Summer
.
.
.
.
.
Disclaimer : Mereka semua milik Tuhan
Cast : DBSK, Suju, BTS dll
Genre : Friendship, Romance, Hurt, Angst, School of Life
Rate : T
Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
Junsu merangkul Yunho setelah dia dan Shindong sampai di samping Yunho. Yunho menganggukkan kepalanya dan mengambil kotak bekal yang diulurkan oleh Changmin. Dia kemudian berjalan menuju halte bus tanpa berpamitan pada Jaejoong seperti yang biasa dia lakukan. Shindong segera menyusul Yunho yang mood-nya tengah turun itu.
"Apa susahnya mengucapkan terima kasih atas usahanya memberikan makanan itu padamu? Ah… Aku lupa kau tidak pernah mengucapkannya, sekalipun kau mengucapkannya itu sama sekali tidak tulus" Sinis Junsu
"Hentikan ucapanmu" Ucap Changmin
"Bukan aku yang menyuruhnya membawa makanan itu" Ucap Jaejoong
"Tapi dia berusaha mengembalikan mood-mu, sia – sia saja dia memperhatikanmu"
"Suruh saja dia tidak memperhatikanku lagi" Ucap Jaejoong dengan datar
"Ya, pasti" Ucap Junsu sembari menatap tajam pada Jaejoong
Namja gempal itu berjalan melewati Changmin kemudian menabrak pundak Jaejoong dengan sengaja kemudian berjalan menuju Yunho yang hampir sampai di halte bus. Sementara Jaejoong diam menghayati apa yang tadi diucapkan oleh Junsu. Berterima kasih? Untuk apa?
"Hyung, mobilnya sudah sampai"
"Hum"
Changmin menghampiri mobil jemputan mereka dan masuk ke dalam mobil terlebih dahulu sementara Jaejoong menoleh, menatap punggung Yunho yang terlihat menyedihkan. Memang dia salah ya?
"Yunho! Tunggu aku!"
Yunho menolehkan kepalanya, dia berjalan sampai melupakan teman bertumbuh gempalnya itu! Astaga… Dia kan jadi tidak enak pada Junsu. Shindong sendiri sudah duduk dibangku halte dan Yunho menatap Junsu yang berusaha menghampirinya. Namun fokusnya terbelah saat melihat namja cantik kesayanganya itu menatapnya dan tidak lama menganggukkan kepalanya dan memberikan sebuah senyum tipis namun bisa menghancurkan kerja jantung Yunho.
Berlebihan memang tapi itulah yang terjadi, setelah melihat senyum Jaejoong, jantung Yunho menggila dan tidak terkontrol. Senyum tipis nan manis dan menggoda itu membuatnya lupa daratan. Dia tersenyum sangat lebar entah pada siapa karena Jaejoong sendiri sudah masuk ke dalam mobil dan mobilnya pun sudah melaju mereka Yunho.
Dari dalam mobil Jaejoong bisa melihat ekspresi konyol yang ditampakkan oleh Yunho, membuatnya kembali tersenyum tanpa Changmin lihat. Dan Junsu? Namja itu malah sedikit takut karena temannya tersenyum entah pada siapa, dia menoleh untuk memastikan apakah ada orang di belakangnya tapi kosong. Ih… Junsu jadi merinding.
"K-kau sehat? Tidak kesurupan? Kenapa tersenyum seperti itu?!" Pekik Junsu
"…."
PLAKKK!
"Yak Jung Yunho! Jangan menakutiku!"
Junsu memukul lengan Yunho dengan kencang dan mengeluarkan suara teriakannya yang maha dasyat itu membuat Yunho menatapnya bingung serta Shindong yang memegang dadanya karena kaget.
"Apa?" Tanya Yunho dengan polos
"Astaga! Kau gila?! Kenapa tersenyum aneh seperti itu?!" Pekik Junsu
"Aku senang! Malaikatku tersenyum padaku!"
Junsu mengerutkan keningnya bingung, malaikatnya? Seingat Junsu yang Yunho panggil malaikat hanya Jaejoong tapi Jaejoong tidak ada di belakangnya tadi.
'Apa tadi dia memberikan senyumnya sebelum masuk ke dalam mobil? Menarik sekali~' batin Junsu kemudian tersenyum tipis
"Hahahahaha… Aku senang! Ayo aku traktir makan di kedai orangtuaku! Shindong ah, kajja!" Ucap Yunho dengan riang
"Waaaahhh, okee!"
Yunho kemudian merangkul Junsu dan membawa namja itu menuju halte dan tertawa bersama, Junsu menggelengkan kepalanya. Betapa mudahnya mengembalikan mood Yunho. tapi saat mereka menunggu bus menuju arah rumah Yunho beberapa orang keluar dari mobil dan menghampiri Yunho. Junsu dan Shindong memasang wajah siaga.
"Aku tidak akan membiarkan posisiku direbut, kau hanya anak baru yang berlindung dibalik punggung kepala sekolah! Ingat itu"
Dia adalah Taeyang yang posisinya direbut oleh Yunho. sebenarnya bukan salah Yunho karena Yunho lebih berbakat dibanding dirinya. Tapi Taeyang tidak terima akan hal itu.
"Aku akan membuatmu keluar dari klub" Ucap Taeyang datar dan empat orang di belakangnya tersenyum jahat pada Yunho
Shindong menengguk ludahnya dengan susah payah, kakak kelasnya ini terlihat sangat membenci Yunho yang sudah merebut posisinya. Sedangkan Junsu yang melihatnya menaikkan salah satu alisnya sembari menatap Taeyang yang wajahnya tampak familiar untuknya. Haruskah Junsu membantu Yunho kali ini?
.
.
.
.
.
.
.
.
- Kim's -
.
.
.
.
.
.
.
.
"Jaejoongie mana ya?"
Yunho menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari bidadara kesayangannya yang tidak juga muncul saat jam istirahat. Padahal Yunho sudah mencari namja itu mulai dari perpustakaan sampai taman belakang sekolah.
"Belum ketemu juga?" Tanya Junsu
Yunho akhirnya pergi ke kantin dan bergabung dengan Junsu dan Shindong. Dia menaruh bekal yang sudah dititipkan eommanya untuk Jaejoong dimeja kemudian mengerucutkan bibirnya.
"Sudahlah. Mungkin dia tidak masuk" Ucap Junsu, sebenarnya sih dia tahu Jaejoong tidak masuk hanya saja dia ingin mengerjai Yunho
"Huh... Ya sudah deh"
Yunho membuka bekal Jaejoong, sang eomma menyusun bekal Jaejoong dengan cantik padahal.
"Memang dia tidak mengabarimu?" Goda Junsu
"Ah! Kau benar! Aku akan meminta nomor ponselnya nanti" Ucap Yunho penuh semangat
"Seperti dia akan memberikan nomornya saja" Shindong berucap dengan nada sinis
"ISH! Jaejoongie pasti memberikan nomornya padaku nanti"
"Iya saja lah"
"Lalu bagaimana pertandingan pertamamu itu?" Tanya Junsu
"Minggu ini pertandingan pertamaku akan diadakan. Kalian datang ya... Hah... Padahal aku ingin sekali mengundang Joongie juga hari ini"
"Besok kan bisa pabbo!"
"Lebih cepat kan lebih baik" Ucap Yunho
"Langsung saja kau nyatakan perasaanmu kalau begitu. Lebih cepat lebih baik, kan?" Goda Junsu lagi
"Ya kau benar. Tapi hatiku tidak kuat berhadapan dengan Jaejoong. Saat bicara padanya aku seperti akan mati! Bagaimana ini!" Ucap Yunho heboh
"Ck... Kau sih salah omong" Ucap Shindong
"Ne, dia jadi lebay kan... Maaf kalau begitu" Ucap Junsu dan mereka berdua menggelengkan kepalanya melihat Yunho yang kini heboh sendiri
Sementara itu disisi lain, namja yang sejak tadi dicari Yunho dengan heboh sedang bersin - bersin tidak jelas dan membuat eommanya khawatir.
"Tidak masalah eomma. Sepertinya karena debu" Ucap Jaejoong
"Tapi... Rumah Seunghyun bersih" Gumam sang eomma
"Mungkin aku alergi dengan rumahnya hatchiii~"
"Joongie kau tidak apa - apa nak?" Tanya Mrs. Choi
"Aku tidak apa - apa. Bisakah eomma menyelesaikan lebih cepat? Aku harus belajar untuk lomba sains dua minggu lagi hatchi!"
"Ah... Baiklah. Kau ini belajar terus... Maaf ya, sepertinya memang Joongie sedang alergi sesuatu" Ucap Mrs. Kim penuh sesal
"Perlu dibawa ke dokter?"
"Ya, kami akan langsung memanggil dokter ke rumah"
"Arasseo, jadi untuk makanannya kita pakai katering ini saja ya"
"Ya... Pemilihan tanggal kita adakan hari minggu ini ya?"
"Oke"
Jaejoong yang masih bersin - bersin itu berjalan menjauh, eommanya tengah diundang eomma Seunghyun untuk menentukan makanan dan minuman yang akan disediakan pada acara pertunangannya dan Seunghyun.
Jaejoong menyerahkan semua pada sang eomma karena dia memang tidak suka ikut campur urusan macam ini. Atau karena dia tidak berminat pada acara pertunangannya?
Lima belas menit kemudian urusan para eomma itu selesai, Jaejoong segera masuk mobil setelah berpamitan dengan calon mertuanya diikuti sang eomma.
"Kau tidak bersin lagi Joongie ah" Ucap Mrs. Kim
"Eoh?"
Saat di jalan Jaejoong tidak bersin lagi. Dia menatap keluar jendela mobilnya, pikirannya sedang tidak menentu sejak pagi dan sang eomma malah mengajaknya pergi ya sudah... Dia lebih baik bolos sekolah saja sekalian.
"Mungkin ada seseorang yang membicarakanmu makanya kau bersin - bersin Joongie ah. Ah! Mungkin saat ini Seunghyun sedang membicarakanmu di sekolahnya. Dia pasti kesal tidak bisa bertemu denganmu pagi ini hahahaha" Ucap sang eomma senang
Tapi Jaejoong malah berpikiran lain, dia melirik jam tangannya. Dia ingat sampai di rumah Seunghyun tidak bersin - bersin barulah saju jam kemudian dia mulai bersin. Jaejoong memperkirakan itu adalah jam makan siang di sekolahnya, pasti seseorang membicarakannya tadi. Mungkin kepala sekolah? Guru? Changmin? Atau mungkin... Yunho?
Jaejoong langsung tersentak dan menggelengkan kepalanya saat nama Yunho terlintas dalam otaknya. Namja itu...
'Apa mungkin dia mencariku? Dia pasti sangat heboh'
"Kau kenapa Joongie ah?" Tanya Mrs. Kim yang bingung melihat sang anak menggelengkan kepalanya
"Aniyo..."
"Sudah jam makan siang, kau menolak makan di rumah Seunghyun tadi. Mau makan diluar bersama eomma?"
"Terserah saja" Jaejoong kembali menatap pemandangan diluar mobil, memperhatikan orang berjalan dan dia ingat sesuatu "Boleh aku minta tteokbokki?"
"Eoh?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jaejoong menatap seporsi tteobokki di depannya, Jaejoong memang dipesankan tteokbokki tapi saat menatap makanan di depannya itu Jaejoong merasa tidak bernafsu, seperti ada yang kurang.
Terlebih, mereka makan di restoran yang terdapat di salah satu hotel bintang lima milik keluarga Jaejoong. Hotel bintang lima menyajikan tteokbokki? Ya... Konsep hotel ini cukup unik karena mengusung tema makanan tradisional di menu mereka.
Jaejoong memakan tteokbokki di depannya, rasanya berbeda dengan yang diberikan oleh Yunho.
"Enak... Bagaimana Joongie ah?"
Jaejoong hanya menganggukkan kepalanya merespon ucapan sang eomma karena dia kurang sependapat tentang rasa makanan di depannya ini. Padahal biasanya urusan rasa mereka selalu satu pendapat.
Entah kenapa dia jadi merindukan tteokbokki yang dibawa oleh Yunho untuknya.
"Aku sudah selesai"
Jaejoong hanya berhasil menghabiskan setengah porsi tteokbokki di depannya. Bukan tidak menghargai tapi Jaejoong kurang menyukai rasa makanan di depannya.
"Arasseo, sebentar lagi kita pulang ne?"
"Hum"
Jadi...
Apa besok Yunho akan membawakan tteokbokki untuknya besok?
.
.
.
.
.
.
.
.
"Sudahlah... Besok pasti kau bertemu dengannya Yunho sayang..."
Mrs. Jung mencoba menghibur anaknya yang sedih karena tidak bertemu dengan bidadara kesayangannya di sekolah hari ini.
"Eommaaa~ aku rindu~~"
Pletak!
"Awhh! Appa~~" Rengek Yunho
"Kau lebay, dasar jomblo karatan!"
"Appa! Aku itu rindu! Apa juga lebay saat ditinggal eomma pergi ke Gwangju padahal hanya satu hari!"
"Yak! Anak kurang ajar!"
"Tapi kan aku benar, eommaa~~"
"Sudah! Kalian berdua ini selalu saja bertengkar! Wonnie ah! Anakmu ini sedang sedih, kenapa malah menggodanya sih!" Ucap Mrs. Jung dan Yunho terlihat senang karena sang eomma membelanya
"Eomma... Aku antar Taehyung ke depan dulu ya"
Hoseok keluar dari kamar sembari menggandeng kekasihnya, Hoseok mengajari Taehyung karena namja cantiknya itu akan ulangan matematika besok.
"Ya"
"Aku pulang dulu ya Jung eomma, Jung appa"
Taehyung mengecup pipi kedua orangtua Yunho dan memeluk mereka. Mrs. Jung selalu senang saat Taehyung melakukan hal ini karena kedua anaknya tidak melakukannya. Kedua anak mereka itu seme jadi sedikit malu untuk mencium pipinya saat berpamitan.
"Hati - hati ya sayang, salam untuk orangtuamu" Ucap Mrs. Jung
"Ne eomma"
"Ayo Tae, sudah malam"
"Iya hyung" Ucap Taehyung kemudian berpegangan tangan dengan kekasihnya
"Aku iri... Bisa tidak sih mereka tidak pamer kemesraan di depanku?" Ucap Yunho lirih
"Jomblo! Kajja Bummie... Kita tinggalkan saja jomblo berdebu ini!" Ucap sang appa
"Ish! Sana tinggalkan aku sendirian! Appa menyebalkan!"
"Ck... Yunie ah... Besok mau bawa bekal untuk bidadaramu itu?"
"Hmmm..." Yunho langsung bersemangat memikirkan bekal untuk Jaejoong "Tteokbokki saja eomma, entah kenapa aku merasa dia sedang ingin makan tteokbokki"
"Sok tahu!" Goda Mr. Jung
"Ish! Appa menyebalkan!"
"Arasseo, eomma akan membuatkannya besok. Jangan tidur malam - malam ya"
"Ne eomma"
Dan kedua orangtua Yunho meninggalkan Yunho sendirian di ruang tamu.
"Rindu itu berat... Aku tidak sanggup~~ Joongie ah... Bogoshippo~"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Besoknya Yunho dengan semangat melambaikan tangannya saat jam istirahat pada seorang namja manis yang duduk di bawah rindangnya sebuah pohon. Yunho menghampirinya dan duduk bersila di hadapan namja itu.
"Kemarin kau kemana? Kenapa tidak ada kabar sama sekali? Aku sungguuuhhhh merindukankanmu Joongie!" Pekik Yunho
"Berisik"
"Wae? Kenapa tidak bersemangat seperti itu? Apa ada yang mengganggumu? Ah! Aku bawakan tteobokki buatan eomma. Makanlah"
Jaejoong melirik sebuah kotak makan yang baru saja dibuka oleh Yunho. Warna merah itu sungguh menggiurkan di mata Jaejoong. Rasanya pasti sangat beda dengan tteobokki yang dia makan semalam bersama eommanya.
"Jja... Makanlah"
Yunho menaruh kotak makan itu dipangkuan Jaejoong dan memberikan sebuah sendok plastik transparan padanya. Dan Jaejoong memasukkan sebuah tteok pada mulutnya dengan pelan namun kemudian dia mulai memakannya dengan lahap.
"Hm... Aku mau bertanya. Ah tidak... Ini sebuah ajakan"
"..." Jaejoong mengerutkan keningnya sembari menatap Yunho
"Hari minggu adalah pertandingan pertamaku, apa kau bisa datang? Datang untuk menyemangatiku"
"Tidak bisa" Tolak Jaejoong tanpa ragu
"Kenapa?" Yunho menunjukkan wajah sedihnya karena baru saja ditolak Jaejoong
"Ada urusan" Jawab Jaejoong asal
"Huh? Tidak bisa datang barang sedetikpun?"
"Tidak"
"Hah... Ya sudah... Aku doakan semoga urusanmu cepat selesai dan kau bisa datang ke pertandinganku hehehe"
"..."
Jaejoong bisa melihatnya, namja itu terlihat kecewa saat dia menolak ajakan Yunho. Jaejoong memang tidak bisa datang karena ada acara keluarga dan kalaupun ada waktu dia tidak akan mau datang, apa lagi untuk bertemu Yunho. Lebih baik dia belajar untuk lomba cerdas cermat berikutnya, bukan?
"Lalu... Hmm... Boleh aku minta nomor ponselmu?" Tanyu Yunho setengah takut
"Untuk apa?"
"Supaya bisa menghubungimu setiap saat. Kau tahu? Aku selalu menahan rinduku padamu, mau menelepon tapi tidak tahu nomor teleponmu"
"Tidak mau"
"Waeeee?"
"Kenapa kau selalu memaksakan kehendakmu sih?"
"Aku hanya ingin lebih dekat denganmu Jaejoongie~"
"Tidak!"
"Kenapa?"
"Aku bilang tidak ya tidak!" Ucap Jaejoong dengan nada marah kemudian menyuapkkan tteok terakhir yang ada di dalam kotak makan
"Jahat sekali sih"
"Memangnya aku peduli!"
Jaejoong menutup kotak makan yang sudah kosong itu, dia memang kesal pada Yunho tapi makanan yang dibawa Yunho itu enak jadi Jaejoong dengan senang hati menghabiskannya walaupun sambil marah – marah pada Yunho.
Yunho yang melihat kotak makannya sudah tertutup segera mengambilnya dan memasukkan ke dalam tas kotak makan bersama dengan kotak makannya yang sudah kosong terlebih dahulu. Jaejoong berdiri dan hendak beranjak namun langkah kakinya terhenti mendengar gerutuan Yunho.
"Salah memang meminta nomor ponselnya? Aku kan hanya ingin lebih dekat dengannya, memastikan dia selalu baik – baik saja. Salah memang?!"
Jaejoong menghela nafasnya kasar, kenapa dia tidak bisa tegas pada namja yang sering membawa makan siang untuknya akhir – akhir ini sih!
SRAKK
Yunho bangkit dari duduknya namun menatap bingung pada Jaejoong yang belum beranjak sedikit pun. Yunho kira Jaejoong sudah pergi meninggalkannya. Aduh… Bisa gawat kalau Jaejoong mendengar gerutuannya tadi, bisa – bisa Jaejoong tidak memberikan nomor ponselnya.
"Menangkan pertandingan itu"
"Ne?" Yunho mengerutkan keningnya, Jaejoong bicara padanya bukan?
"Aku akan memberikan nomor ponselku kalau kau adalah pencetak gol terbanyak dipertandinganmu itu"
"Ha?"
TAP
TAP
TAP
Butuh waktu yang sedikit lama sampai Yunho mengerti ucapan Jaejoong sepenuhnya. Tidak lama senyumnya berkembang lebar dan berteriak kencang.
"AKU AKAN MEMENANGKANNYA! AKU AKAN MEMBUAT BANYAK GOL SEHINGGA KAU TIDAK AKAN MENYESAL MEMBERIKAN NOMOR PONSELMU PADAKU! TUNGGU KABAR BAIK DARIKU YA JOONGIE SAYANG!"
"Ciiyeeeee~~~~"
"Yunhoooo Sayang – sayangan"
"Aaaaaaa!"
Para siswa dan siswi yang ada di taman belakang menjadi heboh usai Yunho berteriak, terlebih namja itu memanggil Jaejoong dengan kata sayang. Dan mereka menggoda Yunho yang kini malah mengucapkan terima kasih karena merasa didukung oleh banyak orang. Serah lu beh… =,=
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yunho berlatih dengan giat, sepulang sekolah dialah yang sampai di gedung olah raga pertama kali dan langsung melakukan pemanasan. Dia akan membuktikan pada Jaejoong bahwa dia bisa melakukannya! Yunho bisa melakukannya demi mendapatkan nomor ponsel bidadara kesayangannya itu. Heh! Harusnya demi nama sekolah babeh sayang~~
"Kau sudah datang Yun"
"Annyeonghasseo pelatih, iya saya datang terlebih dahulu dan melakukan pemanasan"
"Bagus, kemarin kepala sekolah mengajakku bertemu dengan kepala sekolahmu saat Junior High School. Cukup kaget juga fotomu terpampang di rak piala dengan membawa banyak penghargaan"
"Pelatih jangan melebih – lebihkan, saya hanya melakukan hal yang saya sukai dan appa bilang saya harus melakukannya dengan penuh semangat dan sepenh hati agar hasilnya maksimal"
"Appamu benar – benar mendidkmu dengan baik"
"Terima kasih pelatih"
"Sana berlatih, bukannya kau harus mencetakb banyak gol agar Jaejoong memberikan nomor ponselnya padamu?"
"Pe-pelatih tahu?"
"Tentu, siapa yang tidak tahu tentangmu dan Kim Jaejoong"
"Ah… Pelatih melebih – lebihkan saja! Jadi malu~"
"Ck… Urusan Jaejoong saja kau malu, padahal selama aku mengenalmu kau sangat memalukan"
"Pelatihhh~~"
"Sana buat kami bangga dengan banyaknya gol yang kau dapatkan"
"Siap!"
Dan Yunho mulai berlatih bersama sang pelatih sembari menunggu anggota yang lain datang tanpa tahu seseorang mengintip mereka dengan pandangan menusuk dan dia menatap Yunho seolah dia bisa membakar Yunho hanya dengan tatapan matanya saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Semakin mendekati hari pertandingan semakin sibuk Yunho dan membuat waktu berharganya dengan Jaejoong berkurang bahkan tidak memiliki waktu berdua saat jam istirahat. Yunho akan datang ke kelas Jaejoong dengan berlari dan menyerahkan bekal makan siang untuk Jaejoong. Untuk menggembalikan kotak makan siangnya, Yunho meminta Jaejoong untuk menitipkannya pada sekuriti saja dan Yunho akan mengambilnya usai latihan sepak bola.
Jaejoong sebenarnya tidak keberatan membeli makanan sendiri namun makanan yang dibawa oleh Yunho sangat enak sehingga Jaejoong tidak mampu menolaknya.
Hari ini Yunho pulang sangat sore mengingat besok pertandingan akan berlangsung, semua berlatih dengan giat begitu halnya dengan Yunho. Dia memang selalu bersungguh – sungguh apa lagi menyangkut sepak bola.
"Nah… Anak – anak! Latihan hari ini cukup sampai sini, kalian istirahatlah yang cukup dan kita bertemu di lapangan sepak bola besok jam tujuh pagi. Mengerti?" Teriak sang pelatih
"Ne!"
"Kalian semangat ya!"
"Siap pelatih!"
Yunho mulai tidak mengganti pakaian olah raganya, dia ingin langsung pulang dan mandi secepatnya karena badannya terasa lengket. Usai berpamitan dengan pelatih dan teman – temannya Yunho meninggalkan gedung sekolahnya.
Berjalan sendirian ke arah halte bus sendirian karena kebanyakan dari mereka membawa kendaraan sendiri atau di jemput oleh supir mereka.
"Enak ya jadi orang kaya…" Gumam Yunho tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya "Kau bicara apa sih! Hidupmu juga sudah nyaman Jung Yunho!" Lanjutnya menyemangati dirinya sendiri
Lampu merah di depan Yunho berubah menjadi hijau, dia mulai berjalan untuk mencapai halte bus yang ada di seberang jalan namun suara nyaring seseorang mengagetkannya.
"YUNHOOO!"
BRAAKKK!
Kejadian itu berlangsung dengan cepat, Yunho merasa seseorang mendorongnya hingga dia jatuh dan tubuhnya membentur aspal dengan kencang. Yunho langsung duduk dan menolehkan kepalanya ke aras suara orang yang baru saja berteriak kesakitan.
Yunho sadar, dia hamper saja menjadi korban tabrak lari namun seseorang menyelamatkannya. Seseorang yang tadi mendorongnya dan dia tidak terluka parah hanya lecet tapi orang itu terbaring di aspal dan memekik kesakitan sementara mobil yang hamper menabraknya itu sudah tidak ada di tempat kejadian.
"JUNSU!"
Yunho membantu Junsu untuk duduk namun namja itu berteriak kesakitan. Yunho tahu Junsu terluka tepat pada bagian kakinya.
"Bersabarlah, aku akan menelepon ambulan"
"YUNHO? KAU KENAPA?"
Pelatih yang kebetulan baru saja keluar dari gedung sekolah berlari menghampiri beberapa orang yang mengerumuni entah apa. Ternyata ada kecelakaan yang melibatkan siswanya.
"Kecelakaan pelatih! Tapi Junsu menolongku dan dia yang terluka" Ucap Yunho dengan panik
"Ambulan?"
"Saya sudah meneleponnya, mereka akan kemari sebentar lagi" Ucap Yunho kemudian dia mengalihkan pandangannya kembali pada Junsu "Maafkan aku"
Junsu menggelengkan kepalanya.
"Ini kemauanku. Yun… Biarkan aku bersandar, aku lelah"
"Yak! Jangan tertidur! Yak Junsu! Kim Junsu!"
Yunho berteriak panic saat Junsu memejamkan matanya dan dia tidak sadarkan diri. Ambulan datang tidak lama setelahnya dan membawa mereka menuju rumah sakit Seoul. Yunho langsung mengabari orangtuanya dan membuat mereka langsung datang ke rumah sakit.
"Bagaimana Junsu?" Tanya Mrs. Jung
"Dia belum sadar, dokter bilang dia syok dan pingsan. Tulang kakinya retak eomma… Ini salahku!"
"Yun…"
"Tapi aku bersumpah sudah memastikan bahwa lampu itu sudah jadi hijau" Ucap Yunho
"Apa ada yang sengaja melakukannya?" Tanya pelatih
"Tapi kenapa?" Yunho mengerutkan keningnya
CEKLEK
Seorang suster keluar dari ruang rawat dan menghampiri Yunho dan yang lain.
"Junsu sshi sudah sadar, kalian bisa masuk untuk menengoknya"
"Terima kasih suster"
"Sama – sama"
Orang yang pertama masuk adalah Yunho, dia berlari menghampiri ranjang Junsu dan menggenggam tangan Junsu, matanya menatap Junsu dengan sendu.
"Maafkan aku! Kenapa kau malah menyelamatkanku eoh!" Ucap Yunho penuh sesal
"Kau harus menang besok" Ucap Junsu
"Ne?"
"Kau ingin nomor ponsel bidadara kesayanganmu bukan?" Goda Junsu
"Ta-tapi-"
"Shh… Kau berisik! Berusahalah besok, teman!"
"Kau bukan temanku Su"
"Huh?" Junsu menatap bingung ke arah Yunho
"Kau sahabatku!"
Yunho menundukkan tubuhnya dan memeluk Junsu erat, menyalurkan permintaan maafnya pada Junsu. Jujur saja, tadi Junsu ketiduran di perpustakaan dan saat bangun hari sudah gelap. Untung saja perpustakaan belum di kunci sehingga dia bisa pulang.
Tapi saat keluar dari sekolah, dia melihat Yunho menyebrang jalan tadinya dia ingin mengagetkan Yunho tapi melihat sebuah mobil melaju kencang kea rah Yunho membuat Junsu berlari kencang dan meneriakkan nama Yunho. Dia berhasil mendorong Yunho tapi dia yang malah terluka.
Junsu membalas pelukan Yunho dan mengusap punggung namja yang dia tahu tengah menyalahkan dirinya karena sudah membuat Junsu terluka. Sementara kedua orang tua Yunho memperhatikan bagaimana Junsu memperlakukan Yunho.
"Yeobo…" Bisik Mr. Jung pada sang istri yang duduk di sebelahnya
"Apa?"
"Junsu menyukai anak kita?"
"Waeyo? Dia anak baik"
"Mereka akan terlibat cinta segitiga nantinya. Kan… Yunho sudah punya seseorang yang disukainya"
"Kau benar" Mata Mrs. Jung membulat "Aku harus bagaimana? Aduh anakku kenapa sekalinya kau tahu cinta jadi rumit begini" Lanjut Mrs. Jung, sepertinya dia kebanyakan menonton drama
"Nanti kita introgasi Junsu dan Yunho saja, kita harus pastikan tidak ada yang terluka karena si bodoh Yunho!"
"Yak! Dia anakmu!" Mrs. Jung memukul pelan lengan suaminya
"Hehehehehe"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam tapi Yunho belum tidur karena dia memikirkan sesuatu, kenapa tidak ada yang Junsu telepon? Kemana keluarganya? Apa Junsu tidak memilikinya? Atau keluarganya ada di luar kota? Dan kenapa Junsu mampu membayar ruang rawat VIP di rumah sakit Seoul yang sangat mahal ini hanya dengan sebuah kartu?
"Kau kenapa? Kenapa menggelengkan kepalamu?" Tanya Junsu yang bingung dengan kelakuan Yunho yang sedang duduk di sofa
Yunho bangkit dari duduknya dan berjalan kea rah Junsu, dia duduk di sebuah kursi dengat ranjang Junsu dan menatap Junsu dengan pandangan penasaran.
"Kenapa keluargamu tidak ada yang datang?" Tanya Yunho
"Kau menyesal menjagaku malam ini?"
"Bukan begitu! Hanya saja ini aneh… Kau kecelakaan kenapa kau santai begini Suie ah? Kemana keluargamu?"
"Ah… Eomma dan appa ada di luar kota, bekerja" Jawab Junsu asal
"Kau anak tunggal?"
"Ya" Suara Junsu sebenarnya sedikit bergetar tapi Junsu harap Yunho tidak menangkap ketidakjujurannya
"Ya ampun… Kau harus sering – sering ke rumahku agar tidak kesepian, atau kau mau pindah saja ke rumahku? Kau tinggal dimana?" Tanya Yunho bertubi – tubi
"Hah? Santai saja Yun, aku tinggal di rumah kontrakan kecil kok"
"Aduh… kau pasti kesulitan beberapa hari ke depan, aku akan mengantarmu dan menjemputmu!"
"Tidak usah lebay! Aku masih bisa melakukannya sendirian pabbo!"
"Kau tinggal saja di rumahku! Aku mohon jangan menolak, anggap ini sebagai bentuk pertanggung jawabanku untukmu. Aku akan bilang pada eomma dan appa besok"
"Terima kasih, aku akan meminta sepupuku untuk tinggal di rumahku saja"
"Tidak… Aku mohon biarkan aku bertanggung jawab" Rengek Yunho
Junsu menghembuskan nafasnya kesal, namja di depannya ini benar – benar memiliki keinginan kuat untuk bertanggung jawab. Tapi Junsu harus bagaimana? Apa mungkin keluarga Jaejoong mengizinkannya? Bagaimana dengan orangtuanya yang tidak pernah peduli padanya itu? bagaimana…
"Su? Kenapa melamun?" Tanya Yunho
"A-ah tidak, biar aku pikirkan dulu ya"
"Baiklah, sekarang kau tidur. Aku akan menjagamu"
"Lebih baik kau pulang"
"Tidak… Aku akan menginap karena kau tidak ada yang menemani, besok appaku akan kemari membawakan seragam"
"Hah… Ya sudah… kau juga tidurlah"
"Ne"
Yunho bangkit dari duduknya dan berbaring disofa yang menurutnya empuk itu, matanya masih menatap Junsu yang mulai memejamkan matanya.
"Suie ah" Panggil Yunho pelan
"Ya?"
"Kau itu… Anak orang kaya ya?"
"Memang kenapa?"
"Kau bisa membayar biaya perawatan untuk kelas VIP, ini kan tidak murah…"
"Appa dan eommaku yang akan membayarnya kok"
"Tetap saja, mahal…"
"Tidurlah Yun, aku lelah"
"Selamat tidur Junsu ah, mimpi indah"
"Ya… Kau juga"
Tidak lama Junsu bisa mendengar dengkuran halus dari mulut Yunho, namja itu tidur dengan mata setengah terbuka. Junsu terkekeh kemudian mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja nakas sebelah ranjang rawatnya.
Lima puluh panggilan tidak terjawab, dari Kim ahjumma, Kim ahjusshi, Jaejoong dan Changmin. Jaejoong dan Changmin meneleponnya? Kedua orang itu masih peduli padanya?
'From : Kim ahjumma
Suie ah, kau dimana?'
'From : Kim ahjushhi
Ahjusshi tidak tahu dimana kau, tapi jika kau membaca pesan ini tolong balas karena kami mengkhawatirkanmu'
'From : Jaejoong
Dimana? Eomma dan appa mencarimu'
Lihat…
Betapa kakunya namja bernama Jaejoong itu padanya, ini sudah lama dan kenapa keadaannya malah semakin rumit untuknya dan Jaejoong? Junsu men-scroll layar ponselnya dan mendapati nama Changmin di kotak masuknya.
'From : Changmin
Rumah sakit Seoul? Yang benar saja'
Namja itu tahu, dia tahu dirinya ada di rumah sakit Seoul, Junsu tersenyum tipis dan mengetikkan balasan untuk namja itu.
'To : Changmin
Jika kau ingin menemuiku, jam Sembilan ruang VIP'
Dan sebuah pesan dari Taehyung, adik sepupunya.
'From : Taehyungie
Hyung, Changmin hyung bertanya tentang hyung. Hyung ada dimana? Tidak pulang ke rumah Jaejoong hyung? Hyung ada masalah? Mau menginap di rumahku saja? Mau aku jemput sekarang?'
'To : taehyungie
Hyung baik – baik saja, besok datang saja ke rumah sakit Seoul jam sepuluh'
Tidak lama, ponsel Junsu berbunyi dan menampilkan pesan dari adik sepupunya yang sangat mengkhawatirkannya. Junsu tersenyum dan membalas pesannya dan setelahnya dia berbaring dan menutup matanya lebih baik dia tidur agar sakitnya tidak terasa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi sekali Yunho sudah bangun, dia melihat Junsu masih tertidur dengan lelapnya. Mana tega namja itu membangunkan Junsu, dia beranjak menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menyikat giginya saja sembari menunggu sang appa datang.
Dan benar saja sang appa datang tidak lama kemudian membawa tas berisikan seragam sepak bola Yunho dan beberapa perlengkapan lainnya.
"Mandi dimana?" Tanya sang appa
"Di ruang ganti saja appa" Jawab Yunho
"Ya sudah sana, appa akan menjaga Junsu"
"Terima kasih appa, katakana pada Junsu bahwa aku akan memenangkan pertandingan hari ini"
"Iya, sana berjuang, appa menantikan kemenanganmu"
"Oke"
Sang appa memberikan sebuah pelukan hangat untuk sang anak sebelum anaknya itu beranjak meninggalkan ruang rawat Junsu. Yunho membuka tas yang dibawakan sang appa untuknya, selain seragam olah raga ada pula kotak makan dan sebotol air mineral.
"Eomma memang yang terbaik!"
Pukul Sembilan Junsu membuka matanya dan langsung disapa sebuah senyuman manis dari namja paruh baya yang merupakan appa Yunho. Entah kenapa perasaan Junsu menghangat, ada perasaan senang saat melihat sebuah senyuman hangat yang ditujukan untuk dirinya di pagi hari. Biasanya dia bangun dalam keadaan sepi.
"Pagi" Sapa Mr. Jung pada Junsu
"Pagi ahjusshi"
"Tadi perawat sudah membawakan sarapan untukmu, kau harus memakannya dan meminum obat pereda nyeri. Apa kau ingin ke kamar mandi?"
"Ya"
"Ayo ahjusshi bantu"
Mau tidak mau Junsu ikut dengan Mr. Jung dan menurutnya Mr. Jung adalah sosok appa yang sangat pengertian dan baik tapi entah kenapa suka sekali menggoda Yunho.
"Junsu ah… Ada yang ingin ahjusshi tanyakan" Ucap Mr. Jung setelah Junsu kembali ke atas tempat tidurnya dan menyelesaikan sarapannya
"Ya ahjusshi?"
"Apa kau menyukai Yunho?"
"Maksud ahjusshi?"
"Menyukai lebih dari seorang teman"
Junsu membulatkan matanya namun tidak lama sebuah senyuman ah tidak… Sebuah seringaian kecil terpampang di wajahnya.
"Aku…"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"YAK! Yunho! Apa yang kau lakukan!"
"Maaf sunbae!"
"Bisa main tidak sih kau!"
Beberapa senior memarahi Yunho yang tidak fokus pada permainannya, Yunho membungkukkan tubuhnya seraya meminta maaf pada para seniornya itu. Terutama Taeyang yang selalu menatap Yunho dengan pandangan menusuk sejak kedatangannya pagi tadi.
"Kau tidak apa – apa? Apa kau istirahat dulu Yun?" Tanya sang pelatih
"Tidak usah pelatih, maaf aku memikirkan sesuatu dan aku akan lebih focus"
"Oke"
Yunho memperhatikan penonton yang datang, diantara mereka ada eomma dan adiknya, Shindong dan teman – teman sekelas Yunho juga hadir untuk mendukung namja bermata musang itu. Yunho tidak mau mereka kecewa dengan penampilannya hari ini, dia harus kuat!
"Oke, sebentar lagi babak kedua akan dimulai. Kalian harus lebih focus pada pertandingan kali ini, kerja sama kalian sangat menyedihkan. Kenapa kalian tidak mengoper bolanya pada Yunho saat tidak ada penjaga pada Yunho? Kalian piker haya karena Yunho seorang junior kalian bisa mendisriminasikannya? Kalian mengerti apa yang aku katakana bukan!" Ucap sang pelatih yang cukup kesal dengan beberapa anggota sepak bolanya
"NE MENGERTI!"
"Pertandingan ini sangat penting! Jika kalian menang kalian tahukan bisa mewakili Seoul untuk pertandiangan Nasional?"
"NE"
"Kalau begitu bekerjasamalah!"
Yunho menggelengkan kepalanya.
"Tidak pelatih, ini semua juga salahku yang tidak focus sehingga mereka tidak mengoper bola padaku" Ucap Yunho
"Sudahlah Yun, jangan tutupi ini semua. Aku melihatnya dengan mataku sendiri kok" Ini suara sang manager klub, Minki
"hah… Sudah saja kalian berjuang"
Yunho menganggukkan kepalanya dan tidak lama babak kedua dimulai, Yunho bisa melihat sang eomma menatapnya penuh harap. Ya.. Dia tidak boleh mengecewakan sang eomma yang sudah mendukungnya selama ini, juga appanya yang kini tengah menjaga Junsu di rumah sakit. Dia harus membawa kabar gembira untuk Appa dan Junsu! Harus!
.
.
- LIMA PULUH MENIT KEMUDIAN –
.
.
.
Suara teriakan dan tepuk tangan itu memenuhi lapangan sepak bola, Yunho berbaring di atas rumput dan menatap layar yang menampilkan skor pertandingan, dia tersenyum sendu karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk klub sepak bolanya yang sekarang.
"Yunhoooo!"
Yunho menolehkan kepalanya ke sumber suara, appanya baru saja memanggilnya, ah.. Appanya sudah ada untuk mendukungnya di sini? Juga ada eomma, Shindong dan adiknya.
"Eomma…"
"Kau yang terbaik sayang" Puji sang eomma
Yunho melirik skor pertandingan dan tersenyum sendu, empat lawan tiga dan kemenangan ada pada sekolah Yunho. Babak kedua berlangsung dengan sengit, untungnya tim Yunho bisa membalikkan kedudukan, dia sendiri menyumbang tiga gol selama pertandingan. Harusnya dia senang hanya saja Yunho sadar dia belum melakukan yang terbaik untuk sekolahnya hari ini.
"Yunho!" Min Ho sang pelatih menghampiri Yunho dengan wajah cerah
"Pelatih"
Yunho bangkit dari berbaringnya dan menundukkan kepalanya untuk menyapa sang pelatih.
"Kau benar – benar bisa diandalkan" Ucap sang pelatih
"Tidak pelatih! Aku masih harus banyak berlatih"
"Tidak! Ini sudah sangat membanggakan! Bergabunglah dulu dengan tim"
"Ne"
"Permisi" Min Ho pamit pada kedua orangtua Yunho dan pergi menuju timnya
"Sana hampiri dulu timmu! Ah~ Pelatihmu tampan sekali Yunho ah!" Pekik Mrs. Jung
"Yak Bummie! Apa yang kau katakana! Aku lebih tampan darinya" Ucap Mr. Jung tidak terima
"Aigo… Ada yang cemburu"
"Selamat hyung" Ucap Hoseok
"Lho? Kekasihmu mana?" Tanya Yunho karena biasanya kekasih sang adik selalu menempel pada adiknya
"Dia ada urusan, nanti menyusul ke rumah"
"Ah… Begitu. Kalau begitu aku akan menghampiri timku dulu ya!"
"Ne"
Pelatih memberikan selamat pada anggota timnya, dia sangat senang dengan hasil pertandingan hari ini,Seoul International School memenangkan pertandingan babak penyisihan hari dan dia yakin timnya mampu mengalahkan tim selanjutnya.
Yunho menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, entah kenapa dia melakukannya. Tapi sepertinya dia melihat seseorang yang familiar tadi. Sampai matanya menatap punggung seseorang, benar! Yunho mengenal punggung itu!
"Pelatih, aku pergi dulu ya" Pamit Yunho saat sang pelatih menyelesaikan pidatonya
"Ya, sampaikan salam untuk kedua orangtuamu"
"NE! Annyeonghi gyeseyo pelatih, sunbaenim!"
Yunho berlari mengejar sosok itu, dia tidak mau kehilangan sosok itu barang sedetikpun. Dia mencarinya kemana – mana, dan… ya… Namja itu melihat sosok itu sudah keluar dari area lapangan sepak bola, Yunho berlari kencang karena tidak mau kehilangannya.
SRETTT!
"Jaejoongie! Kau datang!"
DEGH
Jaejoong membalikkan tubuhnya dan dia langsung menatap pergelangan tangannya yang dipegang erat oleh Yunho.
"Lepas" Ucap Jaejoong datar
"Maaf" Yunho langsung melepaskan pegangannya pada Jaejoong "Kau mau kemana?"
"Pulang"
"Pulang?"
Yunho memperhatikan wajah Jaejoong, entah kenapa wajah itu menyiratkan sebuah kesedihan dan matanya terlihat sembab.
"Kau… Menangis"
DEGH
"Maaf, aku khawatir padamu. Kau… bagaimana kalau ikut denganku?"
Namja yang berdiri di depan Yunho mengerutkan keningnya, ikut kemana? Dan bagaimana bisa Yunho tahu di baru saja menangis? Apa terlalu kentara?
"Tidak" Jawab Jaejoong
"Aku tidak mau kau bersedih sendirian Jaejoongie"
"Aku-"
"Yunho! Aduh! Kenapa pergi begitu saja!"
Suara itu adalah suara Mr. Jung yang datang menghampiri Yunho bersama keluarganya juga Shindong. Yunho membalikkan tubuhnya dan tersenyum lebar.
"Maafkan aku appa" Ucap Yunho
"Siapa dia?" Tanya Mrs. Jung menatap kagum pada namja yang ada di belakang Yunho
"Ah…" Yunho menggaruk tengkuknya kemudian menyingkirkan tubuhnya "Dia… Kim Jaejoong"
"Nugu?" Mr. Jung menatap Yunho
"Ah! Dia bidadaramu ya! Cantikk!" Pekik Mrs. Jung
BLUSH
Wajah Yunho memerah saat mendengar pekikan eommanya, sedangkan Jaejoong masih menatap datar pada keluarga yang ada di depannya.
"Jadi namanya Kim Jaejoong? Aigo… Kau cantik sekali nak! Yunho itu selalu bercerita tentangmu"
Mrs. Jung maju dan menggenggam kedua tangan Jaejoong, menatap Jaejoong dengan lembut kemudian tersenyum. Hanya sebuah pergerakan sederhana tapi entah kenapa membuat dada Jaejoong menghangat.
"Kau ikut ke rumah kami bagaimana? Kami akan mengadakan pesta kecil – kecil untuk kemenangan Yunho hari ini"
"Tapi-"
"Aku mohon jangan menolaknya~~" Rengek Mrs. Jung seraya memberikan puppy eyes andalan miliknya
Jaejoong tentu saja terenyuh melihat wajah penuh harap itu, tapi…
"Ayolah… Eomma dengar kau menyukai tteokbokki buatan eomma?" Kali ini Mrs. Jung memanggil dirinya 'eomma' di depan Jaejoong agar namja itu semakin luluh
"Tteokbokki?" Ucap Jaejoong, matanya sedikit membulat dan Mrs. Jung tahu Jaejoong menginginkan makanan itu
"Ya, kau menyukainya bukan?"
"Ne…"
"kalau begitu, ayoo!"
Entah bagaimana akhirnya mereka ada di dalam mobil Shindong, hari ini Shindong membawa mobilnya tapi bukan dia yang menyetir, kan dia belum cukup usia untuk menyetir. Dia membawa supir sang eomma bersamanya hari ini.
Jaejoong duduk diantara Mrs. Jung yang terus bercerita dengan ceria dan Yunho yang hampir sama cerewetnya dengan sang eomma. Di kursi paling belakang duduk Mr. Jung dan juga Hoseok yang kali ini duduk dengan tenang.
Perjalanan hanya memakan waktu lima belas menit, dan setelah sampai mereka langsung turun dan Yunho dikagetkan dengan orang yang duduk di kursi panjang depan kedai orangtuanya.
"Junsu?! Kau disini? Memang sudah boleh keluar dari rumah sakit?" Yunho berlari meninggalkan keluarganya dan Jaejoong demi menghampiri Junsu yang duduk bersama Taehyung
"Kau lihatnya bagaimana? Aku kan sudah ada di sini" Ucap Junsu
"Kakimu digips Junsu"
"Aku tahu kok, kau jangan bawel ah! Kau bersama…" Junsu melirik ke belakang dimana keluarga Jung menghampiri mereka bersama dengan satu tamu yang membuat Junsu kaget, ah… Bukan hanya Junsu yang kaget tapi juga Taehyung
"Bagaimana keadaanmu Suie sayang?" Tanya Mrs. Jung
"Aku baik – baik saja tapi lapar…"
"Aigo~ Ayo buka kedai dan makan sepuas kalian!"
"YYYAAAAYYY!"
Dan Junsu menatap Jaejoong yang mematung menatapnya, tidak lama sebuah seringaian terpampang di wajah Junsu. Aduh… Kenapa Junsu jadi sering menyeringai sih? Jadi seperti psikopat kan T^T…
'Ah~ Menyenangkan sekali'
.
.
.
.
.
~ TBC ~
.
.
.
.
.
.
Annyeong~ Maaf ya telat update, karena satu dan lain hal akhirnya Cho baru bisa update hari ini hehehehehe
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Cari tahu siapa yang ada dibalik kecelakaan ini"
"Kau minta tolong atau menyuruh?"
"Menurutmu?"
"Kenapa aku harus melakukannya?"
"Karena kau menyukaiku dan tidak terima aku terluka"
Taehyung duduk diam menatap dua orang yang ada di depannya, aura mereka terlihat berbeda. Mungkin jika digambarkan dengan warna, warna hitam adalah warna yang coock untuk mereka. Taehyung bingung, dia tahu Junsu ditunangkan dengan Changmin, tapi mereka tidak saling suka. Lalu kenapa Junsu berkata seakan Changmin menyukai Junsu? Aduh… Ada apa ini? Taehyung tidak sanggup berpikir saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kamis, 13 Desember 2018
