Author Note : Selamat datang di fanfic ane, para penggemar One Piece! Sekedar info, sebenarnya ane kagak bisa dibilang newbie. Cuma selama ini fanfic ane bertemakan anime ninja terkeren abad ini alias NARUTO! Kayaknya gak mungkin banget kalian semua gak tahu anime keren satu itu. Nah, tapi kalau berhubungan sama One Piece, ane baru bisa dibilang newbie. Karena ini fanfic pertama ane bertema anime bajak laut buatan Oda-Sensei.
Lalu kenapa menulis cerita ini? Salah satu temen ane pernah nanya begini, "Eh, bro, anime kesukaanmu nomor dua apaan?". Ane langsung jawab, "Detektif Conan. Kenapa emangnya?"
"Nggak sih…Eh, tau One Piece, gak?"
"Tau. Bajak laut itu, 'kan?"
"Sekali-kali ngikutin anime itu napa, sih. Koe 'kan salah satu penggemar anime,"
HAHA! Disitulah semuanya berawal! Sebenarnya sebelum mengenal Naruto, ane ini penggemar One Piece. Tapi karena waktu itu ane masih kecil terus gaptek dan gak tau apa-apa soal internet (terutama Indonesia gak mau nayangin nih anime satu *wajar sih. Semua ceweknya pakai pakaian seksi-seksi banget*), makanya ane gak pernah ngikutin lagi, dan beralih ke Naruto (PENGKHIANAT! *Author digaplok*). Tenang aja, bukan berarti ane gak suka nonton One Piece. Suka banget kok! Terutama lihat betapa bodohnya si tokoh utama, Luffy. Artinya jika kalian tanya anime kesukaan ane nomor tiga, pasti jawabannya ONE PIECE! Heheh.
Untuk itu, ane ingin buat fanficnya. Mungkin pengetahuan ane soal OP gak sebanding dengan kalian. Makanya kasih tahu ane info terbaru, ya. Karena info yang terakhir kali ane tau itu adalah Sanji ternyata bermarga Vinsmoke dan dijodohkan sama cewek atas perintah keluarga. Sempat berkelahi dengan Luffy and the gang. Akhirnya gimana, ane gak tau.
Banyak bacot, ya? Ya udah deh, langsung baca aja. Semoga suka!
.
.
Disclaimer : Oda Eiichiro
GIRLS ARE BETTER THAN BOYS!
Chapter One : Rival Is Coming
By Josephine La Rose99
.
.
Note :
Semua karakter yang tampil disini tak punya kekuatan layaknya di anime aslinya.
OOC, miss typo, and of course NO LEMON! Seriously, that's really YAIKS, Gross!
Ide cerita bukan plagiat. Murni hasil pemikiran sendiri.
Jika menemukan kesalahan, jangan malu-malu. Katakan langsung lewat kotak review.
Bagi silent reader, harap tinggalkan jejak. Walaupun hanya kata 'lanjut' saja, sudah sangat diterima. Tapi kalau bisa berikan kesan dan kalau bisa bahas seluruh isi chapter.
Happy reading!
.
.
.
.
.
.
GIRLS ARE BETTER THAN BOYS!
CHAPTER ONE
RIVAL IS COMING
By Josephine La Rose99
.
.
.
.
Pernah mendengar Human Academy Japanese Language School atau biasa disebut HAS (Human Academy School)? Bagi yang belum tahu, biar dijelaskan. Sekolah itu adalah salah satu SMA terelit di Tokyo, Jepang. Karena untuk bisa menjadi bagian sekolah terelit itu, tentu saja harus memiliki otak encer atau salah satunya tentu saja KAYA RAYA layaknya Richie Rich. Bicara masalah elit, HAS bukan hanya sekedar elit, tapi juga dapat mengeluarkan lulusan-lulusan terbaik Jepang. Banyak mahasiswa Universitas Tokyo yang berasal dari sekolah ini.
Tapi, tapi, tapi, TAPI… jika mengenal HAS, maka kalian juga harus mengenal geng Angels. Ayolah, siapa yang tak kenal mereka? Tanya aja ke murid SMA di seluruh penjuru sekolah di Tokyo. Mereka pasti jawab, "Ooohh! Geng Angels? Tahu tahu tahu tahu!".
Whooohohoho, tunggu sebentar, tunggu sebentar. Jangan pernah berpikir kalau mereka adalah para malaikat yang turun dari surgawi dan berpakaian serba putih. Berbau harum yang tak sama dengan harum bunga di seluruh dunia. Serta senyumnya yang dapat melelehkan es di kutub utara. Karena sebenarnya Angels Gang ini adalah sekumpulan murid perempuan yang sangat dihormati, disegani, ditakuti, dan paling 'KYAAA' di HAS.
Perlu perkenalan? Baiklah. Biar saya kenalkan mereka satu-persatu. Simak baik-baik, ya!
.
Ketua dari geng Angels ini adalah BOA HANCOCK. Dia ini adalah gadis paling menonjol di HAS karena kedisiplinan, keganasan, dan keangkuhannya yang terkadang kumat. Selain itu, dia juga menjabat sebagai ketua OSIS dan ketua klub karate di HAS. Itu artinya dia sangat ditakuti di sekolah ini. Karena itulah, muncul sebuah istilah baru yang harus dicamkan oleh semua orang di luar kepala.
"Lebih baik berada di kandang singa daripada berhadapan dengan Hancock-sama"
Walaupun begitu, dia juga mendapat gelar lain selain ketua OSIS. Sebut saja 'The most beautiful girl in the school'. Lo-lo semua yang bergender laki-laki, baru aja menatap wajahnya, dijamin bakal klepek-klepek kayak ubur-ubur! Melihat senyumnya tuh, serasa berada di padang bunga di gunung Alpen dan ditemani oleh dirinya seorang! Eit, eit, eit, jangan senang dulu dengan kecantikannya. Begitu-begitu, Hancock memegang sabuk hitam beladiri Karate dan Taekwondo. Dia sudah DAN 5! Super sekali untuk perempuan sepertinya. Selain itu, dia punya beberapa aktivitas sampingan seperti sering sparing tinju di salah satu gym dan berlatih tarung pedang di dojo dekat rumahnya. Singkatnya, dari semua penjelasan diatas, orang-orang makin takut dan segan untuk mencari masalah dengannya. Bisa mati, cuuuuyyy!
Siapa yang kedua? Tentu saja NICO ROBIN! Perempuan ini menjabat sebagai wakil ketua OSIS di HAS. Tidak ada pengetahuan yang tidak diketahuinya. Kalian mau tanya soal kalkulus yang seharusnya dipelajari mahasiswa jurusan matematika sekalipun, pasti dia bisa menjawabnya dalam waktu kurang dari lima detik! Maklum, dia ini kutu buku sekali. Buku di perpustakaan HAS sudah dibacanya semua. Inilah yang membuat pihak sekolah repot, karena harus mendatangkan buku-buku baru ke perpus sekolah demi perempuan ini. Gitu-gitu Robin termasuk aset membanggakan. Dia pernah memenangkan olimpiade fisika internasional di Berlin, Jerman. Ck ck ck, salut banget deh sama perempuan ini. Wajar aja dia menduduki peringkat satu di HAS.
Oh ya, sebenarnya dia ini termasuk anggota terlemah di Angels. Karena ilmu beladiri yang dia punya itu paling cuma tahu miting tangan orang doang. Tapi melihat dirinya yang manis seperti madu, tak akan ada yang bisa memalingkan wajah darinya. Sekedar info, selama beberapa bulan terakhir ini dia diajarkan serangan-serangan dasar bela diri oleh semua anggota Angels. Katanya sih buat jaga-jaga. Siapa tahu dia diserang cowok mesum.
Selanjutnya adalah anggota ketiga. Namanya adalah NAMI. Dia ini adalah anggota tersangar di Angels. Mudah emosi alias naik darah. Jika sudah masuk mode itu, matanya akan menyala-nyala dan AWAS! Segera selamatkan dirimu darinya sebelum kau menyesal! Untuk itulah, selain Hancock, semua murid juga tak ada yang berani cari masalah pada Nami. Kalau Hancock dibandingkan dengan singa, maka Nami dibandingkan dengan badak. Lho, kenapa badak? Gak tahu. Itu kata murid-murid HAS, sih.
Tapi kalau sudah membicarakan masalah kecantikan, oh my god! Laki-laki waras mana yang bilang dia jelek? Sebut dia jelek, tamatlah riwayatmu. Saya bukan bermaksud berlebihan. Hanya saja seperti yang sudah saya katakan, Nami adalah tipe emosian. Dia sangat sulit mengendalikan amarahnya. Oop, oop, oop! Tak perlu khawatir. Ada Hancock dan anggota keempat yang bisa menenangkannya. Walau begitu, Nami termasuk siswi yang berotak encer seperti Robin. Gak heran dia bisa masuk ke peringkat lima besar di sekolah. Yah, anggota Angels yang lain juga sama, sih. Paling beda kedudukan rangking doang. Baiklah, apalagi? Emmmmm…OH YA! Nami jago dalam bela diri Judo! Sekali banting, BANG! You are KO *teng teng teng*!
Anggota keempat adalah… jreng jreng jreng, NEFERTARI VIVI! Putri bangsawan ini bener-bener keterbalikan dari ketiga anggota diatas. Bersikap kemayu, sopan banget, dan ramah pada semua murid HAS. Maklum, dia diajarkan tata karma layaknya seorang putri dari suatu kerajaan sejak kecil. Entah bagaimana ceritanya dia bisa bergabung bersama Angels. Oh ya, satu hal lagi yang harus kalian tahu. Si pemegang sabuk hitam Aikido ini memiliki koneksi alias relasi di perusahaan-perusahaan terkenal di dunia, bahkan di seluruh Jepang! Sekali mencari masalah dengannya, ucapkan selamat tinggal pada pekerjaan orangtuamu.
Bedanya dari Nami, Vivi tipe dermawan. Jika dia dapat uang tambahan dari Ayahnya, pasti seisi kantin bakal diborong dan diberikan pada kalian! Tapi kalau lagi marah, jangan dekat-dekat, ya. Pasti kalian akan tersadar di rumah sakit setelah dunia terlihat hitam sementara.
Nama anggota terakhir dari geng Angels ini adalah KAYA! Kalian tanya siapa Richie Rich versi cewek yang selalu berpakaian sederhana, pasti semua murid HAS nunjuk Kaya. Kalian tanya siapa Richie Rich versi cewek berpenyakitan, kembali lagi murid HAS nunjuk Kaya. Yah, sebenarnya murid HAS gak bisa disalahkan juga. Karena kekebalan tubuh Kaya ini beda dari anggota-anggota lain. Dia ini terlalu LEMAH. Lebih lemah dari Robin. Bukan berarti dia punya penyakit yang gak bisa disembuhkan. Tapi lebih tepatnya dia ini mudah sakit. Untuk itulah, orangtuanya sangat over protective padanya. Lalu apa yang dilakukan Angels mengenai itu?
Tentu saja membantunya, 'kan? Menurut Hancock dan Vivi, Kaya setidaknya harus diajari seni bela diri untuk meningkatkan daya fisiknya. Awalnya Robin tidak setuju. Tapi setelah adu deathglare, Robin mengalah kalah. Buktinya setelah setahun berlatih, kekebalan tubuh Kaya meningkat banget, cuy! Dia sampai tingkat Dan 3 untuk seni bela diri Karate. Oh, mau tanya dia cantik atau gak? Tabokan telak dari Nami kalau kalian bilang Kaya jelek. Jelas cantik bingits, duungggss!
Fiuuuhh, selesai juga sesi perkenalan anggota Angels. Mungkin lebih baik kita lihat sedang apa mereka sekarang. Mari terjun langsung ke TKP!
.
.
Human Academy School, pukul 11.40 waktu Jepang. Kelas 2-3…
.
"Robin… titipan kepsek Sengoku untukmu," ucap Vivi meletakkan beberapa berkas ke meja Robin. Robin menautkan alisnya. Bingung dengan maksud sang kepsek menyuruh salah satu sobatnya mengantarkan berkas-berkas aneh.
Daripada terlalu banyak berpikir, Robin membaca salah satu berkas. Cengiran langsung muncul di wajahnya begitu membaca judul besarnya. Akhirnya dia tahu juga maksud Sengoku. Sedangkan Vivi cuma pasang wajah datar.
PENDAFTARAN KARYA ILMIAH REMAJA SE-TOKYO
Robin mendengus kesal, "Harus berapa kali kukatakan padanya kalau aku tidak ingin berlomba saat ini?"
"Salahkan otak encermu, nona Nico," sahut Kaya santai sambil membaca buku kimia yang diajarkan sang Sensei menyebalkan, Garp-Sensei. Tapi tak satupun nama zat kimia ataupun rumus masuk ke kepalanya, "Aaahhh… kenapa aku harus membaca buku membosankan ini?"
"Karena di jam keempat nanti kita ada ulangan dengan Garp-Sensei. Jangan katakan kalau kau pura-pura lupa. Aku tak mau mendengarmu mengeluh karena omelan Sensei masalah nilaimu," balas Robin yang tak lupa menyisipkan kalimat sindiran di perkataannya. Kaya mau tak mau harus bisa menjaga matanya tetap terbuka untuk membaca buku yang sangat ingin dihancurkannya itu.
Mendadak, sebuah kejutan datang dari arah pintu. Tampak dua siswi cantik bersandar di pintu sambil mengatur napas mereka yang tersengal-sengal. Keringat bercucuran, pakaian sedikit kusut, dan berjalan gontai masuk kelas. Spontan geng Angels yang akhirnya berkumpul dengan anggota lengkap menjadi sorotan murid lainnya di kelas itu. Beruntung sekali mereka sekelas dengan mereka berlima. Atau mungkin sangat sial?
Alis Vivi terangkat, merasa bingung dengan situasi dua temannya yang sekarang duduk berdekatan disamping Robin. Ini jam istirahat pertama sekaligus waktunya makan siang, tapi mereka malah begini. Apa sekarang sedang berganti menuju jam olahraga atau apa?
"Kalian kenapa?" tanya Vivi penasaran.
Butuh waktu untuk menjawab pertanyaan sederhana Vivi.
"Itukah sapaan yang kuterima…hah…hah… setelah kabur dari Akainu sialan itu?" balas Nami masih berusaha bernapas normal.
Vivi membulatkan mulutnya. Dia menyadari apa yang terjadi setelah nama satpam galak asrama putri HAS disebutkan. Vivi beralih pada buku yang dipegang Nami, memandanginya sebentar lalu merebut paksa. Tak ada perlawanan dari yang punya.
"Jadi kalian kembali ke asrama karena ini?" tanya Vivi mengacungkan sang buku, "Aku sudah bilang tadi pagi jangan ada yang kelupaan, 'kan?"
"Cerewet…lagipula itu bukan bukuku. Salahkan si pirang ini yang seenaknya mengajakku kembali kesana," kata Hancock kesal si putri bangsawan malah memarahinya. Padahal dia jadi berurusan dengan Akainu karena Nami meninggalkan buku kimianya di asrama. Mengingat tak boleh kembali ke asrama saat jam sekolah, pantas Akainu mengejar mereka sampai kemari.
Hari yang melelahkan bagi Nami dan Hancock. Mungkin sudah saatnya satpam galak itu diganti dengan orang lain. Soalnya dia tak mempan dengan pesona Hancock yang sering digunakan untuk menggoda pria. Ck ck ck ck ck ck.
Setelah mengistirahatkan diri sejenak, Hancock menghela napas panjang lega. Kemudian dia menoleh ke Kaya yang lebih memilih membaca daripada menanyakan nasib dia dan Nami. Sadar terus ditatap Hancock, Kaya melirik malas sebentar padanya sambil berkata, "Belajar,"
Senyum remeh Hancock keluar. Tapi sepertinya kita melupakan fakta bahwa itu termasuk senyum 'WOW' Hancock bagi murid-murid lain. Murid-murid cowok sukses mimisan massal dan murid-murid cewek sibuk ber-KYAAA~-ria. Lupakan saja kalau mereka tak sadar Hancock punya sisi lain alias GANAS, oke?
Hancock menopang pipinya. Dia membalas kata singkat Kaya tadi, "Belajar, eh? Sejak kapan kau tobat?"
"Sejak Robin menceramahiku selama lima belas menit," jawab Kaya singkat.
Sedangkan nama yang disinggung terlihat biasa-biasa saja.
"Sudahlah, Hancock. Kau tidak ingin nilai kimia Kaya membaik, hah?" ucap Vivi mencoba mencegah aktivitas saling ejek hari ini. Dan selalu saja Hancock yang mulai duluan. Justru dia yang tidak pernah tobat.
Capek berdiri, membuat Vivi duduk di kursinya yang memang disamping Kaya. Lalu dia terus memperhatikan materi yang dibaca 'si Richie Rich versi wanita berpakaian rakyat' itu. Sebenarnya dia tidak yakin Kaya mengerti karena mata Kaya udah seperti bola lampu yang sebentar lagi menuju 'putus'. Tapi dia menghargai perjuangan sahabatnya ini demi mendapat nilai bagus di pelajaran Garp-Sensei.
Topik pembicaraan tentang perjuangan Kaya habis dibahas termasuk nasib Hancock-Nami. Tak ada yang ingin bicara. Kaya sibuk membaca. Vivi sibuk melihat buku Kaya. Sementara Robin memilih membaca buku sejarah dunia. Tak ingin kehabisan ide, Nami pun angkat bicara, "Kudengar dari kepsek Sengoku saat kami berlari kesini, kita akan kedatangan tamu. Tapi sebelum dia selesai bicara, Akainu-san datang dan kembali mengejar kami,"
KLAP! Kaya spontan menutup bukunya. Vivi melongo untuk beberapa detik berkat aksi Kaya dalam menanggapi Nami. Robin sendiri cuma mengangkat sebelah alisnya.
"Tamu?" ulang Robin.
"Ya, tamu. Tapi kami tidak tahu tamu dari mana,"
"Haha, akhirnya kita akan pulang cepat! Kalau begini, Garp-Sensei gak bakal masuk!" tanggap Kaya malah memikirkan masa depan yang belum tentu terjadi.
Inilah penyakit murid SMA yang tidak akan pernah ada obatnya. Jika ada ulangan, berharap semoga gurunya tidak masuk.
"Memang kapan tamu itu datang?" tanya Vivi.
"Hari ini," jawab Hancock enteng. Jawaban Hancock sukses membuat Kaya lompat dari kursinya, nyaris membuat Vivi terkena serangan jantung.
"Oi, oi, biasa aja kali!" seru Vivi menarik pundak Kaya untuk kembali duduk.
Hei, hei, hei. Apakah kalian mengira pembicaraan mereka tidak didengar murid lain? Sudah dibilang, 'kan? Mereka adalah geng Angels yang paling disegani di sekolah. Terutama hampir semua info sekolah, mereka pasti tahu. Apalagi masalah kedatangan tamu. Beberapa murid cowok segera mendekati Hancock, berniat bertanya langsung.
"Han-Hancock-san?"
"Sama," pengoreksian dari Hancock. Dasar! Bisa-bisanya dia menganggap dirinya layaknya tuan puteri. Tapi ingat! Jangan pernah cari masalah dengannya. Salah-salah meja akan melayang ke kepalamu.
"Han-Hancock-sama," terpaksa cowok itu mengulang panggilannya, "Apa benar soal tamu itu?"
"Benar. Lalu?"
"Bisakah anda minta informasi lebih jelas pada Sengoku-san? Anda tahu, sebenarnya kami juga berharap kalau pelajaran kimia benar-benar batal dan—"
Hancock sengaja berdeham, otomatis si murid cowok berhenti bicara. Uh-oh, tampaknya dia membuat kesalahan besar telah menyuruh sang Boa Hancock seperti seorang pesuruh.
"Kau menyuruhku? Apa kau tidak salah?" tanya Hancock mengeluarkan senyum mematikan.
"Ma-maaf, Hancock-sama! Ka-kami tidak bermaksud—"
"Bagaimana kalau kalian segera pergi dari hadapanku? Dasar sampah…" ucap Hancock kesal dan menyuruh mereka pergi.
"Anda kasar sekali…" siapapun pasti akan berkomentar seperti ini kalau ada yang berbicara seperti Hancock.
Tapi kalimat selanjutnya yang keluar sukses mematahkan komentar awal.
"Tapi anda cantik sekali!" jeritan fans para cowok dipastikan keluar dan membuat seisi kelas ribut seperti pasar. Ternyata pesona Hancock yang sedang kesal memang tidak bisa dianggap sebelah mata. Kembali lagi terjadi mimisan massal di murid-murid cowok, sampai-sampai lantai kelas banyak bercak darah. Satu-persatu dari mereka tumbang dengan tidak elit. Benar-benar sebuah ironi.
Nami sweatdrop melihat reaksi teman-teman sekelasnya. Lalu dia menoleh pada si biang keladi, "Bisakah kau berhenti membuat tragedi di kelas kita? Jangan sempat pihak sekolah mendatangkan puluhan ambulans karena teman cowok sekelas kita kehabisan darah,"
"Bukan salahku, Nami," gerutu Hancock, "Lagipula aku tidak tersenyum tadi,"
"Kau memang tidak tersenyum, tapi dampaknya sama seperti saat kau tersenyum,"
"Oh, salahkan mereka yang terlalu lemah menahan pesonaku," balas Hancock melengos.
Nami mendecih. Diam-diam, dia mengakui dalam hati kalau pesona Hancock ini berbahaya juga bagi kelangsungan darah semua murid HAS. Bisa-bisa dia berurusan dengan kepsek Sengoku gara-gara membuat semua murid 2-3 anemia dan berakhir di rumah sakit.
"Kalian bawa bento?" celetuk Robin yang dari tadi diam, mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya. Ternyata dia sudah selesai membaca buku.
"Jelas, 'kan?" ucap anggota Angels yang lain kompak. Mereka juga serentak mengeluarkan bekal mereka dan makan siang bersama-sama.
.
.
Robin merasa ada yang tidak beres dengan sang ketua OSIS HAS. Ini pertama kalinya dia melihat Hancock tidak lahap memakan bekal buatan si Nenek, Nyonba. Padahal masakan Nenek tua itu terkenal enak bagi geng Angels. Ada apakah gerangan yang berhasil membuat si ratu kecantikan HAS seperti ini?
Hancock termasuk orang berinsting tajam. Jadi tanpa Robin bertanyapun, dia sudah tahu, "Kau mau tanya kenapa aku gelisah, Robin?"
"Ah, kau sadar juga rupanya. Jadi? Bisa kau jelaskan pada kami, nona Boa?"
Interaksi Robin-Hancock membuat mereka jadi ditatapi aneh oleh anggota lain.
"Kau gelisah?" tanya Nami, Hancock mengangguk, "Tumben. Tidak seperti biasanya,"
"Kenapa? Apa Nenek tua itu marah lagi padamu?" tanya Kaya menebak-nebak. Dia paling tahu kalau Hancock adalah cucu yang paling sering beradu mulut dengan Nyonba daripada dua saudarinya.
"Bukan itu. Mungkin lebih tepatnya aku bukan gelisah. Tapi… bingung…" jawab Hancock pelan sambil menatap bekalnya.
Sedangkan yang lain jadi ikutan bingung dengan jawaban Hancock. Dia bingung? Bingung karena apa?
"Maksudmu?" kali ini Vivi yang bertanya.
"Sebenarnya sekitar empat hari lalu, keluarga Donquixote mendatangi Nenek dan membicarakan sesuatu. Aku tak tahu apa karena aku mendengar dari tangga lantai dua. Lebih mirip sayup-sayup yang kudengar. Tapi aku melihat jelas keluarga Donquixote itu sedang bicara dengan Nenekku setelah aku turun dan mengintip sedikit. Untung saja mereka tak menyadari aku disana,"
"Donquixote? Keluarga pejabat yang sering kontroversi di dunia politik itu?" Vivi tak percaya keluarga politik terkenal datang ke kediaman keluarga Boa.
Mana mungkin 'kan Vivi tidak tahu mengingat dia memiliki banyak koneksi di Jepang? Dia sering mendengar nama keluarga itu dari Ayahnya. Selalu diisukan terlibat korupsi dan membiarkan anaknya, Doflamingo menjadi anggota geng Shichibukai, geng motor paling berbahaya di Tokyo.
Lalu mau apa keluarga menyebalkan itu datang dan bicara dengan Nyonba? Bukan untuk menyuap, 'kan? Kepala mereka pasti disambut tongkatnya sebelum uang itu diberi.
"Apa kau tidak punya usaha untuk menanyakannya langsung pada Nyonba apa?" sahut Nami heran pada Hancock yang notabene tidak takut pada apapun.
"Aku sudah tanya. Tapi Nenek tua itu cuma bilang, 'Percayakan saja pada Nenek'," jawab Hancock meniru omongan Nyonba tempo hari.
"Haaahh, sudahlah. Kau tidak tahu Nyonba saja. Kalau mereka memang punya niat buruk, pasti Nyonba sudah mengusir mereka di detik itu juga, 'kan?" ucap Kaya santai sambil melahap ebi fry. Menurutnya, untuk apa Hancock memusingkan sesuatu yang belum tentu terjadi di kepalanya? Mending sekarang dia makan sebelum jam makan siang berakhir.
"Girls, girls, lihat itu!" tiba-tiba Vivi memotong topik pembicaraan begitu melihat sebuah limousine hitam memasuki area parkir sekolah dari jendela. Cukup jelas melihatnya karena kelas mereka di lantai dua dan kebetulan tempat duduk berada di dekat jendela yang menghadap ke luar sekolah. Apalagi setelah parkir, kurang dari lima detik keluarlah lima cowok yang berpakaian seperti anak sekolahan. Hal itu otomatis mengundang perhatian dari geng Angels.
Dilihat dari pakaiannya, jelas itu bukan seragam HAS. HAS memakai pakaian setelan blazer biru tua dan celana hitam panjang. Itu berlaku bagi semua murid cowok kecuali cewek yang tentu saja memakai rok bermotif kotak-kotak bewarna biru tua. Sedangkan kelima cowok itu memakai setelan blazer coklat tua bermotif kotak-kotak yang menutupi kemeja hitam serta memakai celana panjang hitam.
Robin menyimpulkan asal sekolah mereka dari seragam. Maklum, informasinya cukup banyak untuk bisa menebak sekolah seseorang, "Aku yakin seratus persen mereka berasal dari Tokyo Galaxy Japanese Language School. Itu seragam mereka,"
"Tokyo Galaxy? SMA terkenal itu?" Kaya tak percaya murid dari salah satu SMA terkenal di Tokyo berkunjung kemari.
Sedangkan Vivi dari tadi terus memandangi cowok bercirikan rambut pendek dan memakai kacamata gaya. Tak perlu waktu lama baginya untuk mengenal siapa cowok itu, "Great. Kouza. Mau apa dia kemari?"
"Kau kenal salah satu dari mereka?" tanya Nami.
"Dia teman sepermainanku. Aku memang tahu kalau dia bersekolah di Tokyo Galaxy. Tapi aku tidak tahu itu seragam mereka dan apa maunya kemari,"
"Wah, kalau begitu sama. Kalian lihat yang berhidung panjang itu?" sambung Kaya sambil menunjuk cowok yang seperti pinokio.
Angels segera melihat cowok yang dimaksud. Mereka kemudian mengangguk.
"Kenapa dengannya?"
"Dia Usopp, teman sepermainanku juga,"
"EKKHH!?" teriak Nami lebay.
"Kenapa kau berlebihan sekali, hah? Jangan katakan kalau kau juga punya teman sepermainan juga diantara lima cowok itu," sahut Robin memutar bola matanya malas. Nami cuma menyilangkan tangannya yang berarti 'Jawaban tidak'.
Akhirnya sesi memandangi lima cowok pendatang selesai begitu sosok mereka menghilang karena memasuki gedung sekolah. Geng Angels terdiam sesaat dan kembali duduk. Tapi tak ada satupun ingin memakan kembali bento.
Kaya meraih sumpit lalu mencapit sosis guritanya, "Jangan katakan padaku kalau tamu itu adalah mereka,"
"Aku bukan kepsek," balas Nami singkat.
"Lalu kalau bukan mereka siapa lagi? Mereka bukan murid sekolah ini. Lagipula kenapa harus datang dengan limousine sega—"
"Kami panggilkan murid-murid kami, Boa Hancock, Nami, Nefertari Vivi, Nico Robin dan Kaya untuk segera menghadap kepala sekolah di ruangannya sekarang. Kami ulangi. Kami panggilkan…"
Pengumuman bergema di seluruh sekolah dan menjadi pengalih perhatian bagi semua murid. Tentu saja perhatian teralih, 'kan? Yang disebutkan adalah anggota-anggota geng Angels, geng penguasa HAS. Sementara orang yang bersangkutan langsung menatap satu sama lain.
Hancock menghela napas pasrah. Kemudian dia beranjak dari duduknya dan menutup kembali kotak bekal lalu memasukkannya ke tas. Dia menatap malas ke temannya satu persatu, seolah menyadarkan mereka bahwa mereka seharusnya tahu apa yang ingin dia bilang.
Maksudnya, oh ayolah! Apa mendengar pengumuman itu tidak cukup membuat mereka sadar bahwa tamu itu memang 'mereka' yang tadi?
Oi, Hancock. Pertanyaan apakah untuk beberapa hari kedepan kau akan menjadi seorang pemandu, kau akan mengetahui jawabannya begitu melangkahkan kaki ke ruangan orang nomor satu di sekolah.
.
.
Cengiran tanpa rasa dosa sang kepsek, Sengoku, membuat geng Angels menghela napas pasrah. Mereka tahu pasti bahwa cengiran itu berarti 'meminta tolong dengan sangat'. Dan tentu saja para cewek cantik kita tidak bakalan tega membuat cengiran itu berganti menjadi rengutan. Sayangnya, sempat kata 'menolak secara langsung' mampir di tiap kepala Angels begitu melihat lima cowok yang mereka lihat tadi juga berada di ruang Sengoku. Sesuai dugaan Hancock. Dia akan menjadi pemandu beberapa hari ini. Lagipula ini bukan hal pertama kali baginya.
Tapi dia paling tidak suka memandu orang-orang seusianya. Murid memandu murid? Adanya juga guru memandu murid! Begitulah prinsip keras kepala sang ketua OSIS HAS. Hancock memandang Sengoku dengan tampang kesal. Tapi malah tawa yang dia dapatkan dari kepseknya itu.
"Hahaha, maaf, Hancock. Menurutku kalian yang pantas menemani mereka berlima. Tak apa-apa, 'kan? Sampai segala urusan selesai,"
"Setahu saya kita memiliki anggota OSIS yang sangat berpengalaman dalam hal memandu, Sen-go-ku-san," ucap Hancock.
"Hei, kau tak kenal siapa mereka? Yang benar saja, Hancock!" balas Sengoku tak habis pikir.
"Saya tidak kenal dan tidak mau kenal. Kalau mereka ingin berkeliling di sekolah, berkeliling saja sendiri. Mereka punya kaki, 'kan?" balasan yang tak pantas kau katakan, Hancock. Kau beruntung Sengoku punya toleransi besar padamu.
"Kau perempuan menyebalkan," celetuk seseorang dari lima cowok tersebut. Sepertinya dia cukup muak melihat respon Hancock soal kedatangan mereka.
Tentu saja celetukannya tadi membuat Hancock and the gang menoleh padanya termasuk Sengoku. Karena ini pertama kalinya ada seorang cowok yang berani bilang seperti itu pada Hancock. Padahal selama ini, adanya cowok-cowok yang bertekuk lutut di hadapan sang ketua Angels ini.
Cowok dengan rambut hitam acak-acakan, bekas luka di pipi kiri dan bertampang bodoh. Tapi dari ciri-ciri tersebut, yang paling menonjol adalah topi jerami yang menggantung di punggungnya.
"Kau bilang apa tadi?" tanya Hancock geram.
"Kubilang kau menyebalkan. Kenapa? Kau tidak suka?" balasnya tidak takut.
"Jaga bicaramu pada ketua OSIS disini," ucap Hancock menunjuk cowok itu, emosi pastinya.
"Aku juga ketua OSIS di sekolahku," balasnya lagi sambil menepuk dada. Hancock terkejut sesaat.
"Ehem! Dari sini biar kujelaskan," sergah Sengoku sebelum terjadi adu mulut di ruangannya. Dia beranjak dari kursi dan mendekati kelima cowok tersebut. Angels cuma menatap kepseknya dengan tampang bingung.
"Ini adalah ketua OSIS Tokyo Galaxy. Namanya Monkey D. Luffy," kata Sengoku menepuk bahu cowok yang baru saja mengejek Hancock. Cowok bernama Luffy itupun langsung memasang senyum remeh padanya dan sukses membuat Hancock gemas untuk melumat wajahnya dan membuangnya ke rawa.
Hei hei hei, Hancock. Kekerasan dilarang keras di Human Academy School.
"Lalu ini wakil ketua OSIS, Roronoa Zoro," seorang cowok berambut hijau dan bermata tajam.
"Vinsmoke Sanji," cowok pirang dengan poni menutupi sebelah matanya.
"Kouza," Vivi cuma menaikkan ujung bibir atasnya begitu Kouza menyengir.
"Dan terakhir Usopp," Usopp melambaikan tangan cepat pada Kaya yang tentu saja dibalas.
"Mereka dijuluki Five Princes di Tokyo Galaxy. Mulai hari ini, aku ingin kalian bekerja bersama mereka demi proyek yang baru saja ditawarkan padaku minggu lalu. Kalian mengerti?" Sengoku mengakhiri sesi pengenalan orang-orang yang disebut Five Princes itu.
"Lima pangeran? Apa-apaan, sih? Nama norak macam apa itu?" batin Hancock masih kesal dengan ulah ketua OSIS bernama Luffy tadi. Apalagi dilihatnya Luffy menjulurkan lidah padanya. Oooooohhh, betapa inginnya Hancock memotong-motong tubuhnya dan membuat dagingnya jadi makanan ternak *Hancock… santai,*.
"Tunggu. Proyek? Proyek apa, Sengoku-san?" tanya Robin tersadar apa yang baru saja dikatakan kepsek.
"Mereka berlima yang akan memberitahukannya sendiri. Nah, sekarang pergi dari ruanganku dan bawa mereka berkeliling sekolah. Sudah sana!" Sengoku langsung mendorong kesepuluh orang itu keluar ruangan. Begitu mereka semua keluar, dia menutup pintu dengan cara dibanting. Sikap yang sangat menjengkelkan untuk ukuran seorang kepsek.
Suasana jadi hening sejenak di depan ruang kepsek HAS. Tak disengaja, Five Princes dan Angels saling pandang. Tampak beberapa diantara mereka memberikan deathglare seolah mengatakan, 'Menjauh dariku, brengsek!'.
Yah, sepertinya kesan pertama tidak terlalu baik bagi Angels. Tapi yang paling senang justru Kaya. Kalian tanya kenapa? Apalagi kalau bukan terlepas dari ulangan kimia?
.
.
TO BE CONTINUED
.
.
Author Note : Bagian satu selesai! Yuhu, yuhu, yuhu! Kalau begitu silahkan tinggalkan review anda semua. Semoga dapat menjadi pelajaran untuk chapter selanjutnya. Sampai jumpa!
THANKS A LOT, MINNA-SAN ^_^