Semuanya masih terasa segar dalam ingatan Chanyeol, tawa Baekhyun dan Kyungsoo yang selalu menemani harinya seolah baru terdengar kemarin sore. Namun hari ini, semuanya berubah kacau tanpa bisa ia cegah.

Baekhyun berteriak benci padanya. Dan Kyungsoo menatapnya dengan pandangan yang pahit sarat akan kekecewaan yang mendalam.

Chanyeol rasa ia mulai tenggelam dalam neraka yang ia ciptakan dengan kedua tangannya sendiri.

"Kenapa Daddy melakukan ini?"

Lidahnya kelu, ia tak bisa menemukan jawaban yang tepat kala kedua iris hitam itu memakunya dengan tatapan benci.

Kyungsoo tidak pernah seperti ini padanya.

"Aku paham jika aku ini hanya anak kecil. Sama sekali tidak berhak untuk tahu apa yang terjadi diantara Baekhyun dan Daddy. Tapi Baekhyun temanku, aku menyayanginya dan aku tidak bisa menerima jika Daddy memperlakukannya seperti ini."

Langkah dihela, Chanyeol terdiam tanpa tanggapan berarti sedangkan Sehun yang sedari tadi berada dibelakangnya bergerak mengambil langkah cepat menyusul Kyungsoo.

Pria itu hanya diam membatu, kehilangan dirinya sendiri. Tak ada lagi Park Chanyeol yang angkuh. Tak ada lagi Park Chanyeol dengan semua alibi yang membuat semua kebohongannya tertutupi dengan sempurna. Kini sosok itu tak lebih dari serigala tak bertaring yang telah kehilangan semangat hidupnya kala Kyungsoo mengetahui semua kejahatan yang telah ia lakukan pada Baekhyun.

Sementara Chanyeol membatu layaknya idiot, Sehun dengan langkah jenjangnya tetap berusaha mengejar Kyungsoo dan menghentikan gadis itu sebelum semuanya terlambat. Setidaknya, gadis itu tidak boleh bertemu dengan Baekhyun yang kacau.

"Kyungsoo berhenti disana!"

"Jangan temui Baekhyun, kau hanya akan membuatnya tertekan! Keadaannya sangat buruk saat ayahmu memaksanya pulang!"

Tapi gadis muda itu terlalu bebal seperti ayahnya, dia terus melangkah dengan semua kebatuan dalam kepala tanpa peduli dengan teman ayahnya yang kepayahan menyamai langkahnya.

"Baekhyun depresi! Melihatmu atau ayahmu hanya akan membuat keadaanya makin parah!"

Kala kenyataan itu terlontar, keinginan yang sudah membatu dalam benak seolah remuk redam tanpa sisa dan membuat langkahnya terpaku diujung pintu. Irisnya berkedip berat dengan embun yang mulai terbentuk.

"B-Baekhyun depresi?"

Helaan nafasnya yang berantakan membuat Sehun merasa berat untuk berkata ya atau pun mengangguk. Pun penyesalan yang mencekiknya di pangkal tenggorokan membuat pria itu merasa kelu untuk mengatakan hal yang sebenarnya, sebab Sehun tahu, ia turut memperburuk kondisi gadis malang itu.

"Kau mungkin tidak pernah dengar tentang ibu kandungmu, tapi yang harus kau tahu dia memiliki rupa yang sama persis dengan Baekhyun. Dan sekarang, Baekhyun sudah tahu. Itulah sebabnya ayahmu berubah mengerikan."

Kyungsoo membisu, hatinya berdenyut tak normal dan nafasnya terasa berhenti untuk beberapa saat. Tubuhnya membeku, seolah ia bisa merasakan sedalam apa luka yang Baekhyun dapat atas ulah ayahnya.

"Ta-Tapi Daddy benar-benar mencintai Baekhyun."

Sehun kembali menghela, tak terlalu paham mengapa ia bisa begitu sabar menghadapi semua kekacauan yang dibuat si idiot besar Park Chanyeol.

"Menurutmu apa Baekhyun akan percaya jika ayahmu mengatakan cinta tapi dia mengikatnya semalaman diatas ranjang dan memperlakukannya seperti memperlakukan jalang?"

Sunyi kembali merambat, Kyungsoo masih tak bisa menempatkan dirinya dalam kenyataan menyakitkan yang baru saja ia ketahui. Ia hanya belum bisa menerima jika ayahnya yang sangat sayangi dan segani bisa bertingkah begitu mengerikan.

Kyungsoo bahkan masih ingat jika ayahnya berkata jika ia sangat bersyukur bisa menikahi Baekhyun. Bagaimana bisa dia menerima kenyataan ini?

"Ta-tapi—"

Prang!

Suara tercekatnya tersendat dipangkal tenggorokan, bunyi hantaman benda pecah belah juga sosok ayahnya yang terlihat berlari kesetanan diujung tangga membuat tubuhnya terhuyung kebelakang sementara Sehun bergerak cepat membuka kunci dan berubah panik kala menemukan pintu itu tak kunjung terbuka.

"Sial! Baekhyun apa yang kau lakukan, Baek! Buka pintunya!"

Chanyeol datang didetik berikutnya dan mendorong pintu dengan keras, menimbulkan debaman menggema dengan pintu yang kini terbuka setengah dan menampilkan sudut kamar yang nyaris seperti kapal pecah dengan serpihan kaca yang tersebar nyaris memenuhi lantai. Sosok Baekhyun yang terduduk diantaranya dengan satu serpihan besar di penghujung nadi buat lelaki Park itu nyaris hilang waras.

"B-Baek, apa yang kau lakukan?"

Sosok itu seolah tak beremosi, wajah pucatnya perlahan terangkat namun tak ada eskpresi yang jelas dalam raut wajahnya yang dingin.

"Hai, Chanyeol. Apa kabar?"

Kyungsoo menangis keras sampai tak bisa menopang tubuhnya sendiri dan terduduk diatas lantai sedangkan Sehun panik berlari mencari pertolongan.

"Baekhyunee, sayang buang serpihannya hm? Itu akan melukaimu."

Park Chanyeol berusaha tenang diantara nafasnya yang memburu sesak. Dadanya bergerak naik turun berusaha mengendalikan kecemasan yang menggila kala mendapati kekasih kesayangannya kembali berakhir diantara serpihan kaca yang tajam.

"Chanyeol, kau datang terlalu cepat. Harusnya kau baru datang saat aku sudah berubah jadi mayat."

Lelaki Park itu benar-benar kesulitan mengendalikan diri hingga setitik air mata jatuh diwajahnya."Baekhyunah aku mohon jangan seperti ini. Jangan.." lirihannya benar-benar tulus dari dasar hati. Namun jelas tak mampu mengusik Baekhyun yang telah terluka parah akibat perbuatannya.

"Hm?" irisnya mengerjap bingung."Jangan?"

Lantas tawa menyakitkan mengalun lirih menyayat hati."Apa kau pernah mendengar saat aku bilang jangan? Apa kau pernah berhenti saat aku memohon?"

Perlahan serpihan itu mulai menembus kulitnya yang pucat dan merah pekat mulai mengotori mulusnya lengan lemah itu.

"Kau bahkan terus meneriaki aku sebagai jalang dan terus menyakitiku. Tidak kah kau puas melihat ini Chanyeol? Bukankah ini yang kau mau? Melihatku menderita sebagaimana perempuan itu membuatmu menderita. Harusnya kau senang, kau berhasil membunuhku bahkan tanpa meletakan jerat di leherku."

"Tidak Baek, tidak. Aku mohon jangan."

Pandangannya sudah terlalu hitam dengan semua pengkhianatan yang diberikan pria itu untuknya, maka kini Baekhyun sama sekali tak mempunyai celah untuk melihat sedalam apa ketulusan pria itu untuknya.

"Tidak Chanyeol, kau tidak seharusnya memohon. Inilah yang kau inginkan. Kau ingin melihatku sekarat karena terlalu menderita, bukankah itu yang kau pikirkan saat menikahiku?"

"Aku benarkan?"

Nada itu benar-benar membunuh Chanyeol dalam hatinya. Bagaimana dia bisa melihat gadis itu menggelepar sekarat sedangkan hatinya menderita akibat rasa rindu yang mencekik?

"Aku mencintaimu, Baek. Aku mohon jangan lakukan ini."

Tahunya ucapan itu malah menambah jumlah sakit yang Baekhyun alami, jauh lebih parah dari perutnya yang melilit dan dadanya yang sesak.

"Berhenti mengatakan omong kosong, Chanyeol-ah. Aku muak."

Dan serpihan itu menancap makin dalam dan Chanyeol nyaris kehilangan warasnya."Aku akan melakukan apapun! Buang benda itu sekarang Park Baekhyun!"

Namun lagi-lagi, Baekhyun tertawa dengan cara yang menyakitkan tanpa peduli dengan darah yang mulai menembus makin banyak di pergelangan tangannya."Bagaimana jika aku bilang bercerai? Aku ingin pergi darimu, Chanyeol."

"Akan ku lakukan! Aku yang akan pergi darimu asal kau buang benda sialan itu sekarang juga Baekhyun! Aku mohon buang. Jangan seperti ini, jangan sakiti dirimu lagi. Biar aku yang merasakannya, Baek."

"Biar aku."

Tahunya janji itu malah mengundang tangisan menyedihkan dari Baekhyun yang sudah tenggelam dalam keputusasaan."Hiks.. Kau datang saat semua orang pergi. Kau menyambutku dengan sepenuh hati saat ayahku sendiri membuangku. Kau tahu seberapa bergantungnya aku padamu? Kau tahu seberapa dalam perasaanku untukmu? Tapi nyatanya apa?"

Baekhyun nyaris tercekik dalam tangis juga kesakitan yang mendera, namun ia ingin Chanyeol mengetahui semuanya. Seberapa dalam dia mencintai pria itu dan seberapa kejam pria itu mengkhianatinya.

"Aku ini hanya pelampiasan untukmu. Sakit. Rasanya sangat sakit, Chanyeorah. Hikss.."

Air mata mengalir lebih deras dan Park Chanyeol kelu dalam penyesalan, tertunduk kaku meratapi dosanya yang tak terampuni hingga membuat Baekhyun sekarat karena sakit.

"Jadi jangan cegah aku, bairkan aku mengakhiri ini semua dan pergi dengan tenang. Aku sudah tidak sanggup lagi. Hikss.."

"Baekhyun jangan gila! Tidak Baek, jangan! Aku mohon jangan!"

Baekhyun menatap sosok itu nanar, dengan pandangannya yang kabur dia samar melihat Kyungsoo yang menghiba kearahnya."Maafkan aku Kyungsoo aku.. Aku—AKH!"

"Baekhyunah!"

.

.

Even breathing is hard

When I'm filled with tears

Sometimes it's okay to hide inside me and cry

It's okay

.

.

'Nyonya muda mengalami depresi berat dan hal tersebut memberi dampak buruk pada kandungannya. Beruntung nyonya muda mendapat pertolongan pertama yang tepat hingga pendarahannya bisa segera dihentikan.'

'Usia kandungannya baru enam belas minggu, tolong pastikan tidak ada hal berat yang akan membebani pikirannya, Tuan. Hal tersebut akan sangat berbahaya bagi Nyonya muda dan janin di perutnya.'

Chanyeol tergugu dalam sepi. Pandangannya kosong. Pikirannya penuh dan hatinya dijejali kemarahan juga kekecewaan tak tertolong.

Baekhyun hamil dan dia memperlakukan gadis itu dengan sangat buruk. Lebih buruk dari perlakuan pemilik toko terhadap anjing jalanan.

Dia menyekap gadis itu dirumahnya dan membuatnya nyaris memotong nadinya sendiri. Bukankah ia sangat bajingan? Mungkin bajingan saja tidak akan cukup untuk menggambarkan semua tindakah tak berotak yang telah ia lakukan pada Baekhyun.

Ia benar-benar manusia rendahan. Keji. Bengis.

Bagaimana bisa ia membuat ibu dari calon anaknya menderita? Dirinya sungguh brengsek!

Dengan kemeja putihnya yang penuh noda, Chanyeol terduduk di penghujung lorong merasa tak punya muka untuk sekedar menemani Bakehyun yang kini masih tertidur dibawah pengaruh obat penenang berdosis rendah.

Dan Kyungsoo ada disana, menatap sedih kearah ayahnya yang seolah kehilangan arah setelah mendengar semua penjelasan dokter mengenai kondisi Baekhyun, ibu tirinya yang ternyata kini tengah mengandung. Raut muram penuh kesedihan yang terlihat benar-benar terlalu dalam jika memang benar ayahnya itu hanya memanfaatkan Baekhyun karena parasnya.

Dia tidak pernah menemukan ayahnya dalam keadaan seperti ini. Kyungsoo rasa, perasaan ayahnya bahkan lebih dalam dari sekedar cinta. Tapi kenapa harus seperti ini?

Kenapa ayahnya harus memilih cara yang seperti ini?

"Daddy?"

Seruan meminta perhatian itu mampu menarik Chanyeol dari lamunan panjangnya yang penuh penyesalan. Namun untuk sekedar bersuara rasanya ia masih kelu, hanya senyum kecil yang menjadi pertanda jika ia mendengarkan putrinya dan akan melakukan apapun untuk gadis kecilnya itu.

"Dokter bilang daddy sudah boleh masuk. Kondisi Baekhyun sudah lebih baik."

Senyum yang semula tersungging setengah hati kini menghilang, berganti dengan raut penuh rasa bersalah yang begitu kental. Park Chanyeol tak mampu lagi bersembunyi dibalik topeng datarnya.

"Daddy akan masuk, kau mau pulang?"

Gadis itu menggeleng lalu menyerahkan satu paper bag sedang kearah ayahnya,"Aku meminta paman Sehun membawa pakaian ganti. Kemeja daddy masih penuh darah."

Seketika Chanyeol menunduk dan mendapati kemeja putihnya telah berubah warna menjadi merah, bahkan hingga bagian lengan dan menembus kedalam, meninggalkan noda yang sama diatas permukaan kulitnya.

"Terima kasih, sayang. Daddy akan menelpon supir dan kembalilah besok pagi."

Kyungsoo nampak begitu tak yakin untuk meninggalkan ayahnya sendiri dan Chanyeol menanggapi itu dengan senyuman teduh khas seorang ayah yang ingin menenangkan putrinya.

"Daddy tidak apa-apa, istirahatlah dirumah hm?"

"Baiklah," akhirnya gadis itu mengangguk setuju walau tak rela, namun sebelum berbalik pergi ia memeluk tubuh tegap ayahnya erat-erat dan berbisik lirih."Aku sayang daddy."

Nyatanya hal itu mampu membuat Chanyeol tersenyum ditengah kemelut yang melanda."Terima kasih, nak. Daddy juga sangat menyayangimu."

Selepas kepergian putrinya, barulah Chanyeol memasuki kamar Baekhyun yang sengaja dibuat temaram agar tidurnya bisa lebih nyaman. Ia berdiri cukup lama, mengamati gadisnya yang terlelap dalam sebelum akhirnya memutuskan untuk mengganti kemejanya yang penuh darah.

Chanyeol sudah memikirkan semuanya. Tentang apa yang harus ia lakukan pada Baixian dan bagaimana caranya menangani Baekhyun. Harusnya semua hal berjalan sempurna jika saja ia tidak menemukan Baekhyun yang mencoba menyayat pergelangan tangannya sendiri.

Mulanya, Chanyeol yakin jika ia bisa kembali meraih hati Baekhyun. Namun dengan apa yang terjadi hari ini, melihat seberapa dalam tatapan benci yang dilayangkan gadis itu untuknya, Chanyeol sadar jika ia sudah tak memiliki tempat.

Ia telah kalah sebelum berjuang.

Kala Chanyeol duduk termenung ditemani cahaya rembulan yang menerobos melalui celah jendela, Sehun datang dengan Luhan yang wajahnya telah coreng dengan tangis penyesalan.

"Chanyeol maafkan aku, seharusnya aku mengatakan yang sebenarnya."

Sejujurnya saat Sehun menelponnya dan mengatakan Baekhyun nyaris keguguran Luhan sudah siap mendapat dampratan mengerikan dari iblis yang murka. Namun melihat Chanyeol yang termenung dengan ekspresi kosong tahunya lebih mengerikan dari semua amukan yang pernah Luhan dari pria itu.

"Semuanya sudah terjadi. Batalkan eksekusi untuk Baixian dan lemparkan jalang itu ke penjara. Pastikan dia akan membusuk disana."

Sehun yang mulanya memasang raut datar tak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar perihtah dari sobatnya itu. Kemana perginya nafsu menggebu untuk melenyapkan jalang itu? Bahkan kemarin, pria itu berniat melemparkan Baixian ketengah kolam buaya. Namun sekarang?

"Dan Sehun, kau mungkin harus menyiapkan berkas gugatan Baekhyun untukku."

Karena sebejat apapun kelakuannya. Sebajingan apapun dirinya. Park Chanyeol tidak akan pernah menjilat ludahnya sendiri.

.

You become a bird and fly in the sky

You become the wind and embrace me

You become the sky and watch me

You become the moonlight today and you shine on me

I'm doing fine

.

Kala Baekhyun menemukan titik kesadarannya, tubuhnya terasa begitu remuk dengan perih dipergelangan tangan juga rasa tak nyaman yang melilit perut. Gadis itu mengerjap pelan dan menemukan dua sayu yang memakunya dengan tatapan sendu.

"Baekhyunah kau sudah bangun? Kau membutuhkan sesuatu? Apa perutmu sakit?"

Baekhyun berusaha beranjak dengan susah payah dan segera meraba keadaan perutnya dengan panik.

"Jangan khawatir, janinmu baik-baik saja. Daddy membawamu kemari tepat waktu."

Daddy? Apa itu Park Chanyeol?

Gadis itu menggeleng singkat menghilangkan rasa pusing dan mual yang mendera. Ah benar, pria itu yang membawanya kemari. Bagaimana reaksinya saat tahu jika ia tengah mengandung saat ini? Apa pria itu menyesal?

"Ugh—"

Oh ya ampun, rasa mualnya kembali lagi. Apa yang harus ia lakukan?

"Ya Tuhan, kau mual?

Kyungsoo berlari panik hendak mencari bantuan namun pintu tiba-tiba saja terbuka dan sosok ayahnya muncul disana."Daddy cepat Baekhyun ingin muntah!"

Tanpa menunggu lama, Chanyeol berlari mendekati Baekhyun dan menggendong gadis itu menuju kamar mandi dengan sosok Kyungsoo yang mengikuti dari belakang dan memegangi kantung infus.

Suara muntahan terdengar menyakitkan dan Kyungsoo turut merasa sakit menyaksikan hal itu sedangkan Chanyeol begitu tenang mengusap punggung ringkih gadis itu dan sesekali memijat tengkuknya guna meredakan mual.

"Panggilkan dokter."

Kyungsoo menyahut cepat dan Chanyeol berubah panik begitu Baekhyun terkulai lemas tak berdaya. Begitu tersiksa dengan mualnya yang kembali mendera."Baekhyun-ah?"

Gadis itu begitu kepayahan bahkan hanya untuk memberikan respon maka dari itu Chanyeol segera mengangkatnya kembali menuju bangsal dan mengusap peluh dingin yang membasahi wajah pucat istrinya itu.

"Nyonya Park apa perut anda terasa sakit lagi?"

Dokter datang dengan cepat dan memeriksa keadaan Baekhyun yang nampak begitu kepayahan dengan bibir yang digigit hingga memutih.

"Mu-Mual hikss.."

"Apa kondisinya buruk dok?"

Chanyeol turut diserang kepanikan luar biasa apalgi begitu merasakan cengkaraman gadis itu ditangannya semakin menguat seiring berjalannya waktu.

"Nyonya Park mengalami masa morning sick yang ekstrim dan diperparah dengan kondisinya sekarang. Saya akan menyuntikan beberapa vitamin, Tuan."

Chanyeol mengangguk paham dan membalas genggaman tangan Baekhyun yang terasa begitu kuat ditangannya. Sejenak pikiran kalut menguasainya, bagaimana bisa ia melepaskan Baekhyun sementara gadis itu akan menghadapi situasi kehamilannya seorang diri?

Namun Chanyeol hanya terlalu naif. Karena saat Baekhyun menyadari kehadirannya, gadis itu menghujamnya dengan pandangan kebencian mengakar lantas mencampakan genggamannya dengan dingin.

"Aku tidak membutuhkanmu."

Kalimat itu membekas, menampar Chanyeol juga eksistensinya dengan sangat telak. Akhirnya ia melangkah mundur, memilih untuk tahu diri tanpa maksud bersikap pengecut. Hari-harinya dihabiskan dengan duduk di kursi tunggu tepat didepan ruangan Baekhyun.

Tanpa mencoba untuk memaksa masuk.

Hanya mengumpati dirinya banyak-banyak kala menemukan perempuan itu diserang mual hebat berkepanjangan. Namun seiring dengan suara muntahan menyakitkan kembali terdengar dan menjadi lebih sering, saat itulah Chanyeol memutuskan untuk berpura-pura tuli.

Sebanyak apapun Baekhyun mengusirnya, separah apapun perempuan itu menjerit tak terima atas kehadirannya dan seburuk apapun muntahan yang tumpah ditubuhnya. Chanyeol membatu.

Dia bukan pria pengecut yang akan menyerah dengan mudah, apalagi untuk mempertahankan Baekhyun bersama bayi mereka yang berharga. Chanyeol tak akan pernah pergi sekeras apapun Baekhyun mengusirnya.

.

"Kau bilang akan menceraikanku!"

Dan itu adalah pekan ketiga saat Baekhyun sudah terlalu muak dengan kehadiran Chanyeol yang melenggang santai didepan hidungnya. Segelap apapun pandangan benci, sekeras apapun teriakan merendahkan nyatanya tak mampu mengusir pria itu pergi.

"Makan buahmu,"

Park Chanyeol tak lebih dari robot tua dengan mesin analog. Sama sekali tak menggubris semua teriakannya.

Dan Baekhyun bersama gejolak emosinya mengambil langkah ekstrim dengan menepis apel yang ditawarkan hingga berakhir bersama pecahan piring diatas lantai.

"Aku benci padamu!"

Sahutan itu tak ubah musik pengantar tidur. Terus berulang tanpa kenal lelah dan tahunya tak memberi arti apa-apa bagi Chanyeol. Pria itu tetap tertidur nyaman diatas sofa, Baekhyun menyambut mualnya di pagi buta dengan usapan lembut ditengkuk juga segelas susu khusus ibu hamil yang selalu berkahir terbuang bersama sentakan tajam.

"Tidak butuh!"

Dan Chanyeol selalu berakhir membersihkan ceceran itu tanpa keberatan, menambah kadar kemarahan Baekhyun hingga ke tingkat yang paling tinggi dan memberikan perempuan itu rasa melilit diperut.

Kemarahan itu menganggu kehamilannya yang rentan.

Baekhyun merintih, menyembunyikan tangis tak berdayanya kala Chanyeol berteriak memanggil dokter. Dan setelah itu, ruangannya terasa kosong. Pria itu menuruti perkataannya untuk pergi.

.

Harusnya Baekhyun lega saat akhirnya pria yang dia benci akhirnya menyingkir dari hadapan. Namun ternyata kekosongan itu tak luput hadir. Saat terusik tengah malam, Baekhyun termenung kala tak menemukan sosok itu berbaring nyaman diatas sofa. Ketika pagi menyambut dan mual menyerbu Baekhyun harus puas karena hanya perawat atau asisten dokter membantunya. Pun ketika segelas susu tersaji Baekhyun merasakan sensasi yang aneh karena bukan si tinggi yang membuat.

Intensitas kramnya memang berkurang, namun kini Baekhyun merasa tidur tak selelap malam lalu. Ego yang tinggi membuatnya menepis kenyataan jika dia memang merindukan kehadiran sosok Chanyeol. Memilih bersembunyi dibalik wajah angkuhnya yang tak tersentuh.

Lalu saat malam dengan badai lebat datang, Baekhyun yang tengah meringkuk mencari peelindungan dibuat kebingungan kala jejeran pengawal yang ditempatkan tepat didepan kamarnya bergerak rusuh kebingungan.

Infus dilepas, Baekhyun tertatih turun dari ranjang yang tinggi lantas membuka pintu.

"Tuan besar kecelakaan."

Dia menemukan sosok Kyungsoo yang berjongkok dengan tangis hebat. Ceceran darah masih nampak dengan beberapa petugas yang sigap membersihkan.

"K-Kyungsoo?"

Baekhyun menyahut kebingungan, benar tahu apa yang terjadi namun masih menolak untuk percaya.

"Hikss... Baekhyunah, Da-Daddy kecelakaan dalam perjalanan ke rumah sakit."

Tubuhnya terhuyung, beberapa pengawal yang berjaga dibelakang menangkap tubuhnya sebelum luruh diatas lantai.

"Daddy tidak pernah pulang, Daddy kukuh ingin selalu menemanimu karena tak tega kau menghadapi semuanya sendirian. Malam ini Daddy memaksakan diri, keadaannya sedang tak baik tapi Daddy memaksa pergi. Dan hikss.. Baekhyunah hikss.. Daddy."

Kyungsoo menangis keras dalam pelukannya dan Baekhyun hanya bisa balas memeluknya tak kalah erat kala ketakutan akan Chanyeol yang tak bisa selamat menyeruak. Penyesalannya datang satu per satu dan kini Baekhyun hanya bisa menangisi semuanya.

Suasana makin mencekam dan saat salah satu dokter ahli muncul di balik pintu dan berkata,"Kami kehabisan stok untuk golongan darah, Tuan besar."

Baekhyun tak bisa mempertahankan kesadarannya.

.

.

Hari-hari berjalan lambat, kesadaran Chanyeol telah berhasil menyentuh garis dan kini pria itu berada dalam tahap pemulihan. Kondisinya tak cukup untuk dikatakan baik, perban yang menggulung di kaki juga kepalanya membuat pria itu terlihat agak menyedihkan.

Dan Baekhyun masih belum berani menampakan diri.

Selepas pingsan di depan ruang operasi ia dibawa kembali ke ruangan dan kala membuka mata, ia menemukan Kyungsoo yang terduduk dengan kantung mata juga ekspresi yang mengerikan.

"Daddy berhasil melewati masa kritis dan sudah sadar tadi pagi. Kondisinya cukup buruk, satu tulang rusuknya retak."

Gadis itu berbicara bak radio bahari, terdengar suram dan begitu datar. Saat Baekhyun tanya kenapa gadis itu malah menangis keras sekali sampai Baekhyun kewalahan.

Chanyeol dengan kondisi rusuk retak dengan perban melilit sana sini tak mungkin datang untuk menghibur burung hantunya. Akhirnya Baekhyun memilih turun tangan, menangkup wajah merah basahnya dan memakunya tepat di mata.

"Ada apa, Kyungie? Berceritalah padaku."

Gelengan yang diberikan membuat Baekhyun paham, tangis itu terlalu dalam jika hanya untuk luapan ketakutan. Kyungsoo terluka, dan lukanya sangat dalam.

Setelah menangis keras hingga tertidur diruangannya tempo hari, gadis bermata bulat itu bak hilang dari peredaran. Baekhyun mengetahuinya dari Jongin yang sengaja datang berkunjung dan mengeluh kesulitan menemukan Kyungsoo.

Baekhyun meminta pada para pengawal Chanyeol mencari keberadaan Kyungsoo dan tahunya ayah anak itu sama paniknya karena si burung hantu menghilang.

Semua orang panik, tak terkecuali Baekhyun. Sesekali dia akan menahan Sehun yang melintas tepat didepan ruangannya kala pria datar kalang kabut kesana kemari. Menanyai keberadaan Kyungsoo dengan tidak sabar namun menolak kala diminta menemui Chanyeol yang dirawat di lantai yang sama. Hanya berjarak dua pintu dari bangsalnya.

Kecemasan Baekhyun sedikit berkurang saat suatu petang setelah pemeriksaan rutin, salah satu pengawal Chanyeol mengabari jika Kyungsoo sudah ditemukan. Lantas tanpa berpikir dua kali, Baekhyun bergegas turun dari bangsal yang dia tempati dan berjalan kearah ruangan Chanyeol yang selalu dia amati dalam diam.

Namun langkahnya terhenti dalam hitungan ketiga. Suara Kyungsoo yang tercekik rasa sakit menjalar dan turut meremas hatinya.

"A-Aku benar bukan anak biologis Daddy?"

Dunia seolah runtuh dibawah telapak kakinya. Irisnya beruap dan air matanya tak terbendung mendapati Kyungsoo yang menjerit histeris merasa dibodohi dan berteriak tidak terima jika dia bukanlah darah daging Chanyeol.

Baekhyun terpaku, tak benar menemukan cara untuk buka mulut kala melihat sosok Chanyeol yang bergerak susah payah guna menggapai putrinya yang tak terkendali.

"Kyungsoo.. Nak, kau adalah putri Daddy."

"Bohong! Aku sama sekali bukan anak Daddy! Aku adalah bayi yang dibuang Baixian! Hikss.. Aku hanya anak yang Daddy pungut dari halaman panti asuhan. Aku hiks bukan anak Daddy.."

Gadis itu meluruh di lantai bersamaan dengan hatinya remuk redam,"Aku bukan anak Daddy."

Tangisnya begitu pilu, rintihan itu benar-benar meremas jantungnya hingga terasa remuk. Baekhyun sama sekali tidak bisa membayangkan seberapa besar rasa sakit yang dirasakan Kyungsoo. Chanyeol adalah segalanya bagi gadis itu.

"Nak, kau adalah Park Kyungsoo. Putri kecil yang telah tumbuh bersama Daddy sejak kau masih berupa bayi merah yang hanya bisa menangis. Kau adalah kesayangan Daddy."

Tatapan yang terpancar dari iris kelamnya begitu tulus dan hangat, mengantarkan ketenangan yang mendalam dan menarik Kyungsoo bersama tangisnya yang makin parah.

"Hiks.. Aku tidak ingin menjadi siapapun. Aku hanya ingin menjadi Park Kyungsoo. Aku hanya ingin menjadi anak Daddy. Tolong."

Gadis itu tergugu hingga tangannya mengepal erat menahan gejolak, Chanyeol dengan kasih sayangnya yang tulus dan dalam untuk Kyungsoo menggenggamnya lembut, mencegah anak itu melukai dirinya sendiri.

Melupakan sesak didada, Chanyeol merangkum hangat wajah putrinya dan menghapus deraian air mata yang tak kunjung berhenti.

"Kau adalah Park Kyungsoo, putri kesayangan Daddy. Tidak akan ada yang bisa mengubah itu, sayang."

Dan Baekhyun masih berdiri disana, dengan perasaan yang tak bisa tergambarkan juga lengan yang memeluk perutnya erat-erat. Kasih sayang Chanyeol pada Kyungsoo begitu besar, terasa begitu hangat dan tulus. Kasih sayang murni dari sosok seorang ayah untuk putrinya. Perasaan yang benar-benar Baekhyun dambakan dari ayahnya yang dingin dan tidak peduli.

Kyungsoo begitu beruntung mendapatkan kasih sayang yang begitu besar dari ayahnya.

Baekhyun termenung, tangannya merayapi perut. Menyapa janin yang menjadi alasan mengapa ia ada disini dan bertahan bersama Chanyeol, diatas kisah mereka yang telah hancur dikoyak dusta.

Irisnya bergolak, seutas pikiran menyeruak cepat dalam benak. Ia tidak ingin janin kecilnya ini terlahir seperti dirinya yang tak mengenal kasih sayang, masa bodoh jika Chanyeol hanya menganggapnya sebagai angin kesakitan di masa lalu, asal pria itu bisa menyayangi janin kecilnya sebesar dia menyayangi Kyungsoo, Baekhyun akan rela menukar hidupnya untuk menjadi pelampiasan sekali pun.

.

.

Tiga hari berikutnya, kabar kepulangan Chanyeol sampai di telinga. Pria itu menolak untuk menjalani perawatan lebih lanjut dan memilih untuk pulang. Baekhyun sama sekali tak paham apa isi kepala pria itu, keadaannya bahkan sangat parah. Namun saat sadar dengan apa yang ia lamunkan, gadis itu memukul dirinya sendiri karena merasa bodoh.

"Apa yang sedang kau pikirkan Byunbaek?"

Ketukan pelan di pintu membuatnya terperanjat, Baekhyun dibuat kebingungan kala menemukan sosok Chanyeol yang berdiri di ujung pintu dengan setelan hitam yang sangat rapi juga perban kecil di pelipis.

"Apa aku menganggu?"

Hanya hening menggema. Alih alih melempar tatapan menusuk seperti biasa, Baekhyun malah kebingungan melarikan pandang dari sosok tinggi itu.

Dan Park Chanyeol dalam mode bodoh dan tidak peka menganggap jika itu adalah sinyal penolakan mentah mentah. Dengan keras kepalanya dia melangkah masuk dan berdiri tepat beberapa langkah dari bangsal.

"Aku sudah bisa pulang dan sebenarnya kau juga. Ini akan kedengaran kurang ajar tapi hanya jika kau tak keberatan, pulanglah bersamaku, Baek."

Keheningan yang canggung dan mencekam kembali mengudara.

"Aku janji kau akan dapatkan apapun yang kau mau, hanya saja, aku mohon. Biarkan aku merawatmu dan bayi kita sampai dia lahir ke dunia. Maka setelahnya aku tidak akan lagi menuntut apa-apa."

Chanyeol bukannya tidak ingin berjuang. Dia hanya tidak ingin egois. Bukannya tak ingin mempertahankan Baekhyun di sisinya. Tapi dia hanya ingin kesayangannya itu bahagia. Dan jika itu bukan bersamanya, Chanyeol rela berdarah darah menjalani sisa hidupnya tanpa Baekhyun juga bayi mereka.

"Ini adalah kemauan terakhirku, aku harap kau tak menolaknya, Baek. Pak Jang akan menjemputmu, dan maaf jika kau keberatan tapi kau akan tetap tinggal bersamaku dan Kyungsoo."

Keputus asaan itu menemui akhir, bersamaan dengan bahunya yang meluruh tanpa jawaban Chanyeol mendekatkan diri. Menempatkan sebuah kecupan yang berarti begitu banyak seraya menahan perasaan mendamba yang amat sangat.

Karena sebesar apapun keinginannya untuk merengkuh sosok rapuh Baekhyunee dalam pelukan, dia hanya akan menancapkan sembilu kenestapaan semakin dalam. Maka setelah satu kecupan terakhir, Chanyeol berbalik pergi.

Mencoba untuk merelakan sebagian hatinya remuk redam tanpa susah payah ia cegah karena ini adalah hukuman baginya. Biarlah raganya tak utuh, asal Baekhyun berada di sisinya meski untuk sementara, Chanyeol sama sekali tidak keberatan.

Biarlah ia merangkak melanjutkan hidupnya toh sekarang ia telah pincang dan kenyataan yang paling menyedihkan adalah, ialah yang telah mencacati dirinya sendiri. Tak perlu di kasihani, ia terlalu buruk sekedar untuk itu.

Kecamuk yang dirasakan Chanyeol turut dirasakan Baekhyun. Ia hanya membisu kala sosok itu perlahan berbalik meninggalkannya dengan punggung rapuh sebagai pemandangan terakhir. Dan entah kenapa, Baekhyun sangat membencinya.

Maka sebelum pria itu berlalu dengan sejuta beban yang membuat tubuhnya tak lagi tegap, Baekhyun menahannya di ujung pintu dengan satu tamparan fakta.

"Kau tidak seharusnya berlaku seperti ini saat kau telah melukaiku dengan begitu buruk, Park. Dengar, aku akan pulang denganmu dengan satu syarat,"

Ucapannya mengantung di udara dan Chanyeol merasa begitu tercekik dengan debaran jantungnya sendiri kala menunggu Baekhyun selesai dengan syaratnya.

"Ceraikan aku setelah bayi ini lahir."

Jantungnya meluruh ke perut, bibirnya kelu bak dirajam ribuan duri mawar. Chanyeol limbung atas kenyataan pahit yang paham betul akan ia terima namun nyatanya, tetap saja ia tak sanggup untuk menahan sakitnya.

.

.

So I close my eyes,

Turn off the page

And everything I could barely hear

was just the sounds of the broken parts

that shattered

And falling apart.

.

.

To Be Continue

.

.

Maaf banget gantung disini dan ga ending seperti yang dijanjiin chapter kemarin.

Buat kalian yang masih nunggu ff ini makasih banyak dan lagi maaf ga bisa hibur kalian dengan fic yang bagus.

Rasanya makin kesini, tulisan gue semakin jelek dan yang bikin gue tetep yakin buat selesain chapter ini adalah beberapa kalian yang masih nunggu. Makasih banyak temen temen, you guys really save me.

Dan kalau kalian ga keberatan, finnaly gue buka lapak di wattpad, bukan maksud mau pindah. Geez, I love ffn so much, tapi gue pengen nyobain ada disana gimana rasanya. So, kalau kalian gak keberatan, please meet me Curlytoben