Untuk para reader yang sudah review chapter 22 (Byunwonu, Shyoon17, meaniemeanie, raka1719, reader, fennexcub17, ECCEDENVY, Louii, Umay, Guest, Z roFour, indahsi, sgwwyns, Himeazura, Seoksoonship) makasih banget yaaaaa...Reviewnya. Review dari kalian lah yang membuat ku semangat untuk melanjutkan chapter ini. Terimakasih juga masukan dan semangatnya. Kalian sangat membantu ku melanjutkan menulis chapter selanjutnya. GOMAPTA.
Sekali lagi terimakasih buat reader yang sudah mau review (Byunwonu, Shyoon17, meaniemeanie, raka1719, reader, fennexcub17, ECCEDENVY, Louii, Umay, Guest, Z roFour, indahsi, sgwwyns, Himeazura, Seoksoonship). Makasih banyak. Gomawo. Kamsahamida. Arigato. Thank You. Ditunggu Review nya.
Terimakasih untuk dukungan kalian selama ini, aku sangat senang dan bahagia. Hanya ucapan terimakasih yang bisa ku ucapkan pada kalian yang selalu membaca dan meninggalkan reviewnya. Terimakasih banyak.
Sesuai dengan janji ku, aku update tepat satu bulan. Hehehehehehehehehe. Ini adalah ending untuk part 1. Untuk ending yang satu lagi sepertinya tidak akan aku update, aku akan menyimpannya sendiri. Tapi aku bisa berubah pikiran jika reviewnya memuaskan untuk chapter ending part 1. Jadi untuk update atau tidak aku tidak bisa memastikannya. Keputusan update nya ada di tangan reader sendiri dan review yang masuk. Terimakasih sebelumnya. Dan selamat membaca ending part 1 dari FF SOONWOO TWINS.
SOONWOO TWINS
Author : Jung Minwoo96
Nilai: ? (Dinilai sendiri saja ya... karena Author pun ndak tahu berapa yang harus dinilai untuk FF ini. hehehehehehe)
Cast:
Wonwoo
Soonyoung
Mingyu
Seokmin
Kibum
Donghae
Jun
Woozi
Cast yang lain menyusul tergantung jalan cerita!
Disclaimer : Semua Cast hanya milik Tuhan YME dan orang tua mereka. saya hanya menggunakan nama mereka karena saya sangat menyukai mereka. Cerita murni dari saya pribadi, tapi Inspirasinya dari berbagai macam – macam Author favorit, ff favorit saya, manga jepang favorite, Drakor, Drama jepang dan lain - lain.
Genre: Romantis, Brothership, Friendship, Family
Warning : BL/YAOI, jika ada Typo's atau GJ mohon dimakhlumi karena ini karya pertama saya sebagai penulis, hehehehehe.
Happy Reading!
LAST CHAPTER PART 1 END
"Bagaimana mungkin Wonwoo bisa hilang?" tanya Kibum saat dirinya sudah sampai dirumah. Saat dikantor tadi Donghae menghubunginya dan mengatakan jika Wonwoo menghilang. Untung saja dirinya tidak sedang meeting, jika sedang meeting apapun alasannya Kibum tidak akan bisa meninggalkan meeting itu dan pulang kerumah.
"Kami tidak tahu, Kibum-ah. Mingyu tadi hanya meninggalkan nya sebentar untuk mengambil makanan di dapur karena semua orang sedang sibuk jadi tidak ada yang bisa mengantarkan makannya ke kamar." Donghae sudah sesenggukan karena dia benar – benar cemas saat ini.
"Bagaimana dengan penjaga rumah, apa dia tidak melihat Wonwoo keluar dari rumah?" Kibum kembali bertanya kali ini pada Mingyu dan Seokmin.
"Ani, Kibum Appa. Tadi penjaga rumah kebetulan sedang kebelakang untuk menggisi air minumnya yang sudah habis, jadi dia tidak melihat Wonwoo hyung keluar." Nada Mingyu benar – benar khawatir.
"Kami juga sudah mencarinya kesekeliling rumah dan mencari ditempat yang kemungkinan di datangi oleh Wonwoo hyung. Tapi hasilnya nihil." Seokmin menjelaskan apa saja yang sudah mereka lakukan untuk mencari Wonwoo.
"Kemana perginya Wonwoo? Tidak mungkin dia pergi jauh tanpa kendaraan. Lagi pula ketika aku dijalan pulang tidak berpapasan dengan Wonwoo." Kibum terlihat berfikir sekiranya kemana Wonwoo pergi.
"Bagaimana Wonwoo sudah ketemu?" tiba – tiba kedatangan Jun dan Woozi mengagetkan semua orang.
"Belum. Aku sudah mencarinya ketempat yang biasanya didatangi oleh Wonwoo hyung. Tapi kami tidak menemukannya." Seokmin kembali menjelaskannya pada Jun dan Woozi yang baru datang.
"Bagaimana dengan mu, hyung? Kau sudah menemukannya?" Mingyu berharap Jun dan Woozi membawa kabar baik. Tapi hanya gelengan kepala yang dia dapat.
Semua orang sangat khawatir sekarang, bukan masalah Wonwoo pergi kemana? Tapi kondisi Wonwoo yang masih terguncang itulah yang membuat semua orang sangat mengkhawatirkannya, jika kondisi Wonwoo tidak seperti itu mungkin mereka tidak akan sepanik ini mencari keberadaan Wonwoo. Apalagi Wonwoo tidak menggunakan kendaraan apapun untuk pergi, jika ada dua memungkinkan Wonwoo pergi menggunakan Bus atau jalan kaki.
Tapi pilihan pertama sepertinya mustahil karena dilihat Wonwoo tidak membawa uang sepeserpun, jadi kemungkinan Wonwoo berjalan kaki. Jika Wonwoo jalan kaki seharusnya mereka dengan mudah menemukan Wonwoo, tapi kenyataannya mereka tidak menemukan keberadaan Wonwoo dimanapun.
"Ayo lah berfikir, kemana perginya Wonwoo hyung!" gumam Mingyu sambil menggerakkan tubuhnya dengan gelisah. Sampai tidak sengaja mata Mingyu melihat foto Soonyoung dan Wonwoo yang terpasang dengan megah di ruang tengah. Saat itu juga ada tempat yang seketika terlintas di benaknya.
"Soonyoung hyung" gumaman Mingyu dapat di dengar semua orang
"Mwo? Soonyoung?" pekik Jun dan Woozi bersamaan.
"Apa maksudmu, Mingyu-ah?" tanya Seokmin heran
"Wonwoo hyung pasti pergi ke tempat yang berhubungan dengan Soonyoung hyung. Aku yakin itu." Penjelasan Mingyu membuat mereka menatap Mingyu dengan pandangan terkejut.
"Aku tahu tempat dimana Wonwoo hyung sekarang." Mingyu berlari menuju mobilnya, semua orang mengikutinya untuk masuk kedalam mobil.
"Donghae-ah, kau tunggu saja di rumah. Mungkin selagi kita pergi Wonwoo tiba – tiba pulang." Kibum mencoba menahan Donghae agar tidak ikut.
"Ne. Aku akan menunggu dirumah." Donghae mengangguk tanda menyetujui usulan Kibum.
Setelah semua orang masuk kedalam mobil, Mingyu menancapkan gas dan melaju dengan kecepatan maksimal.
**PEMAKAMAN ALAM***
"Untuk apa kita kesini, Mingyu-ah?" tanya Jun saat dirinya turun dari mobil.
"Hanya tempat ini yang terlitas di pikiranku saat melihat foto Soonyoung hyung tadi" Mingyu berjalan menuju tempat peristirahatan terakhir Soonyoung.
Sedangkan Seokmin, Kibum, Woozi dan Jun hanya mengikuti nya dalam diam.
Dan seperti dugaan Mingyu, Wonwoo tengah berada disana. Ditempat pohon dimana abu jenazah Soonyoung ditanam. Wonwoo tengah bersandar pada pohon dan memejamkan matanya damai.
Semua orang dapat melihat bagaimana damainya Wonwoo tengah tertidur, walaupun pakaian Wonwoo tipis dan juga tidak memakai alas kaki. Wonwoo tetap bisa tertidur dengan damai, seolah – olah ada yang memberikan kehangatan disana.
Mingyu menatap pohon Soonyoung dan tersenyum lembut
"Sampai sekarang pun kau masih menjaganya, Soonyoung hyung. Walaupun raga mu sudah tidak bersama dengannya tapi jiwamu selalu menjaga Wonwoo hyung. Kau bahkan tidak membiarkan Wonwoo hyung kedinginan." Batin Mingyu sambil menghampiri Wonwoo, Mingyu melepas jaketnya dan menyelimutkannya pada Wonwoo.
"Wonwoo hyung, ayo kita pulang!" Mingyu mengelus lembut rambut Wonwoo, membuat sang empunya membuka matanya perlahan.
Sekilas Mingyu dapat melihat sebuah kehidupan di mata Wonwoo. Tapi mata itu kembali menampakkan kekosongan saat terbuka sempurna. Hal itu membuat Mingyu menatap sendu kearah Wonwoo. Kemudian Mingyu mengangkat Wonwoo ala Bridal Style. Menggendongnya untuk membawanya pulang.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Kibum saat Mingyu sudah ada dihadapannya.
"Sepertinya Wonwoo hyung demam, Appa. Badannya sedikit hangat." Jawab Mingyu sambil menatap Wonwoo yang hanya diam.
"Aku akan menghubungi Appa untuk memeriksa Wonwoo." Ujar Jun sambil menggambil Handphonenya dari dalam saku.
"Ayo kita pulang!" Ajak Woozi sambil berjalan terlebih dahulu karena dia tidak sanggup melihat Wonwoo seperti itu.
Saat mereka akan meninggalkan area pemakaman Alam, Seokmin merasakan hembusan angin yang sejuk. Seketika Seokmin langsung menoleh kearah tempat pohon Soonyoung dan melihat Sosok itu berdiri dengan memakai baju putih sambil tersenyum padanya.
Aku mencintaimu
Bisikan itu membuat Seokmin meneteskan air matanya, saat menghapus air matanya sosok Soonyoung sudah tidak terlihat lagi. Angin sejuk kembali berhembus bersamaan dengan sebuah bisikan
Tolong Jaga Wonwoo
***SOONWOO TWINS***
Sudah hampir tiga bulan, kondisi Wonwoo seperti itu. Wonwoo tidak mengalami kemajuan sama sekali, Dia hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun dan tatapannya masih sama tatapan tanpa kehidupan bahkan Donghae dan Kibum sudah membawa nya ke dokter Psikologis.
"Jika dari Wonwoo sendiri tidak ada niat untuk sembuh, aku tidak bisa melakukan apapun. Karena berapa kali pun aku berusaha mengobatinya, Wonwoo hanya diam saja tanpa mau bicara."
Jawaban itulah yang didapatkan oleh Donghae dan Kibum saat Wonwoo dibawa ke dokter Psikologis. Begitu pula dengan Mingyu dan Seokmin yang selama itu juga setiap hari datang ke rumah Wonwoo.
"Kau ada kegiatan klub?" tanya Mingyu pada Seokmin saat mereka berada di kantin
"Hm" gumam Seokmin
Seperti hal nya Wonwoo, sejak kepergian Soonyoung Seokmin menjadi pendiam walaupun diamnya tidak separah Wonwoo dan yang pasti Seokmin masih ada keinginan untuk hidup walaupun sudah ditinggalkan oleh belahan jiwanya.
"Kau akan menyusul kerumah Wonwoo hyung kan?" Mingyu hanya memastikannya saja.
"Hm" Seokmin kembali bergumam
"Baiklah, aku akan datang dulu dengan Woozi hyung karena sama dengan mu, Jun hyung juga ada kegiatan klub." Sekarang Mingyu harus terbiasanya dengan keadaan disekelilingnya yang sudah tidak sama seperti dulu. Kehilangan satu kebahagian membuat mereka merasakan seolah – olah tidak ada hari esok.
Saat Mingyu dan Seokmin berjalan menuju ke kelas, beberapa siswi menghampiri mereka.
"Mingyu-ah, ayo pergi dengan ku setelah pulang sekolah. Aku akan mengajakmu ke tempat yang menyenangkan." Ucap salah satu siswi yang bername tag Yenzi.
"Ne, Kau juga harus ikut Seokmin-ah. Kami akan membawa kalian ke tempat yang menyenangkan." Kali ini siswi bername tag Cheska yang berbicara sambil menggandeng tangan Seokmin.
Melihat prilaku kedua orang siswi ini membuat Mingyu dan Seokmin hanya menatap datar keduanya.
"Ayolah ikut dengan kami, kalian kan sedang sedih jadi kami hanya ingin menghibur kalian dengan mengajak ketempat yang menyenangkan." Siswi bername tag Linzy mengelurkan aegyo-nya untuk merayu Seokmin dan Mingyu.
Entah kenapa saat Linzy mengucapkan kata itu Mingyu dan Seokmin merasa terganggu dan tersinggung. Mereka merasa muak.
"Justru karena kami sedang sedih kami membutuhkan kesendirian dan tempat yang tenang." Seokmin berkata dengan nada yang dingin.
"Yang sudah tiada biarkan saja, kau masih hidup dan nikmatilah hidup mu. Kau masih muda, umur mu masih panjang, kau masih bisa mencari yang lain kan. Masih banyak orang yang di luar sana yang ingin bersama mu." Ucapan Cheska benar – benar membuat darah Seokmin mendidih. Dia benar – benar tidak terima dengan ucapan itu.
"Kalau kau ingin pergi ke tempat yang menyenangkan pergilah sendiri, jangan mengajakku. Aku tidak membutuhkan hal seperti itu." Geram Seokmin, dia sudah ingin melampiaskan kemarahannya namun dia mengingat bahwa yang dihadapannya adalah yeoja.
"Mingyu-ah... jika Seokmin tidak ikut maka kau lah yang harus ikut. Kau harus ikut dengan kami" Yenzi memeluk lengan Mingyu dengan erat, membuat Mingyu tidak nyaman.
Mingyu hanya diam sambil memandangnya datar, dia tidak ingin meladeni para Yeoja ini. karena menurutnya tidak penting meladeni mereka.
"Mingyu-ah, kau harus bersenang – senang. Ku dengar setelah Soonyoung meninggal Wonwoo menjadi gila ya... dia jadi aneh."
Ucapan Linzy membuat Mingyu mendelik lalu mendorong pundak Linzy sambil terbentur tembok dengan keras.
"Kau kasar sekali, Mingyu-ah" rintih Linzy
"Kau tadi bilang apa?" nada Mingyu rendah dan terdengar marah.
"Ne? Oh... Wonwoo menjadi gila sejak Soonyoung meninggal." Ucap Linzy santai
"Apa kau mau ku lempar dari lantai dua ini?" Mingyu menatap Linzy dengan tatapan membunuh.
"Kenapa kau marah? Memang kenyataannya kan. Dia jadi gila. Kenapa kau masih bersamanya?" Yenzi masih setia di samping Mingyu.
"Lebih baik kau tinggalkan saja dia dan bersenang – senang dengan kami. Kami akan membuat mu senang dan melupakan kesedihanmu." Kali ini Cheska yang membuat Mingyu mengepalkan tangannya.
"Lagi pula apa yang kau harapkan dari orang yang sudah jadi gila. Kau bisa mencari yang lainnya" sambung Cheska.
BUUKKK
Mingyu melayangkan pukulan nya pada tembok tepat disamping wajah Linzy, membuat tembok itu retak dan hancur. Perbuatan Mingyu membuat ketiga Yeoja itu terkejut
"Jika kalian tidak tahu apa yang terjadi lebih baik kalian diam saja tanpa berkomentar. Sebelum aku merobek mulut kalian itu" nada Mingyu terlihat menyeramkan.
"Kami hanya mengajak mu untuk bersenang – senang menikmati masa muda mu. Kau pasti akan menyesal karena melewatkan masa muda mu dengan sia – sia." Yenzi seakan tidak terima dengan perlakuan Mingyu.
"Kau akan sangat menyesal karena hanya mengurusi orang yang tidak tahu kapan akan sembuh dari gilanya." Kali ini Linzy yang tidak terima karena melihat tatapan penuh kebencian dari Mingyu dan Seokmin.
"Justru aku akan sangat menyesal karena tidak bisa mendampingi Wonwoo hyung disaat dia terpuruk. Dan aku juga akan sangat menyesal karena menyia – nyiakan waktu ku karena tidak bisa melihat proses sembuhnya Wonwoo hyung" akhirnya Mingyu membuka suaranya, walaupun telinganya sudah panas karena hinaan mereka tentang Wonwoo tapi logikanya masih mendominasi hingga bukan kemarahan yang keluar dari nya.
"Apa sih yang kau harapkan dari dia? Kenapa kau sangat peduli pada orang yang baru saja kehilangan namjachingunya? Bahkan kau bukan siapa – siapa bagi dia kan, kau hanya dianggap sebagai temannya saja." Cheska mengeluarkan nada kesalnya atas jawaban dari Mingyu.
Mendengar penuturan Cheska membuat Mingyu dan Seokmin terkekeh mengejek.
"Apa yang kalian tertawakan?" melihat Mingyu dan Seokmin tertawa membuat Cheska tidak terima.
"Ini lah bukti jika kalian tidak mempunyai kemampuan apapun karena itu lah kalian hanya bisa menghujat orang saja. Bahkan untuk menyamai seorang Jeon Wonwoo saja kalian tidak akan mampu sampai kapan pun." Seokmin tersenyum meremehkan kearah tiga orang Yeoja dihapadapnnya.
"Apa maksudmu?" Linzy mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti
"Kalian harus tahu, Wonwoo hyung dan Soonyoung hyung adalah saudara kembar. Bukan sepasang kekasih." Ucapan Mingyu membuat ketiga Yeoja itu terkejut
"Dan kau bertanya kenapa aku begitu peduli dengan Wonwoo hyung karena aku mencintainya. Aku lah namjachingu Wonwoo hyung." Lanjut Mingyu sambil tersenyum penuh kemenangan.
Melihat senyum kemenangan Mingyu membuat Yenzi menggeram
"Jadi kau mencintainya. Wah... wah... wah... kau mengalami cinta buta sampai ke level serius. Bahkan kau masih mencintai orang yang sudah hampir gila."
Ucapan Yenzi membuat Seokmin hendak maju dan memberikan pelajaran, namun Mingyu menahannya.
"Oh ya... wah terima kasih banyak atas pujiannya. Karena aku pun sama seperti dia, aku juga hampir gila jika tidak bisa melihatnya sehari saja." Jawab Mingyu dengan santai.
"Justru disaat seperti inilah cinta ku sedang diuji, mampu kah aku bertahan dengan segala kondisi apapun yang dialaminya? Jika aku bisa bertahan maka itulah yang dinamakan cinta sejati." Lanjut Mingyu sambil tersenyum, dan membuat Seokmin sedikit terkejut.
"Mustahil! Itu hanya omong kosong tidak akan ada orang yang seperti itu didunia ini." Linzy mengejek apa yang dikatakan oleh Mingyu.
"Ya... itu terserah kau. Itulah pemikiranmu, bukan pemikiranku. Jika kau selalu berfikir hal seperti itu mustahil maka sampai kapan pun kau tidak akan menemukan orang yang benar – benar mencintaimu." Ucap Mingyu sambil berlalu meninggalkan ketiga yeoja yang masih terpaku karena ucapan Mingyu.
"Mingyu –ah, dari mana kau mendapatkan kata – kata seperti itu?" Seokmin bertanya saat mereka sudah berjalan jauh dari tiga yeoja tadi.
"Kata – kata yang bagaimana?" Mingyu mengerutkan keningnya bingung
"Jika aku bisa bertahan maka itulah yang dinamakan cinta sejati, kau mendapatkan hal seperti itu dari mana?" Seokmin sangat menasaran dengan kata – kata dan tindakan Mingyu.
"Aku belajar dari mu." Jawab Mingyu sambil tersenyum
"Mwo? Tapi aku tidak pernah seperti itu. Kapan aku seperti itu?" Seokmin terlihat terkejut, hal itu membuat Mingyu terkekeh pelan.
"Yang kau lakukan untuk Soonyoung hyung. Apa kau tidak menyadarinya? Betapa kau sangat keras kepala selalu mendekati Soonyoung hyung yang sudah menolakmu, bahkan ketika kau mengetahui jika dia sedang sakit kau tetap selalu ingin bersamanya, membahagiakan dia dan berada disampingnya sampai dia meninggalkan kita untuk tidur panjangnya. Aku selalu memikirkan itu, betapa hebatnya kau yang bertahan sampai akhir untuk Soonyoung hyung. Aku selalu ingin seperti itu, aku juga ingin bertahan untuk cintaku, untuk Wonwoo hyung-ku. Aku juga ingin berjuang seperti mu. Karena cinta sejati itu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan." Penjelasan Mingyu membuat Seokmin tersenyum.
"Aku tidak menyadari hal itu."
"Lagi pula aku sudah berjanji pada Soonyoung hyung untuk bersama dengan Wonwoo hyung apapun yang terjadi. Jadi aku akan berusaha untuk menepati janji itu." Mingyu tersenyum ketika membayangkan bahwa Soonyoung lah yang membuatnya bertahan sampai sekarang
***SOONWOO TWINS***
"Sungmin hyung, kau membawanya?" tanya Donghae ketika Sungmin keluar dari mobil.
"Sabarlah hae-ah. Kau tidak sabaran sekali! Biarkan aku masuk kedalam rumah terlebih dahulu. " Sungmin terkekeh pelan melihat bagaimana antusiasnya Donghae menyambut anggota baru dalam keluarganya.
"Mianhae. Aku benar – benar tidak sabar menggendongnya."
Donghae membiarkan Sungmin masuk kedalam rumah lalu duduk dengan tenang di ruang tamu.
"Ini berkas – berkas adopsi yang sudah ditanda tangani dan di setujui. Kalian benar – benar memenuhi syarat untuk itu. Jadi secara hukum dia sudah menjadi milik kelurga Jeon." Sungmin menyerahkan beberapa berkas pada Donghae.
"Kibum sudah memberitahu ku bahwa dia juga sudah tahu akan hal ini, jadi dia menyuruhku langsung datang ke rumah, karena dia sangat sibuk beberapa bulan terakhir perusahaan sering terbengkalai karena kalian sedang berduka." Sambung Sungmin saat melihat Donghae meneliti kembali berkas – berkasnya.
"Itu sudah lengkap semuanya, Hae-ah. Semuanya atas nama Wonwoo dan Soonyoung. jadi kau tidak berlu khawatir jika ada beberapa berkas yang terlewatkan, karena aku sendirilah yang memeriksanya. "
"Gomawo, hyung. Kau sangat membantu." Donghae menatap Sungmin dengan mata yang berkaca – kaca.
"Ini permintaan terakhir Soonyoung pada ku. Jadi bagaimana pun caranya, hal ini harus aku yang mengurusi sendiri."
Mendengar penuturan Sungmin membuat Donghae tersenyum.
"Sekarang dimana dia?" tanya Donghae sambil menghapus air matanya.
"Dia disini Donghae hyung." Suara Ryeowook membuat Donghae melihat kearahnya. Di depan pintu Ryeowook tengah menggendong seorang bayi lucu. Dengan segera Donghae menghampiri Ryeowook dan mengambil alih bayi mungil itu, tapi tangan Ryeowook menghindarinya.
"Eits... Tunggu dulu! Biarkan aku masuk dulu, hyung. Kau jahat sekali" Ryeowook merajuk kearah Donghae. Donghae hanya terkekeh pelan kemudian memberi jalan agar Ryeowook bisa masuk kedalam rumah.
"Sekarang kau sudah masuk, jadi berikan dia padaku." Donghae mengulurkan kedua tanganya untuk menggendongnya. Ryeowook memberikan bayi mungil itu pada Donghae.
"Kau sudah tahu namanya kan?" Sungmin bertanya saat Donghae sudah menggendongnya. Donghae mengangguk dengan antusias.
"Hoshi. Namanya Hoshi kan?" Donghae tersenyum melihat bayi mungil itu tengah tertidur nyaman di gendongannya.
"Ya. Namanya Hoshi. Dan nama itu yang diberikan Wonwoo pada nya."
"Kau sekarang sudah punya keluarga, jadi kau tidak akan sendirian lagi" ucap Donghae sambil mencium kening Hoshi lembut.
***FLASBACK***
"Soonyoung-ah... aku ingin jalan – jalan dengan mu." Wonwoo yang sedang bersadar dengan nyaman di tempat tidur mengajak Soonyoung yang tengah terbaring sambil memejamkan matanya.
"Tidak mau. Aku ingin tidur." Soonyoung menolak karena dia tahu bagaimana kondisinya sekarang. Masalah kondisi Soonyoung semua sudah mengetahuinya kecuali Wonwooo. Hanya Wonwoo yang tidak diberitahu karena mereka menjaga Psikis Wonwoo yang trauma.
Seokmin dan Mingyu hanya diam sambil menatap sendu kearah Wonwoo, karena Wonwoo tidak mengatahui hal yang lebih jauh. Mereka takut Wonwoo akan mengatahuinya namun mereka lebih takut lagi jika Wonwoo tidak bisa menerima.
"Ayolah... Soonyoung-ah. Kita sudah baik – baik saja kan. Aku sudah bisa duduk. Tapi kau malah masih berbaring." Wonwoo merengut lucu sambil menatap Soonyoung penuh harap.
Soonyoung membuka matanya perlahan, kemudian tersenyum melihat pemandangan yang begitu manis disampingnya.
"Aku pasti akan merindungkan wajah merajuk itu." Batin Soonyoung sedih
"Wonwoo hyung, walaupun kalian sudah baik – baik saja tapi kalian belum boleh kemana – mana. Kalian masih butuh istirahat lagi untuk pemulihan pasca operasi. Sepertinya kau lupa jika kalian baru saja operasi." Mingyu mencoba menghibur Wonwoo yang tengah merajuk karena ajakannya ditolak oleh Soonyoung.
"Setelah kalian sudah mulai pulih beberapa hari maka kau bisa mengajak Soonyoung hyung jalan – jalan sepuasnya" Seokmin membantu untuk menghibur Wonwoo.
Wonwoo tetap merengut, dia benar – benar kesal. Masalahnya dia sudah bosan setengah hari didalam kamar tanpa melakukan apapun juga. Soonyoung yang melihat itu menjadi tidak tega.
"Baiklah kita akan jalan – jalan. Tapi setelah Zhoumi Appa mengizinkan. Jika Zhoumi Appa tidak menginzinkan kita jalan – jalan hari ini maka kau harus menerimanya. Kau mau janji?" mendengar Soonyoung berusaha mencari Solusi membuat Wonwoo tersenyum senang
"Baik. Aku janji." Ucap Wonwoo senang. Wonwoo sudah berniat turun dari ranjangnya tapi dia sedikit mengerang kesakitan sambil memegang dadanya, hal itu tentu saja membuat ketiga orang yang ada di sana khawatir.
"Hyung, kau harus hati – hati. Kau mau kemana sebenarnya?" tegur Mingyu khawatir.
"Aku mau memeluk Soonyoung." jawaban Wonwoo membuat ketiga orang itu cego.
"Hyung, Soonyoung hyung tidak akan kemana – mana. Kau tenang saja di ranjangmu" Seokmin sebenarnya ingin tertawa mendengar alasan Wonwoo, tapi tawa itu dia tahan agar Wonwoo tidak marah.
"Tapi..."
"Setelah ini kau bisa memeluk Soonyoung hyung. Yang penting sekarang kau harus pemulihan terlebih dahulu." Mingyu membenarkan posisi Wonwoo dan membenarkan selimut.
"Setelah kita pulih, kita akan jalan – jalan berempat. Kalian setuju?" Soonyoung mengusulkan ide yang sejak tadi terlintas di pikirannya. Hal itu tentu saja membuat Wonwoo senang, begitu pula dengan Mingyu dan Seokmin.
"Tentu aku sangat setuju" ucap Wonwoo senang.
"Tentu, Soonyoung hyung. Kami setuju." Seokmin dan Mingyu pun tersenyum satu sama lain.
**skip time***
Akhirnya mereka berempat jalan – jalan mengelilingi rumah sakit. Soonyoung dan Wonwoo yang duduk dikursi roda sedangkan Seokmin dan Mingyu mendorong kursi roda tersebut.
Tanpa senagaja mereka melewati ruang Perinatologi dan NICU, dimana para bayi – bayi yang sakit dirawat. Tanpa sengaja mereka mendengar dan melihat satu bayi menangis. "Kenapa bayi itu menangis terus?" tanya Wonwoo ketika melihat bayi itu tengah menangis dengan keras. "Mungkin dia sedang kehausan hyung" Mingyu membenangi letak kursi roda Wonwoo, agar Wonwoo bisa leluasa melihat bayi yang menangis itu. "Tapi sepertinya tidak begitu, dia sepertinya sedang terluka." Soonyoung melihat beberapa bagian dari tubuh si bayi terluka. Tidak lama setelah itu mereka melihat Sungmin dan Ryeowook tengah menenangkan bayi itu, menggendongnya dan memberikannya susu. Tapi entah kenapa bayi nya tidak berhenti menangis. Wonwoo yang menasaran mengetuk kaca ruangan itu dan membuat Sungmin maupun Ryeowook mengalihkan perhatiannya, Wonwoo mengisyaratkan agar salah satu Sungmin atau Ryeowook untuk keluar. "Ada apa Sungmin Eomma? Kenapa bayi itu menangis terus? Apa yang terjadi?" tanya Wonwoo saat Sungmin sudah dihadapannya. "Entah lah! Tidak seperti biasanya dia menangis seperti itu, biasanya dia akan diam ketika diberi susu atau digendong tapi entah kenapa dia menangis dari tadi." Sungmin sudah panik Entah dorongan dari mana, tiba – tiba Wonwoo ingin melihat bayi itu. "Sungmin Eomma, bisakah Eomma membawanya keluar sebentar. Aku ingin menggendongnya."Wonwoo meminta Sungmin untuk membawa bayi itu ke luar. Entah pada yang ada di pikiran Sungmin hingga dia langsung mengiyakan permintaan Wonwoo. Sungmin membawa baju hijau agar dipakai Wonwoo saat menggendong bayi nya dan di belakang Ryeowook tengah menggendong bayi itu yang tidak berhenti menangis. Dengan cepat Wonwoo memakainya, setelah persiapan selesai Ryeowook memberikan bayi itu pada Wonwoo. Saat bayi itu dalam gendongan Wonwoo, tiba – tiba dia berhenti menangis seketika. Hal itu membuat semua orang terkejut. "Waah... Daebak! Sepertinya bayi ini menyukaimu hyung" Mingyu menatap takjub kenatap Wonwoo. "Sepertinya begitu, dia langsung diam ketika ada di gendonganmu." Sungmin menatap tidak percaya pada bayi yang sekarang sedang menatap Wonwoo sambil tersenyum. "Badannya terluka, ada apa dengan nya, Eomma?" tanya Soonyoung saat melihat beberapa luka di tubuh bayi itu "Bayi ini selamat dari kecelakaan satu minggu yang lalu. Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan meninggal, hanya dia yang selamat."Sungmin menceritakan keadaan keluarga bayi itu "Apakah tidak ada keluarga yang lain untuk membawa pulang bayi ini?" Seokmin menatap begitu iba
"Tidak ada! Menurut informasi yang didapat keluarga itu sudah tidak mempunyai keluarga yang lain." Ryeowook menambahkan
"Jadi sekarang bayi ini sendirian?" Mingyu menyakinkan cerita dari Ryeowook
"Ne, dia sendirian." Jawaban Sungmin membuat Wonwoo semakin memeluk bayi itu dengan erat seolah – olah tidak ingin kehilangannya.
"Berapa usianya?" Soonyoung merapikan selimut bayi yang sedikit turun
"4 bulan. Usianya masih 4 bulan." Mendengar jawaban Ryeowook membuat keempat orang itu terkejut.
"Ommo! Malang sekali nasibnya. Masih 4 bulan sudah ditinggal Appa dan Eommanya." Pekik Mingyu.
"Namanya siapa, Eomma?" Wonwoo tersenyum saat bayi itu terseyum menatapnya.
"Kami tidak tahu. Dia tidak memiliki identitas yang jelas. Rumah sakit ini akan merawat dia sampai umur 7 bulan, setelah itu maka akan dia bawa ke panti asuhan untuk diasuh. Karena dia tidak memiliki keluarga dan identitas maka rumah sakit juga tidak bisa mempertahankannya."
"Itu tidak benar, Sungmin Eomma. Mulai sekarang dia akan memiliki keluarga." Ucap Wonwoo sambil menatap Sungmin yang berdiri dihadapnnya. Semua orang mengerutkan keningnya tanda bingung dengan ucapan Wonwoo.
"Aku akan mengadopsinya. Aku akan memberikan nama ku untuknya. Aku akan memberikan sebuah keluarga untuknya." Wonwoo terseyum lembut.
"MWO?"pekik semua orang terkejut.
"Kau yakin?" Ryeowook menatap tidak percaya kearah Wonwoo. Begitu juga semua orang yang menatapnya tidak percaya.
"Aku akan menjadi Eommanya. Aku akan merawat, membesarkan dan menyayanginya. Jadi dia akan merasakan kehangatan sebuah keluarga. Bagaimana menurutmu, Soonyoung-ah?" Wonwoo menatap Soonyoung yang juga tengah menatapnya.
"Kau tidak ingin dia kesepian dan merasa kehilangan orang tuanya. Jadi itu yang menggerakkan hatimu untuk mengadopsinya?" ucapan Soonyoung membuat Wonwoo menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Jika itu mau mu maka aku akan mendukungmu." Wonwoo tersenyum senang mendengar jawaban Soonyoung.
"Sungmin Eomma dan Ryeowook Eomma bisa membantu memberitahukannya pada Appa dan Eomma tentang hal ini?" Soonyoung menatap kedua orang tua itu dengan pandangan memohon sedang kedua orang itu masih dalam proses menerima kata – kata yang dikatakan Wonwoo tadi.
"Tapi kau masih usia sekolah, Wonwoo-ah. Akan sangat sulit membuat mu menjadi orang tua adopsi." Sungmin mencoba mengingatkan bahwa usia mereka belum legal untuk menjadi orang tua.
"Kalau seperti itu ku pikir kekuasaan Appa bisa digunakan." Ucap Wonwoo dengan nada jail dan yakin. Mendengar penuturan Wonwoo membuat semua orang terkekeh pelan.
"Hm... Hm... kau menggunakan kekuasaan Appa mu untuk hal ini. ini namanya pelanggaran hukum Wonie." Ryeowook mengacak – acak rambut Wonwoo gemas.
"Tapi yang dikatakan Wonwoo hyung ada benarnya. Dengan keyakinan dan juga usaha aku pikir hal ini tidak lah mustahil. Lagi pula jika tidak segera dilakukan maka akan kasihan bayi ini tanpa identitas yang jelas" Mingyu membela ucapan Wonwoo.
"Kau mendukung Wonwoo untuk melanggar hukum?" Sungmin mengerutkan keningnya mendengar Mingyu membela apa kemauan Wonwoo.
"Bukan begitu, Sungmin Eomma. Usia Wonwoo hyung akan legal beberapa tahun lagi. Jadi untuk menunggu beberapa tahun itu identitas bayi ini menjadi tidak mempunyai orang tua? Identitasnya juga tidak jelas." Mingyu mencoba untuk membujuk Sungmin.
"Kenapa bukan atas nama Appa dan Eomma mu saja untuk mengadopsi bayi ini?" Ryeowook mulai memberikan pendapatnya.
"Ani! Aku ingin akulah yang menjadi Eommanya. Bukan Appa dan Eomma yang menjadi orang tuanya." Wonwoo menjawab dengan tegas. Soonyoung tersenyum melihat Wonwoo begitu keras kepala.
"Aku juga ingin menjadi Eommanya kalau begitu" Wonwoo melihat kearah Soonyoung ketika Soonyoung mengatakan hal itu.
"Kalau begitu aku akan jadi Appa nya nanti." kali ini Mingyu mendekati bayi itu dan memegang tangannya.
"Nado" Seokmin mengikuti ucapan Mingyu.
Sungmin sudah ingin menyela tapi Wonwoo terlebih dahulu berbicara.
"Jika Sungmin Eomma tidak membantu hal ini maka Sungmin Eomma menghalangi hak bayi ini untuk memiliki orang tua." Ancaman Wonwoo membuat Ryeowook terkekeh pelan melihat bagaimana wajah Cego Sungmin ketika diancam seperti itu oleh Wonwoo.
"Baiklah. Baiklah. Eomma akan berbicara dengan Appa dan Eommamu." Akhirnya Sungmin menyerah dengan kekeras kepalaan Wonwoo. Hal itu membuat semua orang tersenyum.
"Kamsahamida, Sungmin Eomma. Aku menyayangimu." Seru Wonwoo senang.
"Kau tidak ingin memberikannya nama?" Ryeowook bertanya pada Wonwoo.
"Nama?" Wonwoo sedang berfikir
"Hoshi."celetuk Wonwoo ketika menemukan nama yang terlintas dipikirannya.
"Hoshi? Yang memiliki arti Bintang." Soonyoung tersenyum menatap Wonwoo.
"Hm. Dalam bahasa jepang Hoshi artinya adalah Bintang. Aku berharap dia akan menjadi Bintang baru dikeluarga kita" ucap Wonwoo sambil menatap bayi mungil itu yang sudah tertidur didalam gendongannya.
***FLASBACK END***
"Tidak terasa, sekarang kau sudah berumur 7 bulan. Kau sudah besar. Sekarang ini adalah rumah mu. Dan kami adalah keluargamu. Jadi kami akan memberikan kasih sayang untuk mu" Ujar Donghae menganggkat Hoshi tinggi – tinggi. Hal itu tentu saja membuat Hoshi tertawa dengan gembira.
"Dia sudah bisa merangkak dengan cepat, Hae-ah. Dia sangat pintar dan cerdas." Sungmin melihat bagaimana bahagianya Donghae menggendong Hoshi yang tertawa dengan riang.
Kemudian Donghae menurunkan Hoshi ke lantai. Sepertinya Hoshi sudah ingin merangkak mengenali rumah barunya.
"Jadi aku harus mengawasinya kalau begitu. Dia tidak boleh lepas dari pengawasan." Donghae terkekeh pelan saat melihat Hoshi bermain dengan mainan yang dibawakan Ryeowook.
"Bagaimana keadaan Wonwoo?" Sungmin mulai mengalihkan topik pembicaraan.
"Masih tetap sama seperti 3 bulan yang lalu. Dia tidak mau bicara dan pandangannya masih tetap kosong. Semoga dengan datangnya Hoshi, Wonwoo bisa menjadi lebih baik. Aku sedih melihatnya seperti itu. Dia seolah – olah tidak memiliki gairah hidup." Donghae menatap Hoshi yang menatapnya dengan pandangan heran.
"Maa...Maa...Um...Ma" Hoshi mengeluarkan suara khas seorang bayi. Hal itu tentu saja membuat Donghae terkekeh pelan.
"Waaah... Kau pintar sekali." Donghae menghampiri Hoshi yang tertawa.
"Dia masih bisa mengucapkan kata – kata itu. Kami di rumah sakit sudah mengajarinya berbagai ucapan. Tapi hanya kata Eomma yang masih dia ucapakan."
"Kyaaa... Hoshi sudah datang!" teriakan Mingyu yang tiba – tiba membuat Donghae, Ryeowook dan Sungmin terkejut.
"Ya... Kau mengejutkan kami, Mingyu-ah." Keluh Sungmin saat Mingyu sudah ada di hadapan Hoshi.
"Mianhae, Sungmin Eomma. Aku terlalu senang." Mingyu mengulurkan tangannya untuk Hoshi dan Hoshi menyambut tanganya. Lalu Mingyu menggendongnya.
"Ya, Kim Mingyu kau tega meninggalkanku." Keluh Seokmin sambil masuk kedalam rumah dengan wajah kesal.
"Ya ... kalian berdua tidak sopan. Datang – datang bukannya memberi salam malah bertengkar." Ryeowook mengingatkan kedua anak itu untuk tetap menjaga sopan santunnya.
"Mianhae, Ryeowook Eomma. Aku kesal sekali dengan Mingyu." Seokmin menunduk dengan rasa bersalah. Seokmin menghampiri Mingyu yang menggendong Hoshi dan berniat untuk mengambil alih gendongannya.
"Andwe! Aku baru saja menggendongnya." Mingyu menghindari Seokmin
"Aku juga ingin menggendongnya, Kim Mingyu. Aku Appa nya." Seokmin masih berusaha merebutnya dari Mingyu.
"Aku juga Appa nya Lee Seokmin. Apa kau lupa."
"Berikan Hoshi padaku!"
"Andwe!"
"Aku ingin menggendongnya Kim Mingyu."
"Andwe!"
Perdebatan kecil itu berakhir saat Mingyu berlari untuk menghindari Seokmin, sedangkan Seokmin mengejar Mingyu untuk mengambil alih Hoshi. Maka terjadilah kejar – kejaran di dalam rumah. Hoshi yang ada di gendongan Mingyu tertawa dengan riang karena mereka seolah – olah bermain.
Ketiga orang dewasa itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Tiba – tiba Mingyu berhenti berlari dan menyerahkan Hoshi pada Seokmin.
"Waeyo?" tanya Donghae saat Mingyu berlutut dihadapannya.
"Kemarin ketika aku membereskan kamar Wonwoo hyung, aku menemukan ini di laci meja belajar Soonyoung hyung." Mingyu mengeluarkan sebuah MP3 beserta perlengkapanya.
"Apa ini?" tanya Donghae sambil meneliti MP3 itu.
"Ini untuk Wonwoo hyung. Sepertinya Soonyoung hyung meninggalkan ini untuk Wonwoo hyung. Apa kita harus memberikannya pada Wonwoo hyung?" tanya Mingyu menatap Donghae, Sungmin dan Ryeowook bergantian.
"Berikan saja, Donghae-ah. Mungkin dengan itu Wonwoo memiliki kemajuan." Sungmin menyarankan kepada Donghae. Donghae sedikit berfikir. Kemudian menganggukkan kepalanya.
"Berikan itu pada Wonwoo. Tapi jangan sekarang nanti saja setelah makan malam." Melihat Donghae menyetujuinya membuat Mingyu tersenyum. Semoga MP3 itu membuat Wonwoo bisa kembali seperti semula.
"Hae hyung, kami akan pamit dulu. Karena sebentar lagi jam shif kami di rumah sakit. Jadi kami harus kerumah sakit." Ryeowook berpamitan kepada Donghae.
"Hm... aku akan mengantar kalian ke depan."
Donghae meninggalkan Seokmin dan Mingyu yang sedang asyik bermain bersama Hoshi.
"Mingyu-ah, aku akan memeriksa tanaman Soonyoung hyung dulu." Seokmin berdiri dan meninggalkan Mingyu.
"Hoshi-ah, Appa akan membuatkan mu susu." Mingyu memeriksa tas yang tadi dibawa oleh Sungmin untuk mencari susu.
"Tunggu sebentar! Appa akan segera kembali dan membawakan mu susu!" Mingyu meninggalkan Hoshi yang asyik bermain sendiri.
Hoshi memandang disekelilingnya dengan padangan heran, dengan gembira bayi mungil itu merangkak dengan cepat menuju tangga, lalu naik perlahan – lahan dengan senang. Saat sudah sampai Hoshi berhenti sebentar dan menatap pintu kamar Wonwoo yang sedikit terbuka dengan kepala yang dimiringkan dengan lucu.
Dengan senang Hoshi masuk ke dalam kamar Wonwoo, saat melihat ada tempat tidur Hoshi tertawa dengan gembira seolah – olah menemukan sebuah permainan. Saat mencapai pinggiran tempat tidur, dia berdiri dengan perlahan. Lalu melihat Wonwoo duduk bersandar sambil menatap jendela luar.
"Mam... Mam...Mam..." suara bayi mungil itu tidak membuat mengalihkan padangannya.
Dengan sudah payah Hoshi naik keatas tempat tidur. Tangan mungil Hoshi menggapai kaki Wonwoo. Hal itu membuat Wonwoo sedikit tersentak terkejut. Wonwoo mengalihkan padangannya lalu melihat Hoshi duduk di kakinya.
Hoshi memiringkan kepalanya lucu sambil menatap Wonwoo.
"Mam... Mam... Mam... Um...Ma" setelah mengucapkan kata lucu itu, Hoshi merangkak ke pangkuan Wonwoo. Sekarang Hoshi sudah duduk dihadapan Wonwoo sambil menyentuh wajah Wonwoo dengan tangan mungilnya. Hoshi menyentuh seperti bayi menyentuh Eommanya ketika sedang minum ASI.
Saat tangan Hoshi menyentuh wajah Wonwoo itu lah, mata Wonwoo kembali hidup. Wonwoo memiliki sebuah kehidupan kembali.
"Mam... Mam... Mam..." Hoshi berkata sambil menepuk tangannya khas gerakan seorang bayi, dia tertawa saat mata Wonwoo memancarkan kehidupan.
"Bayi ku"
Kata pertama itulah yang dikeluarkan Wonwoo setelah sekian lama. Mendengar Wonwoo mengeluarkan suara membuat Hoshi tertawa dengan riang.
**Dilantai Bawah**
"Kenapa kau meninggalkannya, Mingyu-ah?" tegur Donghae saat melihat Hoshi tidak ada di mana pun.
"Mianhae Eomma. Tadi aku hanya membuat kan susu untuk Hoshi" Mingyu menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah.
"Seharusnya kau menunggu ku jika ingin meninggalkan Hoshi. Hoshi itu sudah bisa merangkak. Dia bisa pergi kemanapun." Donghae sangat khawatir.
"Hoshi tidak ada di mana pun, Eomma." Ucap Seokmin saat sudah sampai dihadapan Donghae.
"Kau yakin sudah memeriksa seluruh rumah?" tanya Donghae menyakinkan
"Hanya lantai dua yang tidak ku periksa. Karena tidak mungkin Hoshi naik tangga."
"Tapi kita tetap harus memastikannya." Mingyu menyakinkan Seokmin bahwa tidak ada yang tidak mungkin.
"Apalagi Hoshi itu cerdas." Sambung Mingyu kemudian berlari menuju lantai dua diikuti oleh Donghae dan Seokmin.
Langkahnya terhenti ketika melihat pintu kamar Wonwoo sedikit terbuka, Mingyu hendak menutupnya namun gerakan tangan itu terhenti ketika melihat Wonwoo tengah menggendong Hoshi dan membuat Hoshi tertidur.
"Won... Woo hyung" lirih Mingyu terkejut
"Ada apa Mingyu-ah?" Donghae dan Seokmin yang penasaran akhirnya melihat apa yang membuat Mingyu terdiam seperti itu.
Ketika melihat nya reaksi mereka sama seperti yang ditunjukkan Mingyu, terkejut. Mereka melihat bagaimana Wonwoo begitu hidup dan tenang saat menggendong Hoshi.
Dengan perlahan Mingyu, Donghae dan Seokmin masuk kedalam kamar Wonwoo. Mereka melihat begitu hidupnya mata Wonwoo. Mereka melihat kehidupan dari dalam diri Wonwoo. Mereka melihat Wonwoo seperti saat sebelum kehilangan Soonyoung.
"Wonwoo hyung" panggil Mingyu, tidak seperti sebelumnya yang biasanya Wonwoo diam tanpa merespon namun kali ini Wonwoo mengangkat kepalanya untuk melihat Mingyu.
Donghae menutup mulutnya saat melihat Wonwoo untuk pertama kalinya sejak tiga bulan merespon panggilan Mingyu.
"Wonwoo hyung" panggil Mingyu memastikan bahwa Wonwoo benar – benar merespon panggilannya.
"Bayi ku sedang tidur Mingyu-ah. Jangan berisik!"
Untuk pertama kali nya hal itulah yang pertama kali diucapkan Wonwoo di hadapan keluarganya.
"Hoshi sudah tidur. Dia tidak mudah terbangun."
Mingyu mengambil alih gendongan Hoshi pada Wonwoo dan meletakkan bayi mungil itu disebelah Wonwoo.
"Kau tidak ingin menemani Hoshi tidur?" Mingyu mengelus rambut Wonwoo lembut.
"Bolehkah?" mendengar suara Wonwoo kembali membuat Mingyu menahan tangisan haru nya, begitu pula dengan Donghae dan Seokmin.
"Tentu saja hyung. Kau kan Eommanya." Mendengar ucapan Mingyu membuat Wonwoo tersenyum. Lalu Wonwoo berbaring disamping Hoshi dan memejamkan matanya untuk menyusul bayi kecilnya yang tertidur.
"Apa kau melihatnya, Soonyoung hyung? Wonwoo hyung sudah mulai pulih kembali." Batin Seokmin saat melihat foto Soonyoung yang terpasang di meja sebelah tempat tidur.
***SOONWOO TWINS***
"Wonwoo sudah mulai pulih?" Kibum sedikit terkejut dengan apa yang baru saja Donghae sampaikan padanya.
"Tapi itu hanya sesaat, Kibum-ah. Saat Hoshi ada di dekatnya saja. Ketika Hoshi tidak berada disampingnya Wonwoo kembali lagi seperti itu, tanpa kehidupan. Seolah – olah dia menaruh seluruh kehidupannya pada keberadaan Hoshi" Donghae mengkhawatirkan kondisi Wonwoo yang tidak kunjung membaik.
Tiba – tiba suara tangisan membuat Kibum dan Donghae mengalihkan perhatian mereka. Mereka melihat Seokmin tengah menggendong Hoshi dari taman belakang. Kibum dan Donghae segera menghampiri Seokmin yang sibuk menenangkan Hoshi yang menangis.
"Ada apa, Seokmin-ah? Kenapa Hoshi tiba – tiba menangis?" tanya Kibum heran
"Tidak tahu Kibum Appa. Tiba – tiba dia menangis." Seokmin sibuk menangkan
"Coba berikan dia padaku." Mingyu mengambil alih Hoshi dari gendongan Seokmin.
Tapi tangisan Hoshi tidak berhenti, bayi mungil itu menggapai – ngapaikan tangannya ke lantai atas. Tapi keempat orang dewasa itu tidak mengerti maksudnya. Mereka hanya tahu jika Hoshi menangis.
"Apa dia haus?" Donghae mencoba memeriksanya.
"Ani, Eomma. Hoshi baru saja menghabiskan susu nya. setelah menghabiskan itu dia menangis." Mingyu masih menenangkan tangisan Hoshi.
"Apa dia mengompol?" Kibum memeriksa celana Hoshi tapi tidak mendapati popok nya basah.
"Mungkin dia mengantuk." Seokmin mencoba menghibur Hoshi yang tetap menangis, namun Hoshi tetap tidak berhenti menangis.
Hingga tiba – tiba sebuah tangah mengambil alih Hoshi dari gendongan Mingyu. Membuat Mingyu sedikit terkejut begitu pula semua orang.
"Wonwoo hyung" batin Mingyu sambil membantu Wonwoo untuk menggendong Hoshi.
Semua orang terkejut begitu melihat Hoshi berhenti menangis ketika Wonwoo memeluknya. Wonwoo menimang – nimang bayi itu agar dia tertidur, Wonwoo masuk kedalam rumah dan duduk di sofa ruang tengah.
Ini pertama kalinya sejak kepergian Soonyoung, Wonwoo mau keluar kamarnya. Karena sejak saat itu Wonwoo terus mengurung dirinya didalam kamar.
"Sepertinya Hoshi ingin Wonwoo yang menimangnya." Ucap Kibum lirih sambil memperhatikan Wonwoo yang tengah menidurkan Hoshi.
Wonwoo tersenyum sambil membelai lembut rambut dan wajah Hoshi, membuat bayi itu perlahan – lahan menutup matanya karena mengantuk.
Ketika melihat Hoshi sudah tertidur nyenyak, Donghae mengambil alih Hoshi dari gendongan Wonwoo. Saat itu lah mata Wonwoo kembali kosong, tanpa kehidupan. Mingyu menatap sendu saat melihat hal itu. Dengan perlahan Mingyu berlutut di hadapan Wonwoo dan menggenggam tangannya.
"Hyung, aku ingin memberikan sesuatu untuk mu. Semoga dengan ini kau tidak merasakan kehilangan lagi." Mingyu mengeluarkan MP3 beserta earphone dan memasangkan di telinga Wonwoo. Wonwoo hanya diam tidak menjawab. Dia tidak menolak ataupun menerima.
Perlahan Mingyu menekan tombol play.
Hei... Jeon Wonwoo, bagimana kabar mu? kau sudah makan?
Mata Wonwoo terbelakak terkejut mendengar suara Soonyoung dari earphone itu
Kau tidak menyusahkan Appa, Eomma dan Mingyu kan?
Kau sudah makan kan. Jangan sampai terlambat makan ya... aku tidak ingin Acute Gastritis mu kambuh.
"Soonyoung-ah" ucap Wonwoo lirih, air matanya sudah mulai berdesakan untuk keluar.
Aku ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting jadi dengarkan baik – baik, Okey!
Jika kau mendengarkan suara ku dari MP3 ini berarti aku sudah berada di surga. Kau tidak perlu sedih karena semuanya akan baik – baik saja di surga kecuali aku akan sangat merindukanmu. Jebal, jangan menangis karena kematianku! Aku tidak ingin melihat hal itu dari mu.
Wonwoo-ah, Jebal jangan bersedih karena kepergianku, ne?Aku hanya meninggalkan mu untuk sementara, karena di kehidupan mendatang aku akan tetap menjadi saudara mu dan akan terus melindungi mu. Dan saat itu pun aku akan tetap menjaga mu karena itu lah tugas saudara kan. Kau setuju kan dengan pendapatku?
Wonwoo tersenyum mendengar ucapan Soonyoung.
Meskipun kau tidak bisa melihat ku lagi tapi di surga aku bisa melihat kau setiap hari. Asalkan aku melihat senyumanmu dan melihat kau bahagia maka aku akan merasa seribu kali lebih bahagia.
Wonwoo perlahan – lahan meneteskan air matanya
Tapi jika aku melihat mu menangis dan bersedih maka aku akan merasakan seribu kali sedih dan sakit. Jadi demi aku... demi Eomma... demi Appa... demi Mingyu...demi Jun... demi Woozi... demi dirimu sendiri dan demi bayi kecil Hoshi serta demi orang – orang yang sangat menyayangimu. Bisakah kau bahagia demi kami dan demi dirimu sendiri? Kau harus bahagia Wonu-ya. Kau harus bahagia setiap hari, kau harus tersenyum setiap hari. Karena aku baik – baik saja di surga karena aku sudah melepas rasa sakit ku.
Aku akan selalu menyayangimu.
Air mata Wonwoo semakin deras mengalir, hingga tangisannya menjadi. Wonwoo menangis keras hingga suara Soonyoung sudah tidak terdengar lagi.
"Soonyoung-ah... Soonyoung-ah..." tangisan pilu Wonwoo membuat hati semua orang terluka. Mereka mengerti bagaimana berartinya Soonyoung bagi kehidupan Wonwoo.
Mingyu memeluk Wonwoo dengan erat, membiarkan Wonwoo menumpahkan air matanya yang selama ini dia tahan. Wonwoo pasti sangat tersiksa tidak bisa menangis dengan keras saat Soonyoung meninggalkannya.
"Soonyoung-ah... Soonyoung-ah..." rancau Wonwoo. Mingyu tetap setia memeluk Wonwoo sampai Wonwoo tertidur karena merasa lelah menangis.
***SOONWOO TWINS***
"Wonwoo-ya Bangun!" suara Soonyoung membangunkan Wonwoo, membuat Wonwoo yang tengah tertidur di pundaknya merasakan tidak nyaman.
"Ya, Jeon Wonwoo... jika kau tidak bangun maka aku akan menyentilmu." Ancaman Soonyoung membuat Wonwoo terbangun dengan cepat.
"Kau jahat sekali!" keluh Wonwoo sambil cemberut.
Wonwoo sekarang berada di padang rumput yang luas dan sejuk, dia duduk berdua dengan Soonyoung di satu – satunya tempat duduk ditempat itu. Dan mereka memakai baju serba putih.
"Kau sudah mendengarkan pesan ku kan?" tanya Soonyoung tiba – tiba. Mendengar itu membuat Wonwoo menatap Soonyoung lalu menganggukkan kepalanya.
"Kau jahat sekali meninggalkan ku" Wonwoo menatap sedih kearah Soonyoung, tapi Soonyoung tersenyum mendengar keluhan Wonwoo.
"Aku sudah bilang kan bahwa aku baik – baik saja disini. Kau tidak perlu khawatir lagi. Apa kau ingin aku terus merasaka sakit? Kau mau melihat ku menderita terus?"
Wonwoo menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.
"Jika kau tidak mau maka biarkan aku disini, melepas semua rasa sakit ku. Aku akan baik – baik saja."
"Tapi..." Wonwoo hendak menyela
"Walaupun aku sudah tidak bersama dengan mu lagi, tapi aku akan selalu ada disini." Soonyoung menunjuk dada Wonwoo.
"Aku akan selalu bersama mu. Lagi pula selain aku, Mingyu pasti akan bersamamu. Dia akan membantu ku untuk menjagamu. Dan aku percaya jika Mingyu akan selalu ada untuk mu. Jadi jangan pernah sia – sia kan orang yang tengah berjuang untuk mu." Soonyoung mengelus lembut rambut Wonwoo.
"Lalu bagaimana dengan Seokmin? Kau meninggalkan dia."
Soonyoung tersenyum
"Walaupun aku meninggalkan dia, tapi aku selalu hidup didalam cintanya. Aku selalu hidup didalam hatinya. Kau jangan pernah meragukan cinta Seokmin pada ku. Cintanya akan selalu ada untuk ku."
"Lalu bagaimana jika dia melupakan mu dan mencintai orang lain?"
"Aku akan sangat bahagia jika dia menemukan cinta yang lain. Karena kebahagianku melihat dia bahagia. Siapapun nanti yang akan bersamanya, bahkan aku akan menjaga cinta nya." Soonyoung masih betah mengelus rambut Wonwoo dengan sayang.
"Sama hal nya ketika aku melihat mu bahagia maka aku akan lebih bahagia, tapi jika melihat mu sedih maka aku lebih sedih dari mu. Kau harus tahu itu." Soonyoung membelai lembut pipi Wonwoo.
"Kau harus ingat bahwa kau masih mempunyai Appa, Eomma, Mingyu, Jun, Woozi, Seokmin dan bayi kecil Hoshi yang akan selalu menunggumu untuk bangkit dari keterpurukan. Mereka yang selalu berada disampingmu, jadi kau tidak boleh menyia – nyiakan pengorbanan mereka yang selalu menunggu mu."
"Dan kau harus ingat satu hal bahwa aku selamanya akan sangat menyayangimu." Soonyoung memeluk Wonwoo yang sudah menangis
"Kau harus ingat satu hal... kau harus bahagia."
Wonwoo membalas pelukan Soonyoung dengan erat. Soonyoung membelai lembut punggung Wonwoo.
"Wonwoo hyung... Hoshi menangis!" teriakan suara Mingyu membuat Soonyoung dan Wonwoo melepaskan pelukannya.
"Chaaa... Hoshi sudah menunggu mu, kau harus kesana. Dia sedang menunggu Eommanya pulang." Soonyoung mendorong punggung Wonwoo untuk ketempat Mingyu berada.
"Jika sudah waktunya, datanglah kesini. Aku akan menunggu. Tapi jangan datang terlalu cepat. Arachi!" Soonyoung menggenggam tangan Wonwoo lembut. Soonyoung memberikan senyuman terbaiknya pada Wonwoo sebagai salam perpisahan.
Perlahan – lahan tangan Wonwoo terlepas dari genggaman Soonyoung, Soonyoung tersenyum sangat manis membuat Wonwoo juga tersenyum.
Aku menyayangimu, Wonwoo-ah
Saat tangan itu terlepas, pandangan Wonwoo teralihkan pada Mingyu, kali ingin Mingyu lah yang tersenyum kearah Wonwoo dan mengulurkan tanganya pada Wonwoo. Dengan senang hati Wonwoo menggapai tangan itu dan memeluk Mingyu dengan bahagia.
"Aku mencintaimu, Mingyu-ah" batin Wonwoo sambil mempererat pelukannya pada Mingyu.
***SOONWOO TWINS***
Perlahan Wonwoo membuka matanya dan samar – samar melihat wajah Mingyu ada dihadapannya. Wonwoo merasakan jika Mingyu tengah menggenggam tangannya. Saat Wonwoo membuka matanya dengan sempurna dan melihat jelas disekililingnya, dirinya dapat melihat Mingyu tertidur disampingnya. Dibelakang Mingyu ada Kibum yang juga masih tertidur, ditengah – tengah dirinya dan Mingyu ada si bayi Hoshi juga tengah menggenggam baju depan Wonwoo. Wonwoo juga merasakan jika Eommanya juga ada di belakangnya sambil memeluknya. Jangan lupakan Seokmin yang tertidur di samping tempat tidur.
Perlahan Wonwoo melepaskan tangannya yang digenggam oleh Mingyu.
"Kau harus ingat bahwa kau masih mempunyai Appa, Eomma, Mingyu, Jun, Woozi, Seokmin dan bayi kecil Hoshi yang akan selalu menunggu untuk bangkit dari keterpurukan. Mereka yang selalu berada disampingmu, jadi kau tidak boleh menyia – nyiakan pengorbanan mereka yang selalu menunggu mu."
Ucapan Soonyoung dalam mimpinya membuat Wonwoo tersenyum.
"Kau benar Soonyoung-ah. Aku masih memilki mereka yang akan selalu menjagaku. Jadi aku tidak akan pernah lagi menyia – nyiakan hal itu." Batin Wonwoo sambil membelai lembut pipi chubby Hoshi.
Wonwoo duduk bersandar di tempat tidur lalu menggendong Hoshi yang masih tertidur dengan nyenyak.
Wonwoo dapat melihat jika semua orang masih menemaninya. Wonwoo tersenyum karena masih memiliki mereka ada disampingnya saat ini. tidak lama setelah itu Hoshi terbangun.
"Selamat pagi, Aegi ku." Gumam Wonwoo sambil mencium pipi Hoshi dengan gemas. Ucapan Wonwoo disambut tawa khas seorang bayi yang senang melihat Eommanya.
"Ayo kita buatkan sarapan untuk mereka semua. Tapi sebelum itu kita mandi dulu." Gumam Wonwoo lirih karena tidak ingin membuat semua orang yang masih tertidur itu terbangun. Perlahan – lahan Wonwoo meninggalkan tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi.
**20 Menit kemudian***
Wonwoo dan Hoshi sudah keluar dari kamar mandi dan masih melihat semua orang masih betah tidur. Wonwoo menghampiri Mingyu dan mencium pipinya lembut.
"Selamat pagi, Mingyu-ah. Aku mencintaimu." gumam Wonwoo lirih.
"Ayo kita buat sarapan." Wonwoo keluar dari kamar sambil menggendong Hoshi.
Suara berisik dari arah dapur membuat Mingyu dan Seokmin terbangun, ketika bangun Mingyu terkejut tidak mendapati Wonwoo dan Hoshi tertidur di sampingnya. Dengan perasaan khawatir Mingyu membangunkan Kibum dan Donghae.
"Donghae Eomma, Kibum Appa... Wonwoo hyung dan Hoshi tidak ada."
Mendengar itu membuat Donghae dan Kibum panik
"Kita cari sekarang." Kibum langsung turun dari tempat tidur dan berlari keluar dari kamar. Ketika semua orang keluar dari kamar, mereka melihat Wonwoo sedang mengatur sarapan sambil menggendong Hoshi yang tertawa riang, Hoshi seperti menemani Wonwoo menyiapkan sarapan. Para Maid yang melihat itu merasa senang karena dapat melihat Wonwoo tersenyum kembali.
"Wonwoo" panggil Kibum
"Oh... Selamat pagi" Wonwoo tersenyum melihat semua orang bangun. Hal itu tentu saja membuat semua orang terkejut.
"Selamat pagi juga sayang." Balas Donghae sambil menghampiri Wonwoo dan membelai lembut wajah Wonwoo.
"Selamat pagi, Hoshi." Donghae mencium pipi chubby Hoshi dengan gemas.
Melihat Donghae membalas sapaan Wonwoo, membuat semua orang tersenyum. Akhirnya mereka bisa melihat senyuman Wonwoo lagi.
"Selamat pagi Wonwoo hyung" sapa Mingyu sambil menghampiri Wonwoo
"Selamat pagi" jawab Wonwoo sambil merapikan rambut Mingyu yang sedikit berantakan.
"Kau mau menemaniku ke tempat Soonyoung?" Wonwoo menatap Mingyu penuh harap.
"Mwo?" pekik semua orang terkejut, melihat reaksi semua orang membuat Wonwoo mengerutkan keningnya heran.
"Maksudku ketempat makam Soonyoung." Wonwoo mengoreksi lagi kata – katanya. Mendengar itu membuat semua orang menghelai nafasnya lega. Karena mereka memikirkan hal yang aneh – aneh saat Wonwoo mengatakan hal itu.
"Tentu saja, Hyung. Aku akan menemanimu."
"Gomawo." Wonwoo tersenyum sangat manis membuat semua orang merasa bahagia melihatnya
***SOONWOO TWINS***
Zelo berada salah satu ruangan di kantor polisi untuk menjenguk JongUp. JongUp mendapatkan hukuman yang setimpal akan perbuatannya.
Zelo tersenyum saat melihat JongUp sudah duduk dihadapannya.
"JongUp hyung, bagaimana kabar mu?" tanya Zelo saat JongUp menatapnya.
"Seperti yang kau lihat."
"Hyung, aku ingin memberitahukan sesuatu padamu. Tapi kau tidak boleh marah, ne?"
"Hm" gumam JongUp.
"Appa mengalami kebangkrutan tapi kali ini bukan karena investor ataupun dari keluarga Jeon. Appa ditipu dan mengalami kerugian yang sangat besar hingga semua aset perusahaan dan aset yang kita miliki disita." Zelo menjelaskannya dengan perlahan, JongUp terkejut dengan berita yang diungkapkan Zelo. Namun kali ini dia hanya diam saja menyimak dengan tenang.
"Sekarang Appa hanya bekerja menjadi buruh dan aku bekerja paruh waktu. Jadi kita memulai usaha semuanya dari nol. Aku juga sudah keluar dari Pledis Art High School dan bersekolah di sekolah biasa."
"Kau baik – baik saja?" JongUp menatap Zelo dengan khawatir. Khawatir jika dongsaengnya itu merasa tertekan dan kelelahan.
"Aku baik – baik saja hyung. Appa juga sekarang sangat baik padaku. Jadi aku sangat bahagia. Walaupun tidak bisa hidup berkecukupan seperti dulu asalkan bisa bersama denganmu dan Appa, bagiku semua akan baik – baik saja." Zelo tersenyum, JongUp pun tersenyum melihat Zelo bahagia.
"Hyung aku tadi membuat makanan kesukaan mu, kau harus mencobanya." Zelo mengeluarkan makanan yang tadi dia buat. Lalu menyuapkan sedikit pada JongUp.
"Bagaimana rasanya?"
"Mas-isso"
"Benarkah? Aku masih belajar memasak hyung. Jadi ketika nanti aku sudah mahir aku akan membuka restoran atau cafe. Tapi sekarang aku masih mengumpulkan uang untuk itu."
"Terima kasih karena tidak meninggalkan ku." JongUp menggenggam tangan Zelo yang berada diatas meja
"Kenapa aku harus meninggalkanmu, hyung? Kita keluarga. Aku menyayangimu. Jadi aku tidak mungkin meninggalkanmu"
Jawaban Zelo membuat JongUp meneteskan air mata.
"Terima kasih karena sudah berada disampingku." JongUp menggegam erat tangan Zelo sambil menangis. Zelo hanya tersenyum melihat hal itu.
***SOONWOO TWINS***
Wonwoo meletakkan karangan bunga disamping pohon tempat abu Soonyoung di tanam dan menggantungkan mahkota bunga di salah satu ranting pohon.
"Aku membuat mahkota bunga. Bunga nya berasal dari tanaman yang kau tanam di taman belakang. Kau menyukainya kan?" Wonwoo tersenyum.
"Mianhae, Soonyoung-ah. Aku baru datang sekarang. Kau pasti tahu bagaimana keadaan ku saat kau meninggalkanku. Ku harap kau mengerti" ucap Wonwoo lirih. Mingyu memeluk pundak Wonwoo dan menenangkannya.
"Soonyoung hyung pasti mengerti akan hal itu, hyung. Kau tidak perlu khawatir."
"Aku datang bersama dengan Mingyu, Seokmin dan Hoshi. Ada banyak sekali yang ingin ku ceritakan padamu. Tapi karena bersama dengan mereka aku tidak bisa berlama – lama." Wonwoo tersenyum sambil memegang pohon Soonyoung.
"Ada kabar baik. Mulai besok aku akan masuk sekolah. Aku akan melanjutkan hidup bahagia ku untuk mu. Aku ingin kau bahagia, jadi jika ingin melihat mu bahagia aku juga harus bahagia, benarkan Soonyoung-ah. Ah... sepertinya aku harus mengejar ketertinggalanku di sekolah."
Ucapan Wonwoo membuat Mingyu dan Seokmin tersenyum.
"Terimakasih sudah menjaga ku selama ini... Terima kasih sudah menyayangiku... Terimakasih sudah melindungiku... Terimakasih sudah menjadikan ku saudara kembar mu... Terima kasih sudah lahir sebagai hyung-ku... Terimakasih sudah menjadi bagian hidupku... Dan Terima kasih sudah lahir sebagai Jeon Soonyoung." Air mata Wonwoo sudah tidak bisa dibendung lagi. Wonwoo menghapus air mata itu dengan perlahan.
"Terima kasih Soonyoung-ah... Aku menyayangimu." Wonwoo tersenyum sambil terus menghapus air matanya.
"Soonyoung hyung pasti lebih menyayangimu." Bisik Mingyu sambil membawa Wonwoo ke pelukannya dan mengelus lembut pundak Wonwoo.
"Ayo hyung kita pulang." Mingyu menggengam tangan Wonwoo lembut. Wonwoo tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
Saat Wonwoo dan Mingyu meninggalkan tempat itu, kini giliran Seokmin yang meletakkan karangan bunga di samping pohon Soonyoung.
"Hyung... aku sedang menggendong Hoshi. Kau bisa melihatnya kan?" Seokmin mengelus rambut Hoshi yang sedang memegang satu tangkai bunga untuk dimainkan oleh bayi mungil itu.
"Mam... Mam... Mam..." gumam Hoshi sambil tertawa. Seokmin yang melihatnya ikut tertawa.
"Ne, sekarang kita ada ditempat Eomma. Kau senang kan bisa kesini?" pertanyaan Seokmin dibalas tawa manis dari Hoshi.
"Hyung... sampai kapan pun aku akan selalu mencintaimu. Terimakasih sudah memberiku kesempatan untuk menjadi namjachingu mu. Terimakasih sudah memberi ku kesempatan untuk membahagiakan mu. Terimakasih sudah membiarkanku mencintaimu. Terimakasih sudah menjadi bagian hatiku. Dan terimakasih sudah terlahir menjadi seorang Jeon Sooyoung." Seokmin tersenyum, dia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Aku akan menjaga Hoshi dengan baik seperti aku menjagamu. Aku akan mencintai Hoshi seperti aku mencintaimu. Kalung yang ku berikan padamu, akan ku berikan pada Hoshi jika dia sudah beranjak dewasa nanti." Seokmi menghembuskan nafasnya perlahan sambil menggenggam kalung berliontin hamster. Seokmin mencoba menata perasaannya untuk melepaskan Soonyoung untuk berisitirahat dengan tenang.
"Aku juga akan membantu Mingyu untuk menjaga Wonwoo hyung untuk mu. Jadi kau tidak perlu khawatir lagi. Kau baik – baiklah disana. Disini akan baik – baik saja selama ada aku dan Mingyu. Aku mencintaimu Soonyoung hyung. Sangat mencintaimu."
Seokmin meninggalkan pemakaman itu dengan hati yang tenang dan lega bisa menyampaikan isi hatinya pada Soonyoung.
Mingyu dan Wonwoo berjalan perlahan - lahan sambil bergandengan tangan, mereka menengok kebelakang dilihatnya Seokmin tengah meninggalkan tempat itu sambil bercanda dengan Hoshi yang ada digendongannya.
"Mingyu-ah... Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Wonwoo mengalihkan pandangan Mingyu.
"Hm... tentu saja. Kau mau bertanya apa padaku hyung?" sambil berjalan Mingyu menatap Wonwoo.
"Kenapa kau tidak meninggalkan ku saat aku terpuruk? Kau bisa melihatnya kan bagaimana keadaan ku waktu itu. Aku seperti orang gila. Aku seperti orang yang kehilangan arah hidupnya karena kehilangan saudara kembarnya."
Mendengar penuturan Wonwoo membuat Mingyu menghentikan langkah kakinya. Mingyu membuat Wonwoo menghadap kearahnya.
"Karena aku mencintaimu." Mingyu tersenyum saat Wonwoo membelalakkan matanya.
"Karena aku mencintaimu lah, aku bisa bertahan sampai saat ini. sampai kau pulih seperti sekarang. Mungkin jika ada orang yang berkata berhentilah mencintai Wonwoo, mungkin aku akan mempunyai pemikiran seperti itu. Tapi saat ada orang yang berkata begitu aku akan menjawab dengan tegas Aku ingin berhenti mencintainya, tapi aku tidak tahu caranya. "
"Mingyu-ah..."
"Saat kau dalam keadaan yang tidak baik saat itu, banyak orang yang menyarankanku untuk meninggalkan mu dan mencari yang lain. Tapi aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu, aku tidak akan meninggalkan cinta ku saat dirinya sedang terpuruk. Justru saat seperti itulah cinta ku sedang diuji, jika aku bisa bertahan maka itulah cinta sejati. Cinta ku memang tidak sempurna hyung, tapi aku tulus mencintaimu. Aku akan rela berkorban untuk mu, karena cinta sejati itu butuh pengorbanan dan tidak mudah."
"Jika aku tidak siap menerima keadaanmu saat itu, berarti aku tidak mungkin mampu mengarungi masa depan yang lebih indah bersamamu, hyung"
Wonwoo memeluk Mingyu dengan erat.
"Terimakasih, Mingyu-ah. Terimakasih kau tetap disampingku. Aku mencintaimu."
Mingyu melepas pelukan itu dan tersenyum sambil membelai lembut wajah Wonwoo, Mingyu mendekatkan wajahnya perlahan kearah Wonwoo.
"Nado. Aku lebih mencintaimu." Mingyu menyatukan bibir mereka dengan lembut.
Wonwoo membalas ciuman Mingyu dengan lembut. Wonwoo mengalungkan tanganya pada pundak Mingyu saat Mingyu menekan tengkuk Wonwoo lembut agar ciuman itu lebih dalam lagi. Mingyu menyalukan cinta nya pada Wonwoo, memberikan sepenuhnya cintanya pada Wonwoo. Dia akan menjaga Wonwoo, membahagiakannya dan selalu berada disampingnya. Dia juga harus menepati janjinya pada Soonyoung.
"Ya... Ya... Ya... Tidak kah kalian melakukannya ditempat lain!" Seru Seokmin saat melihat adegan romantis dihadapannya, Mingyu dan Wonwoo buru – buru melepas ciuman itu. Dan gara – gara mereka juga Seokmin harus membuat Hoshi menatap kearah lain agar mata polosnya jangan sampai dinodai sejak dini.
"Kalian ini tidak tahu tempat!" keluh Seokmin saat berjalan melewati mereka berdua.
Sedangkan kedua orang itu hanya tersenyum kikuk dengan wajah merah. Mingyu dan Wonwoo saling menatap satu sama lain lalu terkekeh pelan melihat bagaimana wajah kesal Seokmin. Mingyu maupun Wonwoo saling menyatukan tangan mereka berdua dan berjalan beriringan dengan senyuman menghiasi wajah mereka.
Wonwoo menyandarkan kepalanya pada pundak Mingyu saat mereka berjalan. Hingga siapapun yang melihatnya akan iri melihat bagaimana mereka saling mencintai.
"Aku mencintaimu, Mingyu-ah" batin Wonwoo sambil tersenyum.
"Aku mencintaimu, Wonwoo hyung" batin Mingyu sambil mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Wonwoo.
Dari kejauhan sosok Soonyoung memakai baju putih melihat semuanya, dia tersenyum melihat bagaimana Wonwoo bahagia bersama dengan orang yang dicintai dan juga mencintainya dengan tulus.
Kau harus bahagia. Aku akan selalu menyayangimu, Wonwoo-ah.
Bersamaan dengan angin berhembus, sosok Soonyoung juga menghilang.
***SOONWOO TWINS END***
AKHIRNYA END JUGA... LEGA RASANYA
29 HALAMAN KU HABISKAN HANYA UNTUK CERITA. HUUUUWAAAA...AKU TAK MENYANGKA!
Bagaimana Endingnya? Suka ndak?
Sekali lagi Terimakasih untuk reader ku yang selama ini sudah meninggalkan reviewnya. Review kalian selalu membuat ku semangat. Hanya ucapan terimakasih yang bisa ku berikan. Aku tidak bisa memberika apa – apa. Terimakasih banyak atas dukungan dan masukan kalian selama ini.
Terimakasih yang sudah baca cerita saya dan meluangkan waktunya untuk membaca! #Tebar kiss bye#
PPYONG!