First Love

Park Jimin & Min Yoongi

Namjoon;Seokjin;Taehyung;Jungkook;Hoseok

Other

Rated : T

Warning! BL/AU/OOC/Abal/Typo(s)

BTS belong to BigHit and his family, but story is mind.

.

.

Enjoy!


"Ah, akhirnya kau datang juga hyung. Kenapa baru sekarang?"

Yoongi terdiam.

"Selama sebulan ini kau kemana saja hyung?"

Yoongi masih diam.

"Siapa pria itu?"

Yoongi lagi-lagi terdiam.

"Dan kenapa ponsel mu tidak bisa di hubungi?"

Orang yang di tanya hanya menghembuskan nafasnya jengah. "Apa semua pertanyaan yang kau ajukan itu, menjadi pertanyaan untuk interview disini?" Yoongi menatap Jimin tajam.

"Ya. Khusus untuk mu."

Mereka berdua saling menatap. Yoongi sempat heran saat Jimin mengucapkan 'siapa pria itu', apa Jimin memantaunya selama ini?

"Aku berada disini untuk melamar kerja, Jim. Sebulan ini aku pergi. Pria itu? Dia sahabat ku. Ponsel sengaja ku matikan. Jadi, apa aku di terima disini?" Yoongi tersenyum paksa. Bisa-bisanya ada pertanyaan seperti itu saat interview.

Jimin dengan hati serius menanyakan beberapa pertanyaan yang menurut Yoongi sangat konyol. Semuanya tentang dirinya sendiri. Jelas-jelas ia harus menghindar setelah kejadian frist kiss itu, kenapa masih tidak peka juga!

CEO muda itu berjalan dan duduk di samping pujaan hatinya itu, "Kenapa kau sengaja mematikan ponselnya hyung? Menghindari ku?" ucap Jimin seraya mencondongkan wajahnya ke arah Yoongi.

Yoongi yang merasa kikuk dengan reflek menutup wajah Jimin dengan kedua tangannya.

"Kau selalu menghubungi ku setiap menit, Jim. Dimana kata-kata yang menyebut mu orang sibuk itu."

Jimin tersenyum mendengar kata-kata Yoongi. Ia pun melepaskan tangan Yoongi dari wajahnya dan menggenggamnya erat.

"Habis kau bikin khawatir terus sih, jadi siapa dia?" Jimin mengelus-elus tangan putih nan lembut milik Yoongi.

Saat ini rasanya seorang Min Yoongi ingin kabur dari sini secepatnya. Kejadian bulan lalu saja belum hilang dan sekarang kejadian saat ini sudah masuk ke dalam list 'hal' yang ingin ia lupakan.

"Kenapa kau selalu diam saat bersama ku hyung? Risih ya?"

Jimin melepaskan tangan Yoongi, mungkin benar Yoongi merasa risih selama ini. Pikirnya.

"B-bukan begitu Jim…"

Tidak! Selama ini Yoongi tidak merasa risih, hanya saja ia selalu merasa salah tingkah saat bersama dengan Jimin. Rasanya… seperti seorang gadis yang bertemu cinta pertamanya—bukan, entalah Yoongi juga tidak tahu, yang pasti malu+semburat merah+ekspresi semua itu tidak bisa di kontrol saat bersama si cengeng asal Busan itu.

Tuhan tolong Aku.

"Baiklah, aku pergi dengan sahabatku. Namanya Jung Hoseok. Dia sangat membutuhkan bantuan ku Jim. Aku tidak ingin mengecewakan dia, dengan beratus-ratus missed call darimu tiap harinya! Aku harus fokus."

Jimin diam mendengar penuturan Yoongi. Jung Hoseok? Rasanya nama itu familiar sekali.

"Jung Hoseok? Si sutradara itu? Aku mengenalnya hyung. Kita pernah berfoto juga saat pernikahan Chanyeol hyung tahun lalu." Jimin tertawa.

"Ah! Apa ini yang di sebut dunia sangat sempit? Kookie dan Taehyung bahkan bekerja di tempat yang sama. Namjoon hyung dan Seokjin hyung juga, dan tentu saja kita berdua ber—"

Yoongi menepuk-nepuk tangan Jimin, ia sangat bersyukur ada yang menelepon di situasi saat ini. Yoongi sudah menebak perkataan Jimin selanjutnya itu apa.

Jimin menekan tombol hijau di layar ponselnya, tanpa melihat nama yang tercantum. Bisa-bisanya Yoongi melihat ponselnya, padahal ia sengaja me-silent ponselnya agar tidak mengganggu.

"Hallo?"

/…../

"Sudah di depan? Masuk saja bro."

Jimin mematikan ponselnya, "Hyung tunggu disini oke? Jangan kabur ya." Jimin mencium pipi kanan Yoongi cepat, "Ada yang kelupaan." Jimin mencium pipi satunya.

"Bibirnya nanti menyusul ya."

Senyum lebar tercetak di bibir tebal milik Jimin, ia sedikit tersenyum melihat reaksi Yoongi.

Yoongi? Nyawanya berasa terbang di langit-langit ruangan milik Jimin. Double kiss dan Yoongi tidak menyadari itu akan terjadi.

[Tok Tok]

"Masuk."

Seseorang dengan setumpuk file yang ada di tangannya masuk kedalam. Jimin sudah duduk di kursi kerjanya. Membuka beberapa file yang ada di mejanya.

"Bagaimana kabar mu bos?" orang itu membuka pembicaraan.

Jimin menghentikan kegiatannya, "Bos-bos mata mu! Kau tak ingat dulu kita berjuang masuk kesini bersama? Terimakasih Soonyoung! atas pekerjaan mu yang segunung itu." Orang itu tertawa mendengar penuturan sahabat sekaligus atasannya itu.

"Ngomong-ngomong siapa dia?" tanya Soonyoung, yang bernama lengkap Kwon Soonyoung.

"Dia? Kekasih ku. Iya kan hyung." Jimin tersenyum, ia berjalan dan duduk di sofa di ikuti Soonyoung.

"Ha? Apa?" Yoongi tak mendengar apa yang dikatan Jimin, ia pun menatap Soonyoung. Soonyoung hanya menganggukan kepalanya saja, yang Yoongi kira ia harus melukan itu juga.

Jimin tersenyum teduh, "Lihat kan." Ucap Jimin ke Soonyoung.

Sedangkan Soonyoung ingin tertawa sekencang-kencangnya sekarang juga, "Semangat, bro." ia menepuk-nepuk pelan pundak sahabatnya.

"Aku Kwon Soonyoung, teman Jimin. Bekerja di sini juga," Soonyoung mengulurkan tangannya ke arah Yoongi.

Yoongi tersenyum, "Min Yoongi,"

"Aku tidak pernah melihat mu, bekerja di sini juga?" tanya Soonyoung, "Belum, hari ini baru ingin interview." jawab Yoongi sopan.

Soonyoung menatap tajam sahabatnya yang tengah nyengir kuda ke arahnya itu. Jimin memang CEO baru perusahan ini, baru empat bulan tepatnya. Jimin dan Soonyoung sudah bekerja saat mereka sama-sama masih kuliah.

Sejak kapan interview di perusahaan ini berlangsung di ruangan Jimin? Apa dia orang yang special? Jimin bukan tipikal orang yang secara langsung meng-interview pegawai baru. Kalau dilihat-lihat dia juga bukan tipenya Jimin, apa memang si bodoh itu tertarik dengannya?

Bahkan hanya segelintir pegawai yang di perbolehkan masuk ke ruangannya. Mungkin saat ia cuti, Jimin merubahnya, pikir Soonyoung.

"Semangat ya Min Yoongi!"

Yoongi membalas dengan senyumnya yang sangat manis.

"Ngomong-ngomong bos, aku izin undur diri." Ucap Soonyoung.

Jimin menatap Soonyoung tajam. "Sekali lagi kau mengatakan bos-bos apalah itu, gaji kau hilang setengah Soonyoungie."

"Wah kejamnya~ jangan terlalu kejam Jiminie, pantas saja cinta mu selalu gagal haha. Lagi pula aku terbiasa dengan semua karyawan lainnya yang memanggil mu itu. Itu tanda hormat ku."

"Setidaknya kau menghormati ku juga sebagai sahabat." Degus Jimin.

Soonyoung tertawa, "Apapun yang ku panggil, kau tetap sahabat ku 'kan?"

Jimin hanya mengiakan saja, begini ya menjadi tinggi? Sahabat lama pun akan jadi seperti itu. Jimin merasa jauh, walau terlihat jelas jarak Soonyoung dengannya sangat dekat.

Soonyoung melihat Jimin yang terlihat gelisah, menghembuskan nafasnya.

"Lihat? Bersabar saja ya menghadapi pemimpin seperti dia. Kenapa Yoochun sajangnim memilih bocah seperti dia," canda Soonyoung, yang di tanggapi tawa canggung Yoongi.

Sahabat Jimin itu terlihat berdiri dari posisinya, "Tidak usah di pikirkan, nanti kita lanjut lagi, bro." ucapnya seraya menepuk pelan pundak Jimin, dan berjalan ke arah pintu.

"Oh ya! Woozi ingin bertemu!"

Jimin hanya memberi acungan jempol.

Ia pun langsung berbaring dengan kedua tangannya yang di lipat sebagai tumpuan kepala.

.

.

Suasana menjadi hening. Pendingin udara yang semakin dingin, karena hujan terlihat turun dengan derasnya.

Apa yang harus Yoongi lakukan? Bahkan ia belum memulai interview nya. Dirinya juga bukan orang yang terbiasa memulai pembicaraan, harus ada yang memancingnya.

"Jimin… kapan kita memulai interview nya?"

Akhirnya Yoongi memberanikan untuk bertanya.

"Tadi sudah 'kan." Pemuda yang tengah berbaring itu menjawab dengan matanya yang masih terpejam.

"Jimin aku serius."

"Aku juga serius."

Yoongi mengepalkan kedua tangannya kesal. "Kenapa kau selalu mempermainkan ku Park Jimin?!" wajah Yoongi memerah saking tak tahannya.

Jimin membuka matanya, teman masa kecilnya itu kenapa lagi.

"Mempermainkan mu?" tanya Jimin yang terlihat sangat bingung.

"Ya! Aku tahu semua yang kau lakukan dengan seenak jidat mu itu hanya untuk mempermainkan ku 'kan? Kau sangat menjengkelkan Park!"

"Kenapa kau berpikir seperti itu hyung?" Jimin semakin bingung.

"Kau selalu berbuat sesuka mu. Apa kau tahu yang ku rasakan Jim? Aku bingung dengan sikap mu itu. Sudahlah sepertinya memang kita seharusnya tak bertemu waktu itu."

Yoongi sudah berdiri, dan hendak untuk keluar, "Tunggu—" Jimin menahan Yoongi paksa. "Apa lagi Park?! Kau tidak lelah hah!"

"AKU JUGA LELAH MIN YOONGI! JADI TOLONG—"

"—tolong dengarkan aku dulu."

"Aku juga bingung hyung. Kenapa aku selalu terlihat salah?"

Air mata yang tak Jimin inginkan menetes perlahan.

"Apa kau ingat janji itu hyung? Janji untuk ke pantai Gwangalli, tapi kau tak datang. Bahkan aku menunggu mu di stasiun hingga malam. Esoknya pun kau juga tak muncul, akhirnya aku pergi ke Seoul. Maaf karena tak mengenali mu waktu itu, maaf karena mencium mu seenaknya, maa—"

"Jimin cukup."

"Maaf dari dulu hingga sekarang selalu menyusahkan mu. Dan juga saat wawancara itu, yang aku maksud itu kau Min Yoongi! Aku harap kau melihatnya. Kau frist love ku hyung… dan aku sudah menemukannya kembali."

"Jimin cukup!"

"Ah! Waktu kau pergi dengan Hoseok, apa kau tahu aku ke sana setiap hari? Namjoon hyung selalu mengomel saat itu, tapi Seokjin hyung membantu. Dia menceritakan semua tentang mu juga hyung! Aku tahu semua kesukaan mu sekarang, yang kau benci juga. Dan saat kau ke sini, aku kira kita semakin dekat… tapi kau—"

"Jimin…"

Chup

Yoongi sudah tidak tahan. Ia pun menempelkan bibir tipisnya ke bibir tebal milik Jimin. Ia hanya ingin Jimin berhenti… itu saja.

"C-cukup,"

Jimin menarik Yoongi ke sofa. Dengan cepat ia berbaring di pangkuannya, memeluk erat pinggang ramping milik Yoongi. "Maafkan aku." Cicitnya.

Yoongi diam seribu bahasa. Ia tahu teman masa kecilnya itu tengah terisak pelan.

Kenapa Yoongi terlalu bodoh dengan semua pikiran kotornya itu. Selalu menyebut orang yang di pangkuannya ini tidak peka, yang bahkan selalu memikirkan orang bodoh seperti dirinya.

Tidak! Yang seharusnya meminta maaf bukan dia. Seharusnya dirinya sendiri, yang selalu berburuk sangka tanpa berani bertanya kebenarannya.

Seokjin pernah berkata orang keras kepala seperti Yoongi, tidak akan pernah bisa bersama dengan orang yang keras kepala juga. Tetapi Jimin berbeda, dia selalu mencoba mengalah, mencoba mengerti walau dengan caranya sendiri.

Jimin dan Yoongi sama-sama merasa bingung, bingung karena mempunnyai pikiran yang berbeda. Yoongi yang seolah mengerti dan Jimin yang mencoba mengerti.

Yoongi yang seolah mengetahui isi pikiran Jimin, yang bahkan dia tak mengetahui perasaannya sendiri. Sedengkan Jimin yang mencoba mengerti dengan melakukan hal seenaknya. Yang berdampak berbeda karena Yoongi berpikir lain.

Yang mereka butuhkan sekarang ada dua. Saling terbuka dan saling mengerti.

"Jimin, maaf." Tutur Yoongi sambil memainkan rambut hitam Jimin.

Jimin hanya bergumam, terlalu nyaman dengan posisinya sekarang. Di ingat-ingat setiap pertemuannya dengan Yoongi pasti selalu ada kesalah pahaman. Tapi Jimin bersyukur karena menjadi semakin dekat dengannya.

Jimin berharap juga, di interview yang tak jelas ini, menjadi awal yang manis untuk hubungannya dengan cinta pertamanya. Min Yoongi.

.


maybe it is our imperfections which make us so perfect for another.—Emma—


.

-to be continue-

.

2017/08/18