PARTNER

-TaeKook-

.

.

Disc: all Characters is not mine, but this Story is totally mine!

Note: (maybe) Mature content inside, typo(s), and if u are under age or dislikes BL, please just left this page!


Chapter III : Secret

Jungkook tersadar dari tidurnya, ia melihat kearah jam yang terletak diatas nakas samping tempat tidur. Pukul 06:43 dan ia tidak dapat menemukan Taehyung disampingnya, kemana orang itu? Dan, seperti sihir, Tahyung kini keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang basah, dan jangan lupakan handuk yang melilit area privacynya.

"Kau sudah bangun?" Taehyung berjalan menuju kasur sambil mengeringkan rambutnya.

"Ya. Kau menjadi agresif dari biasanya" Jungkook menatap Taehyung sinis, berniat menyinggungnya dan hanya dibalas tawa oleh sang pendengar.

"Oke, maafkan aku. Kau tahu, aku hanya tidak suka ketika melihat kau berpelukan dengan orang lain."

Nada Taehyung mulai terdengar serius, dan Jungkook hanya menyandarkan punggungnya mencoba menyamankan posisi saat ini. Jungkook menatap Taehyung yang kini sedang memakai kaos polos serta celana selutut.

"Park Jimin."

Taehyung menatap Jungkook bingung.

"Namanya Park Jimin, ia adalah temanku sewaktu kuliah dulu. Ia banyak membantu disaat aku memiliki masalah keluarga, dan ia satu-satunya teman yang tulus."

Jungkook tersenyum miris ketika membayangkan Jimin juga masa-masanya dulu, sedangkan Taehyung kini sudah duduk bersama Jungkook diatas ranjang dan mengangkat setengah alisnya.

"Tulus?"

"Yaa. Dulu teman-temanku semuanya fake. Mereka hanya berteman denganku karena IQ ku yang lumayan untuk universitas kecil. Mereka hanya memanfaatkanku."

Jungkook mengepalkan tangannya, merasa dirinya hanyalah sebatas babu dulu. Tapi, ia tak punya pilihan lain, mereka semua mengancam Jungkook kalau ia sampai melawan, mereka akan melakukan segala hal termasuk cara kotor sekalipun untuk mencabut beasiswa Jungkook.

Tentu saja ia tidak mau itu terjadi. Ia berusaha mati-matian untuk menjaga harta paling berharganya, demi dirinya, juga demi orang tuanya. Tapi, semua itu bukan apa-apa lagi. Harta miliknya yang sesungguhnya kini adalah orang yang berada didepannya.

"Jimin pernah bilang kalau dia sangat menginginkan menjadi seorang anggota kepolisian. Dia ingin membersihkan kejahatan dari seoul katanya."

Jungkook terkekeh dengan akhir kalimatnya, mengingat kini jika Jimin seorang anggota kepolisian maka ia akan membersihkan Jungkook yang kini berubah menjadi buronan.

"Kau tahu Jungkook, kisah hidupmu tidak semiris dengan kisah hidupku."

Taehyung tersenyum, namun tersirat kepedihan dibaliknya. Baru saja Jungkook ingin bertanya lebih jauh, Taehyung sudah memotong duluan.

"Tidurlah, besok kau harus bekerja keras. jangan lupa pakai bajumu."

Taehyung beranjak, berniat keluar dari kamar sebelum Jungkook menahannya sebentar.

"Ngomong-ngomong, kau belum mengatakan kehidupanmu dulu Taehyung."

Hening sejenak.

"Akan kuberi tahu nanti. Selamat malam"

Detik kemudian, Taehyung menghilang bersamaan dengan pintu yang tertutup.

. . .

Taehyung duduk diatas sofa sambil memegang kepalanya.

"Kau sudah mendapatkannya. Saat ini kau hanya perlu mencampakkannya!"

"Berisik!"

Taehyung meremas ujung kaos yang ia kenakan. Kepalanya terasa akan meledak saat ini juga, sesuatu mengganggu pikirannya saat ini. Ia sendiri tidak tahu sejak kapan dan darimana asal suara-suara ini muncul. Mungkin karena masa lalunya yang buruk, ya! Taehyung yakin itu mungkin akibat masa lalunya.

Seketika bayang-bayang senyuman ibunya melintas dipikiran Taehyung, seorang wanita dengan senyuman tanpa dosa, wanita cantik yang berbalut gaun putih elegant, kini berganti dengan bayang-bayang penyiksaan didepan matanya.

Senyuman ibunya berganti rintihan minta tolong, terasa sangat tersiksa. Dan suara-suara lainnya mulai kembali terngiang-ngiang dikepalanya.

"Ini kesempatanmu Taehyung! Jangan sia-siakan."

"Kubilang berisik!"

Taehyung memeluk lututnya erat. Rasa sakit yang selalu ia rasakan kini mulai menjadi. Biasanya rasa sakit tidak akan separah ini, ia masih bisa menahannya. Tapi untuk kali ini, benar-benar berhasil membuat setengah kesadaran Taehyung menghilang.

Sedetik kemudian, sebelum kesadaran Taehyung benar-benar menghilang, getaran disaku celananya kembali membawa kesadaran Taehyung sepenuhnya.

Tertera nama pemanggil dengan contact name JungHoseok disana. Salah satu orang kepercayaannya mengingat Hoseok adalah anak dari pembantunya dulu. Hoseok sendiri menjadi teman bermain Taehyung dulu, dan bahkan sampai sekarang Hoseok dengan senang hati akan membantu Taehyung ketika ia mendapat masalah.

Tentunya Hoseok hanya akan membantu disaat terdesak, ia tidak ingin terlibat lebih jauh didunia gelap. Taehyung sendiri tidak keberatan soal itu, ia sudah terbiasa bekerja sendiri.

Taehyung menggeser handphonenya dan meletakkan disamping telinganya.

"Yo, tuan muda. Lama tidak mendengar suaramu."

Taehyung terkekeh, bahkan anak ini masih terdengar sedikit menyebalkan.

"Berhentilah memanggilku tuan muda. Semuanya berbeda sekarang"

Terdengar tawa garing diseberang sana, Taehyung hanya diam.

"Haha, oke baiklah. Ngomong-ngomong Taehyung, kepolisian mulai bergerak lebih jauh. Mereka mulai mencari cara untuk membongkar indetitasmu."

Taehyung hanya menampilkan poker facenya, walaupun Hoseok tidak mungkin bisa melihatnya tetapi ingin rasanya Taehyung tertawa. Membongkar indetitasnya? Lelucon macam apa ini?

"Sebaiknya kau terus memantau mereka. Lagipula, aku masih punya job besok."

Hoseok membuang nafasnya, sejujurnya ia sangat mengkhawatirkan Taehyung. Pria itu terus saja menerima tawaran-tawaran yang bisa membahayakan dirinya. Hoseok tahu alasan kenapa pria itu berubah menjadi buronan, Hoseok tahu segalanya tentang Taehyung, tetapi pria itu menyuruh Hoseok untuk tidak menyinggungnya jika tanpa seizin Taehyung.

Dan bagi Hoseok, perintah Taehyung tuan mudanya adalah Mutlak.

"Ku mohon jaga dirimu. Jangan lupa untuk mengunjungi dokter, aku sangat menkhawatirkanmu."

Taehyung bisa mendengar terdapat nada kekhawatiran disana, tetapi Taehyung hanya diam selang beberapa detik.

"Kau seperti Ibuku saja Hoseok. Aku baik-baik saja, lebih baik kau tidur. Aku juga kelelahan"

Taehyung tertawa kecil sebelum akhirnya memutuskan panggilannya sepihak, tidak ingin membuat Hoseok semakin khawatir padanya. Ia tidak mungkin mengatakan kalau saat ini ia sedang berjuang menahan sakit yang luar biasa dari sebelumnya. Cukup Hoseok membantunya untuk mengamati kepolisian, pria itu membantunya terlalu banyak.

Taehyung menuju kearah dapur yang hanya dibatasi oleh kitchen table , mengambil gelas dan menuangkan air mineral lalu meneguknya sampai habis. Rasa nyeri dikepalanya mulai menghilang dan berganti dengan rasa kantuk. Pikiran dan batinnya kelelahan, dan yang ia butuhkan hanyalah pelukan Jungkook sekarang.

Ah, bicara soal Jungkook, apakah pria itu sudah tidur? Taehyung meletakkan gelas kosong dan berjalan sedikit lunglai kearah kamarnya dan Jungkook. Pria itu sudah tertidur pulas, Taehyung bisa mengetahui dari nafasnya yang beraturan.

Taehyung menyingkirkan poni yang menutupi wajah Jungkook, wajahnya terasa damai saat tidur. Seperti Malaikat dengan sayapnya yang rapuh, layaknya jika Taehyung menyentuhnya maka ia akan hancur berkeping-keping. Dan entah kenapa memikirkannya membuat hati Taehyung sakit.

"Kau memang persis seperti dirinya. Sama-sama penghancur hati ini."

Taehyung membelai pipi Jungkook, mengecup dahinya sayang kemudian ikut berbaring dan mendekat Jungkook kedalam pelukannya, mulai menyusul Jungkook yang sudah mendahuluinya kealam mimpi.

.

.

.

Alarm menyadarkan Jungkook dari alam mimpi. Hari ini Jungkook terlalu bersemangat untuk turun kelapangan yang pertama kalinya, Taehyung sendiri masih tertidur pulas disampingnya. Jungkook mengguncang bahu pria itu pelan.

"Taehyung? Bangunlah."

Taehyung mulai mengerang, dan membuka matanya malas. Tapi detik kemudian ia langsung duduk ketika melihat wajah Jungkook yang bersemangat juga gugup secara bersamaan. Ah ya, dia ingat kalau hari ini Jungkook akan turun kelapangan untuk pertama kalinya semenjak mereka kenal, wajar pria didepannya terlihat bersemangat.

"Kau tahu Jungkook, ini masih pukul 6 pagi, dan sekolah masuk pukul 9. Kita masih punya waktu 2 jam untuk tidur."

Taehyung menatap Jungkook datar, dan hanya dibalas cengiran lebar dari Jungkook.

"Lebih cepat bergegas , lebih baik."

"Terserah kau saja, mandilah duluan aku akan menyusulmu nanti."

"Ya ya, dasar pemalas!"

Jungkook bangun dari tempat tidur setelah berhasil menghantam kepala Taehyung dengan bantal. Hari ini akan menjadi hari yang cukup menegangkan baginya. Bagaimana kalau ia gagal? Bagaimana jika ia mengacaukan segalanya? Semangat Jungkook yang membara tadi kini berganti dengan rasa gugup dan takut yang luar biasa.

Bahkan ingin rasanya ia menenggelamkan diri kedasar lautan yang paling dalam dan berharap hari ini tak pernah datang. Ia takut jika Taehyung akan kecewa padanya, ia takut Taehyung akan meninggalkannya sama seperti kedua orang tuanya, ia takut akan semuanya.

Semua pikiran aneh Jungkook disadarkan oleh ketukan pintu dari luar, itu Taehyung. Ternyata dia cukup lama didalam sini.

"Jungkook? Kau tak apa?"

"ah ya, aku sudah selesai."

Dengan buru-buru, Jungkook melilit tubuhnya dengan handuk dan langsung keluar dari toilet. Kini berganti dengan Taehyung yang masuk.

Jungkook mengambil seragam sekolah yang sudah ia beli kemarin, dan jangan lupakan dengan dasi juga jaket yang ia kenakan. Ia siswa baru disini, sekolah yang ketat juga harus dilengkapi dengan seragam yang rapi. Hanya satu hari saja, yang perlu ia lakukan hanyalah mengambil kunci ruang kendali, menghapus rekaman cctv, dan kembali meletakkan kunci ketempat seperti semula.

Cukup mudah jika itu sekolah dengan pengawasan minim, tapi sekolah kali ini membuat pekerjaan Jungkook menjadi lebih berat.

Jungkook selesai, ia duduk didepan meja makan dengan dua buah potong roti diatasnya. Dan kemudian Taehyung keluar sambil mengenakan hoodie putih dan celana selutut. Taehyung ikut duduk dan membuka notebooknya sambil menggigit roti yang sudah Jungkook sediakan.

"Taehyung? Aku tak bisa-"

Jungkook menunduk lesu, lebih baik seperti ini bukan? Daripada ia harus mengambil resiko dengan sok beraninya, kemudian gagal, lalu ditinggalkan oleh Taehyung.

Taehyung menatap Jungkook yang lesu, ia mengangkat dagu Jungkook dan menatap kedua iris mata pria itu.

"Jungkook? Kau tahu, manusia adalah system yang paling mudah untuk diretas."

Taehyung bersandar sambil menatap wajah bingung Jungkook. Seolah bisa membaca pikiran pria itu, Taehyung kembali melanjutkan kata-katanya.

"Lihatlah ini. Yang perlu kau lakukan hanyalah membuat mereka percaya padamu, maka hal yang kau anggap sulit akan menjadi sangat mudah."

Jungkook mengikuti arah pandang Taehyung yang mengetikkan sesuatu diatas notebooknya, saat ini Taehyung sedang membuka sebuah Game Online dimana ia akan melakukan sebuah broadcast yang nanti bisa dibaca oleh seluruh player yang ada didalam game tersebut.

'Free Gift, item, and money here: www. Vhacks .net' Send

Dalam hitungan detik, handphone Taehyung bergetar secara berturut-turut. Banyak e-mail masuk dengan data-data dari player yang berhasil Taehyung jebak.

"Kau lihat Jungkook. Aku bahkan tak perlu repot-repot memaksa, mereka bahkan dengan sukarela memberikan account mereka secara gratis."

"Wow, bagaimana kau melakukannya Tae?"

"Ini disebut *Phising. Kata gampangnya adalah link penjebak, fungsinya sendiri seperti yang sudah kau lihat barusan."

Jungkook masih terkagum-kagum dengan apa yang sedang ia lihat dilayar handphone Taehyung, semua username dan juga password dari berbagai player ada didepan matanya.

"Jadi? Bagaimana?"

Taehyung tersenyum, ketika Jungkook dengan cepat mengangguk. Keberanian pria itu sudah mulai kembali, ah dan satu lagi.

"Satu lagi, Jungkook ingatlah, kita bekerja berdua. Kau memang turun langsung kelapangan, tapi aku ada dibelakangmu untuk mengawasi. Memang, jika kau melakukannya sendiri kau akan gagal, tapi jangan lupakan kalau aku ada disini. V'K adalah kita berdua, kita tak terkalahkan baik diDunia ataupun didalam Game."

Jungkook tersenyum sangat lebar, keraguannya terhadap Taehyung yang akan meninggalkannya sirna dalam sekejap. Kata-kata Taehyung benar-benar mengembalikan kepercayaan dirinya yang sempat hilang beberapa saat yang lalu. Dan kini, ia sudah mempunya rencana bagaimana ia akan beraksi nanti.

"Taehyung .. terima kasih"

Jungkook tersenyum dan memeluk tubuh atletis itu. Sangat nyaman, seolah-olah Taehyung adalah tempat tidur Jungkook dulu. Sekali kau menyentuhnya, maka dirimu seakan tenggelam kedalamnya, tak ingin bangun dan ingin seperti itu selamanya.

Kenyamanan Jungkook terganggu oleh suara bell dari Apartemen Taehyung. Seketika Jungkook langsung waspada, tentu saja, yang mengetahui Apartemen ini hanyalah dia dan Taehyung, lalu Taehyung selalu menyembunyikan identitasnya, pelanggan? Mereka bahkan hanya berkomunikasi lewat internet. Jadi, siapa?

Taehyung berdiri dari kursi, mengisyaratkan Jungkook untuk tidak panic. Taehyung sudah tahu siapa yang datang, detik kemudian pintu terbuka dan benar saja, pria yang baru berbicaranya lewat telephone semalam yang datang.

"Oh, kau datang? Untuk apa?"

Hoseok berdecak kesal, Taehyung bahkan tidak menyambutnya atau mempersilahkan dirinya masuk, malah bertanya dengan nada mengusir?

"Kau menyebalkan Taehyung, biarkan aku masuk dulu."

Hoseok masuk tanpa memperdulikan Taehyung yang masih berdiri diambang pintu, seketika langkah Hoseok terhenti ketika bertatapan dengan mata Jungkook. Reaksi Hoseok tidak berbeda jauh dengan Jungkook, sama-sama terkejut.

"T-taehyung? Aku tidak mengingat kalau kau mempunyai teman selain aku?"

Hoseok waspada.

"Tenanglah, biarku kenalkan. Dia Jeon Jungkook partnerku, dan Jungkook, dia Jung Hoseok, sahabatku."

"Jeon? Oh, hallo. Kau bisa memanggilku Hoseok."

Seolah mengerti, Hoseok mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Jungkook.

"Jungkook."

Jungkook tersenyum, pria ini bukanlah orang jahat. Ya, Taehyung tidak pernah sembarang percaya pada orang asing kan? Pria ini terlihat sudah sangat akrab dengan Taehyung , jadi tak ada yang perlu ia khawatirkan.

"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan disini?"

Taehyung mengintrupsi merasa situasi mulai sedikit canggung.

"ah ya, aku hanya sedang berjalan-jalan, lalu terpikirkan untuk mengunjungimu, sekedar menengok keadaanmu, mengingat dulu kau tinggal sendiri. Tapi kurasa kau sudah punya roommate sekarang, aku sangat senang." Hoseok tertawa sambil menampilkan deretan gigi-giginya.

"aku baru sebulan lebih tinggal disini."

Jungkook tertawa canggung.

"Jadi, kau sudah melihat keadaanku kan? Kalau begitu kau bisa pulang sekarang."

Taehyung mendorong bahu Hoseok keluar apartemen, dan dibalas protes dari sang empu sedangkan Taehyung dan Jungkook hanya tertawa. Tiba didepan pintu, sebelum Taehyung menutup pintunya, ia bisa mendengar apa yang Hoseok katakan.

"Kuharap dia bukan orang yang aku pikirkan."

"Ya. Dia adalah orang yang kau pikirkan." Batin Taehyung berteriak membenarkan perkataan Hoseok.

Taehyung berbalik kearah Jungkook lalu menatap arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, pukul 08:47 sudah saatnya mereka berangkat. Jika Jungkook terlambat sedetik saja, maka job mereka akan gagal karena Jungkook terlambat.

"Kurasa saatnya kita pergi. Ayo."

Jungkook mengambil ransel yang hanya berisi sebuah catatan untuk berjaga-jaga, dan beberapa peralatan yang akan mungkin ia gunakan nanti.

Mereka berdua menaiki sebuah mobil Chevrolet Corvette Stingray berwarna merah darah yang dikendarai Taehyung. Melaju dengan santai ketempat target mereka kali ini. Didalam mobil, diam-diam Jungkook mulai menyusun rencana dikepala cantiknya. Dia tidak boleh gagal.

Perjalanan hanya memakan waktu sekitar 8menit jika ditempuh dengan mobil yang berkecepatan diatas rata-rata mobil pada biasanya. Jungkook terlalu larut dalam pemikirannya sendiri sampai ia tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai.

"Kita sudah sampai. Jungkook? Aku akan mengawasimu lewat monitor dari dalam mobil, dan jangan lupa pakai headsetmu."

Jungkook mengangguk, ia memasang headset tanpa kabel ditelinga kirinya, dia menarik nafasnya dalam sebelum benar-benar turun dari mobil.

"Jungkook?" Taehyung menahan pergelangan Jungkook sebelum pria itu turun dari mobil.

"Semoga berhasil."

Detik kemudian Taehyung tersenyum lalu menarik tubuh Jungkook mendekat padanya, hanya sebuah kecupan ringan namun mampu membuat Jungkook salah tingkah.

"U-uhh .."

Taehyung melepaskan pegangannya dan membiarkan Jungkook turun dari mobil dan menutup pintunya. fokusnya kembali kedepan monitor kecil yang sudah ia siapkan.

Jungkook masih berdiri disamping pintu mobil, sebelum ia berjalan masuk kedalam gerbang, ia menarik nafasnya dalam lalu membuangnya perlahan kemudian berjalan.

Langkah kaki Jungkook terhenti ketika ia bertemu dengan orang yang sedang tak ingin ia temui.

"Jungkook?"

"J-jimin?"

.

.

.

-To be Continued-

*Phising: suatu metode yang digunakan hacker untuk mencuri password dengan cara mengelabui target menggunakan fake form login pada situs palsu yang menyerupai situs aslinya. (©Google)

Sudah lumayan kan? Sorry for late update TT

hayoo, ada yang bisa nebak tae sakit apa? Terus ada apa dengan jk dan dia? Siapa si dia? Terus, bagaimana cara jk buat ambil kunci disekolah ketat itu? Let's play a game, if you can answer this, I will give you my heart :v *Just kidding.

*Kuki Confession: Jika ada yang berhasil menjawabnya, maka kuki gak akan kasih tahu benar atau tidak. Karena itu berati kita sepemikiran wkwk x'D tapi, kalau ada yang masih salah jawabnya, jujur kuki seneng bangett :v itu berarti, ff kuki sukses bikin kalian bertanya-tanya :'D Ngomong-ngomong, ada yang menyadari sesuatu?

Oke, Thankyou so much buat Mphii yang sudah bantuin kuki ❤ setelah cukup lama gak ngefangirling bareng, akhirnya bisa terpuaskan juga hasrat fujo kita berdua wkwk :v

Makasih juga buat review positifnya dan yang masih nungguin ff ini, sungguh kuki sayang kalian❤~ see yaa~ *tebar tiket wingstour (2) :'v

-Kuki