan lebih dalam.

"Tapi... mau bagaimana lagi, itu hal yang pertama bagiku. Dadaku tidak karuan semenjak saat itu..."

"Kushina-chan, kau sudah siap?"

"Minato?" Kehadiran Pria blonde itu sedikit membuat Kushina terkejut. Seharusnya pria itu sedang bekerja sekarang, kenapa juga dia pulang cepat.

"Kita harus cepat sayang, bisa-bisa Naruto menunggu kita"

"Ramen?" Gumam pelan Kushina "Tidak, aku sedang mengerjakan pekerjaan rumah" Kembali menghidupkan alat penyedot debu.

"Bukan Ramen Kushina-chan, tapi Namikaze Naruto"

"ah, aku lupa. Tunggu 5 menit" setelah mematikan, dan merapikannya kembali, segera Kushina ke kamar.

"Kushina-chan aku tau kau sama sekali tidak tertarik dengan orang lain selain aku, tapi kau harus bersikap baik pada Anak kita" Seru pelan Minato.

"Apa yang dia bicarain" Bunyi deretan cipratan air terdengar.

.

*deg*

"apa kau sudah lama menunggu, Naruto?" Minato Menatap bocah kecil yang berpakaian rapi dengan topi di atas kepalanya.

*deg*

"Otou-sama?"

*deg*

"Ah benar aku Ayah mu, Dan si cantik sebelahku ini adalah Ibumu"

*deg*

"Okaa-sama?" Si unyu Naruto dengan berpakaian celana pendek dan kameja biru. Melihat jam tangannya.

*deg*

"27 menit, kurasa kalian gagal di panggil Orang tua"

*deg* *deg*

"Oh Naruto kau imut sekali, jangan bicara begitu. Maafkan kami yah" Peluk hangat Minato

"Kau juga Kushina-cha.. eh hilang!" Menengok kebelakang mendapati Kushina tidak berada di tempatnya.

"Na-Na-Naruto...-kun kau sudah menunggu sangat lama yah? Maafin Ibu yah, itu karena dia sangat lama dalam menyetir"

"Kushina-chan?!" Terkejut mendapati Kushina memeluk erat Naruto. Hati Minato serasa tercabik saat Kushina mengatakan 'Dia seharusnya Ayah kan?' batin Minato menangis.

"Naruto-kun lapar? ayo kita singgah dulu di tempat makan sebentar" Kushina menggenggam tangan Naruto, setelah melihat anggukan pelannya.

"Ku-kushina-chan! Naruto! tu-tunggu"

.

Sudah seminggu setelah Naruto tiba dirumah, dan dia selalu dapat kasih sayang dari kedua orang tuanya terlebih khusus Ibunya.

"Naruto-kun kau manis dan sangat menggemaskan, ibu menyesal memberikanmu pada Kakek dan Nenek. Tolong jangan marah Ibu yah, itu karena dia (Minato). Orang tuanya ingin memeluk cucu mereka dan jadinya seperti ini"

'Aku belum berbicara sedikit pun' batin Naruto "Aku tidak menanyakannya Okaa-sama, Lagipula bukan kah aku sudah cukup dewasa untuk mandi sendiri?" seru Naruto datar.

Kushina mulai menggesek-gesekan tangannya di kepala Naruto "Tidak Naruto-kun, kau belum cukup dewasa untuk mandi sendiri" dan kemudian membasuh punggung belakangnya.

"ah Begitu ya?"

"hm hm" Angguk Kushina senang "nah sekarang ayo masuk ke bathtub"

Dan sudah seminggu itu juga Kushina selalu bersama Naruto, baik dia mau Mandi, buang air besar ataupun kecil. Berbicara soal buang air kecil. Itulah saat dimana Hubungan itu tak Harus terjadi.

"Naruto-kun untuk seorang bocah, punyamu cukup besar juga" Wajah Kushina memerah melihat pemandangan itu.

"Benarkah?" Naruto mendapat respon anggukan Kushina "Lagi pula aku bukan lagi Bocah Okaa-sama, Besok adalah hari penerimaan SMP jadi sekarang aku sudah remaja dan bukankah aku sudah cukup Dewasa untuk buang air kecil sendiri? dan juga tidak masalah kalau punyaku ini kecil atau besar, Anggota badan ini hanya berguna untuk mengeluarkan urine"

"Ya, Naruto-kun Ibu rasa kau sudah cukup dewasa untuk kencing sendiri dan juga besar atau kecil selama itu Kau Ibu tidak apa-apa tentang itu tapi, kenyataannya punyamu besar itu membuat Ibu senang"

"Ah begitu ya? kalau begitu Aku juga cukup senang buatmu Okaa-sama" Sesaat Naruto menatap Ibunya yang sudah sangat merah padam, dan Tersenyum.

*deg*

'Senyum Naruto-kun!?' Batin Kushina menjerit. Bunyi resleting Celana Naruto pertanda dia sudah cukup berada di tempat itu.

"Na-Naruto-kun, tunggu!" cegatnya di depan Pintu

"hmm?"

"Ad-ada yang salah dengan perkataan Naruto-kun tadi"

"salah? yang mananya?"

"Itu soal Anggota badan yang hanya berguna mengeluarkan u-urine"

"Hm.. bukankah hanya urine?"

"I-i-itu tidak benar... masuklah lagi Okaa-sama akan memperlihatkannya padamu"

"..."

"..."

*Cklek*

.

Seminggu kemudian Minato mengetahui perbuatan mereka berdua. Minato memarahi Kushina dan juga Naruto. Perkelahian itu pun dimulai saat Minato memutuskan mengirim Naruto kembali ke Kedua orang tuanya tapi di cegah Kushina.

Tapi beberapa jam kemudian Kushina menghampiri Kamar Naruto dan berkata

"Tunggu aku Naruto-kun dan setelah itu kita tidak akan terpisahkan"

Keesokan harinya Naruto di pindahkan ke asrama, yang sudah pasti jauh dari Rumah.

.

'setelah lulus, Okaa-sama menjemputku dan membawaku ke apartmentnya dan tanpa aku ketahui aku telah menjadi seorang Uzumaki. Keperjakaanku pada saat itu diambil olehnya'

"... aku tertarik dengan Komik cabul dari salah satu temanku" Tadinya dia ingin berbicara soal itu, tapi kali ini dia harus berbohong. Tidak mungkin dia akan menceritakannya.

"tertarik, he~~? Maksudmu penasaran?"

"ah uhm ia seperti itu... kau tau?"

"Tidak... Tunggu sebentar" beranjak dari kursinya, dia merogoh-rogoh sesuatu di bawah kasurnya. "Maksudmu yang seperti ini" Memperlihatkan 2 komik di kedua tangannya.

"Iya seperti itu, Aneh... itu sama persis dengan miliknya dan dia mengatakan itu hanya di obral di toko khusus dan hari itu juga habis di jual. Apa kau juga sama Shikamaru?"

"Yah, banyak hal yang terjadi Naruto" sambil menggaruk-garuk pipih.

"ah begitu ya, kau tidak tau?"

"Aku tidak tau, tapi.." meletakan 2 buku laknat kembali di bawah tempat tidur dan menuju ke kursinya "Dia bisa menjelaskannya"

.

"Dia Sangat tampan" dicium foto-foto itu berulang kali. "Sudah 5 minggu semenjak aku menjemputnya dari Asrama, dan selama 2 minggu itu kehidupanku bersama Naruto-kun berjalan lancar, sebelum.." rambut merahnya tiba-tiba berkibar akan amarah karena mengingat sesuatu.

"Kalau saja tidak ada perempuan itu.." bantal tak bernyawa yang tadi di peluknya menjadi lampiasan amarahnya. "Kurasa malam ini aku yang harus bertanya sendiri" bangkit berdiri lalu menuju lemari pakaian.

Bra berenda, celana dalam juga, dan Lingeria hitam memperindah balutan tubuh dalam cermin itu "Kurasa ini cukup".

.

"Shota-con?" ujar Naruto.

"Shota-con adalah kependekan dari Shota complex dan kebalikan dari lolicon ClickHere. Yaitu suatu Perempuan yang menyukai Anak-anak lelaki yang umurnya jauh dari umur mereka. Kebanyakan perempuan itu sudah berumur paruh baya, adapun juga yang di perguruan tinggi dan juga di Sekolah Menengah Atas " jelas Shikamaru

"Seperti yang di harapkan... dia bisa menjelaskannya" ujar Shikamaru bangga

(Ini hanya spekulasion author aja :v)

"Hmm begitu ya... Kalau begitu aku pergi dulu Shikamaru, aku tak menyangka sudah selarut ini" Mengambil tasnya dan menuju pintu

"Ya, Karena malam tidak cocok untuk orang seperti mu" Kekeh Shikamaru

"Berisik"

*Cklek*

'Shota-con ya? Informasi itu sangat membantu' batin Naruto seraya berjalan.

Apartement Milik Shikamaru berada di lantai 2, tempat yang sangat cocok untuk orang sepertinya. Mengingat tempat itu sangat sunyi dan tenang, dan sedikit jauh dari perkotaan. Apartement Naruto jauh lebih luas dari apartment Shikamaru, dan di tempatnya tidak perlu menurun tangga segala.

'Hmm orang mabuk lagi?' batin Naruto melihat 3 orang tergeletak di tanah.

'Wajah mereka sama seperti kemarin-kemarin. Mungkin tempat ini tidak akan bertahan lama seperti yang kau inginkan, Shikamaru' Pergi Menghiraukan mereka.

.

"Okaa-sama!?"

"Tidak untuk Malam ini dan seterusnya. Kau harus memanggilku dengan Namaku, Na-Ru-To..-kun"

To Be Cont...


Omake

"huh, Pekerjaan ini sangat merepotkan" deretan bunyi kasur terdengar kuat dan kasar

"Shota-con yah? Sudah kuduga dia sedang ada masalah"

"Mengkhawatirkannya membuatku ingin membaca buku itu lagi, cih" Merogoh-rogoh bawah kasurnya.

"Eh, tidak ada?" pastikannya lagi "Jangan bilang... di-dia mengambilnya!"

END


Jujur Kalau mau bilang gue malas ngetik :'(, malas kenapa? yah karena gue jengkel make kata itu melulu seperti 'yang' 'itu' 'kata' dan beberapa yang lain jangan tanya kenapa tapi yang pasti kalau dah jengkel gue bakal gak mood ngetik dan berakhir dengan tidur. Suffer With me! gue drop, maaf ya. banyak hal yang terjadi membuatku malas nulisnya, tapi kalau ada author lain yang tertarik PM gue nnti gue ceritain jalan cerita sama endingnya.

Mungkin cerita ini bakal berakhir kayak Suffer With me! (Gak kelanjut :v) dan lagi kalau mau jujur gue hobinya nge baca tapi ngetik gak. Gue cuman iseng aja pertama kali bikin storie karena banyak Fict yang menurut gue sangat membosankan. Intinya Cerita ini lanjut apa nggak itu sesuai mood gue. Kalau ada yang mau dikatakan tinggal review aja :v seluruh kebencian lu pada gue terima :v. dan lagi masih ada 2 3 cerita yang lain yang mungkin akan gue Upload beberapa minggu ini, sekian dan terima kasih. Papoi Out.