Keluarga

.

.

Untuk ending mengecewakan anime dengan tokoh utama blur ini.

.

.

Family drabble.

.

Uzumaki Sakura.

Nama itu tertulis tebal di akte kelahiran yang sekarang sedang kupegang. Tertulis begitu membanggakan di form orang tua di bawah tulisan Uzumaki Naruto. "Hei, Sakura-chan, terkadang aku berpikir..."

Mahakarya Shinachiku yang dia persembahkan padaku masih nampak jelas terpahat di bukit Hokage. Gambar Naruto yang dia gambar di pipi pahatan patungku dengan cat warna merah berkilau, terkena sinar matahari sore yang kejinggaan. Aku tak tahu racikan apa yang dia pakai, tapi ada bawahanku yang bilang kalau butuh waktu sekitar dua minggu untuk menghilangkan cat itu sepenuhnya.

"bagaimana jika semua yang telah kucapai ini hanya mimpi."

Lalu yang lebih membuatku bangga adalah bagaimana dia bisa mencoret pahatan itu sementara ada keamanan selevel Anbu yang menjaga pahatan-pahatan keramat itu.

Tentu saja aku menghukumnya terlebih dahulu. Menyuruhnya keliling desa mengenakan pakaian kunoichi dan masuk ke setiap rumah sambil bilang: 'hai, namaku Uzumaki Shinachiku, aku baru saja mencoret-coret wajah Nanadaime 'lho!'

Walau itu terlalu berlebihan, apalagi dia itu anakku, namun, sebagai Hokage, aku dipaksa untuk tak pandang bulu pada siapapun. Bahkan, keluargaku sendiri. Yah, bakalan jadi repot kalau nanti ada anak kecil lain yang terinspirasi aksi Shinachiku lalu ikutan melukis bebas dan seenaknya membuat wajahku jadi kanvas. Makanya, aku mencoba mengajarkan bahwa apa yang dilakukan oleh Shinachiku bukanlah hal terpuji, dan siapapun yang melakukannya akan dapat malu seumur hidup seperti Shinachiku.

Tapi, lain urusannya di rumah. Meski aku sempat dibogem Sakura-chan karena dia bilang aku mendukung kenakalannya, aku memujinya. Aku bilang kalau, tak ada orang lain yang sanggup menggantikanku sebagai Hokage, kecuali dia. Lagipula, apa yang dia lakukan benar-benar mengingatkanku pada masa lalu.

Dia menyadarkan Sakura dan diriku sendiri, bahwa dirinya tengah kesepian. Ayahnya tak pernah di rumah kecuali hari libur, ibunya juga sama sibuknya. Walaupun ia punya banyak teman, tapi..., tak ada teman yang lebih berharga dari orang tua 'kan?

"Maksudku, bagaimana mungkin wanita secantik nona berambut merah muda ini bisa menjadi milikku?" aku mengelus rambut Sakura-chan.

Sakura-chan menatapku. Hari ini adalah hari pendaftaran di Akademi. Dan sebagai orang tua, kami baru saja memasukkan anak kami ke akademi ini. "Lalu punya anak super menyebalkan dengannya."

Hm... Benar. Aku dan Sakura-chan sekarang adalah keluarga. Yang artinya aku berhasil menikahi wanita berwangi rambut semanis kapas ini. Wanita yang sendari sebelum aku mengenal kata cinta, telah kucintai. Walau ada banyak masalah yang harus kulewati seperti meyakinkan orang tua Sakura-chan yang masih menginginkan Sasuke sebagai menantu, waktu kencan yang terbabat habis karena jabatanku sekarang, dan banyak masalah lain. Tapi, secara keseluruhan, aku bahagia..., sungguh sangat.

Ah, bicara soal Sasuke. Si rambut nyentrik itu memutuskan untuk jadi jones seumur hidup dan mengembara ke hutan-hutan. Katanya: 'aku tak berniat untuk menjalani kehidupan bodoh seperti kalian berdua! Aku akan mengembara, dan menemukan diriku yang sebenarnya.' begitu. Tapi, aku tak yakin. Aku malah yakin kalau dia itu masih menyimpan perasaan pada kakaknya. Yah, begitulah dia..., tsundere plus brocon.

"Semua yang menjadi milikku... Menjadi Hokage, menghapuskan diskriminasi, dicintai rakyatnya, dan semuanya itu membuatku yakin ini semua adalah mimpi."

Matahari sore berkilau indah, menyinari warna jingga seluruh yang ada di bawahnya.

Sungguh sore yang indah. Apalagi, setelah seharian mengantri untuk menyerahkan formulir pendaftaran. Animo rakyat Konoha untuk menjadi ninja semakin tahun semakin meningkat. Kursi pendaftaran yang kuingat dulu hanya terisi sebanyak empat atau tiga orang setiap jam, kini penuh seharian.

Bahkan Hokage sepertiku tak mendapatkan hak khusus dalam mengantri. Negara apaan ini!

"Mungkin kaubenar."

Sakura mengalihkan pandangannya dariku. Menatap pahatan Hokage, dan matanya menerawang. "Aku juga masih tak yakin, mengapa aku bisa dapat pasangan bodoh sepertimu, punya anak senakal Shinachiku, dan terjebak bersama keluarga setakjelas ini."

"Jahat!"

"Tapi itu kenyataannya."

"Ya, kau ada benarnya..., tapi bukankah itu jahat!"

Sakura tertawa. Dan entah bagaimana aku tertawa pula.

Sebentar kemudian Sakura-chan menenggelamkan wajahnya di dadaku. Walau agak memalukan dilihat ibu-ibu dan anak kecil mengingat kami sedang ada di taman, tapi napas Sakura-chan yang hangat begitu menenangkan. Ya sudahlah, lagipula, rakyatku ini harusnya tahu kalau setidaknya, Hokage mereka butuh kesenangan bersama wanita cantiknya.

"Namun, ingatlah Naruto..." bibir Sakura-chan yang bergerak, jujur, agak membuatku geli. "meski ini adalah mimpi. Meski aku adalah khayalanmu, meski Shinachiku bukanlah anakmu..., namun, yakinlah, semua perjuaganmu selama ini adalah kenyataan mutlak. Dan perjuanganmu itu yang membawakan mimpi-mimpi ini jadi nyata."

"Hm, kurasa begitu."

Aku takkan mungkin bisa melupakan rasa sakit dari semua perjuanganku. Dan dalam mimpi, rasa sakit takkan mungkin ada.

"Aku mencintaimu."

"Kurasa aku tak perlu menjawabnya."

"Dan Sakura-chan, kurasa ini mulai memalukan, mata ibu-ibu itu seperti mengintimidasiku, jadi bisakah kau mengangkat wajahmu?" Sakura-chan mematuhinya.

Namun tiba-tiba dia mengecup pelan bibirku.

Dan ibu-ibu itu menutupi wajah putra-putri mereka sambil memberikan tatapan membunuh padaku.

.

.

A/N: Gara-gara Lunar Baboon, yang seenak jidatnya bikin cerita mengharukan tentang keluarga, saya jadi terinspirasi buat bikin drabble pendek ini. Saya adalah shipper, NaruSaku. Menurut saya, hubungan mereka itu penuh development sejak kecil, dan itu yang bikin saya jatuh hati sama mereka. Dan kata salah satu guru saya, hubungan akan langgeng, kalau cowok yang suka sama cewek, bukan cewek yang suka cowok. Saya nggak paham masalah itu, saya belum pernah jatuh cinta sama cewek 3D selama hidup ini, tapi saya percaya sama dia!

Sebenarnya, saya udah nulis ini lama. Sejak episode 500 Naruto Shippuden muncul kayaknya. Saya waktu itu berharap kalau ending NaruHina diganti sama NaruSaku di anime. Melihat betapa kerasnya penolakan fans di Amerika atas ending Masashi-sensei ini. Tapi saya salah. (Saya tahu saya bodoh). Apalagi, saya lagi baca LunarBaboon, jadi, saya langsung nulis ini. Tapi, karena males, dan file kependem, saya baru publish sekarang. Sekalian buat owakari aisatsu saya.

Sperti biasa, saya akan sangat berterimakasih jika ada yang mau mengomentari ff tak jelas saya yang lain ini. Terimakasih banyak!

.

.

.

.

Moga Untung Luganda, out.