Salah upload file... ternyata ada yang sudah lebih panjang dan kata" yang di remake dari file sebelumnya... btw chapter ini baru separuh penjangnya... nanti di lanjutin kalo outland dah complete...

enjoy!


Chapter 3

Pure Evil

Kamar yang bernuansa kan merah beserta hitam terlihat sangat berantakan. Benda atau barang yang berupa kaca, keramik, dan bahkan laci meja telah berserakan di bawah lantai yang tertutupi dengan karpet merah tua. Apartment megah yang cukup berisikan dapur, ruang tamu, dan kamar mandi dengan tataan elit dari arsitektur yang bekerjasama dengan pemilik Gedung itu tentunya sangat memuaskan. Namun walaupun luas itu hanya mempunyai 1 kamar.

Ruang dari kamar itu cukup besar. Bahkan tempat tidurnya juga dan itu sempat membuat Naruto bertanya-tanya sendiri sejak pertama kali dia dijemput dan dibawah kesini.

'Kenapa hanya sebuah kamar?'

Itulah pertanyaan yang terbesit di benaknya setelah merapikan pakaian ke dalam lemari.

Setelah sehari berlalu Naruto masih belum paham walaupun semalam ia tidur bersama dengan ibunya. Pikirannya saat itu adalah tidak peduli dan menganggap itu normal di lakukan karena kerinduan ibunya yang tidak bertemu dengan dia selama 3 tahun. Naruto pun menghiraukan ibunya yang memeluk dia bak seperti bantal peluk sepanjang malam.

Dan pada Esoknya lagi jawaban akan pertanyaan Naruto terjawab dengan hasil dari dugaannya sendiri. Ibu-nya A.K.A Kushina sengaja memilih Apartment yang hanya terdapat 1 kamar itu dan dia masih saja tidak memperdulikan-nya.

Dia.

Si Naruto hanya merasa puas saja akan jawaban dari hasil dugaan sendiri.

Tapi itu berubah semenjak dia sekolah dan di pertemukan dengan berbagai macam orang serta kejadian-kejadian yang menuntun-nya mendapat jawaban dan hasil akan tujuan semenjak dia bertemu dengan Shikamaru.

Ruang kamar itu masih terlihat sangat berantakan walaupun penjelasan di atas telah memakan selama 6 menit. Erangan seseorang di balik selimut yang menutupi seluruh permukaan tempat tidur mulai menapaki diri setelah sebagian kepalanya di keluarkan.

"Enghh"

Mata saphire-nya perlahan terbuka lalu melihat jam dinding yang berhadapan dengan tempat tidur.

Berkali-kali Pemuda pirang itu mengejapkan mata-nya sebelum menggumamkan

"Waktunya bersiap-siap"

Dia segera bangkit berdiri. Menuruni tempat tidur. Dan mulai berjalan ke arah kamar mandi. Itulah perintah dari otak-nya sebelum terhenti oleh perintah fisik-nya. Sesaat dia bangkit berdiri ia melihat 2 tubuh seorang perempuan memeluk pinggang-nya dari samping kiri dan kanan.

Pemuda pirang yang ber-identitaskan Naruto itu sedikit menganga akan pemandangan itu, ia kemudian terbaring kembali karena tak mampu/siap menahan massa tubuh yang telah menjadi 2x lipat.

Lama Mata-nya menatap lurus ke arah atap ruang kamar berniat mengumpulkan setengah jiwanya yang diduga masih berada di dalam mimpi. Kepala yang sedikit pening membuatnya kembali mengerang pelan seraya memegang-nya. Hal aneh pun terasa di tangan kanan-nya saat sesuatu yang terbelit di sebagian kepala-nya dirasakan

"...Perban?" gumam-nya sendiri.

Kembali ia menatap 2 object di bawah-nya sebentar lalu kemudian mengeraya serta bersandar di atas kasur. Dilihat pucuk kepala wanita berambut biru tua yang pasti dia tau siapa orang itu

"ke-kenapa?! Kenapa bisa ada nyonya Uchiha disini!?" tanya pemuda itu keheranan lalu berusaha mengingat apa yang terjadi semalam namun hanya mendapati kepala-nya sakit kembali.

Merasa itu percuma Naruto berniat bertanya sendiri ke orang-nya.

"Okaa,- Kushina-chan bangun"

Tangan kanan yang paling dekat dengan wanita itu mulai mengguncang pelan setelah menyentuh pundak Kushina.

Bukan-nya bangun. Kushina malah merespon Naruto dengan erangan pelan dan memeluknya lebih erat.

Lagi merasa itu percuma. Naruto menghiraukan Kushina dan kemudian mengguncang pundak Mikoto. Respon sama juga di keluarkan Mikoto membuat pemuda itu menghela nafas pelan.

Sudah 4 menit Naruto berusaha membangunkan mereka namun kedua monster ini,- ahem maksudku kedua Wanita yang sedang bertelanjang bulat ini masih saja menempel di tubuh Naruto yang juga berkeadaan sama seperti mereka.

Menarik nafas panjang Naruto kemudian berkutat dengan object benda yang tertempel di dinding. Tiap bunyi yang di keluarkan dari benda itu membuatnya berkeringat. Persetan dengan membangunkan mereka untuk bertanya apa yang terjadi semalam. Saat ini dia sudah mau terlambat. Lagipula dia sudah sedikit mengingat apa yang terjadi sesaat dia menatap benda yang di kenali sebagai jam itu.

Berniat mencoba sekali lagi Naruto mengguncang tiap wanita itu dengan kedua tangan.

"Okaa,-Kushina-chan kumohon bangunlah, sedikit lagi aku sudah mau terlambat ke sekolah. Kau juga Uchi,-Mi-Mikoto-chan" Kedua Wanita itu malah tidak merespon. Naruto memegang tangan yang mengancing,- maksudku memeluk dengan penuh kasih sayang pada perut-nya berniat melepaskan dengan paksa namun percuma.

Pelukan kasih sayang itu terlalu berlebihan menggunakan kekuatan individual mereka.

"hah.. hah.. percuma yah?"

ngos-ngosan Naruto kemudian menatap pintu kamar.

"Bagaimanapun aku harus ke kamar mandi".

.

"Bagaimana Naruto-kun? Makanan di hotel ini sangat enak kan?"

"anu... Uchiha-sama kenapa,-"

Sebelum dia menyelesaikan perkataan-nya. Perkataan itu tiba-tiba di potong oleh Mikoto sendiri yang kini di hadapan Naruto sambil tersenyum.

"Kenapa apa-nya?".

"..."

Pertanyaan balik dari Milf biru itu membuat Naruto sedikit memundur.

"ada apa Naruto-kun?".

"hn.. tidak..lupakan.. maksudku kenapa kita berada di lift?"

Naruto sengaja menjaga jarak dari Mikoto. Semenjak Mikoto menuju toilet restoran bawah tempat mereka makan tadi. Entah kenapa bau parfum yang di gunakan Mikoto berbeda dengan yang tadi. Dan itu membuat Naruto was-was, karena efect dari perfum itu membuat-nya sangat... aneh.

"Ah! soal itu..."

Dengan sekali melangkahkan kaki Mikoto kembali berhadapan dengan Naruto.

"Setelah semua kejadian yang tidak meng-enakan hari ini... kurasa makan saja tidak cukup untuk memuaskan Naruto-kun, jadi..."

Sengaja menggantungkan ucapan-nya membuat Naruto kembali melakukan hal serupa melangkah mundur namun terhenti saat menabrak dinding lift.

"Uchiha-sama aku tidak keberatan dengan hanya makanan saja"

"benarkah?"

Jarak antar wajah Mikoto dan Naruto sudah sangat dekat saat Mikoto membungkukkan tubuh-nya.

"Kau memang anak yang baik ya Naruto-kun maaf sudah salah sangka"

Kata Mikoto sebelum menempelkan bibir-nya ke bibir pemuda pirang yang di ketahui anak dari sahabat baik-nya itu.

Tapi dapat di hentikan Naruto saat tangan kanan-nya menyerobot masuk ke tengah dan dengan gesit memegang kedua pundak Mikoto lalu membalikan tubuh-nya. Kini posisi Mikoto lah yang di buat tersandar.

"Na-Naruto-kun?!"

Sedikit terkejut karena usaha-nya mencium Naruto gagal. Mikoto terpaku seketika menatap kedua bola mata Naruto lalu memejamkan matanya perlahan. Lama menunggu ia mengintip sedikit melihat apa yang akan dilakukan pemuda pirang itu.

Dengan sekejap dia membuka matanya dan melihat arah pandangan Naruto di samping. Pemuda itu menekan tombol lift yang sudah berada di lt.8 (Tujuan lt.10) kembali ke G.

Naruto kembali menjaga jarak sebelum mendengar isak tangis Mikoto saat wanita itu berbalik.

"Be-begitu ya... jadi Naruto-kun tidak menyukai tubuh dari seorang ibu beranak 2 tertutama-nya lagi yang 1 sudah menempuh perguruan tinggi dan satu-nya lagi seumuran dengan Naruto-kun"

Isak-nya di balik punggung.

"..."

"dan lagi kulit ku yang mulai keriput dan dadaku yang sama sekali tidak menarik perhatian Naruto-kun"

Sambung Mikoto masih terisak. Naruto tak bergeming cukup lama sebelum kembali tarikan nafas panjang terdengar.

"ya, benar aku sama sekali tidak tertarik dengan tubuh ibu-ibu 'walaupun aku tidak tau dimana-nya yang beda'"

Balasan sekaligus nada suara yang terdengar benar-benar sama sekali tidak tertarik itu seketika menghentikan pergerakan Mikoto.

"Naruto-kun..."

Gumam pelan Mikoto menguat lalu mendekati Naruto. Lift itu kecil dan hanya 4 langkah pendek saja sudah bisa mencapai ke hadapan Naruto, tapi dalam setiap langkahan-nya sangat terdengar hentakan kuat.

Suasana dalam lift cukup canggung sesaat setelah Mikoto telah di hadapan Naruto dan sama sekali tidak bergerak sedikit pun. Kepala Milf itu dari tadi sengaja di tundukan.

"...Kau memang benar-benar Anak-nya Kushina ya, akan ku buat kau menarik kata-kata mu. Naruto-kun"

Suara yang penuh dengan penekanan dia menatap Naruto.

Mikoto sama sekali tidak menyangka dengan ide berpura-pura menangis untuk mendapatkan perhatian dari pemuda itu malah mendapat kritikan pedas.

Sedikit terkejut dengan tatapan tajam Mikoto membuat Naruto lengah saat bibirnya tiba-tiba di cium dengan kuat. Seolah tahu kedua tangan Naruto berniat memegang pundak-nya. Tangan miliknya dahulu memegang tepat di telapak tangan Naruto kemudian mencengkram-nya dengan cukup kuat.

Beberapa detik Mikoto mencium Naruto dengan liar sebelum mulai memainkan Lidah-nya memasuki ke dalam mulut Naruto tapi di tutup dengan erat. Lutut Wanita paruh baya itu sengaja di naikan ke dalam kaki Naruto lalu mulai menggesek-gesek saat menyentuh penis Pemuda pirang itu.

Mendengar erangan yang keluar akibat permainan nakal-nya. Mikoto menggunakan kesempatan itu untuk memasuki mulut Naruto dengan Lidah-nya.

Naruto yang mulai terhipnotis dengan bau parfum hanya bisa menikmati apa yang di perbuat sahabat dari ibu-nya ini. 2 menit Mikoto mengguluti lidah seraya memainkan penis pemuda itu dengan paha-nya.

"hah... hah... bagaimana Naruto-kun kau ingin menarik kata-katamu?" Tanya Wanita disela-sela ia mengisi pasokan udara sebelum mulai mencium bibir pemuda itu kembali. Mikoto tidak ingin menghentikan aksi mesum-nya lebih lama hanya untuk menunggu pemuda itu yang tidak akan menjawab.

Beda hal dengan Naruto yang terdiam dan hanya melihat tingkah nakal Mikoto. Sesuatu terbesit dalam benak-nya 'aku datang kemari bukan untuk ini' dengan sabar pemuda itu menunggu kesempatan dimana saat Mikoto mengambil pasokan udara untuk kedua kali-nya.

Ia akan mencoba melakukan sesuatu dan inilah saat-nya

Kepala Naruto sengaja di gelengkan kasar menepis efect dari parfum.

"Uchiha-sama sebenarnya ada hal yang ingin ku bicarakan dengan mu"

Ucapnya lemah.

"Katakan itu nanti dan juga gak perlu seformal itu Naruto-kun, panggil aku Mikoto"

Balas Mikoto dan kembali melanjutkan aksi-nya. Kali ini dia membebaskan tangan Naruto. Dengan menyusupi bagian belakang Naruto. Mikoto menekan tombol lift kembali seperti semula lalu meletakan tangan-nya di belakang kepala Naruto. Ciuman mereka pun di perdalam.

"Hah... hah... tunggu Uchiha-sama tolong pikirkan suami dan keluarga mu di rumah"

Naruto sudah tak kuat lagi tubuhnya terasa sangat aneh . Dan perkataan itulah kartu as yang dimilikinya. Kalau itu tidak berhasil. Dirinya tak tau lagi apa yang akan di lakukannya pada ibu 2 anak ini.

Tersentil akan ucapan pemuda itu membuat Mikoto terbelalak kemudian terdiam sebentar sebelum tersenyum nakal.

"Orang dewasa juga punya 1 atau 2 rahasia yang akan terus disimpan selamanya ".

"Lagipula ini juga salahmu Naruto-kun, kau membuatku seperti ini"

Kata Wanita itu kemudian memasukan kedua tangan-nya ke dalam kaos ketat milik-nya. Tak lama kemudian bra ungu terlihat saat tangan kiri-nya keluar terus di masukan ke dalam saku celana Naruto.

Kedua tangannya menopang bagian bawah payudara-nya seraya berkata

"Tanggung... jawab?"

Pentil-nya menegang dan terlihat jelas dari balik kaos ketat yang di pakai.

Pemuda yang tidak tau kalau diri-nya sedang mengalami gejala yang disebut Horny atau sange itu meneguk ludah-nya sendiri. Pemandangan yang terpajang di mata birunya itu terlalu seksi dan nakal.

"Ja-jangan... salahkan atau libatkan aku jika situasi ini menjadi rumit"

Lift yang sudah mencapai Lantai 10 pun terbuka.

.

'entah bagaimana akhir-nya sampai di kamar mandi'

Lega Naruto memasuki seraya duduk di dalam bathtub yang cukup besar. Sesekali dia melihat ke arah kiri dan kanan.

"Tak ada tanda-tanda pelukan mereka melemah... apa mereka benar-benar tidur?"

"hn... kurasa tidur benaran"

Sekilas ia kembali mengingat apa yang terjadi semalam. Pada saat Wanita yang berada di sebelah kiri yaitu dikenal dengan Uchiha Mikoto ini hampir melakukan sex dengan nafsu. Sebelum Kushina datang menghentikan.

Pada waktu itu ia mengingat perkataan Mikoto semalam pada-nya

"Naruto-kun bukan-nya kau mengatakan jam 9?".

Diambil sabun di dinding dekat bathtub yang sengaja di lubangin untuk tempat perlengkapan mandi.

'Aku juga tak tau...'

'…di awal perjanjian yang kusetujui itu adalah jam 10. Tapi entah kenapa itu mulai mengurang'

Ditutup mata-nya dengan tenang lalu mulai menyabun.

Berbicara tentang perjanjian itu. Naruto kembali mengingat dimana saat dirinya pertama kali tersesat di tempat yang sama dan ibunya lah yang dapat menemukan keberadaan-nya.

Pada saat itu sekitaran jam 9 malam dan untuk keempat kali-nya ia tersesat (kemarin) telah menjadi pukul setengah 8 malam.

Malam itu.

Pada saat Kushina mengetahui siapa yang membawa Naruto-nya. Dia terlihat sangat marah dan mulai menyingkirkan Mikoto dari atas tubuh pemuda pirang itu dengan cara mendorong-nya keras.

Tak terima perlakuan itu Mikoto memberikan perlawanan.

"Kushina! Naruto-kun dan aku sudah sepakat ingin melakukan-nya dan untuk malam ini dia menjadi milikku sepenuhnya"

teriak Wanita berambut biru tua itu seraya menggenggam tangan Naruto.

"Diam kau pencuri! berani-beraninya kau mencuri Pria-ku! Singkirkan tanganmu berengsek!"

Teriak Kushina menaiki kasur dan kembali mendorong Mikoto. Tak mau berdiam diri seperti tadi Mikoto memegang pundak Kushina. Aksi saling mendorong pun terjadi sebelum mata Kushina terbelalak akan apa yang Naruto lakukan.

Kesadaran Pemuda itu bisa di bilang cukup kacau karena dampak dari bau parfum. Dan karena Wanita merah itu yang berada di paling dekat Naruto (di atas tubuhnya) dengan sekali bangkit berdiri Ia langsung mencium Kushina.

Wanita berambut merah padam itu yang pada saat ini seharusnya sangat marah karena cemburu berniat menyingkirkan Mikoto lebih jauh dari Naruto namun malah melemas dan membiarkan pemuda itu melakukan sesuka-nya.

Karena. Untuk pertama kali-nya Naruto berinisiatif sendiri untuk menciumnya apalagi dengan nafsu yang menderuh seperti ini… Seperti pemuda ini… pria-nya ini… menginginkannya.

Dengan senang hati ia membiarkan lidah pemuda itu masuk dan langsung menyeroboti lidahnya. Tangan yang tadinya memegang pundak Mikoto sekarang berada di belakang kepala Naruto dan menekannya.

Senyum Mikoto melihat aksi mereka sebelum merangkak ke samping Naruto lalu menempelkan pipihnya di pipih pemuda itu saat melihat mereka berdua berhenti berciuman.

"Bagaimana Kushina-chan?..."

Di gesek-gesek pipihnya dengan pelan seraya melihat dada Kushina yang menderuh-deruh melihat wajah Naruto

"...kau harus berterima kasih padaku kare,- a-apa yang kau lakukan perempuan!?"

Berniat menggoda Kushina lebih jauh. Mikoto malah mendapat lemparan jam tangan dari wanita merah itu tapi gagal karena sempat di hindari.

"Jangan dekat-dekat dengan Naruto sialan!"

Kesenangan yang dirasakan Kushina hancur sesaat sebelum makhluk berambut biru itu malah merusaki pandangan-nya dan seenak jidatnya menempelkan kulit pucat-nya itu ke Pria yang dilihatnya sementara itu dengan nafsu. Merasa sangat jengkel refleks dia segera melepaskan jam tangannya dan melemparnya.

Barang-barang di sekitarnya kini dipegang lalu di lemparkan saat melihat yang pertama meleset. Kali ini acara saling lempar melempar pun di mulai sebelum Vas bunga di sebelah Kushina berhasil mengenai kepala Naruto.

"ah! Naru!/Naruto-kun!"

Di pegang kepala yang entah kapan di balut itu dengan pelan

'...aku tidak menyangka dengan mengikuti Uchiha-sama akan menjadi seperti ini'

Tarikan nafas terdengar kemudian sebelum Naruto menggerakan badan-nya mencoba melepaskan dekapan kedua wanita itu kali ini dengan sabun dan berhasil.

'…kukira dia dapat membantuku'

Segera dia menyandarkan kedua wanita itu duduk berhadapan dengan-nya dan setelah cukup membersihkan badan-nya. Pemuda itu juga ikutan menyabuni mereka berdua.

Lama dia menggosok secara bergantian ke seluruh penjuru tubuh wanita-wanita itu. Sebelum sepasang gunung kembar milik kedua wanita itu berhasil menarik perhatian Naruto.

Ditopang dagunya dengan tangan kanan.

Pemuda itu berulang-ulang kali menatap object itu.

"Hmm... Kurasa…"

"…punya Okaa-sama lebih besar"

Yakin Naruto lalu melihat yang satu-nya lagi

"Tapi... kalau itu menyangkut puting dada, punya Uchiha-sama lah yang besar".

Dengan wajah datar dan niat yang polos ia menyentuh dan memijit kuat puting kiri Mikoto dengan sebelah tangan.

"Enghh..."

desah Mikoto saat Naruto menarik puting-nya dan tiba-tiba terlepas karena licin akan sabun. Segera ia membasuhi dada Mikoto lalu melanjutkan.

Ditarik serta dimainkan kedua puting susu itu dengan kedua tangan di setiap dada.

"Ahn! nghhhh"

Desahan Mikoto mulai tak karuan.

'...masih saja belum bangun!?' batin Naruto sedikit menganga.

Tangan kanan Pemuda itu lalu mengganti sasaran dan menyentuh bagian bawah dada Kushina membuat dada kanan yang bersize kan D-cup itu beristirahat di telapak tangan Naruto. Sejenak dia berhenti sebelum kemudian meramas dada Kushina dengan kasar.

Puting Mikoto yang sudah sangat merah dan berdenyut-denyut sengaja di tinggalkan untuk memainkan dada yang tak kalah menawan dari wanita berambut merah itu secara bersamaan dengan kedua tangan. Kali ini desahan dan erangan kuat keluar dari bibir Kushina.

"…lu-luar biasa"

Respon yang di berikan dari kedua wanita itu berhasil mendapat pujian dari Naruto yang menatap mereka berdua dengan wajah sedikit bersemu merah.

Itu karena tekad untuk tidur dari kedua wanita itu membuat Naruto respect menghentikan aksi-nya dan memilih untuk membiarkan mereka seperti itu sampai mereka bangun dengan sendiri-nya.

'ah, aku sudah membuang 7 menit berhargaku'

.

'Apa-apaan ekspresi ini?'

Dengan berpakaian normal layak-nya murid yang akan pergi kesekolah Naruto kembali membuat ekpresi yang di dapatkan-nya sejak tadi malam di depan kaca ruang makan.

'ini terlalu menakutkan untuk dikatakan senyuman(?)…'.

'kurasa… aku tidak membutuhkannya'

Segera dia berpaling dari cermin dan berjalan ke arah dapur. Beberapa menit kemudian Naruto keluar dari dapur dan melihat Kushina dengan pakaian polos putih selutut (tanpa pakaian dalam) bangun.

"hmmm… meja makan?"

Gumam Kushina pelan seraya menegakan tubuh. 'Kenapa aku disini?' batinnya melongo melihat Object berambut biru yang berpapasan duduk di hadapannya. Pandangan Kushina masih mengabur sebelum

"Ah, Naru!"

Mengingat kejadian malam hari sentak dia menjerit dan berlari memasuki kamar sebelum suara menghentikannya.

"oh Okaa-sama.. Kau sudah bangun?"

"Eh, Naru?!"

Kushina yang tadinya ingin berbalik kanan kini menatap ke arah kiri (Arah dapur kiri. Arah kamar Apartment Kanan).

"Pas sekali"

Sajian sarapan pagi di taruh di depan Kushina. Membuat dia melongo cukup lama sebelum paras wajah cantiknya itu memerah disertai senyum menggairahkan.

"Naru, Kau membuat sarapan ini untukku?"

Naruto ditatap sedikit tidak mengerti apa maksud pertanyaan itu. Yah memang baru pertama kali ini dia memasak makanan semenjak pindah ke apartment ini. Tapi apa memang harus di pertanyakan saat seseorang dari keluarga mu membuat makanan lalu memberikannya di hadapanmu.

Apalagi bertanya dengan menunjukkan ekpresi seperti ingin memakan Pemuda itu?.

"hmm.. Iya"

"uwah.. Naru aku sangat bahagia sekali. Jangan bilang bau harum yang keluar dari tubuhku setelah apa yang kita berdua lakukan tad,-"

Tiba-tiba saja Wajah Senang Kushina menggelap. Seperti ada sesuatu pengganggu yang terlupakan dan itu sangat mengesalkan.

Naruto menatap Ibunya dengan datar sebelum mengambil tempat di sebelah kiri meja makan. Sepotong sosis dan telur tadinya tertusuk di garpu sebelum kini berada di mulutnya.

"Okaa-sama tidak ingin melepas tubuhku jadi aku sekalian memandikanmu juga"

Ucapnya setelah menelan makanan.

"Benarkah Naru? Tapi…"

Kushina kini kembali senang dan menatap tubuhnya

"…tanpa pakaian dalam, Naruto-kun sudah cukup nakal yah".

Lagi Naruto di tatap dengan wajah seperti yang tadi.

"Okaa-sa,-"

"Sudah kubilang panggil aku dengan namaku!"

Bentakan tiba-tiba Kushina berhasil membuat ruangan itu hening untuk sementara.

Masih dalam keadaan membeku. Perasaan bersalah mulai merasuki Kushina. Dirinya bahkan cukup terkejut kenapa bisa dia membentak Naruto.

"Na-Naru maa,-"

"Aku sudah terbiasa"

Potong Naruto masih dengan menatap Kushina datar. Wajah Kushina tiba-tiba menunduk dan terlihat menggigit bibir bawahnya kuat.

"maksudku, sejak kecil aku sudah terbiasa memanggilmu begitu. Cukup susah untukku terbiasa, jadi aku akan tetap memanggilmu Okaa-sama".

"Ta-tapi Naru,-"

"Lagipula itu Cuma sebutan, tak ada makna lain… kan?"

Seulas senyum kebahagiaan terlihat di kedua sudut bibir Kushina yang hampir menangis mendengar pernyataan Naruto. Dan Kini dia tidak akan segan-segan untuk melahap Pemuda,- tidak- Pria di hadapannya ini yang kembali melahap makanannya.

Setelah mengatakan itu Naruto melirik sekilas ke arah kiri. Seorang Wanita rambut biru yang duduk di sebelah kiri hadapannya itu bangun seraya mengucek-ngucek matanya pelan. Lalu memandang kedepan seraya melahap kembali makanannya sebelum refleks sekilas melihat ke arah kanan.

"17 menit lagi aku akan terlambat ke sekolah"

Ucap Naruto cepat.

"Heh?!"

Wajah wanita merah itu terlihat tidak senang mendengarnya.

"Untuk hari ini. Naru bisa bolos sekolah, aku izinkan."

Ucap Kushina memberi jempol. Dia melihat Naruto menghiraukannya dan dengan cepat memakan sarapannya.

"Untuk hari ini? Okaa-sama mengatakan itu setiap dimana hari aku akan sekolah"

"uhmmmm"

Kushina mencemberutkan wajahnya. Berharap Naruto kali ini mengikuti permintaannya. Tapi Dia merasa kalau itu mustahil.

"Kalau begitu… mana ciuman paginya? Naru selaaaaaalu melupakannya"

"hmm? baiklah"

Dibersihkan mulutnya sebelum mencium pipih Kushina dengan cepat.

"Bukan disitu!"

"Eh?"

"Mouu… Naru! Bukan situ, tapi disini! mphhffff"

Tak pake waktu lama. Naruto langsung membuat ibunya itu diam seketika dengan menciumnya tiba-tiba. Tapi sesaat dia berpikir sudah cukup dan ingin menjauh darinya. Kushina malah melingkarkan kedua tangannya di kepala Naruto dan memperdalam ciuman mereka.

2 Menit lamanya Kushina mempertahankan posisi mereka sebelum mendengar

"Ibu yang merepotkan…"

Suara yang dibencinya sejak kemarin. Dengan segera dia mengamankan Naruto. Dan mencodongkan garpu di hadapan arah suara itu.

"Mi-mi-mikoto teme… Kenapa kau ada di sini hah!?"

"Oh ayolah Kushina-chan…"

"Uchiha-san,-"

"Mikoto saja!"

"Mikoto-san. Aku sempat membuat sarapan untukmu juga. Kuharap kau menikmatinya."

"Terima kasih Naruto-kun"

Urat perempatan Kushina menimbul melihat Mikoto yang sok akrab dengan Naruto. Dan juga apa-apaan dengan dirinya ingin mendengar Naruto memanggil nama depannya.

"Mikoto sialan! Sekali lagi aku bertanya! Kenapa kau ada disini hah!?

"Hah Kushina-chan.. kau tak ingat kemarin malam? Aku membantumu membopong Naruto-kun sampai ke sini dan sekaligus mengobati Naruto-kun. Dan juga Naruto-kun penis mu sedari tadi malam tetap ngaceng terus. Bahkan aku dan ibumu kewalahan menanganinya"

Mikoto melihat wajah Kushina memerah. Kali ini bukan merah kerena marah. Melainkan sekilas teringat bagaimana mereka berdua bekerja sama menenangkan benda milik Naruto.

Lalu Tersenyum nakal ke arah pemuda itu.

"Hmm benarkah? Kalau begitu terima kasih"

Dan seperti yang di pikirkannya. Balasan itu terdengar datar dan tak tertarik. Membuat senyum mikoto sedikit luntur dan Kushina sedikit menundukan kepalanya.

"haha Naruto-kun.."

Tawa Mikoto sedikit dipaksakan.

"Ka-kau tidak mau bertanya apa yang terjadi semalam? Ma-maksudku seperti bagaimana aku dan ibumu bekerja sama menenangkan…. Penismu?"

"Tidak. Tidak juga. Meski samar aku pasti bisa membayangkannya sendiri. Kalau begitu aku pamit dulu."

Nanti di lanjut…


ew data gue dapat juga, walau memakan waktu 2 hari buat dapatin... gak becus ternyata mereka...

kelanjutannya nanti gue teruskan nanti. soalnya ini cuman make laptop teman gue, dan sudah waktunya untuk memulangkannya.

well, berhubung ini hari ulangtahunnya. gue di panggil... u know lah...

sekian,

Papoi out.