LANDSCAPIA (The Two of Highness)
•
Chapter 7: The Healer
•
Six months later...
Kerjapan mata itu selemah terakhir kali ketika ia merasa ditinggalkan.
Tiada yang lebih merasa hampa selain sosok wanita yang kini menatap jauh pada kabut musim gugur.
Seingat Baekhyun ia menjumpai musim dingin sejak pertemuan terakhirnya dengan sosok pria yang kini seolah hilang di telan bumi.
Lantas sudah berapa lama berlalu?
Seperti yang biasa terjadi, wanita itu akan memeluk diri kala rindu menyelimuti. Sesungguhnya sebelum ia benar-benar pulang ke Korea, wanita itu menyempatkan diri datang beberapa kali dan menginjakkan kaki di gedung perusahaan tempat di mana nama Richard Park menyabet jutawan muda yang diinginkan banyak wanita. Meski nyatanya Baekhyun harus pulang dengan kenyataan pahit kala kunjungannya tidak mendapatkan respon yang pasti.
Kunjungan pertama tepat setelah malam di mana ia kehilangan pria itu, resepsionis berkata bos besar mereka tidak berada di tempat.
Lantas kunjungan ke dua hingga ke sekian, Baekhyun harus menyerah karena sepertinya kunjungannya benar-benar mendapat penolakan di balik berbagai alasan yang terlontar.
Ia sempat merasa depresi. Untuk alasan yang tidak pasti, Baekhyun mendapati dirinya didera kesedihan dan rasa sesal. Baekhyun merindukan sosok itu, sosok yang kini menghilang dan tak menampakkan batang hidung hingga enam bulan berlalu.
Aku merindukanmu...
Tidakkah kau merasakan hal yang sama?
Maafkan aku, tuan...
Maafkan aku...
Tanpa ia sadari, air matanya lolos kala mengingat kejadian malam itu. Masih melekat dalam memori kala Baekhyun dengan jelas menyaksikan bagaimana pria itu berubah menjadi makhluk menyeramkan yang sulit Baekhyun deskripsikan.
Wanita itu menghela panjang lalu menunduk. Semilir angin musim gugur memberi tanda bahwa hawa dingin yang menusuk pori-pori harus diwaspadai. Baekhyun berbalik dan meninggalkan balkon kamar lalu meringkuk di atas ranjang.
Ponsel berbunyi cukup nyaring hingga membuat lelapnya tidak jadi terurai.
"Ya, Luna?"
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Tidak ada. Aku hanya—"
"Melamun lagi? Oh ayolah, kau sudah mulai harus melupakannya, B."
Baekhyun menghela panjang, ia tahu Luna tidak bermaksud kasar melainkan peduli. "Ada apa menelepon?"
"Oh benar, malam ini aku tidak pulang karena bos memberiku banyak pekerjaan dan meskipun aku muak, harus ku terima dengan lapang dada."
"Hmm, baiklah."
"Okay, pastikan kau baik-baik saja di rumah."
Baekhyun memutus sambungan telepon lantas nyaris terperanjat kala semilir angin kematian menerpa gorden kamarnya secara tiba-tiba.
"Candy! Kau membuatku terkejut!"
"Oops! Jadi sejak kapan kau menjadi penakut, Byun?"
Suara mungil menggema itu memenuhi indera pendengaran. Candy mendorong diri dengan cepat sebelum duduk di samping Baekhyun.
"Apa kau masih memikirkannya? Dia belum kunjung menemuimu sampai sekarang?"
Baekhyun menoleh lalu menatap hantu cilik di sampingnya. "Kenapa kau selalu ingin tahu tentang pria itu?"
"Apa itu tidak sopan?"
Baekhyun menggeleng. "Hanya saja kau selalu terlihat antusias terhadapnya."
Candy tersenyum kecil. "Aku hanya merasa dia spesial."
"Kau pun merasa begitu?"
Candy mengangguk cepat. "Aku tidak tahu makhluk seperti apa dia tapi auranya benar-benar kuat. Byun, apakah kau tahu dia itu siapa?"
Seingat Baekhyun, di balik parasnya yang rupawan dan mempesona, pria itu bisa berubah menjadi makhluk bersayap dan bertaring, menyeramkan.
Wanita itu lantas menggeleng keras. "Aku masih mencari tahu siapa dia."
"Jadi kau merindukan seseorang yang tidak kau ketahui jati dirinya?"
Baekhyun nyaris menertawai diri sendiri.
Benar, apa alasan tepat akan obsesi dan rasa rindunya yang menggebu terhadap pria itu?
~oOo~
-Timberland (House of Woodles Clan)-
Erangan serta rintihan kesakitan itu jelas memberi sinyal bahwa kondisinya tidak mengalami perubahan meski telah sekian lama berlalu.
Park Chanyeol. Pria itu memilih klan woodles sebagai satu-satunya tempat di mana ia bisa mengasingkan diri dan menyembunyikan segala hal dari dunia luar, termasuk kondisinya yang kini mengenaskan.
Ya. Sesungguhnya ia menaruh banyak kepercayaan kepada klan Woodles ketimbang Glacetyr yang mana Sehun bisa dikatakan dekat dengan dirinya.
Chanyeol hanya tidak menaruh keyakinana kepada klan vampire meskipun ia bisa menempatakan diri sebagai seseorang yang bercerita banyak hal kepada Sehun.
Sejak mengetahui segala hal, Chanyeol bahkan menghindari klan Guardianes, ia tidak lagi menaruh kepercayaan kepada siapa pun di sana karena sang Raja adalah keturunan bangsa Warlock yang menguasai tanah utara Landscapia dan itu berarti berasal dari klan Guardianes di Northenia.
Tempat itu tersembunyi di balik pepohonan rimbun di pedalaman hutan Timberland. Jongin sempat menyarankan Chanyeol di bawa ke kediamannya di kastil werewolf namun Chanyeol menolak karena hal itu mungkin saja akan terendus oleh banyak pihak.
Untuk itu Chanyeol dibawa ke sebuah tempat terpencil dengan kondisinya yang memperihatinkan.
Siapa sangka ketika sekali ia berubah menjadi Nephillim maka tubuhnya tidak berangsur membiasakan diri, Chanyeol tidak akan berubah ke wujudnya semula dengan cepat, ada proses panjang dan menyakitkan sebelum tubuhnya kembali utuh, dan enam bulan telah berlalu dengan kesakitan dan kepedihan luar biasa.
Meskipun kali ini terbilang cukup lama dari sebelumya. Itu tentu sebuah masalah yang harus dipecahkan.
Kulit tubuhnya mengelupas dan melahirkan banyak luka, sepasang sayapnya memang telah sirna namun luka menganga dia kedua punggungnya adalah jelas sebuah bekas yang kentara, giginya tidak lagi bertaring namun sebagai gantinya ia terus memuntahkan darah, kedua tanduknya telah lama menghilang, wajahnya masih dihiasi banyak luka akibat proses memulihkan wujud asli.
Pria itu tak pernah berhenti merintih dan merusak segala hal karena kesakitan yang teramat, itu terjadi karena sebagian kekuatannya terbelenggu oleh Richard dan ritual gerhana yang kerap terpaksa ia lakukan. Ia bahkan melemah dan tidak dapat menggunakan kekuatannya oleh sebab yang masih tidak dapat ia pahami.
"Kenapa mereka masih belum kembali?!" Desis Jongin karena merasa tidak tega melihat keadaan Chanyeol yang nyaris sekarat.
Sehun di sana, sebagai satu-satunya vampire yang Chanyeol percaya. Pria itu mendengus keras pertanda bahwa ia pun merasa cukup jengkel karena Yixing dan Kris tidak kunjung kembali dan memberi kabar tentang percarian mereka.
"Kurasa mereka di sini..." adalah Taemin, saudara laki-laki Jongin yang beberapa saat lalu menyibak tirai dedaunan setelah melihat kedatangan Yixing dan Kris di halaman rumah pohon raksasa.
"Kenapa kalian menyeretku kemari?! Oh, ini sudah lama sejak terakhir kali aku menginjakkan kaki di Landscapia—tapi tetap saja ini tidak benar! Aku penjaga dua dimensi, tidak seharusnya aku berada di sini."
"Kami mencarimu cukup lama, Suho."
"Ya. Ya. Untuk ap—apa yang terjadi kepadanya?" Kornea Suho melebar sekian kali lipat kala menjumpai Chanyeol meringkuk demgan rintihan kecil yang memilukan. Keadaannya yang cukup mengenaskan dengan darah dan luka setengah mengering di sekujur tubuh membuat pria itu menyimpan banyak tanya.
"Dia bertransformasi enam bulan yang lalu, hal itu jarang terjadi. Pangeran tidak akan berubah secepat itu selama kurun waktu ratusan tahun. Aku dan Kris mencoba mencari tahu penyebab mengapa kondisinya jauh lebih parah dari sebelumnya. Tapi hasilnya nihil, kami tidak tahu apa yang terjadi sehingga pangeran mengalami kemalangan seperti ini."
Suho mengernyit dalam sebelum perlahan memastikan keadaan Chanyeol.
"Lakukan... lakukan sesuatu! Aku merasa sekarat!" Rintih Chanyeol tak berdaya.
"Apa yang terjadi sebelumnya? Bisa kau ceritakan perlahan padaku?"
Mata yang menyembunyikan iris kelabu itu terpejam erat menahan sengatan di sekujur tubuh. "Aku... aku mencoba melakukan apa yang kau beritahu kala itu... aku—akhh!" Ia menggeliat kecil karena rasanya semakin menyiksa sekujur tubuh.
"Apa maksudmu... kau... kau mencoba menyentuh wanita itu?"
Kalimat itu sukses membuat semua orang terperangah.
Suho melirik Yixing dan Kris. "Ini adalah efeknya. Alasan mengapa pangeran kalian merasakan lebih banyak kesakitan karena proses pemulihan dari wujud aslinya adalah wanita itu. Tidak akan ada yang benar-benar berjalan mulus sebelum kau tahu kunci dari segala hal."
"Katakan padaku! Katakan apa itu!" Desis Chanyeol.
Suho menggeleng. "Ada beberapa batas yang tidak bisa aku lewati sesuka hati. Beberapa hal yang tidak bisa aku ucapkan dengan gamblang karena itu akan bertentangan dengan protokol." Pria itu lantas melirik Yixing. "Siapa yang tahu mungkin wanita itu bisa membantu?" Tukasnya dengan isyarat mendalam.
Yixing mencerna segala hal mengangguk kecil. "Kita harus membawa wanita itu ke sini."
"Tidak." Suho dengan cepat melarang dan membuat semua orang bertanya-tanya. "Kalian lupa bahwa dia manusia? Bahwa satu-satunya manusia yang bisa bertahan dengan perbedaan ruang dimensi hanyalah Park Chanyeol seorang. Kalian pikir tanpa dibekali kekuatan maha dahsyat yang pangeran kalian milikki dia mampu bertahan di sini?"
"Apa maksudmu?" Sehun yang sedari tadi diam merasa cukup penasaran.
"Itu artinya tidak ada manusia biasa yang akan bertahan di Landscapia. Perbedaan ruang dan waktu akan merenggut kesadaran mereka secara perlahan. Wanita itu tidak akan bertahan lebih dari satu menit jika berada di sini."
Kedua iris kelabu itu semakin sayu. Chanyeol menggeleng keras tidak ada yang tahu sedalam apa rasa rindunya terhadap wanita itu.
"Lantas? Apa yang harus kita lakukan? Kondisi pangeran sudah terlalu lama seperti ini, bagaimana jika orang dalam istana mengetahui hal ini."
"Ada dua cara yang sedikit mustahil. Pertama memaksa Park Chanyeol mengumpulkan sisa energi untuk melakukan teleportasi ke dunia mortal."
"Dengan kondisinya yang lemah seperti itu? Apa kau gila?!" Jongin bersungut-sungut.
"Dia anak anjing yang lucu." Celetuk Suho pada Yixing dan Kris.
"Aku serigala!" Desis Jongin.
Suho mengibaskan tangan. "Cara kedua adalah memaksa wanita itu untuk berada di sini."
"Memaksa?" Taemin ikut bertanya.
"Sejujurnya manusia bisa bertahan di sini hanya oleh satu cara."
"Katakan apa itu, Suho?!" Kris mulai jengkel karena Suho terasa begitu bertele-tele.
Suho menatap Chanyeol dengan serius. "Dengan membuat kesadarannya di dunia mortal hilang. Artinya, wanita itu harus berada di alam bawah sadar terdalam. Manusia menyebutnya dalam keadaan koma. Jika kalian masih tidak mengerti, Byun Baekhyun harus sekarat dan berada di ambang batas kematian untuk bisa masuk dan bertahan di Landscapia."
Kalimat itu tercerna sempurna di kedua telinga Chanyeol. Ia refleks menggeram dan mengepalkan tangan dengan kuat.
"Sudah ku duga pangeran kalian tidak akan suka cara kedua." Suho meringis kecil karena mendapati reaksi Chanyeol.
Pangeran Landscapia itu terpejam kalut sebelum memutuskan satu hal. "Aku... aku akan membinasakan siapa pun yang mencoba menyentuh Baekhyun demi bisa masuk ke dunia ini. Kalian dengar itu?!"
Semua orang menunduk hormat atas kehendak sang pangeran.
Chanyeol mencoba bangkit dengan rintihan kecil yang mengudara, ia lantas mengerang hebat kala mencoba mencapai titik fokus dan mengumpulkan sisa energi untuk melakukan teleportasi. Seluruh tubuhnya seolah terbakar dan tersayat jutaan belati.
Baekhyun...
Byun Baekhyun...
Lalu sebuah usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Setelah kesakitan yang teramat, rembesan darah yang keluar dari luka di sekujur tubuh, dan rintihan pilu yang memenuhi atmosfer, Chanyeol berhasil mencapai titik fokus, satu kata yang terlintas di dalam benak sanggup membuat tubuhnya melebur di udara, menembus ruang dan dimensi sebelum ia terjatuh dan terpental hebat di atas bebatuan besar.
Udara sejuk yang masuk ke indera penciuman memberi tanda bahwa kini ia telah berpindah dimensi.
~oOo
Ingat satu hal. Bahwa hatimu murni, dan ketulusan yang kau miliki adalah penunjang sebuah perisai yang aku bekali. Kau dan orang-orang yang kau kasihi akan terlindungi.
Selama itu, semua akan baik-baik saja...
Baik-baik saja...
Baekhyun terhenyak dalam satu kali tarikan napas. Napasnya tersengal kecil dan ia lantas mendengus lelah, seolah terbiasa dengan kehadiran wanita berparas mirip dengan dirinya di dalam mimpinya.
Sebenarnya siapa kau?
Baekhyun kembali bertanya-tanya. Mengapa ia merasa mimpinya bukan hanya sekedar mimpi?
Atensinya teralih pada gorden yang berterbangan. Ia bangkit lalu menutup pintu jendela kamar kala hawa dingin pagi mulai mengusik pori-pori.
Wanita itu lantas berlutut dan menguak sebuah alat lukis yang ia simpan di bawah ranjang.
Baekhyun memang berniat mengalihkan rasa bosan dengan pergi ke suatu tempat untuk mencari objek yang pas untuk ia lukis.
"Kau akan ke mana?"
Baekhyun menolah pada hantu cilik yang tengah mengayunkan kedua kaki di atas lemari. "Selamat pagi, Candy." Ia tersenyum kecil lalu mempersiapkan segala hal yang diperlukan. "Siapa yang tahu melukis bisa membuat patah hatiku sedikit berkurang?"
"Apa yang sebenarnya terjadi sehingga kau merasa begitu patah hati dan pria itu tidak lagi menemuimu?"
Baekhyun menghentikan aktifitasnya selama sejenak lantas menghela kecil. "It's all my fault."
Ia tidak lagi melanjutkan kalimat lalu menyelesaikan yang tersisa.
Tak berapa lama, Baekhyun memasukan keperluan melukis ke dalam bagasi. Setelah menulis pesan untuk Luna yang ia tempel di lemari es, wanita itu lantas beranjak dan mengemudi dalam kecepatan sedang, menembus keramaian ibu kota lalu menyisir pinggiran hingga satu jam berlalu, ia mulai merasakan udara sejuk pegunungan membelai kulit tangan.
Wanita itu menyempatkan diri menjulurkan kepala demi mengingat kembali jalur menuju hutan di antara pepohonan raksasa yang berjejer di sepanjang jalan.
Siapa sangka ia memilih hutan terlarang yang terakhir kali ia pijak?
Juga tempat pertama kali ia berjumpa dengan pria itu.
Papan larangan untuk menjauhi hutan dalam radius sekian ratus meter masih berada di sana, Baekhyun melirik ke arah samping tempat di mana dulu ia menemukan hantu Jungkook di sana, wanita itu secara otomatis membelai tengkuk kala ingat pemuda itu nyaris menerkamnya setelah bertransformasi menjadi roh jahat.
Lantas ia ingat ada Chanyeol yang melindunginya kala itu.
Dan rindu itu kembali mendera. Baekhyun mencarinya di mana pun ketika ia masih berada di Amerika, wanita itu tidak melewatkan sedikit celah untuk dapat menemui pria yang sampai saat ini tak kunjung muncul.
Langkahnya menyisir padang ilalang dengan pasti, pikirannya hanya tertuju pada satu sosok yang menderanya dengan rasa rindu.
Baekhyun memang tengah bertingkah konyol karena merasa perasaannya akan membaik dengan ia mengunjungi hutan terlarang yang dijauhi semua orang.
Ia mulai melangkah di antara rimbunnya pepohonan, ada beberapa ranting kecil yang jatuh, melengkapi hamparan dedauan coklat yang telah lama berguguran. Semilir angin sejuk menerbangkan anak rambut dan Baekhyun semakin mantap melangkah demi mencari spot terbaik untuknya menoreh kuas di atas kanvas.
Wanita itu ingat ada air terjun di pedalaman hutan. Tentu, ia tidak pernah melupakan tempat di mana ia mengalami kejadian aneh bersama pria itu.
Jutaan partikel air yang jatuh mulai terdengar samar, sejak awal Baekhyun tidak merasa terintimidasi oleh atmosfer hutan yang jelas menjadi alasan mengapa semua orang kompak menyebutnya sebagai hutan terlarang, Baekhyun tidak yakin ada binatang buas dan ia juga terbiasa dengan hal-hal berbau mistis jika itu yang membuat mereka menjaga jarak dengan hutan yang kini ia pijak.
Bau lumut yang lembab membuat indera penciumannya semakin tajam, Baekhyun mulai menjumpai bebatuan kecil yang tergenang oleh air, hawa sejuk menyapa secara perlahan dan ia tersenyum kecil kala cipratan air terjun yang menjulang sekian meter dari tempatnya berdiri mengenai wajah.
"Sudah berapa lama sejak aku terakhir ke sini?" Ia bergumam lalu menapaki batu besar dan mempersiapkan peralatan untuk melukis.
Tentu saja, objeknya saat ini adalah air terjun yang berdiri kokoh dan menyedapkan pandangan.
Kicauan burung terdengar dari kejauhan, nyanyian alam yang amat seirama saat bagaiamana partikel air itu saling berjatuhan ke bumi.
Baekhyun menyukainya, ia masih menikmati kebisingan itu dengan mata terpejam meskipun tak lama kemudian terdengar suara menggema yang merapalkan namanya.
Baekhyun...
Byun Baekhyun...
Wanita itu mengerutkan dahi lalu menajamkan inderan pendengaran ketika yakin bahwa gendang telinganya tidak salah menerima informasi.
Suara berat itu, Baekhyun mengenalnya.
Wanita itu membuka mata dengan kalut lantas menjerit keras kala selubung putih yang muncul dan membalut tubuh seseorang melintas di atas kepala sebelum terjatuh dan terpental dengan kuat di atas batu besar di seberang wanita itu berdiri saat ini.
Bunyi debuman keras adalah untuk batu besar yang kini terbelah menjad dua.
Kornea Baekhyun melebar sekian kali lipat karena kejadian itu begitu cepat di depan matanya. Tubuhnya bergetar karena tak yakin atas apa yang kini terdengar merintih hebat di antara bebatuan.
Wanita itu sempat mundur satu langkah sebelum ia sadar mengenali suara erangan itu. Ia menutup mulut dengan mata berkaca-kaca sebelum memberanikan diri untuk mendekat meski lututnya kini melemas yang nyaris menyerupai agar-agar.
Rintihan itu masih terdengar, erangan yang mewakili rasa sakit terdengar pilu di telinga Baekhyun yang kini memutari batu besar hingga itu mematung menjumpai sosok pria yang terkapar mengenaskan dengan luka di sekujur tubuh.
Kornea Baekhyun semakin melebar, buka tanpa sebab jika ia tidak mengenal sosok itu. Wanita itu lantas tidak berpikir panjang dan berlari di atas genangan air.
"Ya Tuhan." Cicitnya seraya berlutut dan menutup mulut. "A-apa yang... astaga!" Ia mulai histeris sebelum membiarkan kedua pahanya menjadi bantal yang nyaman untuk kepala pria itu. "Kenapa... kenapa..." napas Baekhyun tercekat dan ia tidak lagi bisa menahan diri, tangisnya pecah, hatinya merasa begitu hancur mendapati pria yang begitu ia rindukan terkapar serupa mereka yang hendak menjumpai ajal.
Iris kelabu itu pada akhirnya terbuka, Chanyeol masih mencerna keadaan dan meyakinkan diri bahwa wanita yang kini menunduk dengan tangis keras itu adalah Byun Baekhyunnya.
Apa yang membawanya kemari?
"Byun Baekhyun..." Tukas Chanyeol dengan suara parau yang terdengar lemah.
"Apa yang terjadi? Astaga, tubuhmu!" Tangis Baekhyun semakin kencang.
Ia tidak mengerti kenapa tubuh pria itu dipenuhi luka.
Chanyeol menggeleng pelan, tangannya terulur lalu mengusap air mata yang membasahi pipi Baekhyun.
"Oh, maafkan aku! Maafkan aku!" Baekhyun memeluknya erat dengan tangis yang kian menjadi. "Aku menyesal, aku hanya... aku hanya terkejut malam itu. Sungguh aku menyesal."
Chanyeol terpejam, menikmati aroma manis rambut Baekhyun yang menyentuh hidung.
"Apa... apa yang harus aku lakukan? Astaga tubuhmu melepuh! Bagaimana sekarang?!"
Baekhyun merasakan kebingungan luar biasa atas kondisi Chanyeol saat ini, ia bahkan mengesampingkan tanya dari mana pria itu datang dengan selubung cahaya putih yang membalut tubuhnya di angkasa.
"Hei... stop crying..." Chanyeol mengernyit tidak suka.
Baekhyun menggeleng seraya menangkup wajah tampan yang kini dipenuhi luka.
"Maafkan aku."
Chanyeol mengerjap pelan. Tidak ada energi yang tersisa dan ia merasa sekarat saat ini.
Ingat satu hal. Bahwa hatimu murni, dan ketulusan yang kau miliki adalah penunjang sebuah perisai yang aku bekali. Kau dan orang-orang yang kau kasihi akan terlindungi.
Selama itu, semua akan baik-baik saja...
Baekhyun menyeka air mata kala ucapan wanita di dalam mimpinya terngiang di dalam benak, selama hidupnya ia selalu menganggap bahwa mimpi tidak lebih dari sekedar bunga tidur, namun kini ia merasa segalanya mulai terhubung.
Tidak ada yang tidak terkoneksi, segala hal terhubung.
Lantas ucapan sang penjaga toko buku kala itu. Baekhyun mengernyit dalam lalu kembali menatap Chanyeol yang sejak awal tidak melemahkan atensinya terhadap wanita itu.
Ia mengulurkan tangan lalu kembali menagkup wajah Chanyeol dengan getar samar, wanita itu menunduk perlahan sebelum memejamkan mata dan menyematkan sebuah ciuman lembut di bibir Chanyeol.
Pria itu terpejam erat lantas perlahan membalas lumatan kecil yang diterima, ada sesuatu yang mendorongnya untuk bangkit, korneanya terbuka lebar dan ia meraskan tubuhnya menyembuhkan diri secara berkala.
Iris kelabu itu menatap Baekhyun dengan kebingungan meski ciuman mereka masih berlangsung, semakin lama semakin berhasrat dan Chanyeol semakin merasa membaik.
Pria itu mulai sanggup bangkit seutuhnya dan berlutut bahkan menahan tubuh Baekhyun dengan sebelah tangan.
Apa yang terjadi?
Chanyeol semakin merasa bingung. Luka di sekujur tubuhnya perlahan sirna, atensinya kembali melebar, ciuman itu semakin terasa candu namun yang tidak ia sadari tubuh Baekhyun berbalik melemah.
Tangan mungil yang semula meremas dadanya kini menjuntai, satu hal yang membuat Chanyeol sadar dan dengan cepat melepaskan tautan bibir keduanya.
"Hei!" Chanyeol berseru saat Baekhyun nyaris terhuyung dan jatuh meski kini wanita itu berakhir terkulai lemah di bahunya.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Chanyeol lalu menerka telah menyerap sebagian energi dari tubuh Baekhyun untuk menyembuhkan diri.
Tapi wanita itu manusia.
Chanyeol menangkup wajah mungil dan menatapnya dengan seksama. "You're really something!" Gumamnya lalu memeluk dan menggendongnya dengan posesif sebelum tubuh keduanya melebur di udara atas satu kehendak.
Mereka berakhir di sebuah kamar asing yang membuat Baekhyun merasa bingung.
"Kita berada di kamarku."
Chanyeol menjawab kebingungan yang bergelayut di wajah Baekhyun.
"Kita masih di Korea."
Samar Baekhyun mendengus lega, ia pikir berada di dunia lain mengingat pria yang kini memeluknya erat bukanlah seorang manusia.
Wanita itu masih bungkam seribu bahasa dan membuat dahi Chanyeol mengernyit kentara. Pria itu menarik diri lalu menatapnya lamat-lamat.
Tangis kecil pecah dan Baekhyun tidak pandai menyembunyikan segalanya. Ia hanya mampu memukul dada Chanyeol berulang untuk meluapkan kekesalan. "Dari mana saja kau?!" Tangis itu menjadi-jadi. "Tidak tahukah aku sangat menyesal membiarkanmu pergi malam itu?! Aku menyesal! Kau menghilang selama ini! Kemana kau?!"
Chanyeol ingat ketika ia berakhir menjadi sosok monster menyeramkan hingga membuat Baekhyun ketakutan malam itu. Satu hal yang membuatnya sempat enggan dan tidak berani menemuinya kembali.
Pria itu berbalik lalu berjalan ke arah jendela, mengela napas panjang karena didera oleh perasaan yang berkecamuk. "Aku... tidak ingin membuatmu takut."
Baekhyun menggeleng keras sebelum berlari dan memeluk Chanyeol dari belakang. "Aku hanya terkejut. Sungguh, aku sangat menyesal membiarkanmu pergi malam itu. Aku merindukanmu, rasanya benar-benar menyiksa. Aku merindukanmu."
Chanyeol berbalik lalu menangkup wajah Baekhyun. "Ada banyak hal yang ingin aku katakan dan beritahu, tapi aku tidak tahu harus memulainya dari mana."
Baekhyun menatapnya dengan mata basah. "Aku di sini. Aku akan mendengarkanmu. Buat semuanya menjadi jelas. Aku merasa sangat frustasi karena semua keanehan yang terjadi di antara kita. Aku di sini..." Baekhyun mengikis jarak lalu mencium Chanyeol tak karuan.
Ciumannya berbalas, napas kedua memburu dalam lumayan berhasrat dan candu.
Baekhyun menyambut tubuh besar yang kini memeluknya erat, tangannya menjelajah setiap inci kulit kepala Chanyeol demi mengalihkan sengatan adikftif akibat cumbuan mesra yang ia terima di sekitar ceruk leher dan tulang selangka.
"Aku merindukanmu... aku tersiksa karena merindukanmu. Aku menginginkanmu hingga rasanya benar-benar membuatku sekarat." Suara Chanyeol kian rendah, tidak ingin membuat Baekhyun kewalahan, ia akhirnya memilih membaringkan wanita itu di atas ranjang.
"Do what you want to do..." bisik Baekhyun seraya membelai perut telanjang Chanyeol.
Pria itu menciumnya dengan ganas lantas menggeleng dan manarik diri. "No. I can't."
"Kenapa?" Baekhyun menatap iris kelabu itu lamat-lamat.
Chanyeol menggeleng lalu kembali mencumbu leher Baekhyun dengan mesra hingga membuat wanita itu menggelepar karena sengatan candu yang diterima.
"Tidak. Tidak." Chanyeol merasa harus menahan diri, hingga ia merasa frustasi dan berakhir menyesap aroma leher Baekhyun dalam-dalam.
"Hei, rileks." Baekhyun berbisik seraya membelai wajah tampan yang tak lagi dipenuhi luka.
"I want to touch you so bad!"
"I'm yours then..."
Chanyeol menggeleng. "Tidak. Kita akan sama-sama terluka jika aku memaksakan diri untuk melakukannya."
Seperti yang telah Chanyeol duga, wanita yang kini ia tindih setelah ia cumbu dengan mesra melempar tanda tanya.
"Baekhyun..."
"Ya?"
"Aku tidak diharuskan memberitahumu jati diriku yang sebenarnya karena itu melanggar protokol. Tapi kini aku tidak peduli lagi tentang apapun selain dirimu dan kita. Aku akan memerangi siapa pun yang berani menghadang."
"Tuan, jika itu berbahaya untukmu, aku lebih baik tidak mengetahui apa yang tidak harus ku ketahui. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa."
"Aku tidak peduli. Yang aku tahu hanya ada kita saat ini. Dan berhenti memanggilku 'tuan'. Aku..." Chanyeol menggantung kalimatnya dan terjebak dalam tatapan Baekhyun.
"Hum?"
"Aku..."
Baekhyun menggeleng karena merasa Chanyel masih ragu akan segala hal. "Tidak apa-apa. Kau tidak harus memberitahuku siapa dirimu. Jika kau tidak suka aku panggil 'tuan' maka aku akan memanggilmu dengan sebutan lain."
Chanyeol menuntut sebuah penjelasan.
"Ketimbang 'tuan', aku akan memanggilmu dengan sebutan yang lebih romantis."
"Romantis?" Kedua alis Chanyeol bertaut.
Hidungnya yang menjulang tinggi dan angkuh membuat Baekhyun terpesona untuk ke sekian kali.
"Sayang..." Baekhyun memanggilnya dengan belaian lembut di pipi. "Sayang..."
Chanyeol sedikit memicing. "Itu hanya akal-akalanmu saja 'kan? Kau gadis kecil nakal!" Ia menyentil dahi wanitanya dengan gemas.
"Hei!" Baekhyun melempar protes sebelum mengalungkan lengan di leher Chanyeol. "Sayang..." bisiknya. "Aku merindukanmu. Sungguh. Aku bahkan bertingkah konyol dengan mendatangi air terjun tempat di mana kita pertama kali bertemu."
"Itu memang konyol, tapi... berkat hal itu kita bisa bertemu kembali. Aku berniat menghindarimu lebih lama karena... seperti yang kau tahu. Aku... aku adalah monster."
Baekhyun menggeleng kerasa sebelum menenggelamkan wajah di leher prianya. "Kau bukan monster... jangan berpikir kau bisa lari dariku. Aku akan membunuhmu jika itu terjadi."
Ajaibnya Chanyeol terkekeh pelan. "Kau akan menarik ucapanmu jika tahu siapa aku sesungguhnya."
Baekhyun mengerjap beberapa kali. "Aku tidak takut dengamu."
Chanyeol dibuat terkagum-kagum. "Benarkah? Meskipun kau tahu bahwa makananku adalah tubuh manusia yang telah ku cabik-cabik?"
Seperti yang Chanyeol duga, Baekhyun terintimidasi. Wanita itu memalingkan wajah dan tubuhnya sedikit bergetar.
Chanyeol tidak sepenuhnya berbohong, ia memang kerap membuat warga New York gempar dengan penemuan mayat dalam kondisi tubuh tidak utuh di sudut gang kota.
"Aku tidak mungkin memakanmu, sayang..."
"Hum?"
"Huh?" Chanyeol ikut membeo.
"Ulangi sekali lagi. Kau memanggilku apa?"
Bagaimana bisa lutut Chanyeol melemas hanya karena wanita itu mengerjapkan kedua matanyayang berbinar serupa anak anjing?
"Sayang..."
"Ya! Ya! Ya!" Sahut Baekhyun dengan antusias lalu memeluk Chanyeol kembali. "Ternyata kau tidak selalu kaku dan menakutkan. Hari ini aku tahu kau sedikit menyenangkan. Astaga! Aku tidak ingin melepaskan pelukan ini. Aku tidak akan membiarkanmu pergi."
Si pria mengulum senyum dan ajaibnya perasaannya membaik.
Chanyeol telah memikirkan matang-matang tentang keputusannya untuk memberitahu Baekhyun segalanya. Rasa gusar itu ia alihkan pada kecupan kecil yang ia sematkan di puncak kepala Baekhyun kala wanita itu semakin erat memeluknya.
"Aku... seorang manusia..."
Baekhun reflek mendongak dengan mata membulat.
"Juga seorang malaikat."
Untuk ke sekian kalinya Baekhyun menganga dan kini ia sepenuhnya menatap Chanyeol.
"Apa pengakuanmu ini akan menampatkanmu dalam bahaya?"
Chanyeol terkekeh. "Alih-alih merasa terkejut dengan jati diriku, kau justru mencemaskan hal itu?"
"Aku terkejut, dan aku pun merasa cemas."
Chanyeol menghela kecil lalu menerawang jauh ke depan. "Mereka bilang aku terlahir dari rahim seorang manusia, dan ayahku adalah yang mereka anggap suci dan terlahir dari cahaya surga."
"An angel..." gumam Baekhyun seraya terkagum-kagum. Kini ia tahu dari mana wajah tampan dan rupawan itu diwariskan.
Chanyeol mengangguk. "Aku tidak tahu bagaimana mereka bertemu, aku hanya tahu mereka dihukum karena terlibat cinta terlarang. Aku benar-benar tidak peduli dengan mereka, aku hanya berpikir realistis jika mereka melanggar aturan mereka pantas dihukum."
"Tapi kau ada karena mereka."
"Aku tidak peduli." Chanyeol mendesis kecil hingga sanggup membuat Baekhyun sedikit terintimidasi.
"Baiklah. Baiklah." Wanita itu memenangkannya dengan belaian lembut di pipi.
"Mereka menyebutku Nephilim yang itu berarti... Aku... setengah manusia dan setengah malaikat. Aku kekal, setahuku. Musuhku cahaya rembulan, makananku... manusia." Chanyeol berbisik pelan, iris kelabunya tertancap kuat pada belahan bibir Baekhyun yang siap ia lumat.
Mulut Baekhyun setengah terbuka, ada kagum yang berpendar di kedua bola mata. "Kau sangat tampan." Alih-alih merasa takut, wanita itu justru tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia terintimidasi oleh pengakuan si pria yang sejak awal setia mengusak pipi mungilnya dengan ibu jari.
Chanyeol menggeleng pelan, itu bukan topik pembicaraan mereka saat ini. "Baekhyun, sejujurnya aku tidak menetap di duniamu."
"Lantas?"
"Aku hidup di dimensi lain. Sebuah tempat bernama Landscapia."
"Whoa... tempat apa itu?" Baekhyun mulai antusias bahkan melupakan kecemasannya terhadap pengakuan Chanyeol yang dirasanya mungkin cukup beresiko untuk pria itu.
"Kau bisa menyebutnya dunia lain. Ada musim dingin dan musim semi yang bereksistensi bersamaan. Makhluk penghisap darah yang hanya kau temui di dalam serial televisi, mereka nyata di duniaku. Ada naga bernama Selena, dia menyebalkan seperti Kris. Kau akan mendengar banyak lolongan serigala di hutan terdalam Timberland. Bahkan kau bisa menjumpai manusia setengah ikan di Wellspring."
Baekhyun mengerjap beberapa kali sebelum menutup mulut dengan mata membulat sempurna. Sebuah reaksi yang amat jenaka menurut Chanyeol.
"It's fantastic! Take me there!"
Namun seketika ekspresi Chanyeol berubah. "Tidak."
Baekhyun berubah murung.
"Kau ingat terakhir kali aku membawamu berpindah tempat saat kita berciuman?"
"Ya. Aku ingat!"
"Dan kau kehilangan kesadaranmu setelah itu."
Baekhyun mencerna ucapannya lamat-lamat meski pada akhirnya ia menyerah karena tidak mengerti.
"Kita berpindah tempat menembus ruang, waktu dan dimensi. Kita melewati Landscapia selama beberapa detik saat itu."
"Jadi... jadi maksudmu hamparan bunga-bunga yang saat itu..."
"Wellspring. Kita berpijak di sana. Meski tidak berapa lama kita kembali ke sini dan kau pingsan setelahnya."
"Is that bad?"
"No. It's terrible, baby..." Chanyeol tidak bertanya-tanya mengapa kini ia menjelma menjadi si penyabar yang setia menjawab keingintahuan Baekhyun yang begitu besar.
"Landscapia bukan untuk dihuni oleh manusia."
"Tapi kau manusia juga..."
"Tapi aku bisa melakukan ini..."
Chanyeol menjentikkan jari dan mengeluarkan api dari ujung telunjuk.
"Whoa!" Baekhyun berseru serupa bocah yang menggilai pertunjukan sulap. "Apa lagi yang kau bisa?"
"Aku bisa menciummu." Sahut Chanyeol sebelum mencuri bibir Baekhyun beberapa detik di dalam mulutnya.
"Hei!" Seru Baekhyun lalu merona malu. Wanita itu kembali menatap Chanyeol namun dengan ekspresi yang berbeda. "Apa aku boleh bertanya?"
"Aku akan menjawab apapun yang kau tanyakan."
Baekhyun menghela kecil. "Ada apa dengan tubuhmu beberapa saat lalu? Apa yang terjadi? Aku benar-benar khawatir setengah mati."
Merasakan tubuh Baekhyun bergetar kecil, Chanyeol refleks memeluknya dengan erat. "Itu telah ratusan tahun berlalu sejak aku bertranformasi menjadi wujud Nephilim yang sesungguhnya malam itu."
Ya. Baekhyun ingat sempata merasa begitu ketakutan saat ini.
"Tubuhku tidak pernah bisa beradaptasi dengan hal itu. Maka ketika berubah dengan wujud monster yang menakutimu malam itu, aku tidak bisa pulih secarta instan. Tapi Suho berkata kali ini efeknya lebih dahsyat karena aku mencoba untuk menyentuhmu di saat yang bersamaan."
"Aku tidak mengerti. Bisakah kau jelaskan lebih rinci."
Chanyeol menerawang kauh ke depan. "Baekhyun, aku bukan Richard Park."
"Aku tahu, kau pernah mengatakannya padaku."
"Di dalam tubuhku ada satu jiwa iblis yang terbelenggu. Dia adalah pria yang selalu membuatmu merasa asing."
Baekhyun mendongak. "Apa matanya berwarna hijau seperti yang kau perlihatkan waktu itu?"
"Gadis pintar." Chanyeol menghadiahinya kecupan lembut di dahi.
"Lalu, mengapa bisa ada dia di dalam ragamu?"
Chanyeol mulai merasa kebingungan untuk menjelaskan. Karena itu akan memakan waktu yang sangat panjang hingga ia mencapai titik permasalahan.
"Mereka bilang eksistensiku adalah ancaman bagi seseorang yang menguasai kerajaan surga. Lalu mereka yang berkuasa membelenggu sebagian kekuatanku dengan memenjarakan iblis paling berdosa di dalam tubuhku. Itu sebabnya yang dokter di dunia fana ini menyebut kondisiku sebagai gangguan kepribadian ganda."
"Ahh..." Baekhyun menganga setelah mendapatkan titik terang dari kebingungan yang ia rasakan selama ini. "Aku mulai mengerti. Maaf jika aku selalu salah paham terhadapmu. Lalu, apakah kau bisa disembuhkan—tidak, maksudku apakah iblis itu bisa lenyap dari ragamu."
"Tentu." Chanyeol menatap Baekhyun tanpa berkedip. "Kau. Satu-satunya penangkal kutukan sialan itu adalah kau."
"Huh?"
Chanyeol mengangguk, merasa tidak perlu lagi menyembunyikan segalanya dari Baekhyun.
"Aku? Ta-tapi..."
"Buktinya tubuhku yang semula melepuh sekarang sembuh. Itu karenamu."
"Benarkah?" Baekhyun sangsi.
Chanyeol mengangguk meyakinkan. "Cukup ingat satu hal. Jika Richard berhasil menggeser eksistensiku, bertingkahlah seolah kau tidak tahu apapun. Hindari keparat itu, jangan biarkan dia menggodamu."
Karena jika kau terjerat, maka Richard akan memilikimu sebagai Bianca nya.
"Kau paham? Apa sekarang kau yakin bisa membedakanku dengan Richard?"
Baekhyun mengangguk. "Sejujurnya sejak awal hatiku peka untuk tahu aku tengah berhadapan dengan siapa. Bedanya saat itu aku tidak tahu bahwa kalian ada dua. Aku akan mengingatnya, karena aku tahu rinduku berlabuh pada siapa."
Untuk pertama kalinya Chanyeol tersenyum.
"Tampan." Gumam Baekhyun sebelum menyamankan diri di pelukan pria yang sejak awal tidak mengenakkan atasan. "Aroma tubuhmu benar-benar khas. Aku ingin mengendusmu sepanjang hari."
"Berhenti bertingkah seperti anak anjing."
Baekhyun tuli lalu mengusakkan hidung di dada bidang Chanyeol. "Jika aku adalah penangkal kutukanmu, kenapa kau terluka saat mencoba menyentuhku?"
"Masalah besarnya terletak di sana. Suho keparat itu tidak memberitahuku secara gamblang tentang ritual pemecah kutukan sialan ini. Dia hanya mengatakan omong kosong yang tidak ku pahami."
"Ritual pemecah kutukan?"
Chanyeol mengangguk. "Dia bilang kita harus bersetubuh sebanyak tiga kali. Ritual macam apa jika mesum seperti itu." Sejujurnya Chanyeol cukup geram pada fakta tersebut.
"Ahh itu sebabnya kau mencobanya malam itu? Sayang... bagaimana jika caramu salah?"
"Entah. Aku muak. Aku tidak mengerti. Suho hanya berkata bahwa pengorbanan akan memudahkan segalanya, lalu tidak akan ada yang benar-benar berjalan mulus sebelum kau tahu kunci dari segala hal."
Baekhyun pun merasa bingung untuk memecahkan kalimat tersebut. "Apa aku harus bertanya padanya di dalam mimpi?"
"Huh?"
"Tidak. Jangan lepaskan pelukanmu."
Chanyeol menghela kecil. "Aku di sini." Gumamnya dengan suara parau. "Kau tahu? Sebelumnya aku membenci manusia dan wanita kecuali Ibunda. Tapi sekarang aku bertingkah konyol karena memelukmu dengan erat seolah takut kau akan menghilang, membayangkannya saja membuatku frustasi. Astaga, semesta benar-benar mempermainkanku."
"Aku mengantuk dan aku ingin tidur denganmu sepanjang malam."
"Kau sadar tengah mengajak tidur pria yang sebetulnya tidak begitu kau kenal. Secara logika kita sama-sama asing."
"Tidak. Aku tidak peduli. Yang aku tahu aku menginginkanmu."
Chanyeol memicingkan mata, menangkup wajah Baekhyun dan mencium bibirnya dengan mesra. "Berani sekali kau padaku."
"Apa... kau ditakuti semua orang? Maksudku kau selalu meninggikan diri seolah kau penguasa jagad raya."
Chanyeol nyaris tertawa. "Tidak. Tidak semua orang takut kepadaku. Buktinya dirimu."
"Aku senang berbincang banyak denganmu, mengetahui jati dirimu, memelukmu seolah kau kekasihku, ini semua menyenangkan kau tahu?"
Berhenti, pangeran!
Jangan mengungkap jati dirimu sebanyak itu.
Dia tetaplah manusia yang tidak diharuskan tahu banyak hal tentangmu atau bahkan dunia kita.
Chanyeol mendengar suara Kris dari seberang dimensi.
Kau mengintip, Kris?
Jadi sejak kapan kau kehilangan sopan santun?
"Kau bilang mengantuk? Tidurlah." Chanyeol mengalihkan fokusnya kembali kepada Baekhyun.
"Tapi Luna akan kebingungan jika aku tidak ada di kamarku."
"Aku akan membawamu pulang setelah kau pulas. Tidurlah..."
Pangeran, sebaiknya kau kembali ke Landscapia.
Ada yang membuat onar di Northernia. Dia mengaku utusan bintang fajar, bernama Do Kyungsoo!
Suara Kris yang menggema itu kembali terdengar, panik.
Chanyeol memicingkan mata meski fokusnya masih tetap kepada Baekhyun yang mulai terkantuk-kantuk.
"Tidak. Sayang, tidurlah..."
Chanyeol terpaksa menarik alam bawah sadar Baekhyun hingga wanita yang memeluknya erat itu terlelap seketika.
Satu kehendak terlontar di dalam hati, lantas Chanyeol berhasil berpindah tempat, membaringkan Baekhyun di atas ranjang di dalam kamarnya.
"Aku akan kembali." Bisik Chanyeol seraya menyematkan kecupan lembut di dahi Baekhyun sebelum kembali melebur di udara.
~oOo~
Chanyeol disambut oleh kegaduhan tak terkendali karena untuk pertama kali malaikat maut turun ke dataran Landscapia hanya untuk menemuinya.
Northernia menjadi saksi bagaimana Chanyeol dan Kyungsoo kini berdiri berseberangan.
"Oh, aku sampai harus ke sini untuk memperingatimu bahwa kau membuat banyak kesalahan hari ini." Dengus Kyungsoo terdengar jengah.
"Baik sekali." Celetuk Chanyeol yang sukses membuat Kyungsoo geram bukan main.
"Park Chanyeol, atas kecerobohanmu mengungkap jati diri kepada seorang manusia, bintang fajar menuntutmu untuk naik satu langkah ke atas tangga kerajaan surga, mintalah pengampunan di sana."
Chanyeol merlirik Kris dan Yixing yang terlihat tegang sebelum gelak tawanya berhasil membuat semua orang keheranan.
"Kalian dengar? Bintang fajar terlalu takut untuk menemuiku secara langsung dan mengirim si bodoh ini sampai ke sini."
"Park Chanyeol!"
Nyatanya Chanyeol lebih geram, pria itu melesat cepat ke arah Kyungsoo sebelum mencengkram lehernya dengan sebelah tangan, mengabaikan fakta bahwa wanita itu menaruh tangan di atas seluruh kehidupan. "Berani sekali kau meninggikan suaramu kepadaku! Kau pikir siapa dirimu selain kacung yang mengabdikan diri kepada iblis pengecut bernama bintang fajar, huh?!"
Kyungsoo mulai terintimidasi, sejujurnya lehernya merasa begitu terbakar karena cengkrama tangan Chanyeol.
"Enyah dari sini sebelum aku membinasakanmu! Dan katakan kepada bintang fajar, jangan berani ikut campur urusanku jika tidak aku yakin semua orang tahu bahwa aku sanggup membumi hanguskan kerajaan surga! Kau paham?"
Kyungsoo dengan cepat melebur di udara.
Namun Chanyeol melakukan kesalahan fatal, ia seharusnya dapat mengontrol diri da tidak membiarkan Richard merangsek pertananan diri dan mencoba menggser eksistensi.
"Keparat kau, Richard!" Desis Chanyeol.
Kalimat terakhir yang Yixing dan Kris dengar sebelum sosok bermata hijau itu mendongak dan melempar cengiran penuh kemenangan.
"Whoa, sedang apa Chanyeol di sini? Ku pikir dia tidak mempercayai klan Guardianes. Hai, Kris. Astaga Yixing, kau terlihat semakin menggemaskan."
"Jangan menyentuhku brengsek!" Maki Yixing saat Richard mencolek dagunya.
Iblis bermata hijau itu meneliti penampilan dan mendengus jengah karena tidak berpakaian.
"Mau ke mana kau?!" Kris bertanya kala Richard melengos sesuka hati.
"Istana tentu saja, aku nyaris lupa ada seorang pelayan cantik, bokongnya seksi dan payudaranya besar." Sahut Richard seraya tertawa kerasa sebelum terjun bebas dari atas tebing.
Dapat Kris lihat sepasang sayap mengepak, pria itu terbang menuju istana.
~oOo~
-The King's Throne-
Sosok itu melenggang bebas di antara pilar kokoh koridor istana, sesekali menepuk bokong seorang pelayan yang melintas bahkan mengerling tampan pada yang lain.
Richard berhenti tepat di samping pelataran taman utama, senyum sinis terulas mendapati sosok wanita yang selalu terlihat anggun di setiap kesempatan itu tengah sibuk memilah bunga untuk dimasukkan ke dalam vas.
Pria itu memutuskan untuk mendekat dan kehadirannya disadari oleh setiap orang yang berada di sekitar.
"Aku bertanya-tanya kenapa putraku tidak pulang selama lebih dari enam bulan, dan melihatmu di sini memberiku sedikit pencerahan."
Wanita yang dianggap penguasa kedua di istana itu mengangkat sebelah tangan, memberi isyarat kepada pelayan yang semula membatunya menata bunga untuk berhenti.
Pelayan itu mengangguk patuh sebelum meninggalkan sang ratu.
"Aku masih sedikit penasaran, bagaimana bisa kau membedakanku dengan putramu yang terkutuk itu, Tiffany?"
Sang ratu menoleh seketika dan memasanh kecaman keras di balik ekspresi wajah.
Richard tertawa renyah. "Jadi Chanyeol tidak pulang selama enam bulan dan memilih menetap di Northernia?"
Tentu saja ia merasa terkejut karena tidak biasanya Chanyeol meninggalkan istana selama itu.
Tiffany mengernyit heran. Sepemikirannya Chanyeol menghabiskan waktu di dunia manusia. Lalu apa maksud Richard?
"Northernia?"
"Astaga, aku hampir lupa bahwa kau bukan ibu kandung yang akan dianggap penting oleh Chanyeol. Biar ku beri saran, berhenti mengharapkan bajingan itu untuk melapor dan memberitahumu kemana dia akan pergi. Itu hanya akan membuatmu kecewa, Tiff." Richard berseru sebelum mencolek dagu sang ratu dengan kurang ajar.
Ia yakin Chanyeol akan marah besar jika tahu dirinya memperlakukan seorang ibu yang begitu dia hormati tanpa sopan santun.
Dan Richard senang jika membuat Chanyeol murka.
Meskipun di samping itu, Richard cukup merasa penasaran, apa yang dilakukan Chanyeol di Northernia ketika ia berpikir pria itu tidak akan mempunyai banyak kepentingan di sana.
"Sudah lah, aku lelah." Richard lantas melengos memasuki istana. Kaki panjangnya melenggang bebas di ruangan utama sebelum langkahnya diinterupsi oleh kegaduhan kecil di ruang singgasana.
"Kenapa kau baru melaporkan hal ini kepadaku?!"
"Ampuni hamba Baginda Raja. Informasi ini baru saja hamba dapatkan dari sekelompok hobbit."
Makhluk kerdil itu memang kerap menjual informasi dan menukarnya dengan harta benda.
Ajudan sang raja yang tengah berlutut itu bertemu dengan gerombolan hobbit di pedalam hutan Timberland dan mengatakan banyak hal tentang Park Chanyeol.
"Selama enam bulan terakhir pangeran mengasingkan diri di persinggahan para kaum serigala. Dari informasi yang didapat, pangeran dalam kondisi yang cukup parah setelah bertransformasi ke wujud aslinya."
"Bagaimana itu terjadi?" Seunghyun sang penguasa Landscapia cukup geram karena tertinggal banyak informasi mengenai Chanyeol selama ini.
Bagaimana bisa ia lengah?
"Hamba menggali informasi lebih dan orang dalam Northernia mengatakan pangeran menemui Yixing di sana dan membicarakan tentang seorang manusia. Tampaknya pangeran tengah menjalin hubungan dengan seorang wanita, Baginda."
"Apa katamu?!"
Semua orang jelas tidak akan percaya megingat Park Chanyeol selalu antipati dengan wanita terutama manusia.
Seunghyun semakin merasakan hal yang janggal saat ini. Hal apa yang tidak ia ketahui?
"Cari tahu wanita itu secepatnya! Jangan sampai anak itu menyembunyikan sesuatu dariku!"
Seunghyun tentu tidak akan lengah dan memposisikan dirinya ke dalam ancaman, ia akan mencari tahu apa yang salah dengan semua informasi yang didapat.
Jadi kau berubah menjadi Nephilim?
Kenapa?
Setahuku kau tidak akan berubah secepat itu.
Enam bulan? Kau memulihkan diri selama itu?
Ada apa sebenarnya, Park Chanyeol?
Apa yang kau sembunyikan dariku?
Richard membatin seraya menapaki satu persatu anak tangga. Suasana hatinya berubah dan ia urung menyetubuhi pelayan cantik incaran dan memilih menggali lebih dalam rasa ingin tahu di dalam kamarnya.
Pikirannya berkecimpung tanpa arah yang pasti. Lantas atensinya teralih pada cahaya silau yang berpotensi merusak indera penglihatan yang terselubung di atas kepala.
Eksistensinya memang mencolok.
Ya. Richard sudah hafal tabiat sang bintang fajar.
Angkuh dan memaksa siapapun untuk mengakuinya sebagai satu.
Sosok itu serupa apa yang mereka sebut malapetaka. Namun Richard tak gentar akan eksistensinya yang kini hadir di hadapan muka.
Tentu karena ia terbiasa berhadapan dengan bintang fajar untuk waktu yang sangat lama, selain fakta bahwa penguasa kerajaan surga itu yang memenjarakan jiwanya di dalam tubub Chanyeol.
"Ada perlu apa?"
Richard enggan basa-basi. Ia bahkan menatap sosok bertanduk putih dan dibalut cahaya surgawi itu dengan jengah.
"Anak terkutuk itu menunjukkan tanda-tanda pemberontakan."
Suaranya menggema dan tentu mengintimidasi setiap kehidupan.
Selubung cahaya putih itu benar-benar menyilaukan pandangan. Dan Richard selalu terganggu.
"Aku, bintang fajar tidak menerima penghinaan terlebih dari mereka yang terlahir dari sebuah kesalahan fatal."
"Memangnya apa yang telah Chanyeol lakukan? Biarkan saja dia masih anak-anak, tinggalkan dia sendiri." Jengah Richard.
"Aku mengutusmu ke dunia ini bukan untuk mendengar pembelaanmu terhadapnya. Kau hanya membuat dirimu terdengar munafik."
"Ya. Ya. Apa maumu sekarang? Mataku sudah tidak mampu menatapmu lebih lama."
"Kau tertinggal banyak hal, jiwa terkutuk. Park Chanyeol selangkah lebih maju darimu. Dia sudah tahu jati dirinya, alasannya terlahir, penangkal kutukan yang berpotensi membuatmu tersingkir selamanya. Tentu kau tidak ingin itu terjadi terlebih saat ini kau sudah bertemu dengan wanitamu."
Bianca?
Lalu wajah Baekhyun berkelebat di dalam pandangan.
"Ya. Bianca mu."
Bintang fajar sanggup mengeksplor lebih dalam pikiran setiap kehidupan.
Dan Richard mulai terhasut.
"Tidak lama lagi anak itu akan tahu bagaimana caranya membinasakanmu. Dan kau akan kembali berpisah dengan Bianca mu."
"Tidak!" Desis Richard. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Aku mencintai Bianca."
Meskipun ingatannya tentang Bianca hanya sampai pada kenangan indah yang mereka rangkai dalam memori.
Penghasut ulung, iblis neraka yang tak pernah gagal menyesatkan setiap jiwa. Sang bintang fajar. "Itu tidak akan terjadi jika kau berhasil mencuri hati Bianca mu."
Segala skenario telah tersusun rapi. Bintang fajar bersiasat membangkitkan obsesi dan ambisi di dalam diri Richard untuk membatasi langkah Chanyeol. Dia maha tahu segala hal, bahkan ia tahu kini merasa terancam karena Chanyeol telah menemukan penangkal sejati.
Karena jika Park Chanyeol berhasil membinasakan Richard dari dalam raganya maka sebagian kekuatannya akan terbebas dari belenggu. Itu berarti separuh dimensi akan berada dalam kendali seorang Park Chanyeol. Dan hal itu adalah ancaman besar bagi sang bintang fajar.
Baginya tidak ada yang pantas melebihi kuasanya sebagai pemegang kekuatan maha dahsyat.
"Katakan padaku apa yang harus aku lakukan?" Nyatanya Richard berhasil terprovokasi.
Lantas bintang fajar mengembalikan secuil ingatan Richard yang ia renggut.
Pria bermata hijau itu mengerang hebat sebelum kemudian berlutut kala selubung cahaya merangsek masuk ke dalam indera. Ia merasa terbakar untuk beberapa saat sebelum satu memori tertanam dalam benak.
Lantas ada tawa menyenangkan yang bersarang di gendang telinga, ia bahkan melihat sepasang kaki mungil berlarian di padang ilalang. Rambutnya halus tersapu angin, seorang gadis kecil yang melambaikan tangan ke arahnya.
"Ayah..."
Kornea Richard melebar bahkan iris hijaunya basah tanpa bisa ia bendung.
"Ayah..."
Tangan Richard terangkat, mencoba menggapai gadis mungil dalam bayangan. "Can...Candy..."
Bintang fajar bertinggi hati, merasa berhasil menghasut setiap jiwa demi keuntungannya sendiri.
Ia jelas tengah bersiasat mengadu domba semua orang tanpa harus mengotori tangan. Yang harus dilakukannya kini adalah kembali ke kerajaan surga dan mengawasi Richard dan Chanyeol, bagaimana dua jiwa dalam satu raga itu saling memerangi.
TBC
•
•
An: Mueheheheee maapkeun yoo kalo typo nya bertebaran.
Jadi jadi jadi... apa sejauh ini masih tetap ada yang belum paham sama story ini? Wkwkkwwk
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Spoil dikit deh, jadi nanti CB tiap ketemu pasti mencoba untuk naninunina apalagi nanti B pasti tahu lebih banyak tentang si 'sayang' nya cieeee mereka sudah seintim itu tanpa ragu-ragu? Ya karena mereka itu soulmate! Bagaimana seehhh :v
Seneng deh cy bucin wkwkwk
Anw I want to thank everyone! Yang sudah seantusias ituuuu menunggu ff ini update. Padahal jujurrrr ff ini itu yang paling menguras otak makanya up nya luaammaaa! Tapi kalian masih setia nunggu lagi yekan buat next chapt? :v yodeh dahh see you :*
SAMPISCHU ZHEYENKKK~
