Hai diriku,

Diriku yang dulu pernah mati
Kini aku hidup kembali
Aku belum diizinkan mati, sekalipun aku ingin
Didorong kembali ke dunia yang hina ini
Bukan oleh kaki, melainkan oleh senyuman
Tak ada pilihan lain, selain untuk bertahan hidup

Hai diriku, bagaimana kau mati kini?
apakah kakak dan adik sudah mengulurkan tangannya padamu?

THE DIARY OF ANGEL IN THE BLOODY SWAMP
By Hyuann
Kuroko No Basket Belongs to Fujimaki Tadatoshi
Don't like don't read
Warning: Genderbend, a bit OOC, typo, wrong grammar(for english part), EYD kemana-mana

WARNING: Selalu perhatikan keterangan waktu dalama kurung {()}

Chapter 1: Prologue—The Mo(u)rning day

The funeral day: 3 Mei, today

(The day after funeral, 9.35 a.m)

Pagi yang cerah mengawali hari kamis di awal bulan Mei, tak ada awan, hanya payung biru dan hembusan angin yang menerpa lembut ruang-ruang kosong bumi namun tak kuat menghempaskan dahan hijau dan susunan bata yang mengisi ruang kosong itu. Entitas penghuni bumi Tokyo sudah kembali sibuk bahkan sebelum sang surya telah menampakan dirinya di ufuk timur. Kesibukan normal yang biasa.

Ya, normal. Termasuk bagi para staf pekerja Akashi Corp yang sibuk seperti biasa. Namun bukan sibuk seperti biasa pada sudut-sudut tertentu, dimana para anggota Teiko Fagmilia menciptakan kesibukannya akan distraksi kehilangan yang baru mereka alami.

Pada lantai 7, ruangan besar yang hanya khusus disediakan bagi sepasang adam dan hawa. Kertas-kertas dokumen tak terjamah diatas meja disamping jendela memandang bisu sendunya ruangan yang hanya diisi dua mahluk yang selalu berkicau bak burung berkicau di pagi cerah, mungkin tidak pagi ini, atau tidak. Jajaran rapi kaset rekaman dokumentasi kerja keras mereka seaakan pundung disudut ruangan. Berpajang enam LCD 24inch monitor yang saling berpandangan dengan netra emas dan merah muda yang nampak mati. Kise Ryota ataupun Momoi Satsuki merasa tak perlu untuk menyuarakan isi dari pikiran maupun hati, seakan mereka berkomunikasi hanya melalui pikiran.

Sebuah bangunan putih yang orang sebut sebagai klinik perusahaan. Berdiri bedampingan dengan sang gedung tinggi. Tak biasanya bagi Dokter Midorima Shintarou untuk berlama-lama di klinik kecilnya dibandingkan di rumah sakit besar dimana ia biasa menunaikan tugasnya. Pada dasarnya sang dokter tidak banyak bicara karena sikap tsundere-nya, berbeda dengan rekan perawat yang bertugas tetap di klinik perushaan justru nampak sangat diam dibanding hari-hari biasa yang selalu mengganggu sang dokter dan membuatnya kesal. Gedung inipun sama. Mati.

Disudut parkiran bawah tanah, ruangan dengan banyak alat gym, sepi, dan gelap. Papan sasaran hanya mampu menatap pilu sang penembak yang teduduk besandar pada beton gelap dan kepala yang bertompangkan kaki kananya. Merasa tak perlu repot menyalakan lampu, tak pula hasrat menggebu untuk sekedar memukul punching bag, Aomine Daiki hanya terdiam. Darahnya masih mengalir, jantungpun berdetak, namun jiwanya tak ada padanya. Jiwanya masih berusaha mencari dia yang tak akan kembali. Hidup, namun mati.

Kantin kantor di lantai 5, hanya digunakan bagi karyawan dan staf yang ingin membuat makanannya sendiri, dengan adanya kompor, oven, microwave, blender, coffee-maker, dan alat-alat masak lain yang terbilang lengkap sebagai fasilitas perusahan. Tak ayal ruangan ini selalu sepi sebab dengan pekerjaan mereka yang sibuk tentu mereka lebih memilih untuk membeli atau mengambil jatah makanan di kantin lantai 15, mereka juga hanya datang untuk sekedar membuat kopi dan makanan instan. Karena sepi itulah kantin ini menjadi surga yang menyenangkan bagi Murasakibara Atsushi untuk memuaskan hobinya membuat kue. Surga yang menyenangkan? Ya, surga yang mengenaskan untuk hari ini. Meja pastry yang selalu kotor oleh tepung putih maupun gula pasir, kini penuh oleh kepala, dada dan tangan yang bersandar malas diatas meja. Tak berbeda dari pelangi lainnya, sang violet pun sama. Mati.

Di puncak tertinggi gedung perusahaan, sang langit menatap langit. Berusaha mencari jawaban akan rasa tidak percaya yang memeluk dirinya. Vanilla shake dalam gengaman tangan putih nan halus, menanti dengan sabar untuk disesap. Tak ada niatan untuk melanjutkan papperwork, toh itu bukan pekerjaan pokoknya, tak pula berhasrat untuk berlatih tanding dengan sang partner di dasar terbawah gedung milik sang kekasih merahnya. Hanya berdiri. Tatapannya tak berubah, hanya datar. Namun pancaran mata Kuroko Tetsuna tak bisa berbohong, jiwanya ikut mencari dia yang tak akan kembali.

Dan terakhir

Yang duduk di singgasana utama di lantai 20 sana, ruangan mewah yang mana mejanya nampak kacau dengan lembaran-lembaran putih, dokumen, file dan Laptop tepat berada dihadapanya. Akashi Seijurou, sang direktur sekaligus sang pemimpin fagmilia tengah berusaha memfokuskan dirinya pada salah satu lembaran bertinta ditanganya. Sekilas memang nampak serius, namun netra merah tak memandang apapun. Kosong.

TOK TOK TOK

"Masuk!" perintahnya tanpa sedikitpun memalingkan wajah dari kertas putih bertinta hitam ditangannya

"Ohayou gozaimasu, Akashi-san!" sapa sang suara yang sontak mengangkat kepala sang emperor menatap netra abu-abu sang pemilik suara.

"Mi—Mitchell-san! Ohayou gozaimasu, mohon maaf atas ketidak layakan ini, silahkan duduk!" jawab sang direktur, tampak kelabakan. Sungguh bukan seperti dirinya yang biasanya. Namun Mitchell Grey, pria asal Manhattan berusia 42 tahun ini memakluminya, sebab ia sendiri sedang berada dalam posisi yang sama, mungkin lebih parah. Hanya ia harus lebih kuat, demi dia yang tak akan kembali.

"tak apa, santai saja Akashi-san! Ada hal ingin aku diskusikan." Kini mereka nampak duduk berhadapan di sofa mewah dalam ruangan, merasa tak perlu akan sopan-santun penyediaan minuman di atas meja, toh sang tamu juga tak mempedulikanya.

Akashi, untuk pertama kali dalam hidupnya memilih duduk dengan menundukan kepalanya, bak anak kecil yang siap dimarahi oleh sang ayah. Pada ayah dan tetua keluarga tak pernah sekalipun ia menundukan kepala akan kesalahan yang pernah ia buat, sang emperor terdidik untuk tetap mengangkat kepalanya. Namun kini dihadapan sebatas rekan kerja, kolega yang hanya mempercayakan satu anggotanya pada Teiko fagmilia. Akashi Seijurou tak sanggup menatap Tuan Mitchell sang pemimpin Evangelista fagmilia dari Manhattan tersebut.

"Ngomong-ngomong, mengapa disini begitu sepi? Tidak seperti diskripsi Yuki. Dikatakan bahwa kau akan –dengan sifat sok absolut-mu memerintah anak buahmu untuk kembali ke kantornya dan bekerja. Kise Ryota-san dan Momoi-san yang pertama kali akan menghambur ke ruangannya dengan kepanikan level atas, Aomine-san akan pergi dengan malas sampai kau harus mengancamnya dengan gunting sakti-mu agar dia mau bekerja lebih cepat. Pria ungu besar dengan banyaknya snack dalam pelukannya beranjak santai, Dokter Tsundere akan pergi dengan memberi salam dengan sopan-santun padamu maski nampak dibalik kacamatanya bahwa ia juga ketakutan, kemudian Yuki akan ikut keluar dengan atau tanpa kau sadari, dan menyisakan Kuroko-san dan dirimu berdua. Yuki tak pernah melihat, namun ada kemungkinan bahwa kalian berdua akan saling memberikan kemesraan sebelum nona Tetsuna meninggalkanmu dan kembali bekerja." Mitchel berkata, atau mungkin bercerita, cerita dimana terdapat sindirian keras di dalamnya. Namun ucapan panjang lebar dari pria asing itu mampu mengangkat kembali kepala sang direktur. Bukan wajah marah ataupun kata-kata protes seperti yang diharapkan, hanya paparan wajah bodoh dari paras lelah menyedihkan sang surai merah.
"Ah, aku mengetahuinya dari jurnal harian Yuki. Atau kami lebih serig menyebutnya laporan non-official, tapi dia sering menyebutnya diary." Kembali pria asing itu berkata dengan santainya tanpa menunggu jawaban dari sang direktur, bukan berarti sang direktur juga memiliki kata untuk menanggapi setiap kalimat yang terlotar dari bibir sang partner kerja. Sang emperor yang sedih hanya mampu menatap. Tenggorokannya tercekat, tak satupun kata ataupun suara yang keluar.

"Aku kesini hanya untuk memberikan ini" dan diletakannya sebuah box berisi jilidan tebal buku-buku, dengan cover merah muda, pada setiap bagian jilidan buku terdapat angka, dimana buku pertama dimulai bukan dari angka 1 melainkan angka 5. Akashi dengan ragu-ragu mengambil acak satu buku dan memandang cover merah muda tersebut dengan tatapan kosong.

UN-OFFICIAL REPORT
SNOW GREY
KOKURYUU YUKI
(08)

"ini..." hanya itu, tak lebih. Menggantung

"Benar, setiap nomor buku menunjukan usia sang penulis, dengan 365-366 tulisan sesuai jumlah hari. Terdapat 12 buku, semua buku nyaris lengkap kecuali buku pertama, nomor 12, dan terakhir."

"ta-tapi mengapa anda memberikan ini padaku?" pada akhirnya suaranya kembali 'apakah anda ingin menanggungkan beban ini hanya padaku?' tambahnya dalam hati.

"Jangan salah sangka Akashi Seijurou-san!" jawab Mitchell dengan segala penekanan pada setiap kata.
"Teiko Fagmilia bukanlah sepenuhnya organisasi legal yang diterima di negara ini, di seluruh duniapun banyak yang mengincar organisasimu untuk diajak bekerja sama, namun juga untuk dimusnahkan." Suaranya tenang, namun penuh keseriusan. Tak sungkan untuk mengungkapkan fakta yang tak terelakan. Jika sang direktur sedang dalam kondisi normalnya, kemungkinan pria asing dihadapanya telah tertidur untuk selamanya.
"Teiko Fagmilia tidak hanya sekedar partner kerjasama yang berusaha saling menguntungkan keduabelah pihak. Teiko Fagmilia adalah kerabat yang akan selalu disambut dengan pintu terbuka oleh Organisasi Evangelista. Berterimakasihlah pada Yuki!" Netra merah semakin melebar, tak disangka hubungan antar organisasi yang mereka bangun akan sangat lancar tanpa perlunya negosiasi lebih (maupun campur tangan aura berlebihan dari Akashi), dan semua berkat dirinya. Dan meski dia telah tiada, kerabat kerja dihadapanya tetap mau menjalin hubungan, sekalipun ia yakin dan tahu bahwa menjalani hubungan jangka panjang dengan Akashi Corp memiliki banyak resiko.

"Anda tahu Akashi-san, Yuki pasti menahan tawanya melihat wajahmu seperti itu. Mengetahui dia sangat tidak menyukaimu" suara Mitchell semakin melembut, kali ini dengan senyuman kecil membingkai wajahnya.

"Aah, dan dia akan dengan terang-terangan memutar bola matanya dan mengejekku. Sungguh tidak sopan." Tarikan bibir nostalgia akan dirinya yang dengan terang-terangan menunjukan perasaan tidak sukanya pada sang pemimpin fagmilia, dan mengatakan alasan sebenarnya mau bergabung karena kekasih biru yang ingin dia jaga. 'aku terlalu beruntung untuk memiliki Tetsuna, begitu katamu. Begitu pula yang selalu kau katakan naa, Yuki?'

"hahaha, aku mengerti mengapa dia seperti itu terhadapmu. Untuk menyetujui permintaanmu merekrut dirinya, rasanya sungguh luar biasa dia mau bertugas dalam jangka panjang dibawah naungan organisasi lain oleh kemauanya sendiri dan tetap mempertimbangkan pendidikanya. Dan ya, alasan mengapa dia membencimu."

"karena aku seperti ayahnya, dan dia menyayangi Tetsuna karena dia mirip ibunya." Jawaban itu lebih seperti pertanyaan dibandingkan pernyataan.

"benar. Dia tidak menyukai mu bahkan membencimu, tapi dia jelas sangat mengaharapkan hubungan kalian akan terus berlanjut dan bahagia." senyum tergantikan dengan keseriusan
"Saranku, agar sejarah jangan sampai terulang."

Bohong dan naif, jika Akashi tidak menyadari dan memahami hal itu. Maksud dari 'sejarah' yang dilontarkan Mitchell. Dia sangat mencintai Tetsuna, yang rela terjun ke dunianya yang lain yang kotor. Merelakan impianmya sebagai pengajar anak-anak yang masih putih dan suci. Menggantinya dengan bermandi darah dan daging, demi sang merah yang dicintai sang wanita. Cepat atau lambat mereka berdua akan bersatu dalam ikatan seumur hidup. Sebuah impian yang belum dapat terwujud namun pasti akan terwujud, sebab dia juga menginginkanya. Pertanyaannya, akankah dia mampu memprediksi masa depan akan kematian keluarga yang disebabkan oleh pekerjaan tanganya? Dengan kata lain—

'—akankah aku yang akan membunuh keluargaku sendiri dan menanggungkanya pada salah satu anakku kelak?'

"Akan ku pastikan hal itu tidak akan terjadi!" Suaranya lantang, mantapkan tekad juga hatinya. Ia sadar siapa dirinya, sadar siapa wanita yang ia cintai, sadar akan mereka yang ia sayangi.

"Aku senang mendengarnya. Sebelum aku pergi aku ingin memberitahukan bahwa beberapa halaman buku telah diberi tanda oleh teman-teman Yuki, mereka ingin agar anda mau membaca halaman-halaman itu dulu dan sisanya anda bisa membacanya ketika anda sedang senggang." Senyum terulum di wajah Mitchell, merasa puas akan kedatanganya yang sedikit mampu menghidupkan sang pemilik Fagmilia.
"jika begitu aku permisi, semoga harimu menyenangkan Akashi-san!" hendak beranjak dari tempat duduknya namun suara Akashi menginterupsi,

"Ano, jika saya ingin bertanya kembali mengapa anda memberikan ini semua pada saya? Maksud saya, bukankah ini barang pribadi milik Yuki sehingga apa hak saya untuk mengetahuinya?" pertanyaan itu berhasil keluar bibir sang pria berusia 26 tahun itu, pertanyaan yang sudah menghantui kepalanya sejak pria dihadapanya memberikan boks berisi jilidan buku-buku itu padanya.

"Akashi-san, bagaimana pendapatmu seorang Dokuryu Yuki?" dan pertanyaan dibalas dengan pertanyaan.

"Yuki adalah gadis yang hebat, bukan saja sebagai assasin,namun kepribadian yang baik dan kedewasaan disamping usianya yang masih 16 tahun,"

"Apa anda tahu apa yang biasa Yuki lakukan dalam kesehariannya selama dia menjadi bagian dari fagmilia-mu? Selain dalam misi yang kau berikan,"

"Karena dia tidak sekolah pagi pada seperti siswi pada umumnya, ia akan selalu berlatih tanding di basement bersama Daiki dan Tetsuna juga sesekali ikut. Jika sudah selesai berlatih, ia akan membersihkan diri dan membantu Kazunari di klinik atau membantu Tetsuna dengan papperwork-nya. Terkadang ia akan ikut membuat kue bersama Atsushi, ia juga cukup terampil untuk membantu Satsuki dan Ryouta merapikan dokumen-dokumen yang berantakan di ruangan mereka. Aku sempat menawarkan padanya untuk bersekolah di SMA swasta setempat, namun ia menolak kerena merasa cukup dengan program sekolah jarak jauh yang menjadi program sekolah lamanya di Manhattan. Saat malam ia hanya akan dikamarnya, aku sesekali mendengarnya bermain dengan gitarnya, atau jika aku mengintip dan ia sedang berkutat dengan buku dan laptopnya, terkadang aku juga mendengarnya sedang menghubungi kembaranya." Dan pikiranya menerawang pada saat dimana ia selalu memeriksa kamar Yuki di mansionya dan melihat jika sang gadis masih terjaga sekalipun sudah sangat lewat tengah malam.

Flasback (Mansion Akashi, 1.02 a.m.)

Suara ketikan laptop dari kamar tamu yang mewah di Mansion Akashi, kini telah disulap menjadi kamar khusus yang simple dan manis dengan wallpaper strip soft pink dan putih mewarnai seluruh permukaan datar vertikal dari kamar tersebut. Lemari coklat raksasa dan meja rias nan elegan berganti menjadi lemari putih dan meja rias yang manis. Tedapat meja belajar dengan komputer dan lemari buku, serta rak buku yang terbilang besar tak kalah putihnya dengan buku-buku berbagai jenis. Semua ini disuguhkan bagi seorang anggota baru Teiko Fagmilia. Sesungguhnya ini jelas terlalu berlebihan baginya, namun atas perintah dan kemurahan hati sang direktur serta paksaan dari wanita yang sangat ia idolakan, dan pertimbangan lain dari beberapa pihak tentang belum cukup umur, anggota termuda dan bla bla bla, ia tak ada pilihan lain selain menerima untuk tinggal bersama sang direktur-merah-si-setan-gunting.

Kembali ke topik

Sudah lepas tengah malam, namun remaja 16 tahun ini masih berkutat dengan laptopnya. Di mansion megah ini ia sendirian, para pelayan pastinya sudah berada dalam ruang pribadinya, belum pula ada tanda-tanda dari pemilik mansion (bukan berarti ia menunggunya, ia sangat tahu kesibukan sang direktur). Namun terdengarnya langkah serta adanya aura kehidupan lain yang mendekat, ia tahu bahwa sang direktur baru saja kembali. Semakin dekat dan dekat—

"Yuki, mengapa belum tidur?"tanya sang emperor tanpa tendeng aling-aling begitu membuka pintu dan melihat sang gadis masih beraktivitas lewat tengah malam, masih dengan kemeja kerja dan dasi yang sudah sedikit dilonggarkan, jas abu-abu tersampir di lenganya,

"Bukankah tidak sopan jika masuk sebelum mengetuk pintu Akashi-san?" pertanyaan dibalas pertanyaan, sang gadis hanya menatap datar pada si lawan bicara seakan tidak peduli dengan dengan aura mengerikan yang menguar dari tubuh si merah,

"karena aku mengira kau sudah tidur, dan kau belum menjawab pertanyaanku!"

"Aku sedang mengerjakan tugas, dan aku sudah tidur jam 9 lalu dan bangun pukul 11.30 untuk mengerjakan tugas ini." jawabnya datar dan jujur, membuat sang direktur kebingungan sekaligus khawatir dengan kebiasaan aneh sang gadis sebab ini sudah kesekian kalinya ia menemukan sang gadis selalu terjaga setelah tengah malam dan mengatakan bahwa ia sudah tidur barang hanya 2 sampai 3 jam.

Flashback end

'Habbits die hard' itulah ungkapan yang cocok bagi dia, dan Mitchell sudah biasa akan itu
"Dan bagaimana ketika dalam misi?" pertanyaan lain ia lontarkan sekalipun jawabannya sudah ia dapatkan.

"Dia selalu berusaha menyelesaikan misinya dengan baik. Ia tidak akan mau meninggalkan rekannya siapapun dia, terkadang itu cukup menakutkan karena tak jarang ia hampir membatalkan misi. Sikap protektifnya pada Satsuki dan Tetsuna, mengingat mereka adalah wanita dan aku mempertanyakan apakah dia tidak sadar jika dirinya juga seorang gadis," tawa pelan dan terdengar pahit serta menyedihkan mengingat setiap perilaku nya dalam setiap misi,
"seperti Tetsuna, dia tak pernah memikirkan dirinya sendiri, menomorsatukan orang lain diatas dirinya. Dia selalu berusaha melindungiku, meskipun dia tak mau mengakuinya, mungkinkah ia tertular sifat tsundere-nya Shintaro? Mengatakan jika luka yang selalu ia terima tidaklah sakit, namun aku sendiri tidak dapat memastikan sakit tidaknya luka itu karena dia seperti tidak menampakan ekspresi apapun ketika Shintarou ataupun Kazunari menjahit lukanya." Lanjutnya, sembari berusaha menahan air matanya yang hendak keluar dari pelupuk mata. Sungguh, mengingat nya ternyata dapat membuat Akashi sang emperor yang perkasa dan ditakuti baik di dunia atas maupun dunia bawah menjadi manusia biasa.

"apakah kehadiran Yuki memberikan dampak postif bagi Teiko Fagmilia?"

"Aah, jika anda bertanya seperti itu. Sejujurnya aku bisa mengatakan bahwa kantor ini, dan organisasi ini menjadi lebih hidup karena kehadiranya. Ryouta adalah pria yang murah senyum, namun hadirnya dia membuatnya selalu tersenyum lebih tulus. Daiki memiliki kawan sparring lainnya sekalipun lawannya adalah gadis berusia 16 tahun. Atsushi semakin membaur dengan pegawai dan staff lainya karena kue yang ia buat bersama Yuki akan mereka bagikan pada para pegawai dan staff. Shintarou menjadi lebih jujur. Momoi memiliki teman belanja, sekalipun ia tahu bahwa Yuki tidak terlalu suka belanja namun ia adalah teman yang baik. Dan aku, dia selalu bisa membuat kepalaku nyaris panas karena kelakuanya. Namun yang lebih penting, Yuki yang selalu paling mampu membuat Tetsuna tersenyum dan tertawa, terkadang itu membuatku iri." Jawaban itu cukup untuk membuat senyum yang tulus kembali terpapar di wajah lelah sang emperor

"Dan sebagai pemimpin organisasi, kau menganggap Yuki sebagai apa?"

Telak. Terdiam sesaat. Pikiran sang direktur kini menerawang mengingat kembali kehadiran, dan moment-moment, perkataan-perkataan dirinya dan anggota lain bersama dia, Dokuryuu Yuki. Semua itu hadir bertubi-tubi dalam kurun waktu hanya sepersekian detik,

Flasback

"actually, this is to much sir!" (sesungguhnya, ini terlalu berlebihan pak!)

"ya, aku membencimu! Dan kau terlalu beruntung mendapatkan Sky!"

"Why people like you event exist?"

"I did, I did try to destroy people like you! But unfortunately for me and fortunately for you, I never make it, even I started it from my self!" (aku melakukannya, aku sudah berusaha memusnahkan orang-orang seperti dirimu! Tapi sialnya aku dan beruntungnya dirimu, aku tidak pernah berhasil, sekalipun aku memulainya dari diriku sendiri!)

"Biarkan aku melakukannya, lebih baik aku yang pergi daripada Sky yang pergi!"

"Tetsuna-san, do me a favor? May I call you 'Sky'?" (Tetsuna-san, boleh aku minta tolong? Bolehkah aku memanggilmu 'Sky'?)

"Kise-san, you are handsome, but you are sloppy!" (Kise-san, anda itu tampan, tapi anda ceroboh!)

"as a girl, of course I can see that you are handsome. Or hot, I can say! But you are too pervert, thats what make you creepy, Aomine-san!"

"She is so beautifull. Not only her appearance, but also her heart. I'm just can tell!" (Tetsuna itu sangat cantik. Tidak hanya penampilanya, namun juga hatinya. Aku bisa katakan!)

"What make you think I would agree to join this organisation?" (apa yang membuat anda berpikir jika saya akan setuju untuk bergabung dalam organisasi ini?)

.

"Syukurlah anda baik-baik saja, Akashi-san. Tetaplah hidup dan bahagialah bersama Sky!"

Flashback end

Dan pikiran itu buyar akibat ingatan akan perkataan dan bagaimana gadis itu mengucapakanya, dengan terengah-engah, dan senyuman kelegaan yang terpancar dari wajah kesakitan dan kotor oleh debu darah.

"Dokuryu Yuki, bukanlah sekedar anggota. Ia adalah partner kami, adik kami, keluarga kami! Dia bagian dari Teiko fagmilia!" jawab sang direktur mantap.

"Demikian Yuki juga berpikiran sama tentang kalian, Teiko fagmilia." Ada kelegaan terpancar dari suaranya.
"Sebagai keluarga, kalian berhak untuk mengetahui lebih tentang anggota keluarganya. dan tidakkah anda berpikir banyak misteri tentang anak itu yang ingin kau ketahui. Jika harus jujur, aku tidak sanggup untuk menceritakannya, begitu pula kedua sahabatnya. Jadi kami memutuskan untuk memberikan 'Diary' nya. Tidak hanya kalian, namun mereka-mereka yang pantas. Yuki adalah adalah anak yang spesial, dan aku tidak menyesal meski hanya sebagai 'ayah babtis' bagi dirinya, aku tetap menganggapnya sebagai anakku. Akupun sudah sangat senang dan bersyukur ketika dia bersedia memanggilkku 'Dad' selama ini." kali ini senyum pahit yang ia pancarkan. Akashi yang menyaksikan hal itu memilih untuk membisu mengerti.

Mitchell Grey tetaplah seorang ayah sekalipun status ayahnya itu hanyalah sebagai 'legal guardian' bagi dia. Dan selamanya akan tetap menjadi 'ayah babtis' yang dipilih secara istimewa oleh kedua orang tua Yuki sekaligus adalah sahabatnya. Dia belum pernah menikah, sekalipun dia pernah menganjurkanya untuk menikah dan bahagia dengan wanita yang ia pilih. Namun apa daya hatinya sudah ia serahkan untuk mencintai organisasi yang ia bangun, dan yang lebih penting adalah dia, sang putri titipan kedua sahabatnya yang paling berharga. Kini satu persatu telah meninggalkanya. Pria inipun berusaha untuk bertahan hidup.

"Ah maaf, sepertinya aku jadi sedikit melankolis. Dan aku minta maaf karena sepertinya aku harus pergi, ada penerbangan yang harus kukejar." Akashi mengerti, dan bersamaan keduanya berdiri dari sofa mewah di ruangan itu.

"Anda kembali ke Manhattan siang ini?"

"Benar, organisasi tidak bisa menjalankan dirinya sendiri begitu saja." Sedikit candaan garing dan kikikan sebagai bumbu pengurang rasa tegang. Akashi hanya membalasnya dengan senyum simpul dilanjutkan dengan keduanya saling menjabat tangan.

"Terima kasih atas waktunya Akashi-san. Semoga setelah ini hubungan kedua organisasi akan semakin baik"

"Tentu saja Mitchell-san, aku menantikan hal itu!"

Dengan demikian Mitchell meninggalkan ruangan itu. Akashi mendekatkan dirinya pada boks yang terletak di atas meja tamu. Masih merasa berat untuk menerima percikan kembang api kejutan dari dia, sang Emperor memilih untuk meletakanya di tempat spesial yang saat ini ia khususkan untuk menempatkan benda yang ia klaim sangat istimewa dan berharga. Di hadapan kaca yang terbilang besar, menyajikan hamparan biru indah yang seindah surai sang kekasih disiang hari, taburan kemerahan, biru dan ungu di sore hari dan bentangan kegelapan yang membayangi sang bulan dan bintang. Diletakanya meja kecil yang sebelumnya diletakan vas bunga kini berganti dengan jajaran dua belas buku yang berjajar rapi, seakan buku-buku itu adalah relikui dari kematian nya.

Merasa puas dengan kegiatan sesaatnya, ia kembali pada singgasananya dimana masih menumpuk berkas-berkas yang menanti untuk diberi perhatian sang direktur. Di tangannya terdapat lempengan spiral terdiam apik dalam wadah plastik bening,

'To my new and another family, Teiko Fagmilia-4/29'

Tertulis dengan spidol hitam permanen, tulisan tangan yang Akashi tahu sangat khas dan unik milik dia. Misteri. Tentu saja ini menjadi misteri bagi sang direktur, rekannya tadi hanya menjelaskan perilhal journal pribadi nya, tak ada mengatakan apapun tentang CD yang terselip diantara kedua belas buku. Dan lagi tulisan ini jelas tulisan tangan sang gadis, dan angka yang tertera dipastikan tanggal dibuatnya apapun karya dalam CD ini, tanggal yang menyatakan tepat sehari sebelum kematian sang anggota termuda.

"Satsuki, panggil yang lain! ada ingin kudiskusikan." tanpa menunggu jawaban, ia letakkan gagang telpon kembali pada tempatnya dan menanti para anggota.

'Apa yang ingin kau tunjukan, Yuki?'

To Be Continue

A/N:

Kuroko: "Hyuann-san, kau membuat fanfict baru lagi?"
Hyuann: "Hai Kuroko-san! Iyya nich, mumpung ide lagi jalan ...hehe!"
Akashi: "Seperti biasa, kau selalu bisa mendeteksi kehadiran Tetsuya, Hyuann!"
Hyuann: "Hallo Akashi-sa—"
BRRRAKKK
Kise: "HYUANNCHI~~~, fanfict sebelah apa kabarnya? Kok malah bikin baru-ssu?"
Hyuann: 'Haduuh, nih setan satu! Belum puas gua tindikin pake pen kali ya?' "Kise-san, tempat mu bukan di fanfict ini. sekarang pergi, Huss, Shoo, Scram!"
Kise: " Hidoi-ssu! Akashicchi, Kurokocchi, Hyuanncchi kejam!"
Kuroko: "Memang ini bukan tempatmu Kise-kun."

Okay, biarkan Kuroko-san mengurus sisanya

Olla minna-san,
Hyuann bikin fanfict OC baru ini. Semoga suka

Untuk minna-san yang menantikan The Secret Of Tulip, masih tetap berlanjut. Doakan saja dalam minggu ini bisa update. Arigato Gozaimasu #bow.

Kritik dan saran saya nantikan,
Follow and Favorite jika berkenan.

Arigato Minna-san