Note 1: Sebelum mulai membaca ini, sebaiknya kalian membaca chapter sebelumnya dahulu karena saya update dua cerita sekaligus.

Note 2: Jika kalian lupa dengan cerita Ma Kitten lebih baik kalian baca chapter 4 dahulu,,

Hm, rasanya saya terlalu banyak omong. Happy read!

.

.

Di dunia ini, diceritakan kedudukan kasta suatu kelompok ditentukan dari nama marga. Dan yang menduduki puncak kasta tertinggi adalah seorang Jeon. Jeon adalah marga yang berbahaya. Tidak ada yang bisa melawan kekuasaan Jeon yang agung. Seorang Jeon adalah ditaktor berdarah dingin dan berhati es. Seorang Jeon haruslah sempurna tanpa celah sedikitpun. Seorang Jeon haruslah cerdas dan licik disaat yang sama. Tidak ada Jeon yang berhati malaikat. Tidak ada Jeon yang lemah dan tidak ada Jeon yang dungu atau bodoh.

Jeon Jungkook berdiri di sebelah ayahnya dengan tatapan lurus ke depan ketika melihat sosok kakaknya dicambuk oleh cecurut ayahnya karena mendapat peringkat kedua di ujian kenaikan kelas.

"Ayah, maafkan aku. Aku menyesal" mohon kakaknya yang sudah kesakitan.

Alis Jungkook berkedut naik ketika melihat tangan besar dan kasar ayahnya menampar wajah kakaknya dengan keras.

"Tidak ada Jeon yang memohon untuk dikasihani. Aku bisa saja membunuhmu. Jeon tidak membutuhkan anak yang lemah" desisan dingin yang keluar dari mulut ayahnya membuat Jungkook menatap kakaknya dengan pandangan remeh.

"Jeon Jungkook" desis kakaknya penuh dendam ketika melihat adiknya tersenyum meremehkannya. Harga diri seorang Jeon itu setinggi langit. Melihat adiknya yang tersenyum meremehkannya membuat harga dirinya terinjak-injak.

"Keparat kau Jeon Jungkook" pekik kakaknya yang sudah memegang sebelah pisau tajam dan berlari ke arah Jungkook yang masih memasang tampang remeh.

Dengan tenang, Jungkook meraih katana yang selalu ditenteng ayahnya lalu menebaskan katana tersebut ke tangan kakak tersayangnya dengan seringai pongah yang menyebalkan.

"Lemah" ejek Jungkook datar dan meludahi wajah kakaknya yang kini kesakitan karena kehilangan tangan kanannya. Bibirnya berkedut pelan ketika mendengar suara tepukan tangan di sebelahnya.

"Tes ini berhasil. Pergi dari sini sekarang Jungkook. Aku masih punya urusan dengan kakak tersayangmu" desis ayahnya yang kini mulai menyeret tubuh kakaknya untuk menjauhi ruangan hukuman.

Jungkook menghela napas lalu menatap potongan tangan kakaknya dengan datar "Tidak akan ada yang bisa menebas Jeon" desisnya kalem lalu meninggalkan ruangan gelap yang sangat tidak asing baginya.

.

Tittle: Ma kitten? series : The Beginning

Rate: M

Mainpair : JungkookxTaehyung

Slight : NamjoonxTaehyung, etc

Warning : Alternative Universe, Boys Love, BxB, the terror of typos, Bot!Taehyung and wild imagination.

Segeralah close jika pair tidak sesuai dengan yang diinginkan. Tinggal klik back atau tanda silang di pinggiran. So Easy,

Any Character is GOD mine and their parents of course.

Enjoy the Read!

.

.

Jeon Jungkook adalah sosok peringai yang kejam dan dingin melebihi tetua Jeon yang merupakan ayahnya sendiri. Sosok Jungkook yang sudah didoktrin untuk menjadi seorang ditaktor sejak dia lahir kini sedang duduk di sebuah kursi dengan meja bundar besar yang diisi banyak jamuan makan. Dia bisa melihat perwakilan dari marga yang lain sedang berkumpul untuk membahas sebuah masalah politik dan juga aksi pemberontakan.

"Pemberontakan terjadi terang-terangan di kalangan warga yang non-marga maupun warga yang mempunyai marga kecil" ucap seorang perwakilan dari marga Park.

"Terdapat juga isu bahwa yang memulai pemberontakan ini adalah seorang Jeon" seorang perwakilan dari marga Choi kini memandang Jeon sengit.

Bibir Jungkook berkedut pelan karena merasa pertemuan ini sangatlah tidak penting. Hanya orang dungu yang berani menyalahkan Jeon.

"Marga Jeon merupakan kasta tertinggi dari semua marga" ucap Jungkook datar kepada semua orang yang ada disana "Jeon tidak perlu melakukan pemberontakan dengan dalih ketidakadilan karena seseorang dipandang melalui kasta marga tidaklah adil. Jeon tidak akan pernah berbuat hal rendah seperti itu karena Jeon sendiri adalah marga yang ditakuti" lanjut Jungkook yang membuat orang-orang disana terpekur diam "Jeon tidak akan berbuat hal dungu semacam itu. Camkan baik-baik hal ini di otak kalian, Jeon tidak akan pernah merasa tersudutkan akan aksi pemberontakan yang dimana tujuan aslinya hanya ingin menggulingkan marga Jeon dimuka bumi ini. Berkacalah pada diri kalian yang juga mendukung pemberontakan tersebut hingga berani membuat pertemuan bodoh ini. Jeon tidak akan kalah dari marga-marga pemberontak seperti kalian" ungkapan dingin Jeon Jungkook membuat semua yang ada disana menggeram emosi.

"Hal ini menandakan kau mengibarkan bendera perang dengan kami Jeon" pekik sebuah suara yang Jungkook ingat adalah dari marga Kim.

"Gulingkan Jeon jika kau bisa Kim yang rendahan" desis Jungkook lalu meninggalkan tempat pertemuan yang kini berubah menjadi abu.

"Jeon tidak akan pernah kalah dari Kim" ucap Jungkook pada sosok Kim yang berdiri dengan tatapan benci padanya.

.

Jeon Jungkook adalah seorang ditaktor yang kejam dan jenius. Kini dirinya sedang menyusuri sebuah bukit tidak berpenghuni di kawasan Busan karena ingin menghilangkan stress yang dihasilkan oleh para pemberontak pembenci Jeon.

Jungkook menghela napasnya ketika melihat ladang bunga Canola terhempas luas dihadapannya. Dia memicingkan matanya ketika melihat tiga orang sedang merawat bunga-bunga tersebut dengan senyum dan canda tawa yang menghiasi bibir ketiganya.

"Apa aku bermimpi?" bisik Jungkook ketika tatapannya terfokus pada figur paling kecil disana. Dengan tawa bahagia yang mengisi gendang telinganya dan juga bentuk bibir unik yang membanjiri penglihatannya.

Jungkook merasa dunianya lansung dijungkirbalikan ketika memandang visualisasi seseorang yang menggunakan topi jerami lebar sedang tersenyum sambil mencabuti akar-akar liar. Senyumnya sangatlah silau hingga membuat mata Jungkook buta.

"Aku harus mendapatkannya" gumam Jungkook pada sosok secerah matahari yang masih tertawa di tengah padang Canola.

.

"Atas segala kuasaku aku ingin anak kalian berdua berada dalam genggamanku" ujar Jungkook yang kini memandang angkuh kedua lelaki yang menatapnya sengit.

"Siapa kau yang berani sekali mengatakan hal itu pada kami?" Jungkook mengedutkan alisnya pelan ketika mendengar pertanyaan dungu tersebut.

"Kau, rendahan Kim Daehyun yang kabur dari margamu sendiri dan rela menggantinya dengan marga rendahan Byun karena tetua margamu tidak menyetujui hubungan gelapmu dengan si rendahan Byun yang sekarang duduk di sebelahmu saat ini" desis Jungkook yang membuat Daehyun lansung melangkah mendekatinya dan membogem mentah wajah Jungkook.

"Diam" desis Daehyun emosi.

"Dan kau Byun Baekhyun" lanjut Jungkook yang seakan tidak peduli dengan tatapan amarah dan ketakutan dari kedua orang dihadapannya "Seorang dari marga rendahan Byun yang memberanikan diri bermain api dengan Kim. Melahirkan seorang anak dari dosa hubungan gelap kalian berdua dan menyembunyikan diri di tempat terisolasir seperti ini"

"DIAM" teriak Daehyun yang membogem wajah Jungkook lagi.

"Serahkan anak kalian padaku" bisik Jungkook sambil tersenyum sinis "Serahkan dia padaku untuk masa depan yang cerah. Untuk kebahagiaan bagi dirinya di masa depan" lanjut Jungkook dan tanpa tedeng aling-aling Daehyun menarik kerah kemejanya hingga menyeret tubuh jangkung Jeon dan melemparnya di halaman rumah mereka.

"Pergi dan jangan pernah kembali kau bangsat Jeon" geram Daehyun lalu meninggalkan Jungkook yang sedang tertawa keras.

"Kau mencari masalah dengan orang yang salah Kim" teriak Jungkook yang masih tertawa keras.

.

Satu minggu, satu minggu setelah insiden pengusiran Jungkook. Sebuah rumah yang berada di tengah padang bunga Canola kini terlalap oleh ganasnya api. Sebuah teriakan panik dan kesedihan menggema di tengah keheningan malam. Bunga Canola berwarna kekuningan dipantuli oleh cahaya-cahaya oranye menyala, isakan tangis terus berkumandang di seluruh penjuru kebun Canola.

"Appa, ayah" panggil seseorang yang sedari tadi bersimpuh di depan rumah yang sudah hangus ditelan si jago merah.

"Appa" isaknya dengan napas tersengal "Ayah" isaknya lagi dengan wajah penuh air mata.

"Ssttt tenanglah" bisik seseorang yang kini memeluk tubuh ketakutan tersebut dari belakang.

"Si-siapa?" bibir tipis yang biasanya tersenyum unik kini bergetar ketakutan.

"Aku adalah seseorang yang dialih tugaskan untuk mengasuhmu atas perintah Byun Daehyun" jelas orang itu yang mendekap lebih erat tubuh di depannya "Namaku Jeon Jungkook. Dan kau sekarang ada di bawah kuasaku Byun atau bisa kusebut Kim Taehyung"

.

.

"Kau yakin akan melakukannya?" tanya seseorang kalem sambil membenahkan jubah putih bersihnya yang sedikit kusut.

"Kau tahu, aku termakan oleh rasa obsesi yang menghancurkan diriku sendiri. Aku merasa lemah untuk pertama kalinya ketika mata bulat tersebut menitikkan air mata. Aku ingin dia melupakan semua kesedihan yang dimilikinya. Aku ingin, HANYA seorang Jeon Jungkook yang ada di pikirannya" jelas Jungkook yang kini mengelusi sebuah tabung tinggi berisi cairan berwarna kehijauan.

"Tapi ini ilegal Jungkook" bisik seseorang berjubah putih tersebut sambil memijit pangkal hidungnya pusing.

"Lakukan sekarang juga Min. Lakukan perintahku sekarang juga" geram Jungkook hingga si marga Min menghembuskan napas pelan lalu menarik tuas sebuah mesin ke bawah.

Mesin-mesin yang ada di sekitar ruangan menyala dan mulai bekerja sesuai dengan apa yang sudah diatur sedemikian rupa. Air-air berwarna kehijauan yang berada dalam sebuah tabung tinggi mulai menggelembung pelan karena banyaknya cairan-cairan lain yang mengisi tabung tersebut. Sosok yang meringkuk di dalam tabung mulai bergetar tubuhnya hingga mengejang hebat dan membuat Jungkook menoleh panik ke arah si Min.

"Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Jungkook sambil mengelus pelan tabung berisi seorang anak lelaki yang rambutnya mulai berubah warna menjadi pudar keputihan.

"Jangan pernah meremehkanku Jeon" bisik si Min dan mulai menekan beberapa tombol hingga tubuh telanjang pemuda yang berada di dalam tabung mengejang lebih hebat hingga telinga lancip dn juga ekor berbulu berwarna kelabu mucul dari dalam tubuhnya.

Tubuh telanjang tersebut terus mengejang hingga cairan kehijauan yang ada di dalam tabung tersedot ke dalam sebuah lubang dan habis tak tersisa. Tabung kaca tersebut terbuka hingga membuat tubuh telanjang tersebut jatuh ke dalam pelukan Jeon Jungkook yang sedari tadi menunggu dengan cemas.

"Min" geram Jungkook marah.

"Dia akan sadar Jeon" pongah si Min yang kini membereskan semua barang-barangnya.

Jungkook melihat tubuh telanjang pemuda yang ada di dekapannya mulai bergerak pelan hingga terdengar lenguhan pelan dari bibir tipis berwarna kemerahan bak cherry tersebut.

"Taehyung?" tanya Jungkook pada orang tersebut yang kini berusaha membuka matanya berat hingga menampakkan kelereng seterang tosca yang indah.

"Siapa?" tanyanya dengan suara yang sangat lirih.

"Master. Panggil aku master" bisik Jungkook lalu mencium bibir kemerahan itu kembut.

.

.

"M-master" rintih seorang hybrid yang kini sedang menungging dengan kedua bongkahan pantat memerah perih.

"Sebutkan kesalahanmu Tae" bisik sang master yang kini mengelus pantat kemerahan tersebut dan menjilatnya pelan.

"Ta-tae salah k-karena ugh" ucapan si hybrid terhenti karena sang master melesakkan jemari panjangnya pada lubang sucinya "Tae ugh keluar dari mansion hmm"

"Dan Tae mengerti bukan apa yang akan master lakukan untuk hybrid yang nakal?"

"N-ne"

"Hybrid pintar" bisik sang master yang mengecup bibir bengkak sang hybrid.

.

"Doctor Min?" tanya seorang hybrid yang kini sedang berusaha membuka pintu keperakan si Doctor.

Tidak ada jawaban dari si Doctor, dia hanya menggumam pelan sambil membantu si Hybrid membuka pintu lalu menuntun tubuh tersebut untuk berbaring di ranjang pasien yang sudah tersedia di sana.

"Doctor Min, apa Tae baik-baik saja?" tanya si Hybrid pada sang doctor berwajah datar yang masih sibuk menyiapkan beberapa barang.

"Tidak pernah ada kesalahan dalam tubuhmu Taehyung. Kau baik-baik saja" balas si doctor dengan suaranya yang datar dan dingin.

"Tapi beberapa hari ini Tae bermimpi sesuatu hal yang aneh" perkataan Taehyung mebuat tangan pucat si doctor yang hendak mengambil sebuah cairan di lemari steril terhenti dan mulai bergetar pelan.

"Mimpi?" tanya si doctor yang kini mulai melanjutkan kegiatannya dengan tangan yang masih sedikit bergetar.

"Iya, mimpi" lanjut Taehyung sambil menatap wajah pucat doctor Min yang kini sedang melepas kancing kemejanya "Disana aku melihat sebuah rumah di tengah padang bunga Canola. Ada suara tawa dan sebuah suara yang terus memanggil namaku" perkataan si hybrid benar-benar menghentikan pergerakan si Doctor yang hendak menyuntikkan sesuatu pada hybrid tersebut.

"Apakah si Jeon tau tentang hal ini?" tanya si Doctor kembali pada kegiatan awalnya.

"Ti-ugh, t-tidak" jawab si hybrid dengan napas tersengal "Master tidak pernah tau. Tae belum memberitahukan hal ini pada master"

"TIDAK" bentak si doctor yang kini melempar suntik yang sudah kosong ke sudut ruangan yang dingin.

Badan Taehyung bergetar ketakutan hingga kedua telinga lancipnya menunduk layu dan ekor yang melilit tubuhnya protective.

"Jangan pernah memberitahukan hal ini pada mastermu" bisik sang doctor pada telinga Taehyung yang menunduk layu "Jangan pernah beritahu atau kau akan mati Taehyung" bisik Doctor Min dengan nada bergetar takut dan tubuh yang bergetar hebat.

"Pergi" ucap si Doctor yang kini membelakangi tubuh si Hybrid yang masih ketakutan.

Tanpa diperintah dua kalipun akhirnya Taehyung membereskan pakaiannya dan melangkah pergi dari ruangan Doctor Min yang diselimuti oleh udara dingin yang menyesakkan dada. Sebelum Taehyung pergi dia menolehkan kepalanya sebentar untuk melihat badan bergetar si Doctor Min yang membelakanginya sambil mencengkram erat ujung meja kerjanya.

"Aku pergi" bisik Taehyung "Terima kasih untuk pemeriksaan hari ini Doctor"

Perkataan Taehyung hanya dibalas keheningan hingga sosok si Hybrid menghilang dari ruangan dingin si Doctor Min.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan Jimin?" racau si Doctor yang kini duduk bersimpuh di atas lantai yang dingin dengan sekujur tubuh bergetar hebat.

.

"Taehyung kau terlihat bersedih?" tanya sebuah suara lembut pada Taehyung yang hanya memandangi taman belakang mansion Jeon yang penuh dengan berbagai bunga.

"Master Jisoo?" tanya Taehyung kikuk.

"Panggil aku Hyung Tae, tidak perlu menggunakan master" ujar Jisoo yang kini mengelus puncak kepala si hybrid hingga membuatnya menggeram nyaman.

"Apa ada yang mengganggumu?" tanya Jisoo yang masih membelai rambut putih si hybrid.

"Tidak, aku hanya memikirkan sesuatu hal yang kecil" jawab Taehyung sambil tersenyum lebar ke arah Jisoo "Sesuatu yang sa~~ngat~~ kecil" ujar Taehyung lucu sambil memberi gesture kecil yang sangat lucu dengan kedua jari telunjuk dan tengahnya.

Jisoo tertawa lalu mengacak rambut Taehyung gemas. Terdengar pekikkan protes dari Taehyung karena merusak tatanan rambutnya lalu akhirnya terjadi kejar-kejaran antara Taehyung dan Jisoo yang tertawa satu sama lain hingga tawa tersebut terhenti ketika melihat sosok tegap memasuki taman dengan mata memicing tajam. Jisoopun akhirnya menghentikan kegiatannya dan menunduk dalam kepada seseorang yang kini berdiri di hadapannya.

"Mas"

"Pergi" perintah mutlak tersebut membuat Jisoo mengangguk sambil melangkahkan kakinya pergi meninggalkan taman. Taehyung yang melihat kepergian Jisoo kini menggerakkan ekornya sedih hingga menimbulkan denting bel yang aneh.

"Master" panggil Taehyung yang berlari ceria ke arah si Master dengan menenteng segenggam bunga Canola yang ia cabut di taman. Dirinya berlari hingga menimbulkan dentingan bel yang nyaring lalu dilemparkan badannya ke arah tubuh si Master yang siap menyambutnya dengan pelukan hangat.

"Hai Tae. Bersenang-senang dengan Jisoo hm" Taehyung tau itu bukanlah pertanyaan dari Masternya. Taehyung hanya mengangguk lucu sambil mengendus lucu leher sang Master yang memancarkan harum Mint yang segar. "Bagaimana pemeriksaan dengan Doctor Min hari ini?" tanya si Master yang membuat ekor kelabu Taehyung mendadak menegang singkat.

"Emm"

"Taehyung jawab aku!" perintah sang Master mutlak.

"Baik-baik saja. Doctor Min melakukannya dengan baik" jawab Taehyung ceria sambil menurunkan satu lengan kemejanya hingga memperlihatkan bekas suntikan yang masih segar di sekitar lehernya.

Sang Master hanya mengangguk lalu mencium bibir hybrid itu lembut lalu menggendong badan yang lebih kecil dari dirinya tersebut di tengah Gazebo yang ada di taman.

"Master, Tae memetik bunga Canola untuk master" ujar Taehyung ceria sambil menyematkan setangkai Canola pada saku kemeja hitam Jungkook.

"Canola? Tidak biasanya" heran Jungkook karena tidak biasanya Taehyung tertarik dengan bunga Canola.

"Hanya ingin" balas Taehyung yang kini bergelung nyaman di pangkuan Jungkook "Master bolehkah Tae meminta satu hal?"

"Apa itu?"

"Bisakah?" tanya Taehyung ragu sambil menatap Jungkook yang berusaha menyakinkannya untuk melanjutkan permintaannya "Bolehkan, bolehkah Tae mempunyai sebuah rumah mungil di tengah ladang bunga Canola?" wajah Jungkook yang tadinya lembut mulai mengeras kaku.

"Kenapa kau meminta hal itu?" tanya Jungkook kaku yang membuat Taehyung menelan ludah susah.

"Hanya ingin" jawab Taehyung lirih.

Tanpa kata apapun Jungkook menggedong Taehyung untuk masuk ke dalam ruang tengah dan menyerahkan hybrid tersebut pada Jisoo dan mengutusnya untuk tidak keluar dari kamar selama beberapa hari.

Taehyung yang mendengar titah Jungkook menunduk sedih. Apakah dia membuat kesalahan hingga Jungkook seperti itu?

.

"Jelaskan semuanya padaku sekarang juga Min" teriak Jungkook yang kini melempar bogeman mentah pada wajah pucat si Doctor Min yang kini tersungkur di lantai dingin dengan wajah lebam penuh luka.

"Dia mulai mengingat memori lamanya Jeon" jelas si Doctor dengan napas tersengal "Otaknya mulai menolak serum yang kubuat. Kau tidak bisa terus menyembunyikan kenyataan jika kau membunuh orang tuanya Jeon. Kau mendapatkannya dengan cara kotor dan licik" teriak si Doctor frustasi.

"BEDEBAH BRENGSEK!" teriak Jungkook yang kini mencengkram kerah si Doctor hingga membuat tubuh lelaki pucat tersebut terangkat naik "Apa kau tidak ingat apa yang terjadi pada si Pink itu Min? Beraninya kau berbicara sepeti itu padaku?" tekan Jungkook pada si pucat yang kini memejamkan matanya lelah "Buatlah serum yang lebih kuat" geram Jungkook "Buat sekarang atau kau tidak akan pernah berhubungan lagi dengan si Pink kesayanganmu"

"BANGSAT" teriak Doctor Min yang mulai membogem wajah Jungkook.

Jungkook hanya tertawa ketika melihat reaksi lelaki pucat dihadapannya "Kau tahu dimana aku mengasingkannya bukan? Buatlah serum yang lebih kuat atau dia mati oleh marga Kim ah bukan atau seseorang bermarga Jung yang kau benci itu hm" lirih Jungkook lalu tertawa licik ketika melihat tubuh pucat Doctor Min kelimpungan mencari sesuatu di laci meja kerjanya lalu mulai menemukan sebuah botol obat dan menelan beberapa butir pil yang ada disana.

"Keparat kau Jeon" geram si Doctor dengan wajah berantakan dan tubuh bergetar hebat.

.

"Populasi Jeon di Korea sudah habis tidak tersisa" ungkap seseorang yang kini menghadap Jeon Jungkook yang duduk di belakang meja kerjanya sambil membaca sesuatu. "Saat ini kedudukan tertinggi dalam Korea Selatan adalah Kim. Kim merajalela dimanapun"

"Jadi Ayah juga sudah dibinasakan?" tanya Jungkook skeptic.

"Kau tau jawabannya Jeon" jawab lelaki berhidung lancip pada Jungkook.

"Jalankan rencana B. Kita akan memulainya besok" ujar Jungkook yang mulai meninggalkan ruangan kerjanya.

"Jangan Gila Jungkook" bentak lelaki tinggi tersebut "Bagaimana jika rencana ini gagal? Kau akan kehilangan Taehyung untuk selamanya" ucapnya sendu.

"Jeon" singkat Jungkook tanpa memandang orang yang berada di belakangnya "Marga itu bukanlah hanya sebagai pajangan di namaku Lee. Lakukan dengan segera dan aku akan membuat keparat Kim itu menjilat ujung sepatuku. Kita lihat siapa yang akan menang" lanjut Jungkook picik "Seorang Jeon tidak akan kalah dari Kim. Ingat itu Lee" ucapnya sambil meninggalkan ruangan.

.

.

"Hai Tae" bisik Jungkook yang kini mengelus kepala Taehyung lembut.

"Hm" gumam Taehyung yang telinga kirinya bergerak-gerak lucu "Master?" bisiknya dengan nada mengantuk yang kentara.

"Hei, aku ingin memberikan perintah padamu" titah Jungkook yang membuat Taehyung terduduk tegap menatap masternya.

"Besok" ucap Jungkook yang kini mengelus bibir bawah Taehyung lembut "Kau akan terbangun sendirian tanpa diriku. Tidak ada Jisoo atau yang lain. Kau hanya akan bersama Bibi Jung disini" jelas Jungkook lalu menghisap bibir bawah Taehyung dengan sensual.

"Ehm-L-Lalu bagaimana dengan Doctor Min?" tanya Taehyung yang kini mengangkat tangannya ke atas untuk mempermudah Jungkook melepas piayamanya.

"Dia akan memberikan sebuah pemeriksaan penuh besok. Lansung saja ke ruangannya dan mungkin kau akan tertidur selama tiga hari disana" jawab Jungkook yang kini menjilat satu tonjolan mungil yang ada di dada Taehyung yang mulai terengah hebat "Doctor akan selalu ada di ruangannya dan dia akan memberikan jadwal baru padamu" Jungkook melanjutkan kegiatannya untuk menjilat seluruh permukaan perut rata Taehyung dan mulai meremat pelan kejantanan hybrid tersebut hingga terdengar suara lenguhan nikmat si hybrid.

"L-lalu?" tanya Taehyung sambil menarik surai kelam Jungkook yang kini tengah melahap kejantanannya dengan nikmat.

"Setelah seminggu di rawat eksklusif oleh Doctor Min, berendamlah setiap malam di air terjun Onogawa Fodou hingga bertemu seorang lelaki tinggi dengan dimple di kedua pipinya" jelas Jungkook sambil memasukkan satu jari panjangnya di lubang ketat Taehyung hingga ekor dan telinga lancip si Hybrid menegang nikmat.

"Panggil dia Master, bersikaplah seolah dia adalah aku" lanjut Jungkook sambil mencoba mencakup lidah Taehyung yang mulai menjilati bibir dan wajahnya "Temani dia selama beberapa hari. Beraktinglah seolah kau adalah hybrid yang setia meskipun selalu dilukai oleh masternya" pernyataan Jungkook membuat Taehyung mengangguk mengerti ketika mulutnya mulai dijamah oleh lidah nakal si Master.

"Giring dia ke mansion, Doctor Min akan mengawasi kalian dari jauh. Bersiaplah karena dia akan membunuh Bibi Jung apapun yang terjadi. Bersiaplah juga karena dia yang akan menyiksa dan menyakitimu" Kembali Jungkook menjelaskan semuanya pada Taehyung yang kini terbaring pasrah di atas ranjang dengan kaki melingkari pinggang kokoh Jungkook dan siap menerima kejantanan Jungkook yang sudah bersiap di ujung lubang ketatnya "Mengerti Tae?" Tanya Jungkook yang menjilat telinga lancip Taehyung yang napasnya kini tersendat-sendat hebat.

"Me-meng akh mengerti Master ahh-yyah t-there Master" balas Taehyung dengan badan terhentak hebat.

"Turuti kemauannya untuk berangkat ke Seoul dan turuti kemauannya juga yang akan berjanji untuk menemuiku di Seoul. Turuti semua kemauannya ketika ada di Seoul. Kau akan bertemu satu lelaki pendek berambut merah muda yang akan membantu sedikit disana" jelas Jungkook yang kini menggeram pelan karena lubang ketat Taehyung menjepit kejantanannya.

"Kita akan bertemu disana dan setelah itu aku akan membawamu untuk menempati rumah mungil di tengah padang bunga Canola yang sudah aku bangun khusus untukmu seorang"

"B-benarkah master?" Tanya Taehyung yang kini tertidur lemas karena sudah mencapai klimaksnya.

"Tentu" jawab Jungkook yang mencium kening Taehyung lembut "Dan untuk sekali ini saja. Panggil aku Jungkook" pinta Jungkook yang membuat air mata Taehyung mengalir pelan.

"J-jungkook" lirih Taehyung pelan lalu mencium bibir Jungkook lembut "Jungkook, Jungkook, Jungkook" racau Taehyung sambil memeluk Jungkook erat hingga terlelap dalam tidur.

.

.

"Kim sudah menemukan Taehyung dan saat ini si bangsat tersebut sudah menguasai mansionmu" jelas Doctor Min dari seberang telepon yang kini terpasang dalam mode speaker.

"Baiklah. Jaga diri Min. Aku tidak ingin bangsat Kim itu menyentuh Labmu" balas Jungkook yang tadinya melirik ke arah jendela.

"Tanpa kau beri perintah aku tidak akan membiarkan tangan kotor Kim itu menyentuh areaku" dengus Doctor Min pelan dan hanya dibalas gumaman singkat Jungkook lalu mematikan sambungan mereka.

"Lee" perintah Jungkook pada Seokmin yang sedari tadi berdiri di sudut ruangannya "Kau bisa pergi sekarang. Jimin akan mengirimkan sebuah pesan ketika semua sudah siap" titahnya lalu duduk di atas sofa dengan memegang sebuah botol wine lalu meletakkannya di atas meja.

"Berhati-hatilah Jeon" perkataan Seokmin hanya dibalas suara kucuran Wine yang dituang dalam gelas tinggi yang ada di atas meja.

Segera setelah Seokmin pergi, pintu kamar hotel Jungkook didobrak oleh orang-orang berjas rapi. Jungkook meminum winenya santai ketika salah satu dari mereka menodongkan pistol ke arah kepalanya.

"Biarkan dia hidup" ucap sebuah suara yang ada di belakang gerombolan tersebut hingga mereka membiarkan seseorang melewati mereka.

"Hai Jung" sapa Jungkook tenang dan masih meminum winenya santai.

"Apa yang kau rencanakan Jeon" geram si Jung yang mulai marah dengan sikap Jungkook yang terlalu santai.

"Tidak ada. Aku hanya ingin menghabiskan satu botol ini. Apa kau mau minum bersamaku?" tawar Jungkook yang tertawa mengejek pada si Jung yang mulai kehabisan kesabaran.

"Keparat" umpatnya dan menembak botol wine Jungkook hingga hancur. "Winemu sudah hancur Jeon. Buang senjatamu dan angkat tanganmu sekarang juga" perintahnya marah dan membuat Jungkook mengeluarkan pisau bermata satu yang ia sembunyikan di dekatnya lalu membuangnya ke hadapan si Jung.

Jungkook mulai berdiri dan mengangkat kedua tangannya menyerah dengan senyum picik di wajah.

"Bahkan kau masih bisa tertawa?" Tanya si Jung yang mulai mengikat kedua tangan Jungkook ke belakang.

"Lalu apa yang harus kulakukan?" Tanya Jungkook dengan wajah polos "Apa kau ingin aku menangis sedu?" tanyanya dengan senyuman picik yang membuat si Jung meludahi wajahnya.

.

.

"Aku benar-benar tidak mengerti" gumam seseorang yang kini mengelilingi badan Jungkook yang diikat dari atas dengan pandangan remeh "Menangkap satu-satunya marga Jeon di muka bumi ini tidaklah sulit" ungkapnya sambil tersenyum hingga menampilkan kedua dimplenya.

"Kau hanya terlalu puas dengan apa yang kau dapat saat ini Kim" balas Jungkook yang kini melirik si Kim dengan seringai di bibirnya yang robek dan berdarah.

Si Kim memicingkan mata tajam lalu menendang wajah Jungkook kasar berulang kali.

"Kita lihat, apakah kau masih bias tersenyum seperti itu ketika hybrid kesayanganmu kusayat kulitnya dengan pisaumu ini" ucap si Kim sambil mengacungkan sebuah pisau bermata satu dengan ukiran 'Jeon' di pangkal pisaunya.

"Kita lihat hingga seberapa jauh kau mampu menyiksanya" geram Jungkook yang kini meludahi wajah si Kim yang menggeram marah.

"Kau tidak berdaya Jeon" titah si Kim yang kini menarik surai berantakan Jungkook "Lihatlah keadaanmu sekarang. Kau akan mencium telapak kakiku dan merengek seperti bayi ketika melihat kekasih hatimu kusiksa" bisik si Kim yang menggoreskan pisau tersebut pada pipi Jungkook dalam lalu meninggalkannya sendirian di ruangan sempit dan gelap.

"Kita akan lihat siapa yang akan tertawa terakhir Kim" bisik Jungkook.

.

.

Jungkook melihatnya, dia melihat bagaimana si brengsek Kim menyentuh Taehyungnya dengan tangan kotornya. Dia juga bisa mendengar teriakan nyaring Taehyung ketika bangsat tersebut menggigit telinga taehyung keras hingga hybrid malang tersebut menangis kesakitan. Jungkook bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri si bangsat Kim itu tersenyum menghina padanya lalu mencium bibir Taehyung ganas. Jungkook menggeram marah ketika bangsat tersebut menarik ekor Taehyung keras hingga membuat si hybrid berteriak memohon karena kesakitan.

"Bukankah kau ingin bertemu dengan mastermu? Aku akan mempertemukan kalian" bisik Bangsat Kim itu sambil membuka kain hitam yang sedari tadi menutupi mata indah si hybrid.

Jungkook menggeram rendah ketika mata bulat hybrid tersebut membengkak dan bersedih ketika melihat badannya digantung seperti babi yang hendak dikuliti. Dia menatap hybrid kesayangannya dan berbisik semua akan baik-baik saja dengan pelan hingga hybrid tersebut mengangguk pelan.

"Bagaimana?" Tanya si bangsat pada Taehyung yang masih belum melepas pandangannya dari sang master "Mastermu sudah berada disini dengan keadaan sekarat, manis" bisiknya pada telinga Taehyung yang menunduk lesu.

"M-master Jeon" bisik Taehyung lemah dan membuat Jungkook menggeram marah. Dia bisa merasakan lelehan panas sebuah lahar seperti menyiram bagian dalam perutnya hingga menimbulkan rasa sesak dan sakit di seluruh tubuhnya ketika paha kecil Taehyung diraba oleh tangan kotor di brengsek Kim.

"BRENGSEK" teriak Jungkook marah "Beraninya kau menyentuhnya dengan tangan kotormu Kim" marah Jungkook yang kini berusaha melepaskan rantai yang membelenggu kedua tangannya.

"Apa kau marah Jeon?" Tanya seorang Kim Namjoon yang kini mlai mengeluarkan pisau bermata satu milik Jungkook dari balik jasnya "Kau marah jika aku menyentuh hybrid kesayanganmu?" tanyanya lagi sembari mengoleskan ujung pisau tersebut ke pipi kecoklatan Taehyung hingga menimbulkan goresan kecil disana.

"BANGSAT" teriak Jungkook yang sudah berhasil membebaskan satu tangannya dari belenggu rantai.

Namjoon yang melihat Jungkook sudah mulai bebas akhirnya membebaskan ikatan pada tubuh Taehyung dan menyekap hybrid tersebut dalam kungkungan lengannya.

"Berani bergerak maka hybrid ini mati Jeon" bisik Namjoon sambil menggoreskan pisau ke pipi Taehyung dalam hingga menimbulkan teriakan kesakitan sang hybrid.

"Ma-master" isak Taehyung ketika Jungkook hanya menatap geram Namjoon dan tidak bergerak sama sekali.

Jungkook tidak ingin gegabah karena sekali saja dia melangkahkan kakinya maka Namjoon tidak akan segan-segan memotong nadi Taehyung. Dia melirik ke arah lelaki mungil berambut merah muda yang sedari tadi memperhatikannya dalam diam. Lelaki serupa mochi tersebut mulai mengeluarkan dua buah pisau bermata dua dari balik sabuknya dan menyambar asisten Namjoon dengan sekali sabetan.

"Hoseok" teriak Namjoon ketika melihat asistennya sudah jatuh bersimpuh dengan luka di leher "Sial" gertaknya hingga dia merasakan tubuhnya ditarik menjauh dari badan Taehyung.

"Urusanmu adalah denganku Kim" desis Jungkook yang kini memojokkan Namjoon dan merebut pisau bermata satunya dari tangan si Kim.

"Kau selalu tahu jika Kim tidak akan pernah kalah oleh Jeon bukan?" bisik Namjoon yang mulai menggores perut Jungkook dengan satu pisau yang ia sembunyikan.

"Ugh" geram Jungkook sambil memegang sisi perutnya yang tergores pisau.

"M-master" bisik sebuah suara yang ketakutan ketika melihat darah mulai mengucur di lantai.

"Jimin" titah Jungkook yang kini maju untuk menerjang Namjoon dan berhasil menyabut lengan kanan pemuda tinggi tersebut dengan pisau kesayangannya "Bawa pergi Taehyung. Seokmin pasti sudah diluar. Lakukan tugasmu untuk terakhir kalinya" lanjut Jungkook yang kini mulai menindih Namjoon dan menancapkan pisaunya ke punggung Namjoon hingga lelaki tersebut memekik kesakitan.

.

Jimin hendak melangkahkan kakinya untuk mendekati Taehyung ketika kakinya dicekal dan ditarik kuat hingga dia jatuh di atas lantai yang kotor. Jimin menggeram rendah dan melirik Hoseok yang menarik kakinya dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang luka sabetan di lehernya.

"Dari awal aku sudah curiga padamu Park" desis Hoseok yang menarik kaki Jimin agar lebih dekat dengannya hingga membuat tubuh pendek Jimin terseret ke arahnya. "Dari awal aku sudah curiga padamu yang tiba-tiba membela Kim" desis Hoseok yang menarik salah satu pisau Jimin dan menggores lengan kanan lelaki mochi tersebut.

"Ugh" ringisan Jimin terdengar ketika pisau tajam miliknya menggores lengan kanannya "Lalu kenapa dengan bodohnya kau tidak melaporkan hal ini pada tuanmu Jung. Sekarang siapa yang bodoh? Kau atau tuanmu yang jenius itu?" cibir Jimin yang kini menendang wajah Hoseok dengan kaki kirinya yang bebas.

"Dari awal kau sudah tahu siapa aku" ucap Jimin yang memberi bogeman mentah pada wajah Hoseok "Dari awal kaulah yang merenggut kemampuan Yoongi hyung hingga dia tidak bisa bertarung lagi" geram JImin yang masih memukuli wajah Hoseok "DAN DARI AWAL KAU SUDAH TAHU BAHWA AKU ADALAH KEKASIH MIN YOONGI YANG KAU RENGGUT KEMAMPUAN MENEBASNYA" teriak Jimin yang kini menebaskan pisaunya pada leher Hoseok hingga lelaki berwajah lonjong tersebut memuntahkan darah dengan hebat.

"BEDEBAH" teriak Jimin yang kini menusuk dada Hoseok "Kau yang membuat Yoongi hyung kehilangan kemampuan berpedangnya" isak Jimin yang masih menusuk-nusuk dada Hoseok yang hampir koyak "Kau yang menyebabkan Yoongi hyung mengalami Anxiety Disorder dan stress berkelanjutan. BRENGSEK KAU YANG MENGHANCURKAN HIDUP NORMAL KAMI BERDUA" teriak Jimin yang masih menusuk dada Hoseok yang sudah tidak sadarkan diri.

"Yoongi hyung aku membunuhnya h-hiks" tangis Jimin yang kini menghapus air matanya dengan tangan penuh darahnya "Aku sudah membalaskan dendam kita Min Yoongi" isak Jimin yang kini berdiri dan berjalan menghampiri Taehyung yang terdiam shock atas apa yang barusan terjadi.

"Pegang tanganku hybrid cengeng" titah Jimin yang mengulurkan tangannya pada Taehyung yang masih terisak pelan. Tanpa banyak melawan, Taehyungpun meraih tangan Jimin dan mereka berdua berlari meninggalkan gudang sempit mansion Kim.

Jimin terus menarik tangan Taehyung dan terus mengumpat betapa lambannya laju lari Taehyung dan terus mengomeli hybrid tersebut karena terus-terusan berhenti. Di ujung tangga Jimin bisa melihat sosok Seokmin yang sedang menebas seluruh bawahan Kim dengan pistol di tangan kirinya dan pisau bermata satu di tangan kanannya.

"Lee dibelakangmu" teriak Jimin yang membuat Seokmin menoleh dan menggoreskan pisaunya pada leher seseorang.

Jimin terus berlari sambil menarik Taehyung hingga kurang dari sepuluh langkah lagi mereka akan sampai di tempat Seokmin yang sudah bebas dari bawahan Kim. Seokmin melebarkan matanya kaget ketika melihat seseorang yang berlari di belakang Jimin dan juga Taehyung.

"Park akh" teriak Seokmin kesakitan ketika punggungnya ditebas oleh salah satu bawahan Kim yang masih hidup.

"Lee" bisik Jimin ketika melihat keadaan Seokmin. Jimin merasakan seseorang menabrak tubuhnya dari arah belakang hingga membenturkan kepalanya pada lantai yang dingin.

Terdengar teriakan ketakutan Taehyung dan teriakan kesakitan Seokmin. Jimin bisa melihat sosok Kim Namjoon berjalan terpincang mendekatinya lalu menendang wajahnya kuat hingga siluet Namjoon yang menyeret Taehyung kasar untuk keluar dari mansion Kim.

.

.

.

.

"Kim tidak akan pernah kalah dari Jeon" ringis Namjoon yang punggungnya ditusuk dua kali oleh Jungkook.

"Berhentilah untuk mengatakan hal yang bodoh Kim. Kim akan selalu kalah oleh Jeon" sinis Jungkook yang kini menatap Jimin yang membawa pergi Taehyung.

"Apa kau punya kata-kata terakhir sebelum terbakar di neraka Jeon?" Tanya Namjoon dengan napas tersengal.

Jungkook mengcengkram erat luka di perutnya lalu menaikkan alisnya congkak ketika mendengar kata-kata Namjoon "Seharusnya aku yang menanyakan hal itu Kim. Kau yang akan mati" ungkap Jungkook yang masih menendang kepala Namjoon.

"Tidak" racau Namjoon pelan "Kim tidak akan pernah kalah dari Jeon" teriak Namjoon yang kini berdiri dan mendorong wajah Jungkook hingga membentur dinding "Kau yang kalah Jeon. KAU" tekan Namjoon yang mulai membenturkan kepala Jungkook pada tembok hingga pemuda Jeon tersebut meringis sakit.

"Bangsat" gumam Jungkook yang kini menusuk paha kanan Namjoon dengan pisaunya dan berhasil bebas dari cengkraman pemuda Kim tersebut.

Jungkook kembali menusukkan pisaunya ke paha kanan Namjoon hingga menancap dan menendang perut si bangsat Kim berulang kali. Namjoon menepis tendangan Jungkook dengan mencengkram kaki kanan lelaki Jeon tersebut lalu membanting tubuh berotot itu di lantai yang kotor. Napas Jungkook terengah dengan ringisan sakit karena kepelanya yang kini mulai mengucurkan darah. Jungkook menjegal kaki Namjoon yang hendak pergi dan menindih tubuh tinggi tersebut hingga membanturkan kepala bangsat Kim tersebut ke lantai berulang kali.

Namjoon mulai merasakan pusing melanda kepalanya. Namjoon mengulurkan tangan kirinya untuk mencekik leher Jungkook kuat-kuat hingga membuat lelaki Jeon tersebut tersengal parah. Jungkook mencekik leher Namjoon dengan kedua tangannya hingga Namjoon membuka mulutnya karena mulai kehabisan napas.

"Mati" racau Jungkook yang masih mencekik Namjoon yang mulai kehabisan napas "Mati" geram Jungkook. Namjoon menggeleng lalu tangan kanannya meraih pisau yang menancap di paha kanannya dan menancapkan pisau itu tepat di ulu hati Jeon Jungkook.

Jungkook terbatuk darah hebat hingga darahnya berceceran tepat di wajah Namjoon yang kini mulai berusaha menormalkan jalur napasnya. Namjoon tertawa hebat ketika melihat wajah sekarat Jungkook yang menahan sakit sambil terus menancapkan pisau pada ulu hati Jungkook semakin dalam.

"Kim tidak akan pernah kalah dari Jeon" bisik Namjoon yang kini menarik rambut Jungkook dan melempar tubuh berotot tersebut hingga menabrak dinding gudang yang kotor. Dirinya berusaha berdiri lalu menghampiri tubuh Jungkook yang meringkuk kesakitan sambil terus terbatuk darah. Dirinya menendang wajah Jungkook berulang kali hingga kesadaran si Jeon tersebut perlahan mula menghilang.

"Pada akhirnya Kim yang menang Jeon" ucap Namjoon sinis pada Jungkook yang sekarat namun masih menatapnya dengan tatapan angkuh.

Namjoonpun meninggalkan tubuh meringkuk Jeon dan berjalan menjauhi gudang. Dia melewati badan kaku Hoseok dan menginjak dada lelaki berwajah lonjong tersebut sekali lalu tersenyum remeh. Dia mencoba berlari meskipun dengan terpincang untuk mengejar Jimin dan Taehyung yang seharusnya masih belum jauh.

Dari kejauhan Namjoon bisa melihat sosok Taehyung yang diseret paksa untuk berlari oleh Park Jimin. Lansung saja Namjoon menyambar belakang kepala Jimin ketika dirinya sudah tepat berada di belakang lelaki berambut merah muda tersebut. Di dorongnya badan Jimin hingga genggaman tangan lelaki mochi tersebut terpisah dari Taehyung yang terjatuh bersimpuh di sampingnya. Namjoon mencengkram belakang kepala Jimin dan membenturkan kepala pemuda Park tersebut tiga kali hingga menendang wajah Jimin keras.

Lansung saja Namjoon meraih lengan Taehyung kasar dan berjalan melewati Seokmin yang sudah tumbang. Dia bisa melihat bawahannya yang masih tersisa menunduk hormat padanya lalu menunjukkan sebuah jalan untuk segera pergi. Taehyung terus memberontak di sampingnya hingga menggigit jemarinya keras dan menimbulkan pekikan kesakitan dari Namjoon.

Lansung saja hybrid tersebut berlari meninggalkan Namjoon yang terus berteriak kepada bawahannya untuk dengan cepat meraih hybrid yang berlari lincah tersebut.

Taehyung terus berlari dan berlari dari kejaran bawahan Namjoon. Tidak disesalinya jika dia sering melarikan diri dari kejaran Jisoo yang mati-matian memaksanya mandi. Taehyung berlari hingga ke ruangan tengah dan dia bisa melihat tubuh Seokmin terbaring dengan posisi tengkurap. Taehyung berlari menghampiri Seokmin dan mencoba menyadarkan lelaki berhidung mancung tersebut. Seseorang berjalan dari belakang Taehyung dengan membawa sebuah pisau bermata dua seperti milik Jimin lalu mencengkram bahu Taehyung erat hingga membuat hybrid tersebut menolehkan kepalanya kaget ketika melihat siapa sosok tersebut.

"Hai Tae"

.

END

.

Oh yeah, this is the ending *Laugh*

Mari kita vote, jika saya melanjutkan series ini, maka siapa yang akan mendapatkan hybrid manis kita ini? Si ambisius, genius dan kepala batu Kim Namjoon atau si Psycho Jungkook yang sangat begitu terobsesi pada Taehyung? Kalian bisa pilih.

Saya begitu suka dengan Yoonmin hingga saya membuat sedikit cerita menyedihkan untuk mereka. Sorry for Hoseok yang saya buat mati dan menjadi orang kejam, love you Hobi.

Ah iyes, saya mengucapkan maaf yang sangat mendalam karena menghilang begitu saja. Para reader tentu tidak lupa membaca chapter sebelum ini bukan? *laugh*

Dan satu lagi, jika kalian ingin tahu bagaimana visualisasi HybridTae, kalian bias lihat profil foto Akun FFN saya. Credit by thtaf yang dengan senang hati memberi saya illustrasi menggemaskan itu. Thanks friend *laugh*

Have nice day, bye