Kagura tengah berlari bersama Kouka, mengikuti langkah Kondo Isao yang tengah memapah tubuh Mitsuba di pundaknya. Mereka berlari menuju Cabin kapal dan tepat ketika Kouka, Mitsuba dan Kondo telah masuk ke dalam, langkah Kagura terhenti.

"Maaf, Mami." Ucapnya diiringi senyuman, menutup pintu tersebut lalu membaca sebuah mantra guna mengunci pintu itu.

"Kagura!" seru Kouka saat pintu tersebut di tutup oleh putrinya.

ooOoo

Mermaid Princess from Amanto Land

Disclaimer : Gintama By Sorachi Hideaki a.k.a Gorilla-Sensei. Story By Me

Warning : OOC, Rated T, AU, Typo.

ooOoo

Kagura sekarang tengah berlari kembali ke tempat Sougo, Hijikata dan Kamui tadi bertarung. Pikiran gadis itu takut, sebab dia sangat kenal dan tau bagaimana hebatnya sihir milik Otae.

"Tunggu aku sebentar saja, Sadist, Kamui-Nii." Gumannya.

.

.

Sesampai Kagura di tempat Sougo, mata gadis itu terbelalak kaget melihat Sougo dan pria bersurai dark green, tengah terkapar tak berdaya. Sougo dan pria tersebut mencoba kembali berdiri dan menyerang balik.

"Sudah kubilang, kalau kalian bukan tandinganku." Hitotsubashi berbicara dengan nada angkuh.

"Teme, kau beruntung karena ada sihir perisai itu. kalau tidak, kami sudah menjadikanmu daging cincang sedari tadi." Balas Sougo seraya meludahkan darah dari mulutnya.

Sougo berdecih ketika menyadari bahwa kekuatannya kalah telak saat ini.

"Kenapa, Okita-heika? Mulai menyadari kekalahanmu?" tanyanya dengan nada mengejek.

"Diam kau, sialan!" umpat Sougo.

Hijikata dan Sougo kembali menyerang Hitotshubashi secara beriringan. Tetapi, sebanyak apapun serangan mereka. Perisai sihir yang melindungi Hitotsubashi tak bisa hancur.

Di saat, Hijikata dan Sougo sudah mulai kehabisan tenaga, Hitotsubashi melayangkan pedangnya ke arah Sougo.

"Sadist, Awas!" teriak Kagura dan tanpa sadar gadis itu membacakan sebuah mantra yang membuat perisai pelindung Hitotsubashi retak.

Tak mau menyia-yiakan kesempatan, sougo langsung balik menyerang Hitotsubashi, menambahkan retakan pada perisai sihir pria tersebut dan dengan secepat kilat, Hijikta juga mengayunkan pedangnya menghancurkan perisai tersebut.

Hitotsubashi mundur beberapa langkah dari hadapan mereka. Padangan pria tersebut menjadi murka. Ditatapnya, Kagura yang tengah berada tak jauh dari mereka. Dan dengan gerak cepat, pria tersebut menuju ke arah Kagura.

Traang ..,

Bunyi gesekan antara dua pedang terdengar. Padangan tajam antar dua manik berbeda warna saling bertemu. Sougo, dengan tepat waktu menarik Kagura dalam pelukannya dan berhasil menahan serangan yang di lancarkan Hitotsubashi.

"Sa-dist." Ucap gadis itu terbata dengan mimik wajah yang terlihat takut.

"Hn." Balas Sougo seraya mengembalikan serangan Hitotsubashi.

Pemuda itu sebenarnya ingin berteriak tepat di wajah gadis itu seraya mengatakan 'Apa yang kau lakukan,bodoh!' tapi, dia tahan karena ini bukan saat yang tepat.

"Mundurlah, china." Perintahnya saat melepaskan pelukannya pada Kagura.

Kagura mengangguk paham, lalu mundur dari sana.

"Hijibaka-Nii! Ini kesempatan kita!" serunya kepada Hijikata yang tengah berlari guna menyerang Hitotshubashi dari arah berlawanan.

Serangan telak dari dua arah yang berbeda tersebut, akhirnya dapat merobohkan Hitotsubashi.

"Sadist!" seru senang Kagura saat melihat Raja muda itu berhasil menjatuhkan musuh. Gadis itu berlari ke arah Sougo seraya memeluknya.

Sougo membeliak kaget ketika Kagura menubruk tubuhnya. Seulas senyum tipis tercipta di wajahnya.

"Hijibaka-Nii, sebaiknya kau bantu kakak gadis ini melawan penyihir tadi." Perintah Sougo yang langsung dipatuhi oleh Hijikata.

Hijikata langsung berlari menuju bagian belakang kapal guna membantu Kamui yang tengah bertarung dengan Otae.

"Apa yang kau lakukan disini, China?" tanya Sougo seraya mengusap lembut surai gadis itu.

"Aku khawatir dengan kalian semua." Jawab Kagura yang masih menenggelamkan wajahnya di dada pemuda pasir itu.

"Justru kau yang akan membuat kami semua khawatir, baka." Sougo menyentil dahi Kagura, "tapi, terima kasih, China. Kami tertolong berkat sihirmu." Lanjut pemuda itu tulus.

Kagura mengangguk senang. "Kita juga harus membantu Kamui-Nii, Sadist." Ajak Kagura.

Sougo mengangguk, pemuda itu menarik lembut tangan Kagura menuju tempat Kamui berada. Tetapi, tepat satu langkah mereka pijakan, Hitotsubashi berdiri bangkit dan hendak kembali menyerang Kagura.

"Kyaa!" jerit kaget Kagura seraya menutup matanya.

Beberapa detik berlalu, gadis itu tak merasakan apa pun. Dengan perlahan Kagura membuka mata dan terbeliak kaget melihat punggung Sougo yang tersayat lebar dan badan Hitotsubashi yang sudah terpisah dengan kepalanya tepat di depan kaki Sougo. Tak lama kemudian, Sougo ikut ambruk yang dengan cepat tubuhnya di tangkap oleh Kagura.

"Sadist ... Sadist ... Sadist ... Sadist ...," Kagura terus menerus memanggil Pemuda tersebut, berharap pemuda itu membuka kedua matanya.

Mata Kagura semakin membulat kaget ketika suhu dingin dari tubuh Sougo menjalar ke telapak tangannya. Gadis itu segera mendekatkan kupingnya ke jantung Sougo. Nihil, suara detak jantung pemuda itu tidak terdengar.

Setetes demi setetes air mata jatuh dari ke dua pipi gadis vermellion itu.

'Salahnya, ini semua salahnya. Seandainya dia tadi menghindar dan bukan berteriak. Seandainya dia tadi tak mendekati pemuda itu. seandainya dia menuruti kata-kata pemuda itu. pasti, semua ini tak akan terjadi. Ini semua salahnya' batin Kagura menyalahkan diri sendiri.

"Semua adalah salahmu Kagura-chan," Ucap sosok bayangan hitam yang tengah berbicara dalam diri Kagura. "Semua salahmu." Ucap sosok di benak Kagura lagi.

"Salahku." Kagura berguman lirih, manik biru cerahnya berubah kosong dan aura hitam pekat mengalir keluar dari dalam tubuhnya.

Tanpa Kagura sadari, tubuh gadis itu berdiri dengan tatapan mata yang kosong mengarah ke laut lepas. Kedua tangannya terbuka ke depan. Dan sebuah syair kuno melantun dari bibir mungilnya.

Na nepo dor, Neath gatyunla

Colga roon irs sor

Was touwaka wa linen Yeeel idesy akata.

Sosok dalam benak Kagura tersenyum lebar, "Ya, Kagura ... Jangan pernah lupakan siapa dirimu." Gumannya kemudian menghilang.

Seiringan dengan deretan sair yang terus terlantun dari bibir mungilnya, tubuh Kagura mengeluarkan cahaya hitam pekat dengan deretan huruf-huruf kuno yang mengelilinginya.

"Chi-na ...," guman Sougo dengan mata setengah terbuka.

...

Kouka mempercepat larinya saat indra pendengarannya menangkap suara putrinya. Wajahnya terlihat panik.

'Aku harus cepat atau Kagura dalam bahaya' batinnya.

Laju Kouka sedikit terhenti ketika suara yang begitu familiar baginya terdengar memanggil namanya.

"Haha-Ue!" Seru suara tersebut.

"Kamui? Kau baik-baik saja?" tanya Kouka dengan nada cemas yang begitu ketara.

"Aku baik-baik saja Mami." Balas Kamui.

"Otae-" kalimatnya terhenti ketika melihat darah yang mengalir di Naginata milik Kamui.

Kamui terdiam sampai sentuhan lembut mengelus surai vermillion-nya.

"Kau melakukan yang terbaik. Sekarang kita harus cepat mencari Kagura." Kouka nampak gusar.

"Ayo, Haha-Ue." Kamui menarik tangan ibunya.

...

Angin berhembus kencang, diiringi dengan hujan deras membuat gelombang laut meninggi. Di tengah kondisi laut yang mulai marah itu, beberapa kapal tengah terombang-ambing di sana.

"Kagura!" teriak Kouka dan Kamui serentak.

Dilihat dari mana pun, Kondisi gadis itu sangat tidak baik. Aura hitam pekat terus mengalir keluar dari tubuhnya. Dengan tulisan-tulisan kuno yang terus mengelilingi tubuh gadis itu. lingkaran sihir nampak melingkar di atas kapal tersebut dan semakin besar seiring dengan lantunan yang Kagura keluarkan.

"Kagura, sadarlah! Kagura!." Kouka mencoba menarik Kagura keluar dari lingkaran tersebut.

"Kagura!" Kini Kamui ikut membantu ibunya untuk menyadarkan adiknya.

Kamui dan Kouka, jatuh terdorong mundur ketika sengatan listrik menyambar mereka.

"ck, Sial!" umpat Kamui.

"Tidak ada cara lain Kamui, kita gunakan cara itu." Kouka berdiri dari tempatnya.

"Apa yang kau katakan, Haha-Ue! Jika, Haha-Ue lakukan, maka Haha-Ue yang akan menghilang!" Kamui tak terima dengan ide ibunya.

"Tak ada cara lain, Kamui. Adikmu bisa menghancurkan lautan dan menenggelamkan daratan jika, dia menyelesaikan mantra itu." Lirih Kouka seraya mulai mengucapkan lantunan lirik juga.

"Haha-Ue-." Ucapan Kamui terpotong saat Sougo menepuk pundaknya.

"Kau-." Kamui menatap Sougo yang tengah berjalan menuju ke arah Kagura.

Syair Kouka terhenti, ketika Sougo berhasil menerobos masuk ke dalam lingkaran sihir Kagura.

"China ... Sadarlah!" serunya tepat di samping telinga Kagura. Pemuda bersurai pasir itu memeluk tubuh Kagura.

"Jangan salahkan dirimu, China," lanjut Sougo yang masih tak membuat Kagura menghentikan mantranya.

"Kagura, ku mohon, sadarlah! Jika, kau tetap melanjutkannya kau tau sendiri bahwa tubuhmu sudah tak kuat menggunakan sihir, bukan?" Sougo mengeratkan pelukannya dan saar atau tidak, Sougo memanggil Kagura dengan namanya untuk pertama kalinya.

"Aku mencintaimu, Kagura. Aku tak ingin kehilangan orang yang berarti untukku lagi." Sougo mengakhiri kalimatnya. Terdengar benar-benar di luar karakter sadistnya. Tapi, Sougo sadar, sejak awal pertemuan mereka, Sougo sudah meresa kalau mereka berdua terikat benang takdir tak kasat mata.

Awalnya, Sougo sudah mengira bahwa gadis itu adalah penyelamatnya sepuluh tahun yang lalu. Akan tetapi, Sougo ragu tak kala gadis itu tak dapat berbicara. Dan seberapa banyak pun, Sougo mencoba untuk tak peduli terhadap gadis itu, dia tetap tak bisa melakukannya. Bahkan saat gadis itu ingin membunuhnya, dia tak bisa mengabaikan rasa aneh dalam hatinya. Melihat aneka ekspresi dan tingkah gadis vermillion itu adalah kesenangan tersendiri untuknya. Setiap kali, dia mengingat gadis itu, perutnya merasakan jutaan kupu-kupu berterbangan di dalamnya. Ya, Sougo pun telah terpikat dengan gadis yang dia kira mata-mata tetua istana itu.

Bertepatan dengan sebuah gelombang besar yang menuju ke arah mereka, Sougo berteriak, "KAGURA!"

Ombak besar itu terpecah tepat mendekati detik-detik akan menerjang kapal mereka sekarang. Sougo berhasil menghentikan Kagura tepat di detik-detik terakhir. Lingkaran sihir besar itu menghilang, begitupun, angin kencang dan hujan badai yang turut terhenti. Dan kini, langit telah menjadi cerah kembali. Cahaya matahari yang menyinari lautan, mempercantik penampilan laut.

Kapal-kapal yang tadi mengepung mereka telah hilang bagai di telan bumi.

"Kagura ... Kagura ...," Sougo menepuk pelan pipi kiri Kagura guna membangunkan gadis yang terpejam dala pelukannya itu.

"Biar aku yang menyembuhkannya." Kouka mengambil posisi duduk di samping Kagura dan menyanyikan mantra sihirnya.

Selesai Kouka mengucapkan sihirnya, tubuh Kagura tetap tak bergerak.

Kouka, Kamui dan Sougo membulatkan matanya tak percaya. Dengan panik mereka bertiga menyerukan nama Kagura seraya mengguncangkan tubuh gadis itu guna membangunkannya.

Nihil, gadis itu tetap tak membuka matanya. Tubuh Kouka lemas ketika melihat tubuh kaku putrinya. Air mata turun dari kedua manik biru yang serupa dengan anak-anaknya itu. Kamui dan Sougo juga ikut tertunduk.

" Maaf ...," Suara Sougo terdengar bergetar, "Maafkan aku, China. Aku tak bisa melindungimu." Isaknya.

Di tengah kesedihannya Kouka teringat akan ramuan yang diberikan oleh suaminya. Dengan cepat di keluarkannya ramuan itu, membuka tutup botolnya dan hendak mengarahkan ke mulut Kagura.

"Hentikan!" sebuah suara menghentikan gerak Kouka, "Sebaiknya obat itu jangan kau berikan padanya, Kouka Joo-Heika." Sambung suara itu.

Kouka dan Kamui membelalak kaget melihat sosok bersurai silver tengah berdiri di belakang mereka seraya menggenggam sebotol obat.

"Gin-San!" seru mereka.

"Sashiburi, Kouka Joo-Heika, Kamui-Ouji." Sapa gintoki.

"Gintoki-Sensei?" Sougo menatap heran Gintoki.

"Yo, Okita-Heika, tangkap ini." Ujarnya seraya melemparkan botol tersebut.

"Obat itu belum terlalu sempurna. Jika, kau bersedia Heika, tolong berikan sedikit darahmu ke dalam obat itu." lanjutnya yang tanpa Sougo pikir panjang lagi langsung dia lakukan. Pemuda itu sedikit menggores ujung jarinya katana dan meneteskan darahnya ke obat itu.

"Nah, Bagaimana jika, kami yang menangani Kagura-Hime, Sementara kalian pulang ke Rakuyou untuk membantu Umibozu? Aku yakin saat ini dia sedang kesulitan." Usulnya.

"Apa maksudnya gin-san?" Kamui hendak protes.

"Kerajaan kalian tengah di serang juga." Jawabnya singkat yang membuat kedua duyung itu membelalakan matanya dan dengan cepat kembali ke perairan.

"Gin-San, Kami titip Kagura." Ujar Kouka yang kemudian berenang ke dalam laut di ikuti kamui, setelah Gintoki mengangguk.

"Kalian saling kenal?" tanya Sougo.

"Itu cerita lama, Heika. Sebaiknya kita membawa Kagura-Hime ke dalam." Usul Gintoki.

Sougo mengangguk setuju, lalu mengangkat tubuh Kagura dengan gaya Bridal dan membawanya menuju Kamar Sougo dalam kapal tersebut.

...

Sougo tengah duduk di samping Kagura yang terbaring. Pandangannya fokus ke wajah pucat gadis itu.

"Dingin." Gumannya, saat tangannya menyentuh tangan gadis itu.

Tak menunggu lama lagi, Sougo kembali membuka tutup obat tersebut, lalu memasukkan ke dalam mulutnya kemudian, pemuda itu mendekatkan wajahnya ke arah Kagura.

Sougo memberikan obat tersebut dengan cara mulut ke mulut, guna memastikan obat tersebut benar masuk ke dalam tubuh gadis itu.

"Cepatlah bangun, Kagura. Aku menunggumu" Ucapnya seraya membenarkan poni yang menutupi wajah cantik Kagura.

-Fin-

ya ... akhirnya fic ini bisa selesai juga ^^

di chapter terakhir ini, Author mengambil sedikit lirik lagu dari game ^^

dan di chapter terakhir ini juga Author ingin mengucapkan terika kasih kepada semua pembaca, khususnya buat,

firufiru-san, yang sudah memberikan review kepada author.

terima kasih juga buat yang udah fav dan follow cerita ini ya.

Semoga endingnya tak mengecewakan para readers sekalian ^^

sampai jumpa lagi ^^

Omake :

Lima tahun kemudian.

Sougo tengah berdiri di depan batu nisan, di sampingnya turut serta kakaknya dan Hijikata yang mendampingi mereka.

"Ku rasa ini cukup untuk membuatnya senang." Kata Mitsuba yang tengah meletakan se-buket bunga berwarna putih.

"Hm, ku rasa begitu Ane-ue." Balas Sougo, "Ayo, kita pulang." Ajaknya kepada dua orang di sampingnya itu.

Mereka bertiga berjalan kembali ke Istana Edo. Baru saja Sougo menapakan kakinya di depan pintu besar Istana tersebut. Sesuatu langsung menghantam lengan kanannya.

"Sadist Baka!" teriak seseorang yang tengah bergelanyut manja di lengannya itu.

Sougo tersenyum tipis sambil mengelus surai orang itu.

"Aku kan sudah bilang, China. Kau tidak boleh terlalu lelah. Kasihan mereka jika, Maminya kelelahan." Ucap Sougo.

Kagura yang di panggil China itu mengerucutkan bibirnya dan hal itu membuat Sougo semakin gemas.

"Tapi, aku ingin mengunjungi mereka juga, Sadist. Bagaimana pun, mereka itu mertuaku!" wanita bersurai vermillion itu mengembungkan pipinya.

"Setelah mereka lahir nanti, kita akan mengunjunginya bersama-sama." Sougo mencoba membujuk Kagura dan itu berhasil.

" Soichirou ada dimana, China?" Sougo menanyakan keberadaan putranya itu.

"Ah, dia ikut Mami dan Kamui-Nii ke Rakuyou."

Sougo mengangguk singkat kemudian menyeringai.

"Berarti kita aman melakukan ini." Ujarnya seraya mencium mesra bibir Kagura. Ciuman itu terhenti ketika Sougo melepaskan pagutan mereka seraya berkata, "Aku mencintaimu, China." Tepat di wajah Kagura.

Wajah wanita itu memerah sempurna, dengan malu dia menganggukan kepalanya seraya berkata, "Aku juga, Sadist."

Sougo tersenyum singkat, lalu mengangkat tubuh Kagura.

"Kita lanjutkan di kamar, China." Ucap Sougo sensual seraya membawa Kagura menuju kamar mereka. Kagura hanya mampu mengangguk kaku dengan wajah merah sempurna dan kini menyembuyikan wajahnya di dada bidang suaminya itu.

Tanpa mereka sadari, Hijikata dan Mitsuba sedari tadi menyaksikan aksi mereka berdua.

"Ck, kita juga lakukan Mitsuba." Decaknya kesal dengan wajah yang merah seraya menarik lembut tangan Mitsuba.

_The End_