Disclaimer: Naruto (c) Masashi Kishimoto


.

.


-Lie With You-

(Berbohong Dengan Mu)


.

.


1


Sakura POV

-Senin-

Hangat. Pelukan nya terasa hangat. Dan sial, aku selalu menikmati saat-saat seperti ini.

Aku dapat merasakan aroma parfum yang menguar dari tubuhnya. Bukan, bukan hanya wangi tubuhnya dan parfum yang ia gunakan, tapi ada wangi lain yang selalu aku rasakan setiap malamnya. Dan aromanya selalu berbeda-beda.

Aku merasa ingin tertawa setiap mencium bau parfum ini, menertawakan diriku sendiri. Betapa bodohnya aku. Aku tahu ia tidak pernah mencintaiku, tapi paling tidak ia berkomitmen.

Komitmen. Untuk mempertahankan pernikahan ini dan membuatku merasa nyaman. Memberikan ku pelukan setiap malamnya. Hanya itu, yang bisa ku anggap sebagai komitmen yang bisa ia beri, selebihnya mencintaiku adalah hal mustahil. Dan komitmen bukan cinta, tapi janji.

Brengsek, aku mencintainya, memujanya, menyukai pelukannya, tatapan dinginnya, senyumnya yang selalu ia berikan hanya untuk membuatku merasa nyaman.

Apa aku bisa menyebutnya berselingkuh? Sedangkan ia tidak mencintaiku. Ini gila! Aku harus segera berkaca dan mengutuk diriku berkali-kali, atas tuduhan yang ku layangkan untuknya.

"Kau belum tidur." Sial, aku bahkan tak merasa bahwa ia terbangun. Hembusan nafasnya mehangatkan tekuk leherku, membuatku merinding. "Jika itu karena aku, aku akan tidur disofa." Tidak, ku mohon jangan.

Aku membalikkan tubuhku, hingga berhadapan dengannya. "Maaf, aku hanya tak bisa tidur dan maaf membuatmu terganggu." Aku menunduk, menatapnya hanya akan membuatku sulit bernafas.

Berpikirlah otak ku sayang, aku tak suka dalam keadaan janggal ini. "Aku ingin mengambil air." Setidaknya itu bukan alasan bodoh.

Sasuke mengangguk.

Ia takkan perduli dengan hal sepele itu.

-Selasa-

"Kau gila?" Aku menatap tajam kearah Ino. "Kau tak bisa mengabaikanku hanya karena aku lupa membawa pesanan mu." Ia masih diam, menatap datar layar komputernya. Ia benar-benar mengabaikan ku.

"Oh tuhan, aku benar-benar lupa." Ino berdiri, berjalan entah kemana, aku masih mencoba membuntutinya dari belakang.

Ino menghentikan langkahnya lalu berbalik menatapku yang mengekorinya dari tadi. "Apa kau akan terus mengikuti ku sampai ke toilet, Miss?" Aku menaikan sebelah alisku, ia memutar matanya lalu pergi meninggalkan ku yang masih terdiam ditempat begitu saja. Ia benar-benar membuatku merasa menjadi orang paling bodoh sedunia.

"Sakura?" Aku menoleh keasal suara. Dan menemukan Sasuke disana. Apa yang ia lakukan disini.

"Sasuke, apa kau ada keperluan?" Aku dapat melihat kerutan di wajah Sasuke, sebelum ia kembali tersenyum.

Ia mengangkat bahu. "Seperti yang kau lihat, tentu saja aku ada urusan disini."

Mataku membulat seketika. "Benarkah? Apakah ada kasus kriminal disini?" Sasuke menggeleng lalu mendengus.

"Ayo ikut aku." Ucapnya tiba-tiba. Tanpa menunggu persetujuan ia langsung menarik tanganku.

"Apakah urusan yang kau maksud itu denganku?"

Sasuke mendesah kesal. "Hn."

"Tak ada kasus kriminal?"

"Hn."

"Tak ada perintah penangkapan?"

Sasuke tiba-tiba menghentikan langkahnya lalu berbalik menatapku persis seperti yang Ino lakukan tadi. "Jika kau tak bisa diam, aku akan senang hati membuat perintah penangkapan untuk mu." Ancamnya.

Tanpa sadar aku mengangguk patuh, aku tahu ia hanya bercanda dengan ucapannya. Tapi ia terlalu mengintimidasi dan aku takkan sanggup melawannya. Dan bagaimana mungkin orang lain ditangkap hanya karena banyak bicara, ah mungkin memang ada tapi aku tadi tidak cukup menyebalkan untuk ditangkap walaupun tetap sangat menyebalkan bagi Sasuke.

Kami memasuki mobil. Hening, aku sama sekali tidak berani bicara. Takut? Bukan, aku sama sekali tidak takut pada Sasuke hanya saja aku tidak mau membuatnya menjadi kesal hanya dengan basa-basi yang aku ajukan.

Aku menatap keluar jendela, jalanan begitu ramai. Tiba-tiba sesuatu melintas dibenakku. "Sasuke hentikan mobilnya!"

Ckitt..

"Ada apa?" Tanya nya.

Aku menoleh cepat. "Aku belum mendapat ijin untuk keluar kantor." Sasuke mendengus.

"Kau sudah mendapat ijin, jadi berhenti membuatku kanget. Karena kita sedang tak menabrak apapun."

Sasuke menghentikan mobilnya disebuah restoran mewah. Khayalan-khayalan indah menari-nari dipikiranku, yah mungkin saja ia ingin mengajakku untuk makan malam mewah yang romantis dan memberikanku satu ciuman dan.. dan.. pikiran gila itu selalu berputar gila diotakku, sebelum seorang wanita berdiri melambaikan tangan kearah kami. Dan menghancurkan semuanya.

Uzumaki Karin.

"Hai Sasu." Sapa Karin lembut. Mereka lebih dekat dari yang ku kira. Bukan, maksudku aku tak percaya mereka akan menampilkan kedekatannya secara terbuka padaku.

"Kau sudah lama menunggu?" Tanya Sasuke tak kalah lembut. Sekali lagi, kau berhasil mematahkan hatiku.

Karin mengangkat bahu. "Tidak juga," lalu ia meleparkan senyum kearahku. "Hai Sakura lama tak bertemu." Ia memelukku, dan bagaimanapun aku harus balas memeluknya dan tersenyum.

"Ya, sudah lebih dari 4 bulan." Jawabku. Aku tahu ia wanita yang baik dan semua orang menyukainya, termasuk Sasuke.

Dan sialnya, Sasuke menikahi ku, menghabiskan waktu untuk bermain dengan wanita-wanitanya, dan mencintai orang yang tak mungkin bisa untuk ia nikahi.

Orang gila mana, yang mau menikahi ibu tirinya. Walaupun mereka sama-sama mencintai, tetap saja itu cinta terlarang. Oh ya tuhan, berikanlah jalan agar mereka bisa menghapus rasa cinta mereka dan berhenti untuk menyiksaku. Egois? Sekali lagi dan untuk berkali-kali aku memang egois.

Mereka bertatapan lama, membuatku jengah. Sedikit berdehem, aku memberanikan diri untuk bertanya "Jadi ada acara apa?"

Karin kembali tersenyum. Lihat wanita jalang baik hati ini tersenyum, batinku berseru. "Sebenarnya hari ini aku berulang tahun, jadi aku mengundang kalian untuk merayakannya."

"Dimana ayah?" Tanya Sasuke cepat, aku tahu ia takut jika nanti aku curiga. Mereka memang sangat pandai berakting, lain kali aku akan merekomendasikan mereka kepada produser kenalanku agar mereka bisa memainkan drama tentang cinta Ibu tiri dan anak tiri, aku tertawa keras dalam hati.

Mereka berdua pantas untuk mendapatkan penghargaan nanti, atas peran yang mereka mainkan selama ini, pikirku sinis.

"Fugaku-kun sedang ada bisnis di luar kota, jadi aku hanya mengajak kalian." Apa benar begitu? Atau hanya alasan gila saja.

Kaki ku terasa seperti agarosa. "Tak bisakah kita duduk?" Sindirku. Karin tertawa ringan, sedangkan Sasuke menatap ku sengit seakan memperingatkan -jaga ucapan mu. Aku mengangkat bahu tak perduli. Aku benar-benar perlu duduk sekarang, jadi apa salahnya.

Seorang pelayan menghampiri kami, menanyakan pesanan lalu pergi dan kembali beberapa menit kemudian dengan hidangan yang kami pesan, oh bukan hidangan ku tapi mereka. Ia tidak memberikan apa yang aku inginkan.

"Apakah begini cara kalian melayani pelanggan?" Tanya ku lembut penuh makna akan sindiran.

Pelayan itu membungkuk menyesal. "Maafkan aku nyonya, aku akan menggantinya."

Aku memutar mata bosan. "Sudahlah. Nafsu makanku sudah hilang sekarang,"

"Sakura" Bentak Sasuke kesal, ia memang tidak berteriak tapi penekanan ucapannya adalah bentakan. "Tak apa, bawa pesanan nya dan kau boleh pergi."

Pelayan itu membungkuk hormat kembali sebelum benar-benar meninggalkan kami. "Kau tak harus bersikap kenakan seperti itu Sakura." Desis Sasuke.

"Sudahlah, itu juga bukan salah Sakura." Wanita ini akan menjadi penengah dan penghancur rumah tangga kami.

Aku tertawa sinis, lalu menyeringai. "Ibu benar, ini memang bukan salahku."