Bagi Tobio, kehidupan sosialnya setelah ini pasti akan menjadi momok yang amat mengerikan.

Apalagi setelah gelar sarjana M. SG. (Master sesuka gue, red) dia dapatkan, juga pekerjaan yang teramat mapan telah digenggam (Tobio diberi tanggung jawab mengurus cabang restoran berbintang lima dari papanya), maka cepat atau lambat seluruh masyrakat dari beberapa lapis dunia ini, dengan tingkat keparahan ada pada ibundanya tersayang; akan menanyakan pertanyaan yang sama dan dengan telak meretakkan hati sanubarinya yang tercinta.

Pertanyaannya cukup simpel, namun bagi pria mapan dengan umur yang memasuki angka duapuluh tujuh tahun serta memiliki pengalaman asmara, yang terlalu asin untuk dikatakan, kurang dari 0%; ini bencana!

"Kapan nikah kamu, Tobio?"

Dan dalam kasus Tobio, jika pertanyaan itu sudah terlontar artinya The End. Kkeut. Selesai. Sayonara.

Bye world! Tobio akan selalu cinta kamu. Fo~re~ver.


Kapan Nikah? © Miss Chocoffee

Haikyuu! © Furudate Haruichi

::

Fanfiksi ini hanya dibuat untuk kesenangan batin, saya tidak mengambil keuntungan material dalam bentuk apapun.


Sama seperti kebanyakan orang pada umumnya, jikalau orang tua sudah menyerang dengan pertanyaan paling mainstream di dunia, dalam menyuarakan petisi "Pengen-Cepet-Gendong-Cucu", maka Tobio sudah bersiap dengan rompi anti peluru dan sebuah hati cadangan yang dikemas apik dalam sebuah botol kecil berhias pita berwarna biru gelap. Di bagian depannya tertulis: "My Dearest Qoqoro", dengan font Chiller berwarna merah dan capslock di setiap hurufnya.

Mau ngejek alay? Sini coba tukeran hidupnya sama Tobio, terus rasakan sensasinya! Mau gak, kalian? MAU GAK?!

Oke, cukup bapernya dan kembali lagi pada narasi cerita;

Itu semua dilakukan karena, apabila seluruh kalimat ngelesnya berhasil ditampik dengan perfecto oleh sang bunda, dia hanya perlu menggunakan rompi anti peluru dan menyanyikan lagu mengheningkan cipta karya T. Prawit untuk mengenang jasa hatinya yang telah gugur di medan perang. Perang Qoqoro, judulnya.

Sebenarnya sangkalan yang telah Tobio persiapkan sudah teruji secara klinis oleh IPABN (Institut Pertolongan Anak Belum Nikah) dan ITUAKPC (Institut Tarik Ulur Anak Korban Pengen Cucu), yang di mana sejatinya diharapkan agar berhasil membungkam mulut para orang tua (khususnya para bunda sekalian), agar berhenti merongrong anaknya dengan menyuruh sang buah hati segera menikah. Apalagi maksa kawin sebelum nikah. Itu tidak baik, bunda.

Dan contoh sangkalan pertama Tobio, ada pada ini:

Q: "Kapan nikah kamu, Tobio?"

A: "Lagi fokus sama kerjaan, bunda. Papa kan warisin restoran ini ke Tobio biar makin maju. Kalau Tobio fokus cari pasangan sekarang, siapa yang bakal urusin restoran? Om Keishin?"

Oke, cakep!

Sangkalan kedua:

Q: "Kapan nikah kamu, Tobio?"

A: "Nanti kalau udah ketemu jodohnya, bun."

Q: "Ya kapan ketemu jodohnya kalau kamu gak nyari, Tobio?"

A: "Kan, jodoh udah Tuhan yang ngatur. Nanti pasti ketemu aja kok, bunda."

Q: "Aduh, alimnya anak bunda! Sini bunda cium dulu!"

Ntapz jiwa!

Sangkalan ketiga:

Q: "Kapan nikah kamu, Tobio?"

A: "Nanti kalau Tobio udah berhasil beli pulau buat bulan madu."

Q: "Ya ampun, anak bunda romantis banget!"

Sejujurnya ini bikin geli, tapi ntapz soul lah!

Sangkalan keempat:

Q: "Kapan nikah kamu, Tobio?"

A: "Belum ada cewek yang masuk ke hati, bunda."

Q: "Yoda, kalau gak ada cewek, kamu nikahin cowok juga bunda restuin, kok."

Tobio mendadak pengen ngamuk.

A: "JIWA FUJO BUNDA GAK USAH BANGKIT LAGI, DEH!"

Oke, yang ini beneran gak mantab jiwa!

Namun sayang disayang, kali kelima bunda Tobio bertanya tentang hal ini, Tobio tidak bisa mengelak lagi. Ini bukan karena dia kehabisan sangkalan, tapi lebih kepada Tooru (bundanya Tobio, red) langsung membanting banyak foto makhluk yang diidentifikasi sebagai wanita tulen, di atas meja kerjanya sambil mengongkang rifle yang entah bagaimana bisa wanita itu dapatkan.

"Kamu harus ikut kencan buta, Tobio!" perintah Tooru penuh obsesi. "Bunda udah kumpulkan semua anak perempuan teman arisan bunda─yang pasti umurnya gak kurang dari duapuluh tahunan kok. Bunda kan gak mau anak bunda dicap pedofil─dan kamu bisa milih salah satu dari mereka. Terserah kamu mau yang mana, nanti bunda akan hubungin orangnya. Eh, tapi bunda mau kamu pilih yang rambutnya jingga mentereng itu ya!"

Tobio ultra high temperature. "ITU SIH BUKAN TERSERAH AKU NAMANYA!"

"Oh bukan ya? Maaf ya, yang rambutnya jingga mentereng itu fetish bunda, sih. Kecil-unyu-terang gimana gitu! Cocok deh disandingin sama kamu yang dari atas sampai bawah gelap semua." Tooru senyum-senyum ambigu. "Yoda, sekarang Tobio mau pilih yang mana?"

Sambil manyun, Tobio jawab. "Kalau aku gak mau ikut?"

"Oh, gak mau ikut?"

Sepertinya Tobio telah membuat kesalahan fatal. Seluruh badannya langsung gemetaran dengan keringat yang mengucur sebesar biji jagung. Bisa dilihat bagaimana moncong rifle itu menyodok dahinya, dengan aura Tooru yang seramnya melebihi kengerian ketika diceritakan bagaimana serve voli sang bunda mampu membuat orang lain ketar-ketir sendiri.

"Masih gak mau ikut? Mau bunda tembak pake ini?"

Satu ludah diteguk paksa. "E-enggak, bunda. Tobio pilih yang rambutnya jingga mentereng itu, deh."

Dan seketika itu pula bumi terselamatkan dari ancaman badai. Dan bunga-bunga kembali bermekaran.

"Pilihan bagus, Tobio! Namanya Shouyou. Bunda hubungin nanti untuk jadwal ketemunya, ya?"

Tooru tersenyum lebar, kembali mengongkang pistolnya di bahu lalu asyik dengan ponselnya sambil melangkah keluar dari ruangan Tobio. "Oh, halo Keiji? Aku jadi pinjam anakmu buat ketemuan sama anakku nanti, yaaaa~"

Lalu Tobio? Syukurlah, kabarnya sekarang sudah berhasil diselamatkan dari ancaman tembakan sang bunda. Mungkin dia perlu telepon papanya untuk menyita rifle sang bunda demi keselamatannya di lain waktu.

Kencan buta, rifle, dan bundanya itu memang bukan kombinasi yang baik untuk keselamatan Tobio.

Dan sekali lagi, Bye world! Tobio selalu cinta kamu. Fo~re~ver.


Kata orang bijak─entah orang bijak yang mana, jangan pernah menilai orang hanya berdasarkan penampilan luar mereka saja.

Contoh nyatanya sekarang sedang dialami oleh Tobio, yang perlu meyakinkan diri seribu kali lagi, kalau makhluk yang sedang duduk di hadapannya ini bukanlah seonggok alien panggilan sang bunda, atau bocah SMP yang sedang kesal karena keinginannya tidak dituruti oleh papa tercinta.

Dia itu Shouyou. Wanita berusia duapuluh tujuh tahun dan anak dari salah satu teman arisan bundanya. Penampilan luar masih seperti bocah telat puber. Imut, manis, dan kecil. Fetish bundanya─dan secara ajaib… fetishnya juga. Walaupun kelihatan bego.

Tangan imajiner Tobio langsung menampar pipinya sendiri.

"Oke," Berdehem sejenak. "Aku gak tahu apa yang perlu kita bahas di sini. Tapi untuk pertama-tama, kita harus melakukan ini."

Aplikasi kamera pada ponsel pintarnya tengah diaktifkan. Tobio menunjukan dengan ekspresi seolah Shouyou harus paham apa maksudnya, atau sebuah meteor akan jatuh menimpa bumi.

Shouyou berkedip bingung, ditunjuknya ponsel milik Tobio lalu berkomentar, "Kamu mau aku fotoin?"

"ENGGAK!" Auman Tobio terdengar sepertiga detik kemudian. "Kita yang harus foto. Sebagai bukti kalau aku beneran datang ke sini dan ketemu sama kamu."

"Oh, selfie. Ya gak usah nyolot gitu, dong. Muka angkernya tolong dikondisikan." Yang ngebalas jadinya malah ikut-ikutan sebal.

"Mukaku dari lahir sudah begini."

"Oh, maaf kalau kesannya menghina."

Tobio ultra high temperature level two.

"Yaudah, kamu yang pegang. Posenya biasa aja. Jangan sok imut. Apa lagi beneran imut. Jijik tahu. Bikin muntah." Tobio menyodorkan ponselnya sambil mewanti-wanti dengan serius. "Awas kalau posenya kayak alayers. Sadar umur ya. Hati-hati juga pake ponselku. Mahal tahu."

"Kamu itu banyak omongnya ya," dengus Shouyou. Direbutnya ponsel dari tangan Tobio sambil mendelik. "Kalau gak mau aku pegang-pegang ponselmu, kenapa gak sekalian aja kamu yang bawa ponselnya?"

"Gak mau. Males. Aku gak suka fotoan. Kalau bukan gara-gara diancam juga aku ogah beginian." Tobio membalas jengah. "Udah cepet fotoannya. Nanti kalau ada yang cerewet bakal bahaya."

"Iya, iya. Dasar muka angker. Sini, agak deketan dong. Satu, dua, ti… ga!"

Visual cowok bertampang muram sambil menyedot milkshake (penyakit maniak susunya memang belum bisa disembuhkan, omong-omong) tertangkap kamera bersama dengan cewek berambut senja yang sedang tersenyum lebar dengan pose peace-nya.

Begitu melihat hasilnya, Shouyou langsung mencak-mencak. "Kamu itu serius mau foto gak sih?" jeritnya. Efek kesuraman Tobio pada kenyataannya nyaris mematikan sinar terang milik Shouyou. Syukur saja kalau makhluk angker itu berada agak jauh di belakangnya. "Jadi jelek gini, kan? Senyum dikit, dong. Jangan pasang tampang yakuza."

Tobio seketika terpelatuk. "UDAH KUBILANG TAMPANGKU DARI LAHIR UDAH BEGINI!"

"YA TAPI BISA DONG, SENYUM DIKIT! Gak ngerti cara narik sudut bibir ke atas terus senyum ikhlas?"

"Kamu gak usah sok ngajarin."

"Tapi fotoku jadi jelek!"

"YA UDAH SIH. Juga kukirimnya cuma ke bundaku!"

"Aku jadi kelihatan seperti lagi kencan dengan om-om yakuza."

Berterima kasihlah karena Tobio nampaknya masih berada pada mode sayang ponsel baru. Kalau tidak, ucapkan selamat tinggal pada si gadget hitam persegi panjang!


"Sekarang kita mau ngapain?" Usai menyelesaikan kewajiban mengirim bukti foto pada sang bunda, Tobio balik lagi menyedot milkshake. Diabaikan wajah kesal Shouyou, yang mencebikan bibir bawahnya sambil bersedekap dada.

"Aku. Nggak. Tahu. Setiap mamaku menjadwalkan kencan buta, aku selalu kabur."

Tobio menjentikan jari. "Oh, pantas sampai sekarang masih jadi perawan tua."

Giliran Shouyou yang terpelatuk. "Kamu gak ngaca ya, perjaka tua?!"

"Kamu bilang aku apa tadi?!"

Dua sinar laser langsung diobral secara gratis.

"O… ke. Tadi kamu bilang, kamu selalu kabur setiap mau kencan buta," Tobio adalah orang pertama yang memilih menyelesaikan perang laser ini. "Terus kenapa denganku kamu milih gak kabur lagi?"

"Aku gak bisa." Wajah Shouyou berubah pasrah. "Mamaku kali ini nyuruh orang buat mengikuti dari jauh."

"… APA?!"

"Gak usah sekaget itu," sela Shouyou. Dia berhaha-haha ganjil. "Kamu santai aja. Gak bakal diciduk mamaku, kok."

"Bukan gara-gara gitu, muka trap!" sergah Tobio jengkel. "Kalau kamu tahu sedang diperhatikan, kenapa dari tadi santai saja teriak-teriakan denganku? Gak takut mamamu ngomel?"

"Mamamu tipe cerewet, ya?" tebak Shouyou sambil nyengir. "Mamaku kebalikannya. Tenaaaannggg banget. Jadi gak bakalan kena omelan yang menusuk hati. Tapi ya gitu, mainnya asal blokir kartu kredit tanpa bilang-bilang. Dan kamu boleh memberiku applause kok, soalnya aku punya… kartu ca-da-ngan!"

Tobio ber-oh ria. Wajahnya seketika datar, tidak terkesan sama sekali. "Jangan bilang kartu cadangannya dari papamu?"

"Sayang sekali, boy. Papaku tipe suami yang terlalu menurut sama istri. Mana mungkin dia berani memberikanku kartu kredit cadangan walaupun dia bisa saja menghadiahkanku istana seperti di dunia disney dengan sekali jentik?" Shouyou mengerucutkan bibirnya. "Aku bekerja. BE-KER-JA. Oke, terserahmu kalau tidak mau percaya. Tapi skill-ku dalam menyanyi tidak boleh kamu remehkan, lho."

"Kamu bisa… menyanyi?"

"Aku cukup hebat dalam nada tinggi!"

"O… ke. Aku bisa percaya karena suara cemprengmu."

"Kamu gak percaya? Aku biasa menyanyi untuk acara pernikahan kenalan di gereja, kok!" sambar Shouyou segera. "Kalau masih gak percaya, aku bisa bernyanyi untukmu sekarang."

"Aku gak butuh," Tobio menolak malas. "Aku gak mau sehabis ini malah harus pergi ke dokter THT akibat mendengar suaramu yang melengking."

"Kurang ajar, ya!"

Satu balok es yang awalnya berada dalam gelas ice-coffee pesanan Shouyou, langsung melayang dan terpental mengenai dahi Tobio.

Korbannya? Sudah jelas sekali, kan─itu Tobio. Dan pelakunya? Sang pemilik minuman sendiri.

Dalam hati Tobio meyakinkan diri. Seumur hidup, tidak pernah dia menemukan cewek sebarbar ini─terkecuali bundanya tercinta.

Dan yang paling gilanya, balok es itu seolah berubah menjadi panah sang cupid. Dan Tobio, dalam sekali jentik─jatuh cinta!

Di mana lagi dia bisa menemukan cewek barbar yang masuk ke dalam fetish bun─maksudnya fetishnya, dan bisa bersikap mandiri ketika kejadian pelik (kartu kredit diblokir) terjadi secara tiba-tiba?

Tobio tahu, hanya kali ini dia bisa menemukannya.

Dan dia tidak boleh menyia-nyiakan itu.


"Aku gak mau bilang makasih sudah mengantarkanku ke sini karena aku anggap ini adalah bentuk permintaan maafmu gara-gara mengata-ngataiku tadi."

Shouyou, begitu keluar dari mobil Tobio langsung bersedekap dengan bibir dimajukan. Tobio sendiri juga ikutan keluar, bersandar pada kap mobilnya dengan bibir yang ikut-ikutan mengerucut.

"Aku juga gak butuh makasihmu." Cibirnya. "Aku juga cuma ingin tahu, kamu beneran kerja atau cuma membual kalau kamu bisa nyanyi."

"Aku beneran bisa nyanyi, kok!" sembur Shouyou jengkel. "Kalau gak percaya, kamu bisa ikut masuk ke dalam sana buat nonton aku bekerja. Yang menikah juga teman semasa kuliahku dulu."

"Wah, sayangnya aku orang sibuk ya. Mau bayar pakai apa kamu kalau aku membuang-buang waktu buat menonton gimana cewek barbar sepertimu menyanyi di pernikahan temannya?"

Shouyou melotot. "Kok kamu ngeselin? Yang minta bukti kan, kamu!"

"Tapi aku gak bilang ingin nonton kamu nyanyi, ya."

"Ya udah kalau gak mau. Sana pulang!"

"Ya udah kalau gak mau bayar. Aku bisa anggep kamu cuma pembual di sini."

Tobio langsung nyengir licik (ajaran bundanya) begitu Shouyou sudah terlihat seperti gunung yang siap meletus. Seperti dugaannya, harga diri si pendek ini tinggi juga.

"Oke kalau gitu kamu mau nyuruh aku bayar pakai apa?" sergah Shouyou kemudian. Wajahnya terlihat serius.

"Hmm, bayaranku cukup simpel."

"Apa?"

"Tapi sebelum itu kamu harus tahu, bundaku bukan tipikal orang cerewet. Tapi barbar dan sampah luar biasa."

"Kenapa juga aku harus tahu tipikal bundamu?" gerutu Shouyou jengkel. "Langsung aja ke bayarannya, Tobio."

"Jelas kamu harus tahu, karena besok, luangin waktumu dan antar aku ke kantor registrasi pernikahan."

"He? Buat apa ke sana?"

"Ya buat daftarin pernikahan kita dong ke catatan sipil. Memang buat apa lagi, bego?"

Tobio bersumpah, seumur hidup dia tidak akan melupakan wajah syok Shouyou yang terlihat amat menggemaskan. Muka merah dan bibir sedikit terbuka. Fetishnya gak semakin aneh, kan?

[]

The End


a/n: Happy Birthday My Bro alias Pleiades Star Cluster alias Suba! Kadonya telat? Rapopo kan, ya? Jebol 2k, lho. Aku speechless sendiri.

Maafkan KageHina jadi OOC begini. Kubayangin kalau jadi anak hasil didikan IwaOi ya gak bakal jauh-jauh lah dari ini. Bundanya aja gitu /disepak Oik/ Dan well, prompt Kapan Nikah? darimu aku tutup sampai di sini. Males mikirin mereka bakal nikahnya kayak gimana. Yang jelas, Tobio bakal PDKT-nya setelah NIKAH kalau Hinata mau /ditapuk

Dan buat yang udah mampir dan baca, saya berterima kasih sekali kalau mau meninggalkan feed back. Apa lagi sebuah review, hoho. Maafkan atas tidak dikenalnya itu EYD dalam fanfict ini.

See ya!

[Was edited for some reason]

Signature,

Miss Chocoffee.


.

[May 6, 2017]