Sebagai sesama manusia kita harus saling memaaf-kan, jadi maafkan lah diriku yang suka typo di chapter sebelum, sekarang dan ke-depan. Akan aku perbaiki secepatnya (kalau niat).
Sekali lagi, aku ngarang dan sedikit membelokkan alur dari cerita official(canon)-nya. Mohon di maklumi karena ini hanya Fanfict.
DISSCLAIMER: I do NOT own Boku no Hero Academia / My Hero Academia.
-=Chapter 034=-
-My Number & Only ONE-
New Favorite Color's
"…riya"
"…Midoriya"
"Midoriya-kun!"
Izuku dibangunkan dari lamunannya, dia hanya berharap kalau dia tidak mulai kebiasan bergumamnya, dengan memberikan senyum kaku dia menoleh ke arah orang yang memanggilnya "A –ada perlu apa…? Iida-kun?"
Tenya mengerutkan alisnya heran "Kamu tidak apa-apa? Selama pelajaran tadi, sepertinya kamu tidak konsentrasi…" utasnya dengan nada yang jelas terdengar khawatir, Tenya menunggu dengan sabar respon dari Izuku, berharap kalau Izuku memberikan respon yang membuat rasa khawatirnya rutun, tapi Izuku hanya menggelengkan kepalanya –tentu saja dengan senyum yang masih kaku.
"Aku tidak apa-apa" perlahan Izuku berdiri, pada saat dia mau mencoba untuk berjalan, tubuhnya lemas dan jatuh –
"Oo–to…" ke arah Shoto yang kebetulan ada di belakang Izuku "Midoriya…?" alis Shoto berkedut pelan saat merasakan suhu tubuh Izuku, dengan reflex Shoto meletakkan tangan kanannya di kening Izuku "Kau demam?"
Izuku menggeleng ringan, terlalu malas untuk menyingkirkan tangan dingin yang mengompres keningnya "Bukan… ini.. gimana ya…? Jelasinnya…" masih dengan senyum kakunya 'Mana bisa aku mengatakan kalau aku sedang latihan dengan kekuatan baru yang di berikan oleh All Might' tanpa sadar, Izuku menyenderkan punggungnya pada sisi kanan Shoto "Sebentar lagi musim panas kan?" merasakan sebuah gerakan –anggukkan (mungkin?) pada Shoto, Izuku melanjutkan penjelasannya "Tubuhku melakukan semacam mutasi saat pergantian musim, nanti juga mengerti kok…" dengan perlahan, Izuku mencoba berdiri –tapi berujung gagal, dan lagi-lagi jatuh, kali ini ke depan.
Tapi, bukannya di sambut dengan ciumman hangat dari lantai kelasnya, Izuku merasakan ada sepasang lengan kokoh yang memeluknya dari belakang "Kamu benar-benar tidak apa-apa?" tanya sang pemilik lengan yang memeluknya "Iida, biar aku yang membawanya ke reuang kesehatan"
Walau Izuku tidak melihat sosok Tenya, dia bisa menebak kalau Tenya sedang mengangguk sambil menggerakkan tangannya seperti robot "Baiklah, aku akan memberi tahu All Might-sensei kalau Midoriya-kun tidak bisa mengikuti pelajaran praktek hari ini"
Semuanya terasa kabur bagi Izuku, dari percakapan di dalam kelas antara Shoto dan Tenya, kemudian posisi Izuku sekarang, di gendong bridal style oleh Shoto "To –todoroki-kun! Aku sungguh tidak apa-apa! Aku bisa jalan sendiri –"
"Orang yang 2 kali hampir pingsan di kelas tidak termasuk dalam golongan tidak apa-apa"
Suara tegas Shoto berhasil membuat Izuku menghentikan protesnya, untung saja lorong sekolah sedang kosong, jadi tidak ada murid yang melihat dirinya di gendong oleh Shoto. Tapi ada rasa canggung yang luar biasa pekat di antara ke duanya, kalau Izuku merasa malu, Shoto malah tidak tau apa yang sebenarnya dia lakukan. Ok, dia sedang menolong teman sekelasnya. Ok, dia tulus menolong gadis pink no.2 di kelasnya. Tapi apa yang mendorongnya untuk mau menolong Izuku? Karena dia perempuan? mungkin, tapi juga bukan itu alasannya 'Sadarlah Shoto, kau masuk UA bukan untuk berteman!'
"Todoroki-kun" lamunnan Shoto terhenti mendengar nama keluarganya di panggil "Terima kasih, kamu baik sekali" Izuku memberikan sebuah senyum lembut pada anak laki-laki yang menatapnya dengan mata yang sedikit melebar '…? Apa ada yang aneh di wajahku…?'
Shoto memaksakan dirinya untuk mengalihkan pandangannya, tidak mau terus manatap mata sakura miliki Izuku "Bukan apa-apa…" tidak cukup dengan rasa bingung yang ada di dalam dirinya, sekarang giliran jantungnya yang berdetak cepat '…Flu?' pikirnya dengan alis yang sedikit berkerut.
.
"Permisi… nm? Recovery Girl…?"
"Sepertinya sedang keluar" dengan lembut, Shoto mendudukkan Izuku di atas ranjang terdekat.
"Terima kasih, Todoroki-kun, kamu boleh kembali ke-kelas –"
"Tidak"
Entah yang keberapa kalinya, tapi Izuku sudah di buat sangat bingung dan heran terhadap perilaku Shoto hari ini "He?"
"Aku akan tunggu sampai Recovery Girl kembali" jelas Shoto dengan yakin, dia mendudukkan dirinya di kursi sebelah ranjang yang di duduki Izuku.
…dan canggung –lagi.
Tidak ada yang membuka pembicaraan, setidaknya itu tidak bertahan lama bagi Izuku yang "To –Todoroki-kun, boleh aku tanya tentang Quirk-mu?" Izuku merasa kalau dia ingin mengutuk dirinya sendiri saat menuturkan pertanyaan tadi, jelas sekali kalau bahasa tubuh Shoto berteriak don't ask!
"Kenapa?" Izuku memberanikan diri untuk menatap mata Shoto "…Kenapa kamu ingin tau?"
Izuku mengerjapkan matanya beberapa kali "Aa… kamu tau Quirk-ku lebih terfokus ke support dan medic kan?" setelah mendapatkan anggukkan singkat Izuku melanjutkan penjelasaanya "Selain itu, aku juga bisa menstabilkan control dari Quirk milik orang lain… cuman 5 menit saja" Izuku mulai memainkan jarinya sebagai penghilang rasa canggung pada dirinya "Aku ingin tau banyak Quirk, jadi kalau dalam saat genting, siapa tau aku bisa membantu!" dengan bangga sebuah senyum ceria mengembang di bibir Izuku 'Dan siapa tau aku bisa menemukan ide untuk mengendalikan One for All'
Melihat senyum di bibir Izuku, Shota mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menghitung dari 1 sampai 10, setelah merasakan kalau detak jantung dan suhu wajahnya normal, Shoto kembali menatap Izuku "Endevor adalah ayahku" Izuku mengangguk, dia tau betul nama Hero tersebut "Dia adalah Hero yang selamanya terjebak di peringkat ke-2 di rangking pahlawan. Sebagai seorang pahlawan, dia dapat membesarkan namanya dengan kerja kerasnya. Itulah kenapa, sang legenda hidup, All Might, adalah salah satu penghalangnya" kerutan di jidat Shoto semakin dalam "Karena dia tidak bisa melampaui All Might, dia membuat sebuah renca baru" sesaat, dia menutup matanya, kemudian membukanya lagi dan menatap lurus ke –Izuku "Kau sudah tahu soal perkawinan Quirk, bukan?"
Seolah ada yang menekan sebuah tombol di dalam kepalanya, Izuku langsung mengerti kemana arah pembicaraan ini 'Tetap dengarkan Izuku, ini yang kau minta!' Izuku mengaggukkan kepalanya pelan. Izuku menggigit bibir bawahnya.
"Ayahku membesarkanku untuk melampau All Might…" Shoto menurunkan pandangannya, tidak mau bertatap mata dengan Izuku, tidak mau Izuku melihat wajahnya yang di penuhi kebencian "Aku sudah muak… aku tidak mau kalau hanya dijadikan sebuah alat… di dalam ingatanku, Ibuku selalu menangis…" tanpa sadar, Shoto mengangkat tangan kirinya, lalu menutupi luka bakar di wajah sebelah kirinya "Sisi kirimu itu sangat menjijikkan" Shoto menarik nafas dalam "…kata ibuku sambil menyiramkan air panas ke wajahku"
Darah di dalam tubuh Izuku langsung membeku saat Shoto menurunkan tangannya, menampakkan wajah penuh kebencian dan amarah '…Bukan… ini, ini tidak baik… kalau begini caranya…'
"Karena itu, aku akan menjadi Hero tanpa menggunakan sisi Kiriku"
'…Todoroki-kun tidak bisa menjadi Hero sejati!'
Tanpa pikir panjang, Izuku mengulurkan tangannya, hampir melompat dari ranjang, tapi dia berhasil membingkai wajah Shoto "All Might, adalah ayah tiriku" bisik Izuku, dan kalau di nilai dari reaksi Shoto –yang melebarkan matanya, sudah bisa di pastikan kalau Shoto mendengarkan bisikkannya, sebuah rahasia yang hanya Katsuki dan staff guru yang tau "Tapi bukan itu yang aku ingin katakan!" mata sakuranya tidak goyah, dia tetap membingkai wajah Shoto dengan kedua tanngannya "Aku tidak tau dengan perasaanmu, aku tidak tau apa yang terjadi di keluargamu!" Izuku mendekatkan wajahnya pada Shoto "Tapi hanya satu yang bisa aku katakan sekarang…"
"Nm…?!"
"Todoroki-kun ingin menjadi Hero kan? Aku yakin, kamu pasti bisa menjadi Hero. Asalkan kamu punya masa depan yang kuat" Izuku memeluk erat Shoto, membenam wajahnya di bahu sebelah kiri Shoto "ini adalah kekuatanmu, Quirk-mu" perlahan Izuku melepaskan pelukkannya, dan dengan senyum tulus dia memukul dada sebelah kiri Shoto "Jadilah Hero yang dirimy inginkan!" Izuku mengakhiri kata-katanya dengan sebuah cengiran ceria.
Di dalam kepala Shoto, sebuah memory lama bangkit, sebuah memory dirinya bersama dengan ibunya. Memory tentang ibunya mengatakan hal yang sama dengan Izuku. Shoto harus menelan semua emosi yang meluap di dalam dirinya, mencegah dirinya untuk tidak menitikkan air mata yang mulai terkumpul di sudut matanya.
Cengiran Izuku langsung turun saat bel peringatan kalau makan siang sudah berakhir "Gawat! Selanjutnya pelajaran prakteknya Papa!" Izuku kembali mengulurkan tangannya dan mengandeng tangan kiri Shoto tanpa rasa ragu "Ayo kita kekelas! DASH!"
.
Masih dengan ekspresi shock-nya, Shoto berlari dengan tangan kirinya di tarik oleh Izuku.
Jadilah Hero yang inginkan!
Perkataan Izuku masih menggema di dalam otaknya, membuat sebuah memori yang dia pikir, tidak pernah bisa ia ingat. Perlaha, bibirnya membentuk sebuah senyum tipis 'Aku di selamatkan…? Oleh seorang gadis…' entah sedah berapa tahun, tapi sebuah tawa kecil lepas dari mulutnya. Mengganti kecepatan larinya, kali ini giliran Shoto yang lari di depan Izuku dan menariknya "Terima Kasih, Midoriya" ucapnya tulus dengan perasaan yang entah kenapa, sangat ringan.
Izuku kembali memberikan senyum cerianya "Untuk apa? Kita impas! Tentang Endevor, dan tentang All Might!"
Shoto mengangguk setuju "Ada benarnya"
Lari dari Shoto terhenti saat melihat sosok Izuku sekali lagi "Todoroki-kun?"
"Rambut… matamu…?" Shoto tidak melepaskan pandangannya dari sosok gadis, gadis yang menyelamatkannya. Gadis yang memberikan sebuah kalimat yang selama ini selalu ingin dia dengar 'Hijau…?'
Izuku berkedip beberapa kali "He?" dari sudut matanya, Izuku melihat helai pink yang berubah menjadi hijau gelap dengan perlahan "Aah… sudah aku bilangkan? Setiap pergantian musim, tubuhku akan mengalami semacam mutasi, inilah yang aku maksud!" utasnya sambil menyibakkan rambutnya dan tersenyum lebar –senyum bangga "Keren, kan?"
"Aa…" di dalam dirinya, Shoto memutuskan, kalau hijau dan pink menjadi warna favoritnya yang baru '…Cantik'