Saga of The Fallen Heroes
Presented By Celestial Flowers
Disclaimer : ©Masashi Kishimoto, Ichie Ishibumi
Warning : Very-Extream Godlike! Naru, RinneShariTenseigan! Naru, Cursed! Naru, OC, OOC, Typo, Alur kecepetan, dll.
Pair : Naruto x Rias x *****
Gagal mendapatkan apa yang ingin dicapai, pula mempertahankan apa yang dipunya. Dunia Shinobi runtuh dalam peperangan yang berakhir dengan lahirnya era Mugen Tsukuyomi. Sang Anak Dalam Ramalan hanya dapat menerima dan pasrah terhadap takdir kejam yang membawanya.
Tak ada lagi teman untuk dilindungi, tak ada lagi impian untuk diakui oleh orang-orang. Mereka yang telah berjuang di medan perang tersapu habis tanpa sisa, dan keluarga serta rekan nun jauh disana yang mereka lindungi telah terkurung dalam sebuah kepompong yang membalut tubuhnya, hingga Kami-sama datang…
Dan dia melimpahkan semuanya pada-NYA!
Saga of The Fallen Heroes
Hampa.
Sejauh apapun matanya mencari sesuatu selain ruang kosong tanpa isi ini, tak ada yang dapat ditemukan terkecuali warna putih yang membentang. Berjalan tanpa tujuan di tempat yang entah memiliki ujung ataupun batas. Wajahnya tampak menyedihkan dan kosong.
Uzumaki Naruto.
Itulah namanya, shinobi yang menanggung beban dan harapan yang telah runtuh dan hancur oleh sebuah ilusi. Ia gagal mencapai perdamaian sejati, bahkan sekarang tidak percaya jika hal semacam itu memang ada. Gagal pula melindungi teman-temannya, barang satu orangpun. Semua yang ada di medan perang mati, dirinya bukanlah pengecualian, dan mereka yang jauh dari tempat itu terjebak ilusi abadi.
Ia adalah sampah, itulah pendapatnya mengingat dirinya dulu. Terlalu banyak mengumbar-umbar janji manis tentang mendamaikan dunia dengan kekuatannya, cita-cita bodoh untuk menjadi Hokage, juga omong kosong-omong kosong lainnya yang dulu pernah dia ucapkan mengenai dunia yang ideal.
Naruto, merasa bahwa kehampaan ini adalah tempat untuknya. Ia merasa kesepian, seperti dulu-dulu kala ketika belum ada yang menganggapnya ada. Namun, ia juga merasa nyaman atas kesendirian itu, dia tak lagi perlu khawatir mengenai kematian dari orang yang dia kenal lagi.
"Wahai anak muda, apa kau tahu alasan mengapa kau ada disini?"
Tidak ada, sejak tiba disini, dia merasa ini adalah tempat yang memang ada untuknya. Dia tidak perlu menjawab apa yang ditanyakan suara yang bahkan tidak diketahui darimana sumbernya.
"Wahai anak muda, apa kau merasa kesal karena telah gagal melindungi apa yang kau punya?"
Suara itu terdengar lagi, tidak jelas apakah itu berasal dari laki-laki maupun perempuan. Sama seperti sebelumnya, ia tak menjawab, namun kali ini kedua tangannya sedang terkepal erat. Jika ada seseorang yang bertanggung jawab atas apa yang dia deritakan, maka dia adalah sosok yang menciptakan takdir itu sendiri.
"Wahai anak muda, apa kau masih memiliki keinginan untuk bangkit dan kembali melindungi apa yang akan kau punya?"
Sosok pemilik suara itu muncul dari partikel cahaya yang menyatu dan kemudian membentuk tubuh yang diselimuti oleh cahaya putih pekat. Dari asumsi yang Naruto punya, sosok ini adalah Kami-sama atau semacamnya. Dan untuk pertanyaan yang diberikan kepadanya kali ini, pemuda itu menggeleng pelan. Tanpa sadar, air mata mengalir dari bola safir yang berfungsi untuk melihat itu. Terlalu sakit baginya untuk kembali merasakan manisnya kebahagiaan jika harus kembali merasakan pedihnya kehilangan.
"Jadi, kau sudah menyerah dengan takdir? Betapa menyedihkan…"
'Tutup mulut-Mu.' Itulah yang Naruto batinkan bersamaan dengan kedua tangan yang terkepal erat. Ketika sosok bermandikan cahaya itu mengulurkan tangan-Nya, pemuda itu menatap benci.
"Jikalau aku menghendaki untuk membuatmu kembali hidup di dunia yang berbeda, apakah kau akan menerimanya?"
Kami-sama bertanya untuk kesekian kalinya. Namun kali ini, Naruto yang sedaritadi bungkam, membuka mulutnya lebar-lebar dengan oksigen yang telah terkumpul di dada, lalu berteriak menolak.
"TIDAK!"
Naruto yakin setelah mendengar penolakan semacam itu, Kami-sama akan marah atau semacamnya. Namun sebaliknya, sosok yang berbalut cahaya putih itu malah terkekeh pelan dan membuat sosok Uzumaki itu semakin geram.
"Menarik. Kau adalah orang pertama yang menolak penawaran semacam itu. Tetapi sayangnya, apa yang Aku inginkan akan terjadi sebagaimana mestinya," kata-Nya. Dahi Naruto berkedut, setelahnya sepasang kelopak mata itu terbuka selebar mungkin, terbelalak kaget.
"Jangan bilang Kau akan memberiku kesempatan kedua tanpa menghiraukan penolakanku?!" Pemuda itu kini telah siap dengan posisi siaganya.
"Kau benar. Sekarang, nikmatilah kehidupanmu yang selanjutnya!"
"TIDAK AKAN!"
"Tajuu Rasenshuriken!"
Tanpa bantuan bunshin, sepasang bola spiral biru dengan bentuk layaknya shuriken yang senantiasa berputar itu tercipta begitu saja. Meloncat kearah Kami-sama, kemudian menggunakan kedua Rasenshuriken tersebut sebagai alat pencincang daging. Agaknya Rasenshuriken yang ini adalah hasil modifikasi. Itu bisa dilihat dari cara penggunaannya sedikit berbeda dengan Rasenshuriken yang pada umumnya dilempar.
Kami-sama sontak saja melompat ke belakang, Dia sepertinya tahu betul jutsu yang Naruto gunakan, bahkan di saat menegangkan ini, sempat-sempatnya sosok bermandikan cahaya putih itu memberikan tepuk tangan.
Naruto mendecih tak suka, sebelum kemudian melemparkan dua Rasenshuriken itu kearah-Nya. Sama seperti sebelumnya, tak ada hasil yang memuaskan. Kembali dua piringan biru dengan bentuk bola sebagai pusatnya tercipta di tangan, tubuh pemuda itu berputar tigaratus enampuluh derajat ke samping dan kemudian meloncat sebagai ancang-ancang awal, lalu melemparkan serangan maut itu kearah Kami-sama.
Kali ini berbeda dari sebelumnya, sosok yang telah menentukan kemana jalannya takdir sang Ninja itu tidak bergeming sedikitpun. Semua itu terjawab setelah serangan itu melebur menjadi partikel cahaya, dan kemudian hilang begitu saja.
Peluang kemenangan dalam pertarungan ini adalah nol persen bagi Naruto, namun Ninja itu tak gentar. Untuk kesekian kalinya, Rasenshuriken tercipta di tangan kanan. Dia tidak mungkin untuk menang, namun kemungkinan untuk memberikan pelajaran kepada penciptanya masih ada.
Dia melempar piringan biru itu kearah-Nya. Hampir mirip seperti yang lalu, serangan kelas-S itu hampir terburai partikel penyusunnya oleh cahaya yang menjadi mantel oleh Kami-sama. Dan kilatan kuning hadir tepat dimana jutsu itu akan lenyap, itu cukup untuk mengejutkan sosok yang sedaritadi tak bergeming itu hingga menolehkan kepala-Nya.
KREEKK
"KAU?!"
Naruto mendaratkan mulutnya di bahu-Nya, menggigitnya tanpa ampun hingga akhirnya sobek dan meninggalkan luka yang barangkali tidak akan dilupakan oleh sang korban. Pemuda itu kemudian langsung menelan daging yang baru saja ia koyak, mengesampingkan rasa ingin muntah yang tak tertahankan, dia tersenyum puas ketika melihat wajah sosok pencipta marah.
"Terkutuklah engkau, wahai anak Adam!"
Aura suci yang begitu besar dengan Kami-sama sebagai pusatnya berhasil menelan si pirang dan mulai memburaikan materi penyusun darah daging Adam itu hingga hampir lenyap. Naruto memberikan senyum mengejek kepada sang Pencipta, walaupun tahu bahwa wujud yang barusan ia gigit hanyalah manifestasi dari sebagian kecil kekuatan-Nya dan tak akan memberikan pengaruh kepada wujud asli Kami-sama, namun ia benar-benar puas.
Bahkan hingga ia terurai sepenuhnya menjadi seberkas cahaya.
'Persetan dengan kutukan yang akan Engkau berikan padaku, itu adalah wujud dari kemarahanku karena Kau memberiku takdir yang bahkan terlalu berat untuk aku tanggung.'
Saga of The Fallen Heroes
Partikel cahaya secara perlahan merayap dan terpusat di satu tempat. Mengapa? Karena Kami-sama telah melakukan kehendak-Nya.
Seorang anak manusia tercipta dari susunan cahaya di dunia yang tampak palsu dan dibuat dengan tujuan untuk saling menyakiti. Mengapa? Karena tempat inilah yang paling dekat dari lokasi lebur tubuh rapuhnya.
Dalam pertarungan berat sebelah untuk menentukan nasib seorang gadis. Mengapa? Karena gadis inilah kunci untuk membebaskan kutukan yang diderita.
Suasana senyap sesaat, satu orang gadis berambut merah menangis tersedu-sedu di tempat. Mengapa? Karena cahaya yang tersusun rapi membentuk manusia itu belum juga pudar, juga sosok berambut coklat yang rupanya adalah orang spesial di hati gadis itu sedang dicekik calon tunangannya.
"Apa yang dilakukan bedebah ini dalam arena?!"
Brughh
Si pirang yang diketahui sebagai pihak unggul dan tunangan gadis yang melawannya membuang si coklat tanpa arti ke tanah. Mata birunya menatap lekat pada sosok yang datang tanpa diundang di arena rating game. Kakinya tanpa sadar berjalan mendekati sosok yang kini telah sepenuhnya berwujud.
Ketika bola api yang muncul di tangan karena kehendak pengguna untuk menyerang yang telah mencerna sekoyak daging milik Kami-sama itu. Sang pirang pencipta api harus berhenti dan terpana kemudian ketika sepasang mata ungu berpola riak air terbuka.
"Banshō Ten'in!"
Seperti ada gravitasi lain di dunia yang menarik tubuhnya, pria bernama Raiser Phenex itu tertarik kearah pirang yang saat ini memandang benci kepadanya. Mengapa? Entahlah, Phenex itu tak mengetahui alasan dibalik tatapan benci yang ditujukan padanya, kebencian yang tak berbatas.
DUAGHHHHHH
"Raiser-sama!"
"Raiser-niichan!"
Si pirang itu tengah kebingungan dengan apa yang dia lakukan.
Mengapa dia tidak dapat mengendalikan tubuhnya sendiri?
Mengapa dia merasa begitu kuat hingga dadanya terasa sesak karena kekuatan itu sendiri?
Mengapa dia memandang benci dan memukul orang itu hingga tak ada satupun sisa dari tubuhnya yang utuh?
Bagaimana bisa dia memiliki Mata Samsara?
"AAARRRRRGGHHHHHHHHHHHHHHHH!"
Sakit! Tubuhnya terasa seperti ditekan dari dalam untuk meledak keluar. Kekuatan yang terlalu dahsyat seperti meminta untuk dilepaskan dan melukai banyak orang yang bahkan baru pertama kali dia lihat. Mengapa? Naruto paham untuk yang satu ini ; kutukan dari Kami-sama.
Tanpa dia kehendaki sekalipun, chakra dalam jumlah besar keluar dengan meledak-ledak dari tubuhnya. Chakra ini bahkan lebih gelap dan kejam dibanding dengan milik Juubi. Inilah efek dari mencerna sesuatu yang tidak memiliki batas, daging yang dia cerna seharusnya sarat akan kehangatan dan kebaikan. Mengapa bisa sebaliknya? Karena ada unsur kutukan didalamnya, hingga membalikkan apa yang semestinya baik, menjadi buruk.
Tak tanggung-tanggung, dunia yang awalnya terlihat seperti hutan biasa itu mulai menunjukkan retakan di langitnya, menunjukkan bahwa dunia ini tidak lagi kuat untuk menahan tekanan kekuatannya. Semua makhluk yang ada disini hilang kesadarannya seketika, kecuali si merah itu.
'Naruto-kun. Seperti yang Aku katakan, semuanya akan berjalan sesuai kehendak-Ku.'
'BRENGSEEKKK! APA YANG KAU LAKUKAN TERHADAP TUBUHKU?!'
Telepati langsung dari Kami-sama, dan jawaban langsung dari Naruto.
'Sekarang, kunci dari permainan kali ini adalah gadis itu.'
'Apa maksud-Mu?'
'Misi pertamamu ; cium dia sebelum kau sepenuhnya kehilangan kendali atas tubuhmu sendiri. Waktumu dua menit.'
Keturunan Uzumaki itu menggeram marah. Situasinya benar-benar mirip seperti saat Kurama masih ada di tubuhnya. Namun perbedaannya adalah yang ini jauh lebih kuat dari Juubi sekalipun dan tidak bersifat hidup seperti partnernya, melainkan seperti virus yang mengambil alih sebuah komputer.
Pemuda itu tak habis pikir jika serpihan kecil kekuatan yang ia dapatkan dari Kami-sama melalui daging tubuh sementara-Nya saja bisa sebesar ini, bagaimana dengan seluruh kekuatan dari Kami-sama itu sendiri? Tak akan ada bandingannya.
Mata berpola riak air itu menatap Rias Gremory sangat dalam, gadis itu saat ini sedang memangku seorang pemuda berambut coklat yang sempat dicekik daging yang sempat hidup tadi. Muncul sebuah lingkaran berwarna merah yang sepertinya berfungsi sebagai sarana teleportasi itu.
'Tak akan aku biarkan kau lolos!'
Sekejap mata, tubuh berbaju orange itu sudah berada di lokasi sang gadis berada dan ikut tertelan lingkaran sihir. Rias terkejut bukan main ketika sosok yang dengan mudahnya membuat Raiser harus beregenerasi dari level potongan daging telah sampai dibelakangnya.
Greb
'Aku harus cepat!'
Pundak Rias dipegangnya dan dipaksa untuk berbalik. Diperpendek jarak bibir antar keduanya, sang gadis yang tahu apa maksud dari monster ini menggeleng-gelengkan kepala tanda menolak, namun hanya dengan cengkraman kuat dari pucuk kepalanya, perlawanan kecil itu berakhir. Bibir itu benar-benar dekat.
Tiga centi.
Dua centi.
Satu centi.
DUAARRRRRRRRRRRR
Mendadak tubuh pria pirang itu terlempar ke samping begitu sebuah bola merah yang menjanjikan kehancuran menghantam tepat di pelipis kirinya. Emerald miliknya yang mengarah ke pemuda itu kini terhalangi oleh sosok sang kakak yang dalam sekejap mata telah berada dihadapannya.
"Rias, ikutlah dengan Grayfia untuk mengungsi!" perintahnya tegas, dia adalah sosok Maou Lucifer atau Raja Iblis Lucifer sekaligus kakak Rias, Sirzech Lucifer. Belum sempat mulut gadis itu membuka untuk bertanya, sang kakak sudah menjawab pertanyaan yang bahkan belum dia keluarkan.
"Dia lebih berbahaya dari apapun yang pernah aku temui."
Gadis itu kemudian ditelan oleh sebuah lingkaran sihir bersama dengan Hyodou Issei, pion kesayangannya. Hal terakhir yang dilihatnya sebelum lingkaran sihir memindahkannya adalah empat Maou telah berada didepannya dan semuanya melancarkan jurus jarak jauh terbaiknya masing-masing.
Sementara itu di kastil Gremory yang kini berubah menjadi arena pertarungan akbar empat Maou melawan entitas tak diketahui.
"Bodoh!"
Umpatan itu Naruto tujukan kepada orang-orang lemah yang menghalangi tujuannya untuk memenuhi misi dari Kami-sama, sekaligus mendapatkan kembali kendali tubuhnya.
Satu menit telah terlewati, tinggal satu menit lagi.
"Gakidō!"
Demonic Power milik empat Maou terbuang percuma ketika jutsu milik Naruto aktif atas kehendaknya, tubuh ini masih bisa dikendalikan untuk saat ini.
'Kami-sama sialan itu…'
Empat Maou itu mendecih pelan, lalu mulai melancarkan serangan jarak dekat. Dimulai dari Sirzech yang melesat dari depan dengan tinju berlapis cahaya kemerahan yang Naruto yakini akan membuatnya digiling seperti jutsu Rasengan.
"Eternal Mangekyou Sharingan!"
Menunduk, sikut perut si rambut merah hingga terpental. Loncat untuk menghindari tackle dari gadis lolippai dengan gaya rambut twintail, lalu injak perutnya sepenuh hati hingga tanah retak. Ia kemudian bersalto kebelakang untuk menghindari sebuah serangan berbasis Demonic Power dan mendarat dengan sukses.
Jika seperti ini terus, dia akan kehabisan waktu. Mereka bukanlah lawan yang dapat dibasmi dalam satu menit.
"Tajuu Rasenshuriken…"
Melompat setinggi mungkin di udara dan keluar dengan memecah jendela, lalu melemparkan masing-masing satu Rasenshuriken di kedua tangannya. Itu pasti cukup untuk menunda waktu, dia mulai mencari lokasi pasti gadis itu dengan melacak jejak kekuatan yang ditinggalkannya.
Ketemu. Dia berada tiga kilometer dari lokasi ini, sepertinya itu terletak di daerah padat penduduk. Selagi Rasenshuriken itu mengejar meledak dibawah sana, dia melemparan sebuah kunai Hiraishin ke area yang tidak terpengaruh ledakan angin itu, lalu melesat pergi tanpa menghiraukan keempat Maou masih mengejarnya.
Dia berlari dalam kecepatan yang tidak bisa diikuti oleh mata telanjang, namun lingkaran sihir sudah berada didepannya dan mencegatnya.
Dia kehabisan waktu.
"Minggir!"
"Tidak akan!"
Mereka berempat tak mau mendengarkan, bahkan berniat untuk menyarangkan tinjuan ataupun tendangan kepadanya.
'Keras kepala.'
Naruto yang berlari secepat yang ia bisa melawan sekelompok Iblis yang telah terlapisi bagian tubuh mereka dengan Demonic Power untuk menyarangkan serangan. Jarak kedua pihak menjadi semakin dekat tiap milidetiknya, semakin dekat, dekat, satu meter lagi sebelum serangan fisik itu sampai.
"Shinra Tensei!"
"Ugh!/Kyaa!"
DUAARRR
Seolah ada sebuah tangan tak terlihat sedang bekerja, semua Iblis itu terlempar ke segala penjuru.
Dua menit telah terlewati.
"AAAARRRRRRRRRGGGGGGGGHHHHHH!"
Teriakan rasa sakit itu memecah keheningan lainnya. Anak manusia itu telah gagal.
Empat Raja Iblis yang masih tertimbun dalam reruntuhan atau mencium tanah hingga bersimbah darah itu membeku di tempat, merasa heran mengenai keadaan dari tamu tak diundang mereka. Mengapa dia berteriak dan terlihat begitu kesakitan? Dan, jawabannya mereka dapatkan di detik selanjutnya.
"Tenseigan Chakura Modo."
'Matanya berubah warna,' Mereka berempat berbatin dalam waktu yang bahkan bersamaan. Lalu, tubuh berlapis pakaian Ninja itu kini bertambah dengan chakra berwarna kehijauan yang melapisi seluruh tubuhnya, termasuk dengan rambut. Dia terlihat seperti seorang manusia yang sedang terbakar oleh api berwarna hijau di sekujur tubuhnya.
Pakaian simple yang dipakainya digantikan dengan sehelai jubah kebesaran yang berkibar bagian bawahnya, sembilan buah magatama menjadi kalungnya, sembilan bola hitam juga melayang-layang dibelakang punggung. Riak air telah berubah menjadi air yang tenang berwarna biru dan memancarkan cahaya sendiri.
Bukan hanya penampilan saja yang berubah, sikapnya juga termasuk. Manusia itu terus menggigil seperti anjing rabies, suaranya bahkan sangat mirip dengan Regenerator dalam game Resident Evil yang biasa Sirzech mainkan. Yang lebih mengerikan, mulutnya menyeringai dan matanya melotot sampai nyaris lari dari tempatnya.
"Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. BUNUUUUUHHHHH!"
Dalam tempo yang cepat dia terus menerus mengucapkan kata yang sama, kedua tangannya sempat menutupi wajahnya dan mencakar-cakarnya hingga terluka sendiri, lalu ketika kedua lengan itu menyingkir, wajah penuh darah dan raut muka seperti orang gila terlihat.
Naruto telah sepenuhnya dikuasai oleh kekuatannya sendiri. Raut mukanya menunjukkan ekspresi kegilaan dan haus darah yang dikombinasikan. Empat Iblis itu tak beranjak dari tempat bukan karena kekuatan mereka tak dapat menetralisir tekanan yang diterima, melainkan karena kaget dan terkejut melihat wajah lawannya.
"Ginrin Tensei Baku!"
Satu buah Gudōdama maju ke depan Naruto, chakra dalam jumlah besar mengisi bola hitam yang kemudian berpendar perak itu. Saat proses pengisian chakra selesai dalam beberapa detik selanjutnya, cahaya berwarna perak berbentuk topan keluar dari bola itu dan mulai menghancurkan pemukiman Iblis di kota Lilith.
"Kakikukakikakukikakukakikukakikakukikakikukakikukakikukakiku."
Mulutnya mengeluarkan igauan yang tidak jelas dengan tempo yang cepat, sangat menyeramkan jika dilihat dari sisi horrornya.
Lucifer sibuk menyerang Naruto yang sedang melayang-layang diatas sana dengan [Power of Destruction] yang tekonsentrasi dan padat sebesar dua puluh meter, namun serangan itu lenyap bak ditelan bumi ketika bertabrakan dengan Gudōdama selain yang digunakan untuk mengeluarkan topan perak yang menghancurkan hampir seperdelapan Lilith dengan mudahnya itu.
[Di tempat yang lain]
"Apa itu?"
Tidak ada yang menjawab apa yang ditanyakan oleh Rias, ratusan Iblis yang mengungsi di pusat kota Lilith hanya dapat terdiam seribu kata melihat rumah dan gedung-gedung yang mereka bangun telah roboh dan hancur disapu oleh topan berwarna perak.
Air mata gadis itu tak dapat untuk tidak keluar begitu melihat [Power of Destruction] kakaknya, yang ditakuti oleh seluruh dunia, dengan begitu mudahnya dilenyapkan. Bahkan dalam jarak berkilo-kilometer jauhnya, dia dapat merasakan kengerian dari tekanan kekuatan yang diberikan oleh manusia misterius tersebut.
"Kau tak apa, Rias?" tanya seseorang yang telah pulih sepenuhnya dan telah kembali menjadi tubuh utuh, Raiser Phenex. Gadis itu mengangguk, baik dirinya ataupun Raiser terpaku dalam pertarungan di jauh sana.
"Makhluk apa sebenarnya dia?"
Tak ada seorangpun di tempat itu yang berniat untuk menjawab sesuatu yang Raiser tanyakan, mereka terlalu sibuk dengan ketakutannya.
"Raiser-sama, Rias-sama. Jangan risau, Maou Lucifer dan yang lain pasti akan mengatasinya dengan segera," kata seorang wanita berpakaian maid, dia adalah istri dari Sirzech, Grayfia Lucifuge.
"Mengatasinya? Dengan apa? Bahkan [Ruin of Extinct] kebanggaan Lucifer-sama menghilang begitu saja begitu menyentuh bola hitam milik lawan," ujar Raiser menyampaikan sebuah fakta, Grayfia memberinya glare, namun tidak dipedulikan. Si Phenex itu telah merasakan sendiri kekuatan dari makhluk yang sedari tadi tak bergerak dan terus menerus mengeluarkan topan peraknya. Ia sadar bahwa makhluk yang satu ini bahkan lebih kuat dari Maou sekalipun.
"Siapapun dia, yang jelas menghancurkan seluruh fraksi dalam sekali serang bukanlah sesuatu yang mustahil baginya."
[Beberapa kilometer dari pusat kota]
"Apa-apaaan orang ini?" Nada bicara dari Lucifer itu benar-benar tinggi dan sarat akan amarah. Belum pernah seumur hidupnya merasakan kemarahan hingga setinggi ini, semua karena orang itu. Dia telah menghentikan topan peraknya, mata birunya memancarkan kegilaan dan haus darah dalam waktu bersamaan.
"Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh!"
Kedua matanya membelalak begitu mendapati Naruto telah menghilang dari depan matanya dan instingnya berteriak untuk menunduk. Dan benar saja, angin yang tercipta berkat sebuah tebasan horizontal menerpa tengkuknya dan memberikan sensasi kengerian akan kematian. Sedetik kemudian dia berbalik dengan sebuah tendangan yang siap disarangkan ke lawan.
BRAK
Tendangannya kena, tapi bukan sang lawan yang melesat terbang, melainkan kakinya yang sakit karena menghantam sebuah tameng yang tercipta dari bola-bola hitam itu. Belum sempat kakinya pulih dalam keadaan mati rasa, sebuah bola spiral biru menggilas perutnya dan meluncurkannya hingga puluhan meter jauhnya.
"Rasengan."
"Sialan kau!"
Selanjutnya adalah Beelzebub dan Asmodeus, mereka menyerang dari arah yang sama. Jubah api berwarna hijau yang melindungi tubuh Naruto menghilang, bersamaan dengan perubahan pada matanya dari warna biru menjadi merah dengan pola delapan penjuru mata angin dalam sebuah lingkaran.
"Tsukuyomi."
Bruk
Bruk
Keduanya jatuh serempak dan mengeluarkan jerit kesakitan di detik selanjutnya, sebelum akhirnya berhasil membebaskan diri dari Genjutsu yang satu itu. Namun Naruto telah berada diantara keduanya dan tanpa segan memukul tengkuk keduanya, hingga mereka kembali pingsan. Jangan tanya sekuat apa pukulan Naruto, tetapi yang jelas dia masih menahan kekuatannya.
Tinggal dua tersisa. Si pria rambut merah dan gadis twintail, mulut pemuda itu menyeringai dan senantiasa mengeluarkan bunyi menggigil layaknya hewan rabies.
"Kita akan dipentalkan jika berada di jarak dekat, tetapi serangan kita akan seperti sampah jika menggunakan teknik jarak jauh milik kita," ujar Sirzech, sedikit tidak suka dengan kondisi yang menekan dirinya bersama sang rekan yang masih berdiri, Serafall Leviathan.
"Maju."
Tanah yang ada dibawah kakinya membeku, turut membekukan kakinya karena pemuda itu tak bergeming sedikitpun dari tempatnya, ini adalah ulah Maou Leviathan. Lalu bola berwarna kemerahan dengan jumlah hampir tak dapat dihitung oleh mata muncul disekeliling, dan memborbardir dirinya hingga asap ledakan mengepul begitu banyak dan menghalangi penglihatan.
DUAR
DUAR
DUAR
Sempat beberapa kali terdengar suara dari bola ciptaan Sirzech yang melesat kearah musuh, sebelum habis semuanya dalam beberapa menit kemudian. Debu yang mengepul dari sekitar terlalu tebal dan membatasi jarak pandang. Baik Sirzech maupun Serafall harap-harap cemas menanti hasilnya.
Begitu debu mulai lenyap ditiup oleh angin malam, harapan keduanya tentang kemenangan hancur tak bersisa. Bukan tubuh tercerai berai yang mereka dapati, melainkan sebuah makhluk astral berwarna perak berwujud setengah pinggang keatas dari gadis cantik berambut pendek dengan mata tertutup, serta kedua tangan terborgol yang mereka dapatkan (A/N : Posisi Susano'o Naruto kayak Gedo waktu di markas Akatsuki). Sosok transparan setinggi limabelas meter itu melindungi musuh mereka di dalam tubuhnya.
"Susano'o."
Keduanya jatuh dan bertumpu pada lutut masing-masing, merasa frustasi dengan hasil yang didapat dari pertarungan ini. Rakyatnya pasti ada yang menjadi korban, banyak bangunan yang hancur, dan lainnya.
"Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh!"
Sebuah Magatama tercipta diatas tangan astral Susano'o miliknya, lalu dilemparkan kearah kedua lawannya tanpa usaha yang berarti.
"Yasaka no Magatama."
DUAAARRRRRRRR
Keempat Maou telah kalah.
Sang anak manusia menyempurnakan wujud astral yang melindunginya hingga memiliki seluruh organ tubuh.
Valkyrie astral berambut panjang dengan helm yang terbingkai sepasang sayap sebagai hiasan, mengenakan armor abad pertengahan yang melindungi seluruh tubuh terkecuali kepala sebagai pertahanan, bersenjatakan sebuah tombak sebagai media penyerang, setinggi awan di langit sebagai ukuran.
Sosok raksasa itu bergerak tanpa menghiraukan kehancuran lingkungan sekitar karena keberadaannya. Gedung tinggi, bangunan kecil, pusat perbelanjaan, atau apapun yang ada dalam jalur dihancurkan. Iblis yang ada disana menjerit dan menangis ketakutan.
Sementara Ruin Princess menunggu di dalam bangunan yang sudah berada dihadapan.
"BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH. BUNUH!"
Tombak raksasa yang ada di tangan diangkat tinggi-tinggi ke langit dengan ujung menghadap kearah bangunan. Ratusan Iblis yang ada di dalam gedung berduyun-duyun untuk berteleportasi ke tempat manapun yang dikira aman, namun tak ada satupun yang berhasil karena area tersebut sudah terpengaruh oleh chakra yang begitu besar.
"Tombak Takdir : Kehancuran Mutlak!"
Dengan ujungnya bersinar kebiruan, sekuat tenaga tombak tersebut ditancapkan. Menembus atap gedung yang mirip White House itu. Dan sosok berambut merah itu sedang berdiri tepat di depan tombak, dengan segenap keberanian ia berteriak lantang.
"JANGAN LUKAI MEREKA!"
Anehnya, seketika itu pula Valkyrie astral menghilangkan tombaknya dan ukurannya mulai menyusut. Bertransformasi dari wujud Valkyrie menjadi gadis tanpa busana, yang uniknya tak memiliki organ vital maupun benjolan di dadanya, kemudian manusia dengan lapisan otot, lalu tengkorak, dan selanjutnya hilang sepenuhnya.
Tap
Tepat saat langkah kaki Naruto menginjak lantai di aula bangunan tersebut, ratusan Iblis menahan nafas mereka. Ditambah lagi suara menggigil seperti hewan rabies miliknya membuat hati siapapun menciut saat mendengarnya makin memperkeruh suasana.
Tap
Kali ini dia mengambil satu langkah maju, tetapi para Iblis yang ada disana mengambil langkah mundur begitu melihat mata merah menyala berpola delapan penjuru mata angin miliknya. Suara langkah kaki dari seorang gadis berambut merah mengisi keheningan di sela suasana tegang di tempat ini, Rias Gremory mencoba memberanikan diri untuk berdialog.
"Apa yang kau inginkan dari kami?" tanyanya pelan, tetapi dapat didengar oleh seluruh Iblis di dalam ruangan ini. Naruto tak kunjung menjawab, seringainya semakin lebar hingga mencapai titik dimana kulit di wajahnya akan robek jika dia tersenyum lebih lebar lagi.
"Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh!"
Jantung dari setiap Iblis di tempat itu berhenti seketika saat menerima jawaban dari Naruto yang masih tidak terkendali. Rias sebisa mungkin mencoba untuk tenang, walaupun dalam hati dia sangat ketakutan. Namun hasrat untuk melindungi keluarga kecilnya mampu mengatasi ketakutan itu.
"Maaf, tetapi aku tidak bisa membiarkan nyawa mereka terancam. Apakah kau ada permintaan yang lain?"
Naruto menggeleng dengan cepat dan berulang-ulang selama beberapa detik, lalu berjalan mendekati gadis berdada besar itu.
"Bunuh. Bunuh. Bunu-"
Tap
Belum selesai dia bicara, tombak es sepanjang dua meter melesat kearahnya. Dengan mata Eternal Mangekyou Sharingan yang masih aktif, dia menangkap tombak tersebut hanya dengan ibu jari dan telunjuk yang dialiri sedikit chakra. Pemuda itu mendengus pelan sembari menatap sosok maid berambut perak yang menjadi pelaku penyerangan.
"Tsukuyomi."
Lalu maid itu hilang kesadaran dan menjerit kesakitan seperti korban yang lalu. Diabaikannya teriakan ketakutan dari Iblis-Iblis lainnya, terus saja kakinya berjalan menuju gadis bersurai merah darah tersebut. Dan ketika sampai didepannya, hal pertama yang ia lakukan adalah mengambil informasi apapun yang gadis ini punya menggunakan EMS miliknya.
"L-lepaskan!"
Naruto tak menanggapi protes dari gadis itu dan terus mencengkram pipinya, mengarahkan kepala Rias menghadap kepalanya. Emerald dan merah bertemu, proses penyalinan ingatan dimulai.
Tiga Fraksi
Iblis
Malaikat
Malaikat Jatuh
Sacred Gear
Longinus
Great War
Evil Piece
Bidak
Rating Game
Pertunangan
Tidur Tanpa Busana
Perkembangan Teknologi
Dan banyak lagi yang dia dapatkan dalam beberapa detik, gadis itu sendiri tak sadar bahwa semua ingatannya sedang disalin oleh Naruto dan hanya mengerutkan dahi dengan semua yang diperbuat pemuda itu.
"Apa yang kau lakukan?"
Naruto melepaskan tangannya, kemudian mendengus di sela gigilannya. Seringai haus darah itu kembali terpasang, mata terkutuk itu mengarah pada Iblis-iblis yang berkumpul menjadi satu.
"Iblis…"
Mereka menahan napas, termasuk Rias.
"Akan aku kirim kalian ke Neraka."
"?!"
Semuanya membulatkan bola mata, lalu jatuh terduduk begitu merasakan tekanan yang begitu kuat dipancarkan oleh Naruto. Suara menggigilnya semakin keras, nafasnya juga semakin memburu.
"Susano'o."
Tengkorak astral muncul dan terus berevolusi hingga menjadi gadis cantik dengan mata tertutup dan tangan terborgol setinggi limabelas meter.
"T-Tolong ampuni kami!"
"Rias! Keluar dari dalam sana!"
"Aku belum siap untuk mati!"
"Tolong!"
Borgol yang dipakai gadis astral yang mengenakan armor perang tanpa helm itu mengeluarkan bunyi gemerincing, sebelum akhirnya hancur dan terbebaslah kedua tangan Susano'o itu.
"Yasaka no Magatama."
Sebuah magatama muncul diantara kedua tangan astral itu, dengan Naruto yang saat ini tengah mengangkat tangan kanannya seolah sedang memberi komando terhadap Susano'o miliknya.
'Ini tidak bisa dibiarkan,' batin Rias yang saat ini sedang panik. Tanpa sengaja, ingatan tentang pria itu yang sedang mencoba untuk menciumnya terputar di otaknya.
Tepat ketika Naruto akan menurunkan tangan kanannya ke bawah untuk melemparkan magatama, Rias memegang pundaknya dan membalik tubuhnya, untuk kemudian menciumnya tepat di bibir.
Deg
'Sebuah keberhasilan yang tidak terduga, Naruto-kun.'
Naruto, yang belum sepenuhnya tersadar dan mengambilalih tubuhnya membalas ciuman Rias. Menyesap bibir gadis itu lembut, lalu bersilat lidah dengannya hingga saliva mereka saling bercampur dan bahkan meluber keluar dari mulut yang saling beradu itu.
Pemuda itu bahkan nekat memegangi belakang kepala gadis itu dan mendorongnya ke depan untuk memperdalam ciumannya, gadis itu menolak, namun dia memaksa.
Beberapa menit kegiatan itu dilakukan, tak ada satupun Iblis yang cukup bernyali untuk mengambil langkah pertama menyerang Naruto ketika sedang tidak terfokus pada penyerangan. Raksasa astral itu masih terdiam di tempat dan senantiasa sebuah magatama melayang-layang diantara kedua tangannya.
Ketika ciuman itu dihentikan secara sepihak oleh Rias karena keterbatasan oksigen, Naruto telah pulih sepenuhnya dan…
CRASH!
Mencongkel kedua matanya sendiri untuk kemudian diremas hingga hancur.
Raksasa astral cantik berwarna perak itu menghilang seketika ketika sumber pengaktifnya telah dihancurkan. Rias terkejut bukan main, begitu pula para Iblis dibelakangnya dan Naruto. Namun yang lebih mengejutkan terjadi di bagian selanjutnya, saat Naruto memakan sendiri matanya untuk mencegah ada orang yang dapat mengembalikan mata terkutuk itu pada keadaan semula dan memakainya.
Darah mengucur deras di lantai marmer, lalu tubuh Naruto ambruk.
"Naruto," ujar pemuda itu begitu lirih, hingga hanya didengar oleh Rias saja.
"Namaku Naruto," lanjutnya. Rias, yang dilanda kebingungan, membalas perkenalan pemuda itu dengan menyebutkan namanya.
"Aku Rias Gremory."
Setelahnya, prajurit Iblis datang dan menangkap Naruto untuk dieksekusi mati di esok hari. Tercatat dua ribu lingkaran sihir pengekang melingkari tubuhnya, dan baru akan dilepaskan ketika dia dihukum mati di lapangan pusat kota Lilith.
Seperdelapan Ibukota Lilith hancur, keajaiban karena hanya ada belasan Iblis yang meregang nyawa, empat Maou dalam kondisi kritis, dua dari mereka mentalnya terluka, sementara sisanya menderita luka bakar yang parah karena Yasaka no Magatama.
'Oi, Kami-sama. Apapun yang dilakukan tubuhku ketika aku tidak dapat mengendalikannya, aku yakin itu akan mengakhiri hidupku di esok hari dan membuat-Mu berhenti mempermainkanku. Esok aku akan mati, dan itu pasti.'
'Kau terlalu pesimis, Naruto-kun. Kau tidak diperbolehkan mati sebelum merasakan 'kesempatan keduamu', tahu? Semoga beruntung di lapangan eksekusi besok.'
'Terserah.'
TBC
Update ketika serentetan ujian memberondong tubuh -_- Bagaimana fic ini? Naruto Godlikenya kebangetan, tapi mungkin gak bisa mengendalikan kekuatannya sendiri.
Review, Fav, and Foll plss~
Akankah Naruto mati di esok hari seperti yang dia katakan?
Ataukah Kami-sama kembali memenangkan taruhan dan terus mempermainkan pemuda itu?
Siapa yang tahu, karena keduanya akan saling berbeda pendapat dan konflik antara Pencipta dan Ciptaan.
God vs Creature
Who's gonna win in this conflict?
Sampai Jumpa hingga UN nanti~