Pria kecil berlari memasuki sebuah rumah diikuti bocah lain yang mengenakan hoodie kebesaran dengan telinga panjang di bagian kupluknya.

" Chi, tunggu, Chi!"

Si pria kecil tak membalas seruan temannya, hanya terus berlari menghampiri kamar sang mama yang telah 4 hari tak ditemuinya pasca melahirkan.

" Papa!" pekiknya tidak sabar ketika melihat ayahnya berdiri di sisi ranjang, " Mama sudah pulang dari rumah sakit?"

Pandangannya bergulir pada sosok wanita yang mengenakan terusan berwarna gelap dan duduk berselonjor kaki di atas kasur.
Si bocah lantas tersenyum girang mendapati buntalan kecil di gedongan sang mama.

" Adik bayi?" suara kecil membuatnya menoleh cepat pada bocah di sebelahnya. Itachi tersenyum sumringah sebelum meraih tangan sahabatnya untuk menghampiri sang mama.

" Itachi," sapa Mikoto teriring senyum lembut menenangkan.

" Halo, Sayang-"

" Bibi perutnya sudah tidak bulat lagi," potong suara kecil milik bocah perempuan di sebelah putranya membuat Mikoto terkekeh geli.

" Karena bayinya sudah keluar," balasnya.

" Ini Sasuke?" Itachi naik ke atas ranjang dengan tidak sabar. Menatap bayi mungil dalam gendongan mamanya dengan mata berbinar kagum sekaligus gemas.

Mikoto mengangguk, sementara Fugaku tersenyum samar melihat tingkah dua bocah lima tahun yang duduk menghadap istrinya.

" Sasuke?" bocah pirang dengan hoodie besar mengernyit. Meminta penjelasan dari Itachi maupun ibunya tentang siapa Sasuke?

" Iya. Sasuke Uchiha. Adikku," balas Itachi bangga. Menunjuk adik laki- lakinya yang masih merah.

" Aku yang memberinya nama," tambahnya dengan cengiran kecil menggemaskan.

Si pirang mengangguk beberapa kali tanda mengerti meski alisnya masih bertaut dengan ekspresi bingung, kemudian melempar pandangannya kembali pada bayi mungil di pangkuan mamanya Itachi dan tersenyum lebar.

Pipi gembilnya terangkat dan matanya menyipit lucu.

" Sasuke lucu sekali. Pipinya besar seperti nasi kepal buatan paman-"

" O-oaa," suara kecil Sasuke yang menggeliat terdengar pelan. Bibir mungilnya membentuk bulatan kecil dan mata besarnya mengerjap beberapa kali lalu kembali terpejam sesaat setelahnya.

" Whoaaa, Chi, Chi, dia bersuara," gemas si pirang. Menahan diri untuk tidak mencubiti kedua pipi si bayi.

" Bibi, aku boleh mencium Sasuke- nya?"

" Tidak boleh, ini adikku," Itachi mendorong dahi si pirang dengan telunjuknya. Lantas tertawa begitu mendapati wajah merengut sahabat pirangnya yang sebelas dua belas dengan boneka rillakuma pemberian paman Obito saat ulang tahunnya yang ke empat tahun lalu.

" Pelit."

Mikoto terkekeh.

" Bibi~" rengek si pirang meminta bantuan dengan kening berkerut dalam.

" Boleh, Naruto. Kau boleh menciumnya," si wanita mengulas senyum lembut, mendekatkan sang bayi mungil ke hadapan bocah pirang di sebelahnya.

Naruto memekik gemas sebelum mengirim kecupan basah di dahi Sasuke yang hangat dan wangi bedak bayi. Senyum manis itu tak luput dari penglihatan Itachi dan membuatnya ikut menarik kedua sudut bibirnya senang dan berujar," Jangan lama- lama ciumnya. Masih kecil tidak boleh cium- cium sembarangan, nanti kau bisa jatuh cinta pada adikku."

" Itachi."

..

..

" Sasukeee~ ututututuuu"

" Niiii."

" Haiss, Naruto, jangan menakuti Sasuke. Tampangmu itu mengerikan," Itachi dengan tergesa meraih Sasuke kecil dalam gendongan setelah bayi 7 bulan itu berhasil merangkak ke pangkuannya dengan susah payah.

" Aku juga mau gendong Sasuke, Chi," erang Naruto kesal. Sejak tadi ia berusaha mendekati pria kecil dalam pelukan Itachi tapi sepertinya Sasuke tidak mau dekat- dekat dengannya.

" Senyummu terlalu lebar, Bodoh. Sasuke pasti mengira kau mau menerkamnya."

" Chk, aku mau peluk Sasuke juga. Kenapa kau pelit sekali, sih?" merengut kesal, Naruto bersimpuh dengan bibir mengerucut dan kedua tangan di atas lutut. Kedua netranya memandang punggung kecil adik Itachi yang kini sedang memainkan kancing baju sang kakak.

" Chi," panggilnya.

Itachi menoleh dengan alis bertaut sebagai tanda tanya.

" Aku juga mau adik. Boleh tidak Sasuke ku bawa pulang?"

" Tidak boleh!"

" Haiss, dasar pelit."

..

..

" Sasuke, jangan dimakan! Itu kotoran kucing. Huekk."

Si pemilik nama tersentak kaget. Mengerjap beberapa kali sebelum melempar delikan tajam pada teman pirang kakak laki- lakinya yang kalang kabut membuang benda- benda kecil berwarna hitam dengan selembar tisu.

" Itu bukan makanan, mengerti?" Naruto kembali menghampiri tetangga kecilnya.

Sasuke melengos. Kesal karena kesenangannya terganggu oleh ulah Naruto. Bocah tiga tahun itu berdiri tergesa dan berjalan ke dapur dengan kaki dihentak dan bibir merengut lucu.

" Nah, dia marah," Itachi terkekeh kecil dari atas sofa ruang tamu dengan remot TV di tangannya.

Naruto mendengus. " Aku menyelamatkannya. Tapi Sasuke cepat sekali marah."

" Menyelamatkan dari apa?" tanya Itachi di sela tawanya yang berderai melihat ekspresi sahabatnya.

" Dari monster hitam berbau busuk."

" Lagipula kenapa kau diam saja, sih? Kau bilang dia adikmu. Dan kau sudah janji sama bibi Mikoto mau menjaga Sasuke selama bibi pergi ke pasar. Sasuke hampir makan kotoran kucing, dan kau membiarkannya!" lanjutnya.

" Biar saja Sasuke makan. Kalau tahu rasanya menjijikkan nanti juga kapok," balas Itachi enteng dengan maksud bercanda. Sejujurnya ia tidak memperhatikan Sasuke tadi hingga teriakan Naruto mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Untung saja ada Naruto.

Si pirang menatapnya dengan mulut menganga tidak percaya.

" Seharusnya aku saja yang jadi kakak Sasuke," gerutunya.

" Ah, yang benar? Kau bilang mau menikah dengan adikku kalau sudah besar nanti?" goda Itachi.

" Memangnya boleh?"

" Tidak sih."

" Kau-"

" Aniki," Sasuke memanggil dari pintu dapur dengan sebotol sabun cuci piring yang telah terbuka.

" Sasukeeee, jangan main- main sabun!"

" A hahahaha."

" Chi, bantu aku. Haiss dasar."

..

..

Hari ini Sasuke sakit. Bocah lima tahun itu terserang flu setelah kemarin sore bermain hujan- hujanan dengan sang kakak. Hidungnya mampet dan badannya terasa panas. Sasuke terus merengek pada Itachi, minta bantuan supaya membujuk sang mama agar mengijinkannya main di luar rumah.

" Tidak boleh, Sasuke. Kau masih sakit," Itachi mengusap kening adiknya yang berkeringat.

Naruto mengangguk, mengiyakan ucapan sahabatnya dan terus memandang cemas pada si bocah lima tahun yang semakin merengut kesal.

" Tapi aku mau main di luar," erangnya. Sesekali membersit pelan.

" Nanti kalau sudah sembuh baru boleh main, oke? Aku akan menemanimu bermain seharian," janji Naruto, berusaha membujuk si kecil.

" Tidak mau. Maunya sekarang."

" Tapi sekarang sedang turun hujan, Suke."

Itachi mengernyit. Menatap aneh sang sahabat selama beberapa detik kemudian melempar pandangannya keluar jendela. Ia bisa melihat sinar matahari tampak terik hari ini dan beberapa daun berguguran.

" Benarkah?" Sasuke menatap Naruto penuh tanya.

Itachi semakin mengerutkan kening.

" umm," Naruto mengangguk mantap.
" Hujan sinar matahari. Panas sekali sampai membuat kepalaku pusing bukan main."

" Idiot!" sahut Itachi kejam.

" Hn. Idiot," lanjut Sasuke setuju. Menirukan ucapan sang kakak.

Naruto melotot. " Chi!"

..
" Kau kenapa, Naruto?" tanya Kakashi saat mendapati sang keponakan melamun dengan wajah kusut. Bocah 10 tahun itu bahkan mengabaikan ramen yang jadi menu makan malamnya hari ini.

" Kau sakit?" tanyanya lagi ketika tak mendapat balasan apapun. Memandang cemas pada gadis kecil yang telah dirawatnya sejak masih bayi.

Naruto tersentak begitu telapak tangan lebar milik sang paman menyentuh dahinya lembut.

" Kenapa, Paman?"

" Ku pikir kau sakit. Tapi kau tidak panas."

Si pirang memasang cengiran kecil. " Yang sakit bukan aku, Paman. Tapi Sasuke," jelasnya.

" Sasuke belum sembuh?" tanya Kakashi dibalas gelengan pelan oleh keponakannya.

Laki- laki itu menghela nafas panjang. Pantas saja Naruto terlihat muram, gadis kecil yang sangat menyayangi adik Itachi ini tidak pernah absen memperhatikan Sasuke.

" Tadi siang Sasuke menangis karena belum boleh keluar rumah. Aku jadi kasihan," terang si pirang dengan wajah sedih.

Kakashi mengulas senyum kecil. Meraih jemari keponakannya dan meremasnya lembut.

" Habiskan makan malammu dan paman akan mengajakmu ke suatu tempat."

Naruto menatap sang paman dengan kening berkerut kemudian mengangguk dan meraih sendoknya.

..
..

Naruto mengetuk pintu rumah Uchiha. Memanggil bibi Mikoto, paman Fugaku, dan Itachi beberapa kali dengan wajah tidak sabar. Di sebelahnya sang paman tersenyum kecil dengan telapak tangan kirinya menggenggam lembut jemari kanan Naruto yang tengah memeluk sesuatu dengan tangannya yang bebas.

Rengekan Sasuke terdengar samar dari teras rumahnya. Ini sudah hari ke empat dan bocah lima tahun itu masih belum juga sembuh.

" Naruto? Kakashi?" sapa Fugaku begitu membuka pintu.

" Paman, aku mau ketemu Sasuke."

" Yakin? Tidak mencariku nih?" Itachi melongok dari balik badan ayahnya. Menunjuk dirinya sendiri dengan penuh percaya diri.

Naruto menggeleng. Dan merangsak masuk ke dalam dengan tergesa begitu Fugaku berkata silahkan teriring senyum penuh kelembutan.

Itachi lantas mengekor di belakang sahabat pirangnya. Penasaran dengan apa yang akan bocah pirang itu tunjukkan pada sang adik.

" Sasuke!" panggil Naruto semangat. Sasuke menoleh malas dengan mata berair dari atas kasur. Memeluk guling besarnya dan duduk di bagian sudut. Menggemaskan sekali.

" Aku membawakan sesuatu untukmu," Naruto mengulurkan kedua tangannya. Menunjukkan benda besar yang terbalut kain perca kotak kotak berwarna cokelat.

Sasuke mengernyit. Begitupun Itachi dan Mikoto yang duduk di sisi ranjang putra bungsunya. Menerka- nerka apa yang tersembunyi di balik kain cokelat di kedua tangan si pirang.

" Semoga Sasuke cepat sembuh."

Naruto tersenyum lebar hingga matanya menyipit menggemaskan.

Sasuke meraih bungkusan besar itu dan membukanya dengan tidak sabar.

Mulutnya terbuka, memandang takjub pada kumpulan cahaya kecil dari dalam toples kaca yang bergerak- gerak.

" Kunang- kunang?" Itachi mendekat. Menatap lekat dengan mata berbinar tertarik.

" Jangan menangis lagi, oke?"

Sasuke mendongak dan mengangguk kecil dengan senyum samar. Memeluk toples kaca- nya erat dan berujar dengan suara serak," Terima kasih, Naruto- nee."

Dan senyum Naruto semakin merekah.

..

..

Firefly for Sasuke
Disclaimer : Masashi K.
Cast : Itachi Uchiha, Naruto Namikaze, Sasuke Uchiha
Story by : LukazLuke

Warn : AU, GS, GaJe, FemNaru, Receh, Garing, Typos everywhere..

ini cerita yg udah sya publish di watty mski blm tamat.. sya brpikir gak semua org nyaman pake aplksi itu dn boro2 mau bca, buka aja males.. jd sya kpikiran menyajikan cerita ini di sini juga. spa tau ada yg mau baca.. huehehe..