"Tch!" Entah untuk yang keberapa kalinya pemuda bermarga Uchiha itu mendecak kesal. Tatapannya tajam, membuat si blonde dan pinkette di dekatnya bergidik ngeri melihat aura menakutkan dari si Uchiha.

"Lihat... Sasuke-kun marah. Itu karena dirimu, baka Naruto!" Si gadis Haruno yang membuka suara, membisikkannya kepada pemuda di sampingnya.

"H-hee?! Apa maksudmu dia marah karena aku?" Uzumaki Naruto tidak terima dengan tuduhan satu timnya itu. Pasalnya, jika memang dia yang membuat Uchiha Sasuke kesal, akan sulit untuk membujuknya.

Tim 7 sedang dalam perjalanan pulang setelah sebuah misi di Kirigakure, dalam kurun waktu sepuluh hari mereka sudah dapat menyelesaikan misi mereka. Tentu saja itu karena Sasuke yang menuntut agar misi diselesaikan secepatnya. Hanya Kami-sama yang tahu sebab mengapa ia ingin cepat pulang ke Konoha. Sasuke yang berjalan di depan Naruto dan Sakura terlihat menyeramkan—bahkan saat Naruto meminta Kakashi-sensei untuk bertanya pada Sasuke, guru pemilik mata sharingan itu tidak menggubrisnya dan malah melanjutkan acara membaca novel Icha-Icha Paradisenya.

"Kau ini tidak menyadarinya? Sasuke-kun ingin sekali cepat pulang!" Desis Sakura, sudah gemas ingin memberi pukulan manis pada si pirang. "Dan kau itu membuang waktu lama sekali saat di toilet tadi! Tentu saja itu membuat Sasuke-kun kesal!"

"Aduh, kalau seperti itu 'kan mau bagaimana lagi! Aku tidak mungkin menahannya sampai di Konoha!"

"'Kan sudah kubilang kemarin, jangan makan berlebihan! Salahmu sendiri tidak mendengarkanku!"

Pernyataan fakta yang diucapkan Sakura membuat Naruto menelan ludah. Dia hanya memperlihatkan wajah 'lalu-aku-harus-bagaimana' pada Sakura, yang dibalas dengan cubitan di lengannya.

"Itte!" Rintihan Naruto hanya membuat Sasuke semakin kesal.

"Diamlah, usuratonkachi!"

Dan keheningan menyelimuti perjalanan Tim 7 ke Konoha. Tentu saia karena tiga dari mereka enggan membuka suara—Sasuke memang sangat menyeramkan saat sedang badmood.

.

.

.


MetanoiaHaruna Yumesaki

NarutoMasashi Kishimoto

Rated T

Sequel of 'Unexpected Love

「うちはサスケ x 日向ヒナタ」

「"Basorexia"; overwhelming desire to kiss.」


.

.

.

"Wah, Hinata... Bekalmu kelihatannya enak."

"Bukankah memang selalu begitu? Itu karena—"

"—Hei, hei. Aku punya ide."

Pemuda maniak serangga itu lagi-lagi bungkam, sudah terbiasa perkataannya dipotong seperti itu. Alih-alih kembali berbicara, si Aburame itu lebih memilih untuk menyimak.

"Um? Ide apa, Kiba-kun?" Surai indigo sang gadis cantik ikut bergerak saat ia memiringkan kepalanya dengan bingung.

Cengiran lebar Kiba diiringi oleh gonggongan Akamaru. "Hehe, mungkin kau bisa membuatkan bento juga untukku? Itu ide yang bagus, bukan?"

Permintaan teman setimnya membuat Hinata mengeluarkan tawa kecilnya. "Kalau Kiba-kun dan Shino-kun mau, ambil saja. Aku memang sengaja membuat banyak untuk kalian."

"Eeh!? Yang benar?!" Kedua mata Kiba berkilauan senang. Tanpa ba-bi-bu, pemuda Inuzuka itu segera mengambil onigiri buatan Hinata dan melahapnya.

Kurenai tersenyum melihat interaksi anak didiknya, walaupun bukan hal yang jarang, ia tak akan pernah bosan melihatnya. Keharmonisan Tim 8 ini yang membuatnya berbeda dari tim yang lain.

"Eh, kudengar Naruto sudah pulang dari misi tadi pagi." Celetuk Kiba tiba-tiba, dengan intensi menggoda Hinata untuk melihat rona kemerahan di wajahnya.

Dan benar saja, wajah pucat Hinata terlihat kemerahan. Kiba sangat puas melihat reaksi Hinata.

"Heh~ Wajahmu memerah! Haha, rindu Naruto, ya, Hinata?"

"T-tidak!"

Sang gadis Hyuuga menundukkan kepalanya dalam-dalam, menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat sekarang. Salah jika Kiba mengira kalau ia merindukan pemuda bersurai pirang itu. Lebih tepatnya, Hinata merindukan pemuda bermata kelam yang selama beberapa bulan ini telah mengisi hatinya.

'Jika Naruto-kun sudah pulang... itu berarti Sasuke-kun juga..'

Ah, memikirkan kepulangan Sasuke membuat Hinata semakin memerah. Ingin sekali Hinata menemuinya, namun mengingat Sasuke baru saja kembali tadi pagi... Ia pikir mungkin akan lebih baik jika ia bertemu dengannya besok saja; yang terpenting Sasuke istirahat terlebih dahulu.

"Baiklah, kalau sudah selesai makan siangnya, ayo kita lanjutkan latihan."

Basorexia —

"Sasuke-kun.."

"Hm?"

Keduanya kini sudah membuat jarak yang sempat menghilang, alasannya hanya karena Hinata takut akan ada yang memergoki. Dan Sasuke dengan sangat enggan memenuhi permintaannya—karena memang Sasuke sangat nyaman mendekap Hinata, dan Hinata yang juga nyaman dalam dekapan Sasuke (bukan berarti si pemuda akan mengakuinya).

"A-ano... Soal Sakura-san... dan Ino—"

"Poinnya, Hinata."

"M-mereka berdua menyukaimu..."

Sasuke tidak mengerti. Ia tentu tahu jelas bahwa gadis Haruno dan Yamanaka itu adalah rival sejati dalam masalah 'cinta' yang berkaitan dengan Sasuke. Tapi, apa hubungannya dengan Hinata?

"Lalu?"

". . . M-mereka akan sangat terkejut dan sakit hati... jika mengetahui k-kalau aku..." Hinata memberi jeda, masih bingung menempatkan dirinya dan Sasuke dalam sebuah status.

"Hn?" Mendengar Sasuke yang lagi-lagi mengeluarkan konsonan dua huruf itu, Hinata bisa menebak ada seringai di wajah tampannya.

"K-kalau kita... um..."

"Adalah sepasang kekasih?"

"—Aku tidak ingin menyakiti hati mereka berdua... D-dari dulu Sakura-san dan Ino-san yang selalu menyukaimu, b-bukan? Pasti akan sangat tidak adil untuk mereka jika orang yang bahkan t-tak pernah melirikmu dulu, kini malah mendapatkanmu..."

Mendengar perkataan Hinata, onyx Sasuke memutar bosan. Sedikit ia mengerti apa yang berusaha Hinata katakan padanya.

"J-jadi... a-apa Sasuke-kun keberatan jika... jika kita..."

"Aku sangat keberatan jika kau memintaku untuk menjauh."

"T-tidak! B-bukan itu..." Sela Hinata, menggelengkan kepalanya sambil melambaikan tangannya dengan sedikit panik. "A-aku hanya ingin Sasuke-kun tidak mengatakan apapun tentang h-hubungan kita... sekarang..."

Semacam menyembunyikan, namun jika yang dihindari adalah Sakura dan Ino...

"Hn..." Sasuke terdengar ambigu, dan itu membuat Hinata semakin khawatir.

"S-Sasuke-kun..."

"Bagaimana kalau aku ingin menemuimu?"

"K-kalau begitu kita harus bertemu disini... agar jauh dari keramaian..."

"Heh. Kau ingin sekali berada di tempat sepi berdua denganku?"

"Sasuke-kun!"

"Aku mengerti." Seringaian Sasuke masih terlihat. "Kurasa pada saat jam makan siang atau jam tiga sore tidak buruk."

Hinata terpaku menatap Sasuke. Saat jam makan siang dan jam tiga sore adalah waktu luang Hinata. Itu artinya Sasuke tidak memberikan pilihan lain pada Hinata, selain untuk kembali ke tempat ini dalam waktu yang sudah Sasuke tentukan—yangmana tidak mungkin terlewatkan oleh Hinata, kecuali jika ada sesuatu yang genting.

"T-tapi itu artinya..."

"Kau yang meminta, aku hanya menentukan waktu." Ujar pemuda itu dengan tenang. "Cukup adil, bukan?"

Basorexia —

Pertemuan mereka berlanjut sampai sekarang. Sasuke dan Hinata selalu berhati-hati sebelum mereka bertemu di tempat biasanya—beberapa kali mereka selalu mengubah tempat pertemuan. Dan setelah dirasanya aman, mereka akan menghabiskan waktu bersama sampai setidaknya tiga puluh menit. Tidak lama, memang. Ini sengaja dilakukan agar tak mengundang kecurigaan anggota tim mereka.

"Sasuke-kun... Okaerinasai..." Sambut Hinata dengan senyum khasnya begitu mereka bertemu.

". . . Hn," Sasuke mengangguk membalas sambutan hangat Hinata. "Hendak menemuimu tapi aku malah melihatmu bersenang-senang dengan Akamaru."

"Etto... memangnya kapan Sasuke-kun melihatku dengan Akamaru?" Tanya Hinata, sebenarnya tak tahan ingin mengeluarkan tawanya melihat Sasuke yang terlihat kesal.

"Tadi." Jawab Sasuke sekenanya. "Kau memberikan bentomu pada Kiba dan—si Aburame."

"Hmm~" Hinata menggumam, terdengar santai. "Aku memberikannya karena Kiba-kun dan Shino-kun jarang membawa bekal. T-tidak ada salahnya berbagi, 'kan?"

". . . Kau selalu memberikan bentomu?" Tanya Sasuke lagi.

Hinata mulai merasa seperti sedang di interogasi. Beberapa minggu setelah keduanya resmi, Hinata disapa oleh wajah kesal dan masam Sasuke saat keduanya bertemu. Sasuke juga tidak banyak bicara—itu tidak mengejutkan, tapi biasanya Sasuke selalu membuka diri pada Hinata—dan kalaupun merespon, terkesan cuek. Hinata bingung, ia sendiri tidak tahu letak kesalahannya dimana. Jadi, Hinata hanya diam. Sampai akhirnya Sasuke membuka mulut dan ia mengatakan, 'Kelihatannya kau dekat dengan Kiba. Kau tidak lupa dengan hubungan kita, 'kan?'

Mengingat hal itu, Hinata jadi terkekeh sendiri—membuat Sasuke menaikkan alisnya bingung.

"Apa yang lucu?"

"Um—t-tidak ada..." Hinata menggelengkan kepalanya pelan. "Aku hanya memberikan bentoku sesekali, Sasuke-kun."

". . .Hn." Sasuke masih terlihat tidak puas dengan jawaban Hinata.

"Sasuke-kun... sudah makan siang?"

Hinata masih belum tahu harus bagaimana jika Sasuke sedang kesal. Tapi ia mengerti Sasuke hanya ingin mendapatkan perhatiannya—setidaknya itu yang ia simpulkan. Karena sudah hampir dua minggu keduanya tidak bertemu. Hinata tidak sempat bertemu dan memberikan Sasuke ucapan 'selamat menjalankan misi, Sasuke-kun. Berhati-hatilah' seperti yang biasa ia katakan sebelum Sasuke pergi untuk melaksanakan misi.

". . . Sudah di perjalanan pulang tadi."

"Souka..."

". . . Makanannya tidak seenak punyamu."

Dan Hinata tersenyum.

"K-kalau Sasuke-kun mau, aku bisa membuatkan m-makan malam untukmu..."

"Hn." Sasuke mengangguk sekali lagi. Merasa rasa kesal dan kecemburuannya sudah mulai pudar, Sasuke menoleh pada Hinata.

"S-Sasuke-kun... aku tidak bisa berlama-lama... Aku masih harus latihan de—"

Perkataan Hinata terpotong begitu saja. Bibir ranum lembutnya dikunci oleh bibir pucat Sasuke. Hanya sebuah kecupan—yang berlangsung lebih lama dari yang biasanya. Setelah beberapa detik, Sasuke menjauhkan wajahnya.

"Aku mengerti." Sasuke berucap dengan tenang. "Jangan terlalu dekat dengan si Kiba itu."

Tidak. Tidak mungkin Sasuke tahan menjauhi Hinata.

Tidak setelah ia mencicipi bibir manis gadis itu.

.

.

.

"Sakura-chan?"

"Sakura-chan? Haloooo? Sakura-chan?"

"Oii, Teme!"

Panggilan akrab Naruto pada teman bersurai gelap itu mengembalikan Sakura dari lamunannya. Sontak gadis itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencari sosok pemuda yang disukainya itu.

"Sasuke-kun?!"

"Kena kau! Hahaha, tidak ada si Teme disini 'ttebayo." Suara tawa Naruto terdengar nyaring.

"Uhh! Kau membohongiku." Sakura mengerucutkan bibirnya kesal, kemudian mengambil sumpit dan kembali melanjutkan ritual memakan ramen yang sudah ia pesan.

"Habisnya, kau melamun terus. Kan sayang, ramennya tidak akan enak kalau sudah dingin, Sakura-chan." Kata pemuda Uzumaki itu. Terlihat mangkuknya sudah setengah habis.

Sakura tidak merespon. Sampai ramen di mangkuknya habis, barulah ia menjelaskan, "Aku... Ini tentang Sasuke-kun."

"Ada apa dengan si Teme?" Tanya Naruto. Tentu saja ia sendiri sudah mengetahui jawabannya. 'Kemungkinan besar tentang Sasuke dan Hinata-chan... Tapi, Hinata-chan bilang dia tidak ada apa-apa dengan si Teme...'

"Naruto... S-Sasuke-kun tidak begitu dekat dengan Neji, 'kan?"

". . ." Naruto terlihat memejamkan mata, sejenak menyembunyikan biru safirnya dibalik kelopak matanya. "Hmm... Setahuku sih tidak."

"Saat itu... Sasuke-kun bilang kalau ia hendak pergi ke Hyuuga Mansion..." Sakura menundukkan kepalanya, raut mukanya terlihat sedih. "Dan dia bilang... dia ingin bertemu dengan Hinata..."

Naruto tidak memberikan respon apapun.

"Sasuke-kun... t-tidak dekat dengan Hinata, 'kan, Naruto?"

"Saku—"

"Hinata 'kan menyukaimu..."

"Sakura-chan... Aku yakin itu bukan apa-apa. Hinata-chan mengatakannya padaku, kalau ia dan Sasuke hanya sekadar teman."

Sakura sedikit mendongak mendengar perkataan Naruto, emerald indahnya tertuju pada safir sang Adam. Terlihat secercah harapan dari emerald itu.

"Hinata-chan tidak mungkin berbohong, 'kan? Ayolah, dia itu gadis baik! Aku percaya padanya 'ttebayo."

'Benar... Hinata memang gadis baik. Dan, demi Tuhan, semua orang tahu ia telah menyukai Naruto sejak dulu. Tidak mungkin ia bersama Sasuke-kun... Benar, Sakura. Itu tidak mungkin.' Sakura berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Sudahlah! Jangan terlalu dipikirkan! Oh—Paman? Satu mangkuk lagi, tolong ya!"

"Kau sudah makan tiga mangkuk... Naruto..."

"Mm... Ramen Ichiraku memang yang terbaik 'ttebayo. Sakura-chan juga mau tambah?"

"Tidak! Tidak sehat kalau terus-terusan makan ramen! Kau itu..."

Naruto benar. Mungkin itu bukan apa-apa. Sakura kerap mengulang kata-kata itu seperti mantra, semata-mata hanya untuk membuat perasaannya sedikit lebih baik.


つずく


Yahh~ Halo, halo~

Ini dia sekuel dari Unexpected Love yang sudah kalian request! Wah~ Senangnya banyak yang suka dengan Unexpected Love! Author ngga nyangka XD

Terimakasih banyak readers tersayangku QwQ) Saya cukup excited saat nulis sekuel ini hehe~ Saking sukanya dengan SasuHina, saya ingin mengembangkan hubungan mereka sampai seantero Konoha tau! XD

Oh ya. Sekedar informasi, Unexpected Love dan Metanoia ini bersetting canon, seperti yang kalian tahu, dimana Uchiha Sasuke telah kembali pulang ke Konoha saat Sasuke telah berhasil membunuh Orochimaru. Tapi, Sasuke tetap bertekad untuk membalas dendam pada Uchiha Itachi. Akan ada banyak hal yang di ubah disini, jadi saya harap reader tidak bingung dengan settingan ini QwQ) Kalau ada masukan, silakan, kolom komentar maupun PM selalu terbuka. Jangan sungkan ya!

Saya harap dengan adanya sekuel ini readers makin penasaran(?), jangan ilang ya readers-tachi *sobs* Semoga tidak mengecewakan...

Review kalian selalu saya tunggu :")

Arigatou gozaimasu!