.
.
.
Sumarry: Tidak ada yang percaya ketika Haruno Sakura gadis ceria menjadi seorang detektive Negara. Tidak ada, sebelum ia membuktikannya. /Romance, Crime, tragedi/SasuSaku/Multichapter/ OOC, Typo(s), gaje, etc.
.
.
.
"Murder In Konoha"
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Hyuugadevit-Cherry
[Uchiha Sasuke & Uchiha Sakura]
"If you don t like, don t ever try to read"
.
.
.
.
.
[Jepang, Kumogakure City]
Melodi indah dari sentuhan halus pada tiap tuts itu mengalun indah, mengiringi setiap gerakan dan setiap langkah gadis berhelaian merah muda itu. Gerakan-gerakan luwes nan halus si gadis tercipta sesuai dengan harmoni. Jari-jari kakinya menjadi tumpuan tubuhnya. Musik yang mulanya terdengar lembut kini mulai menegas, sesuai dengan itu─ gerakan dari si gadis pun menegas. Ia berjinjit dan melangkahkan jari-jari kakinya, kemudian meloncat dan melayang dengan indah bagaikan angsa yang tengah menari. Gerakannya yang meliuk-liuk memiliki estetikanya tersendiri. Mau tidak mau, siapapun yang memandangnya pasti takjub dan berdecak kagum.
"Luruskan jari kakimu, Sakura!" seru wanita setengah baya dengan helaian hitam dan bermata rubby itu pada gadis yang tengah menari. Seulas senyum tercipta di wajah wanita ini melihat anak asuhnya melakukan hal yang u lebih dari harapannya.
"Bagus .. sempurna." Suara wanita itu terdengar sangat puas. Senyumnya semakin lebar di wajah gadis merah muda yang masih melakukan kegiatannya. Dan semakin membuatnya terlihat luar biasa.
Seiring berakhirnya melodi, gerakan si gadis merah muda itu pun berakhir.
"Gerakanmu semakin indah Sakura," ujar wanita setengah baya tadi ketika wanita berhelian merah muda yang ternyata bernama Sakura ini menghampirinya. "Aku menyarankan agar kau mengambil sekolah menari untuk terus mengasah bakat menari baletmu."
Wajah puas dari seorang gadis bernama Sakura itu masih nampak. "Entahlah Kurenai-sensei," balasnya dengan nada riang. "Aku harus bertanya pada orang tua ku terlebih dahulu."
Wanita berhelaian hitam dengan mata rubby yang ternyata guru balet Sakura itu tetap memasang senyumnya dan terlihat tidak terpengaruh dengan perkataan muridnya. "Sayang sekali," katanya dengan nada seakan-akan ia sangat menyayangkan segala perkataan gadis di hadapannya ini.
"Benar-benar sayang sekali jika kau melewatkannya. Jika kau sekolah ke Perancis, kau akan menjadi balerina yang terkenal."
Gadis bernama Sakura itu hendak membalas penuturan senseinya. Namun dengan segera Kurenai mengangkat tangannya tanda aku belum selesai . Diambilnya sebuah map berwarna gold. "Terimalah ini."
"Apa ini?"
"Ini hanyalah formulir pendaftaran─"
"Sensei─"
"Sakura.., jika orang tua mu mengizinkan kau untuk mengambilnya, kau harus berjanji untuk segera mengisinya dan menyerahkannya padaku. Kau mengerti?"
Sakura tersenyum senang. Wajahnya merona. Ia tak menyangka ada seseorang yang begitu perhatian pada apa yang ia inginkan sejak lama. Baginya, Kurenai-sensei seperti ibu keduanya. "Ha'i" jawabnya.
.
.
.
.
.
Sepanjang perjalanan pulang dari kegiatan ekstra kulikulernya, Sakura terus menatap formulir beasiswa sekolah baletnya. Wajahnya yang cantik ditambah dengan senyumnya yang terus tercetak di wajahnya menjadi pemandangan indah bagi yang menyaksikannya.
Pikirnya, orang tua yang telah membesarkannya di rumah akan sangat bahagia jika mendapatkan kabar bahwa ia mendapat sebuah beasiswa sekolah di Perancis berkat koneksi guru baletnya yang menganggapnya memang pantas mendapatkannya. Mereka juga akan senang karena akhirnya putri mereka yang satu ini mengetahui tujuan untuk masa depannya.
Ia turun dari taksi dan mulai melangkah kan kakinya menuju rumah yang terlihat agung. "Tadaima..,"
Sakura mengucapkan kata itu dengan nada cerianya ketika memasuki rumah. Namun, ia tak menemukan orang tuanya itu. Langkah kakinya kini membawanya ke lantai dua. Biasanya jika menunggu makan malam, mereka akan bersantai di ruang keluarga yang terletak di lantai dua. Dari tangga, Sakura dapat mendengar sayup-sayup suara kedua orang tuanya. Suara itu suara ayahnya Uchiha Obito dan Uchiha Rin.
Ya, mereka adalah orang tua baptis Sakura dan mengangkatnya sebagai anak mereka setelah kematian kedua orang tua kandung diumur tujuh tahunnya yang meninggal karena kecelakaan. Meski begitu, kasih sayang kedua orang Uchiha itu benar-benar membuat Sakura merasa bahwa mereka lah ayah dan ibu kandungnya. Mereka memberikan Sakura cinta, kasih sayang, kecukupan dan berbagai kemudahan lainnya.
"Kau tidak boleh mengatakan itu padanya anata! Aku yakin itu cita-citanya! itu adalah suara Uchiha Rin, ibunya.
"Aku tahu! suara ayahnya terdengar lelah. Aku tahu. Ulangnya. Tapi ini keinginan tou-san.., biarkan ia yang menentukan! Sakura mengerutkan keningnya. Sebenarnya apa yang membuat kedua orangtuanya kini berbeda pendapat dan saling bertentangan seperti ini? ia kembali melanjutkan langkahnya dan─
"Itu sama saja kita memaksanya untuk menjadi seperti Izumi!" suara ibunya terdengar sedikit meninggi.
"Izumi menyukai bisnis, kebetulan tou-san menginginkan Izumi menjadi pewaris selanjutnya, mengelola perusahaan kita. Sedang ayahnya tetap dengan nada yang tak terbantahkan.
Obito-kun, Sakura tidak bisa.., perkataan Rin menggantung. Mereka berbincang sambil berjalan menuju tangga untuk mempersiapkan makan malam, namun di tengah pembicaraan penting mereka ini─ mereka justru mendapati tokoh utama pembicaraan mereka tengah berdiri, tepat berhadapan dengan mereka dengan wajah kaku.
"Sa-sayang..," Rin memaksakan senyum pada putrinya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.
"Hay sayang.., bagaimana latihanmu?" sapa Obito sekaligus memberikan pertanyaan sebagai basa-basi. Obito memaksakan dirinya untuk ikut tersenyum ketika putrinya tersenyum memandangnya. Mungkin ia terlalu lugu untuk memahami pembicaraan kami tadi. Yokatta..,
"Tou-san.., kaa-san.., tadaima. " Ucap Sakura sekali lagi. Nada suaranya tetap seceria biasanya, meskipun ia sedikit kesal karena ucapan salamnya tadi tidak mungkin di dengar kedua orang tuanya ini. Satu lagi, ia akan berpura-pura tidak mendengar percakapan ayah dan ibunya tadi.
"Okaeri.., Sakura-chan." Balas Rin hangat. Ia menghampiri putrinya dan menuntunnya ke lantai dua, sedang Obito beranjak ke ruang makan setelah menganggukkan kepala dan mengecup jidat putrinya.
"Apa kau sudah makan?" tanya Rin.
Putri bungsunya menggeleng berpura-pura lemah tak berdaya. "Tidak. Aku sangat lapar.. kaa-san." Rengeknya sambil mengusap-usap perutnya.
Hal itu tentunya mengundang tawa Rin. "Baiklah sayang. Kau mandilah dulu, kaa-san akan menyiapkan makan malam kita. Okey?"
" Ha i. "Serunya ceria sambil berjalan sedikit loncat-loncat kegirangan, meninggalkan Rin yang langsung memasang wajah sedih. Ia yakin Sakura mendengar percakapan mereka dan memahami percakapan itu. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.
Sedang Sakura, meskipun ia berhasil menyembunyikan kegelisahannya di depan ayah dan ibunya─ dalam hatiya tetap terdapat kegelisahan yang melandanya. Sakura sangat mencintai dunia menari. Dunia baletnya.
Sekian lama ia selalu bingung akan menentukan kemana ia akan melanjutkan sekolah di tingkat akhirnya ini. Namun, setelah ia yakin ia akan memilih sekolah balet, percakapan orang tuanya membuat cita-cita dan tujuannya yang semula di depan mata, perlahan menjauh dan semakin memudar. Jadi ─ haruskah kali ini Sakura bersikap egois setelah semua kebaikan yang telah keluarga ini berikan padanya?
.
.
.
.
.
Keesokan harinya Sakura melakukan ritual rutin sarapan bersama keluarganya. Uchiha Obito dan Uchiha Rin membicarakan mengenai Uchiha Izumi─ putri kandung mereka yang berusia lima tahun lebih tua dari Sakura. Wanita bernama Izumi itu telah menikah dengan sorang Uchiha Itachi dan menetap di Inggris mengembangkan perusahaan di sana.
Kedua orang tuanya mengatakan bahwa kakaknya Uchiha Izumi kini semakin sibuk dan setelah melahirkan ia semakin sulit membagi waktu antara kerja dan keluarga. Untunglah Izumi memiliki suami yang sangat pengertian. Mereka saling mendukung satu sama lain.
Rasa bangga jelas tercetak di wajah Obito karena keberhasilan putrinya. Mendengar permbicaraan itu hati Sakura menghangat. Ia berharap ia juga akan mendapatkan suami seperti kakaknya Izumi. Seorang suami yang baik, ramah, murah senyum, pengertian, dan yang pasti ─ ia seorang Uchiha.
Tiba-tiba fokus ayahnya yang semula berkutat dengan koran, kini teralih padanya. "Jadi sayang, kini kau sudah ditingkat akhir high schoolmu?"
"Ya," tanggap Sakura dengan senyum lima jarinya. Membuat kedua Uchiha itu ikut tersenyum lebar.
"Bagaimana dengan sekolahmu?" tanyanya serius. "Maksudku..,kau akan melanjutkan sekolah kemana?"
"Ia menyukai balet, anata!" sela Rin. Ia tahu pembicaraan ini lambat laun akan suaminya ungkit dengan putrinya ini. "Tentunya Sakura akan mengambil sekolah menari dan menjadi seorang balerina."
Obito menggeleng-gelengkan wajahnya tak puas. Terlihat mengejek pada istrinya. "Dia belum mnjawab." Katanya dengan nada masa bodoh. "Mungkin saja Sakura ku akan memilih yang lain. misalkan saja seperti para Uchiha lainnya─ manajemen bisnis atau intel."
"OBITO!" Tegur Rin. Suara wanita ini menggelegar di seluruh ruang makan. Namun itu tak berpengaruh pada pria Uchiha yang satu ini.
Seakan mengabaikan teguran Rin, Obito kembali berkata─ "Lihatlah sayang, aku mempunyai hadiah untukmu." Disodorkannya sebuah buku yang langsung diterima Sakura dengan canggung. Rin sendiri hanya mendesah pasrah akan tingkah suaminya ini.
"I- ini..." Sakura menerima sebuah hadiah novel karya seorang penulis dengan nama pena Hyuugadevit-cherry . Buku itu bersampul hitam dan memiliki cover bergambar korek api yang menyala. Di sana juga tercetak judul novel tersebut YAMI KARA ANATA WO MAMORU , yang tercetak dengan huruf hirigana.
"Itu adalah hadiah dari kakek mu Uchiha Madara. Ia berharap.., kau benar-benar dapat membuktikan bahwa kau bagian dari Uchiha." Jelas Obito. Senyum tulus tercetak di wajahnya yang tampan.
"Anata.." Keluh Rin dengan nada lelah.
Sebagai seorang ibu, ia tak ingin jika putrinya ini mengalami tekanan. Karena ia seorang ibu, ibu dari Sakura, maka ia tahu apa yang diinginkan putrinya. Bukan bisnis, Intel atau yang lainnya. Tapi menari. Ya, menari.
Namun Obito tetap kukuh dengan pendiriannya. Pria Uchiha itu kembali berkata─ "Itu adalah novel yang memiliki unsur detektive karya Hyuugadevit-cherry. Ia mendengar bahwa Kau menyukai setiap karyanya, kakek Madara memperolehnya langsung dari temannya Hyuuga Hiashi yang memiliki koneksi langsung dengan si penulis. Dan mulai saat itu Kau selalu mendaptkannya setiap bulan bukan sayang?" Mendengar kerkataan ayahnya, Sakura mengangguk membenarkan.
"Ya," Ia tersenyum dan memandang ayahnya dengan mata yang berbinar, tanda bahagia. "Sampaikan padanya bahwa aku sangat berterima kasih .."
.
.
.
.
.
Setiap langkah yang diambil oleh si gadis ─ seseorang dari arah belakang itu terus mengikutinya. Pergerakan langkah mereka nyaris satu irama dan gadis itu menyadari betul apa yang akan menimpanya. Seseorang tengah mengikutiku batin gadis itu pada dirinya sendiri. Ia mulai memperhitungkan segala suatu hal yang akan ia lakukan. Bergerak lari atau kah menyerang. Setelah memantapkan hatinya, dalam hitungan, ia hendak berbalik,
─BUK
gerakannya terlampau lambat dan ia mulai kehilangan kesadarannya. (Baca: Yami Kara Anata Wo Mamoru).
─ Srett...
Buku dengan sampul hitam bergambarkan korek api menyala yang tengah dibaca Sakura, kini berpindah tangan.
Seseorang yang telah melakukan aksi tersebut adalah seorang gadis berkacamata merah. Kedua irinya pula berwarna sama dengan batang kaca mata tersebut. Gadis itu berhelaian merah. Wajahnya cantik, namun kejelekan juga terpampang disana. Gadis yang penuh dengan kekejian, wajahnya sangat penuh keangkuhan juga kebencian.
"Karin!" serunya tertahan. Sakura berdiri dari posisi duduknya. Kekesalan gadis merah muda itu mencapai titik tertinggi karena waktu santainya di taman belakang sekolah terganggu gara-gara gadis bernama Karin yang selalu mengganggunya. "Kembalikan buku itu! Kau sungguh tidak sopan mengambil barang seseorang tanpa meminta izin!"
Dilihatnya wajah Karin dengan segerombolan teman-temannya berdiri di hadapannya. Wajah mereka menunjukkan wajah mengejek. Hey, sebenarnya apa masalah mereka?
Seringai lebar ditunjukkan gadis bernama Karin, "Kalau begitu ambillah!" ucapnya dengan nada mengejek. Siswi yang lainnya menertawakan Sakura yang berusaha mengambil buku itu dari tangan Karin, ke tangan siswi lainnya dan terus menerus seperti itu. Mereka mempermainkanku!
Buku tersebut kini kembali berada di tangan Karin, wanita itu membuka halaman pertama dan menemukan sebuah pesan singkat dengan tulisan hirigana yang tercetak jelas sekali tulisan seseorang yang sudah sangat tua. Untuk cucuku, Raphaella Haruno Sakura. Semoga kau bisa menjadi seorang detektive yang sama seperti tokoh di novel ini. Bahkan melampauinya.' Karin tertawa terbahak-bahak membaca tulisan itu.
"Jadi─ kau akan mengambil sekolah kepolisian, ehh Sakura?" Karin dengan nada mengejeknya. Tawa Karin disusul dengan tawa yang lainnya. "Kau itu lemah, kau itu gadis yang telalu ceria. Tak pantas menjadi seorang detktive." Perkataan Karin membuat darah Sakura mendidih. Dia pikir dia siapa hah?
"Jadi buang saja impian kakek tua mu itu," Ia membuang buku itu sembarang arah. Membuat Sakura refleks berlari mengambilnya. "Dan bersainglah dengan ku sebagai seorang balerina. Karena kau lemah, tak mungkin seroang Haruno dapat menjadi seorang detektive!" kata Karin dengan wajah sinsinya.
"Ya, Sakura tak mungkin menjadi detektive!" timpal suara lain.
Setelah mengatakan hal itu, Karin pergi meninggalkan Sakura yang menangis sendiri di taman beakang sekolah sambil memeluk buku pemberian kakeknya. Sebuah dorongan kuat tiba-tiba menghinggapinya. Darahnya yang sejak tadi mendidih membuatnya meledak seketika. "AKU AKAN MENJADI DETEKTIVE! AKU AKAN MEWUJUDKAN IMPIAN KAKEKKU! KAU DENGAR AKU KARIN?!" seketika itu pula Sakura jatuh terduduk sambil terus memeluk bukunya. Terdengar kembali perkataan orang-orang dengan berbagai pandangannya.
Tentunya Sakura akan mengambil sekolah menari dan menjadi seorang balerina.
Kakek Madara berharap Kau benar-benar membuktikan bahwa kau bagian dari Uchiha.
Kau itu lemah, kau itu gadis yang telalu ceria. Tak pantas menjadi seorang detktive.
Jadi buang saja impian kakek tua mu itu,
Ya, Sakura tak mungkin menjadi detektive!
Ia mengangkat wajahnya dan menunjukkan wajah seriusnya. Kini ia tahu apa yang akan ia pilih sebagai masa depannya. "Aku akan menjadi seorang detektive negara, seorang intel. Aku akan membungkam setiap mulut yang mengatakan bahwa aku tak akan mampu! Aku akan membuktikannya!" desisnya penuh tekad.
Ya, Haruno Sakura bertekad bahwa ia akan memilih menajdi seorang detektive kenegaraan, meskipun itu terdengar mustahil.
Mungkin memang tidak akan ada yang percaya ketika Sakura memutuskan untuk menjadi seorang detektive karena keceriaan dan segala kekurangannya. Tapi ia mendapatkan kepercayaan dari kakeknya ─ Uchiha Madara dan ayahnya─ Uchiha Obito. Itu lebih dari cukup! Dan yang terpenting adalah ia harus belajar dengan giat, mempelajari semua yang bersangkutan dengan tes menjadi intel dan ia akan membuktikannya! Ya, hanya bukti yang harus ia tunjukkan pada mereka.
.
.
.
.
.
-TBC-
A/N:
Arigatou Gozaimashu..,
Sumedang, 11 April 2017.
