My Little Puppy
A ChanBaek fanfiction story by:
mashedpootato
Cast : Chanyeol, Hybrid!Baekhyun, etc.
Pair : Chanbaek
Genre : Fluff (?), Romance (?), General
Rate : T (Bisa berubah sewaktu-waktu)
Warning : ff iseng, jangan dibawa serius. Typos.
.
.
Chapter 1 : The Puppy Boy
.
.
Hari yang melelahkan seperti biasa. Chanyeol baru saja tiba di rumah setelah meeting perusahaan, dan tak ada hal yang lebih ia inginkan selain berendam air hangat, dan tidur lebih awal.
Pria muda berumur 26 tahun itu baru saja melepas dasi dan melonggarkan kancing lengannya ketika bel apartemennya berbunyi.
Ia melirik jam. Pukul 22.36, dan ia merutuk siapapun yang berani mengganggunya di jam selarut ini.
Dan siapa lagi, jika bukan sahabat baik sekaligus si pembuat masalah, Kim Jongdae.
"Chanyeol!" Pekik Jongdae ketika ia membukakan pintu. "Syukurlah, kau masih bangun. Aku butuh pertolonganmu, Chanyeol. Aku harus pergi dengan penerbangan malam ini untuk sebuah konferensi mendadak di Sidney. Aku ingin kau menjaga Baekhyun selama aku pergi."
"A-apa? Siapa?"
"Baekhyun! Apa kau lupa?"
Dan ketika itulah Chanyeol menyadari sosok mungil di belakang Jongdae. Dan ia tak bisa menghentikan dirinya untuk memandang sebuah telinga berbulu yang menyembul di antara rambut coklatnya. Seorang hybrid anjing.
Chanyeol ingat, bahwa keluarga Jongdae memiliki seorang hybrid anjing yang sudah mereka anggap seperti keluarga sendiri. Tapi sungguh, ini adalah pertama kalinya ia melihat sosok tersebut.
Chanyeol membiarkan kedua tamu tak diundang itu masuk ke rumahnya.
"Eum, Jongdae. Bisa kita bicara sebentar?" Ujar Chanyeol, berusaha menarik Jongdae untuk bicara empat mata dengan sahabatnya.
"Apa kau gila hah? Aku bahkan belum pernah merawat hybrid anjing sebelumnya!" Desis Chanyeol pelan, ketika keduanya sudah berada di dapur.
"Kumohon, Park. Kau hanya perlu menjaganya seminggu! Umma dan Appa sedang di Jepang, dan aku tidak mungkin membawa Baekhyun ikut denganku ke Sidney!" Ujar Jongdae dengan suara berbisik, berharap Baekhyun tidak mendengar percakapan mereka.
Chanyeol menghela nafas, memijit dahinya yang kembali berdenyut.
"Sialan, kau." Desisnya.
"Kau sungguh teman terbaikku, Chanyeol. Aku akan mentraktirmu makan setelah aku pulang nanti, oke?" Putus Jongdae begitu saja, menepuk pundak sahabatnya dan kembali ke ruang tengah.
Chanyeol bisa mendengar suara Jongdae yang berpamitan dengan saudara hybrid-nya. Dan pergi tak lama setelah itu.
Sunyi.
Dan dengan itu, Chanyeol ditinggalkan Jongdae sendirian.
Oh. Bukan. Bukan sendirian.
Tapi Berdua.
Dengan seorang anjing hybrid bersurai coklat yang memandangnya polos di ruang tengah apartemennya.
Hybrid berambut coklat itu memandang Chanyeol dengan tatapan polos. Berkedip satu kali, lalu dua kali. Telinganya yang berwarna sama dengan rambutnya berdiri tegak, seakan menunggu pria tinggi di hadapannya mengucap sesuatu.
"Ummm. Oke. Siapa namamu tadi?"
"Baekhyun! Tapi kau bisa memanggilku Baekkie!" Jawabnya penuh semangat, dengan senyum seketika terukir lebar di bibir pink nya.
Chanyeol menelan ludah. Ia sungguh tidak terbiasa dengan kehadiran orang asing di rumahnya. Terlebih jika sosok asing tersebut adalah seorang hybrid anjing berwajah manis.
"Baiklah, Baekkie. Seperti yang Jongdae bilang, kau akan tinggal selama satu minggu di sini. Dan aku hanya punya satu aturan di rumah ini. Aku tidak suka dengan suasana berisik, jadi kuharap kau tidak akan menggangguku ketika aku sedang bekerja atau beristirahat. Kau boleh melakukan apapun, dan makan apapun yang ada di dapur. Tapi ingat, jangan berisik."
Baekhyun mengangguk, mata bulatnya membentuk sebuah eye smile berbentuk bulan sabit.
"Okie!"
Chanyeol berbalik dengan sebuah helaan nafas. Ia sungguh tidak percaya telah menyetujui permintaan aneh Jongdae yang satu ini.
"Tunggu."
Suara Baekhyun menghentikan langkah Chanyeol.
"Apa lagi?"
"Apa aku... Boleh tahu namamu?"
Dahi lelaki yang lebih tinggi mengernyit, berbalik memandang si hybrid.
"Chanyeol. Park Chanyeol."
Dan hybrid itu tersenyum lebar. Sebuah senyum lebar yang begitu manis.
"Senang bertemu denganmu, Yeollie!"
.
.
.
Chanyeol keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. Dan ia nyaris terlonjak kaget ketika melihat ada seseorang yang duduk di sofa ruang tengahnya.
Ah, ya. Ia lupa. Ia tidak tinggal sendirian saat ini.
Chanyeol pun memperhatikan sosok mungil yang tengah sibuk menepuk-nepuk bantalnya di atas sofa.
Merasa diperhatikan, Baekhyun mendongak.
Dan ia tersenyum.
Sial. Senyum itu.
"Oh? Yeollie sudah selesai mandi? Apa Yeollie akan tidur?"
Chanyeol mengangguk seadanya. Tatapan dinginnya masih mengamati bagaimana hoodie merah yang ia pinjamkan membalut tubuh mungil si hybrid berambut coklat.
Baekhyun kembali tersenyum, berbaring di atas sofa dan menarik selimutnya hingga dagu.
"Kalau begitu, selamat malam! Semoga mimpi indah, Yeollie!"
Malam semakin larut, dan seperti ramalan cuaca, hujan deras turun disertai angin malam itu.
Chanyeol sudah selesai memeriksa berkas pekerjaannya untuk esok hari. Dan kini ia tengah berusaha menenggelamkan dirinya untuk segera tidur, ketika pintu kamarnya terbuka.
"Yeollie...?" Panggil sebuah suara, bersamaan dengan Baekhyun yang melongokkan kepala bersurai coklatnya.
Chanyeol mengernyit, sengaja tidak menjawab.
"Yeollie... Di luar hujan, Yeollie..."
Chanyeol bisa mendengar lirihan Baekhyun, tapi ia tidak juga menjawab.
"Apa... Baekkie boleh tidur di sini? Baekkie tidak suka hujan... Dan petirnya sangat keras..." Suara itu mulai bergetar, seakan menahan tangis yang sudah nyaris keluar.
Chanyeol menghela nafas. Ia pun memutuskan untuk mengalah.
"Kemarilah."
Pria tinggi itu menggeser tubuhnya, memberi ruang di ranjang king size tempatnya berbaring. Dan dengan kecepatan kilat, Baekhyun bergelung di sisi kosong yang diberikan Chanyeol.
"Terimakasih, Yeollie..." Baekhyun semakin bergelung di dalam selimutnya, namun Chanyeol tidak melewatkan bagaimana suara itu bergetar dengan sebuah isakan tertahan.
Chanyeol bisa merasakan tubuh mungil itu menggigil di balik punggungnya. Suara petir kembali menyambar. Baekhyun terpekik, dan tubuh itu semakin bergetar takut.
Lelaki yang lebih tinggi menghela nafas.
Kau sungguh berhutang banyak padaku, Kim Jongdae.
Chanyeol berbalik, berbaring menghadap hybrid mungil yang masih terisak itu. Tangannya terulur, dan mengusap punggungnya lembut.
"Baekkie-hiks-Baekkie tidak suka hujan, Yeollie. Baekkie tidak suka petir. Petir terdengar sangat keras-hiks-dan itu membuat Baekkie takut..."
"Tidurlah. Kau tidak perlu takut." Chanyeol tak menghentikan usapan lembutnya di punggung si hybrid.
Telinga hybrid pastilah sangat peka terhadap frekuensi suara keras seperti petir. Karena Baekhyun bahkan masih tersentak kaget bahkan ketika ia sudah mulai jatuh tertidur.
Hari itu, hujan turun sepanjang malam. Namun Baekhyun bisa tertidur lelap dengan tenang.
Dan malam itu pula, Park Chanyeol mendapatkan tidur ternyenyak yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Dengan tubuh hangat seorang hybrid anjing bernama Byun Baekhyun di sisinya.
.
.
.
TBC (?)
.
.
.
A/N :
Jangan tanya ini apa. Karena aku sendiri ga tau ini apa ._.
Ide cerita ini terlintas begitu aja, dan aku hanya butuh waktu setengah jam an buat ngetik dan ngedit ini sebentar.
Ini cuma buat pelampiasan di antara aku yang sedang ngetik PBP. Gaya bahasanya pun beda banget sama PBP, karena sekali lagi ini cuma ff iseng.
Salam,
mashedpootato :)