BONUS CHAPTER
Kuroko no Basuke
© Fujimaki Tadatoshi
My Maid
© Himevaille
Happy Reading! Enjoy~
.
.
.
"Akashi-sama, kita mau kemana?"
"Tetsuya ikut saja"
Akashi terlihat sangat bersemangat membawa maid nya itu ke suatu tempat.
.
Mereka berhenti pada sebuah bangunan besar nan kokoh yang ada dibelokan jalan. Diatas pintu masuk bangunan itu dengan bangga bertuliskan "PELATIHAN MAID"
"Akashi-sama, tempat ini—"
"Ayo Tetsuya"
Akashi tidak ingin mendengar banyak komentar, tangan Kuroko kembali ditarik masuk kedalam.
"Selamat datang, tuan. Ada yang bisa kami bantu?"
"Ya. Daftarkan dia sebagai peserta pelatihan maid hari ini"
"Baik, tuan. Pelatihan akan di mulai satu jam lagi. Silahkan ke ruangan disana untuk menunggu"
Akashi tersenyum senang karena jadwal hari ini tersedia dan dimulai sebentar lagi.
Mereka pun menunggu diruang yang sudah disiapkan.
"Akashi-sama kenapa saya harus ikut pelatihan ini?"
Itu benar, kenapa harus? Selama ini Akashi tidak pernah protes pada pelayanan Kuroko, tapi hari ini malah disuruh ikut beginian.
"Hanya iseng"
Dan itulah Akashi Seijuurou, majikan ter absolute yang membuat Kuroko harus ikut begini dengan alasan hanya iseng.
Akashi memang hanya iseng.
.
"Halo semuanya. Saya yang akan menjadi pelatih kalian. Mohon ikuti pelatihan selama 3 jam ini dengan baik dan benar"
Seorang wanita yang sudah tampak berumur memasuki ruangan.
Kuroko sangat risih karena hanya dirinya yang berjenis kelamin laki-laki, semua perempuan dan sedari tadi melirik-lirik ke arahnya, menertawai nya.
Kuroko melirik pada Akashi yang berpangku dagu menatap dirinya dari jendela kaca diluar.
"Baik! Pelajaran pertama, menjadi maid harus sangat tau sopan santun"
'aku sudah sopan kok'
"Kedua, harus melayani majikan dengan baik"
'majikan ku sudah sangat puas dengan layanan ku kok'
"Ketiga, har—"
"Awww.."
Kuroko meringis perih karena kepala kena panahan karet.
"Hei kau! Sudah laki-laki, harusnya paling memperhatikan"
"Sumimasen"
"Hahahaha.."
Seisi kelas yang berjumlah 12 orang, termasuk Kuroko, menertawai nya.
Kuroko melirik tak senang pada si majikan yang sudah pasti adalah si pembuat ulah, dia malah senyum tak bersalah sekarang.
Akashi tau Kuroko tadi tidak perhatikan penjelasan didepan, makanya ia usil melakukan itu kebetulan menemukan karet dilantai.
"Baiklah, sekarang ambil masing-masing baju maid di lemari belakang"
Wanita itu menunjuk pada sebuah lemari besar di belakang kelas. Mereka berbaris teratur untuk mengambilnya.
"Saya akan ajarkan cara memakai baju maid ini"
Baju maid yang diajarkan berbentuk seperti dress, namun dibagian pinggang ada jahitan karet yang nantinya akan memberi bentuk ramping.
Wanita itu memakai baju maid tersebut. Semua murid pun mengikuti.
Kuroko tidak tahu muka nya dan status nya sebagai laki-laki mau dicampak kemana. Semua perempuan disana mulai terkikik-kikik geli.
"Semua sangat cocok dengan pakaian kalian. Bagus sekali. Selanjutnya, begini cara memegang nampan"
Wanita itu mempraktekkan cara memegang nampan dengan satu tangan dengan menjaga keseimbangan antara barang yang ada di atas nampan. Para murid pun diminta untuk mempraktekkan.
Klenggg klengg klengg
Nampan yang terbuat dari aluminium itu berdenting keras ketika terjatuh ke lantai
"Hei kau hati-hati!"
"Sumimasen"
Selama jadi maid, Kuroko belum pernah angkat-angkat nampan dengan satu tangan ala butler. Karena pengalaman nya bekerja hanya sesaat sebelum di klaim oleh Akashi seumur hidup.
Diluar ruang kelas, Akashi sudah mati-matian menahan tawa. Banyak juga majikan lain yang melihat bagaimana proses maid nya belajar.
"Kita lanjutkan. Perhatikan cara berjalan saat akan menemui majikan kalian"
Wanita itu berjalan lengak lengok penuh kharismatik. Kuroko jadi binggung ini kelas maid atau kelas model?
"Anoo.. kenapa kita harus jalan begitu?"
"Hah? Kau masih bertanya? Tentu saja untuk menambah kesan bagus. Cara berjalan sangat menentukan nilai harga diri seorang perempuan"
"Tapi saya laki-laki"
Muka Teflon itu menjawab dengan nada datar.
Jendela ruang ini terbuka, jadi para majikan diluar sana juga bisa mendengar percakapan dari dalam. Dan sekarang Akashi sudah tertawa-tawa dalam hati.
'He-eehh berani juga dia' Akashi menambah nilai plus pribadi untuk maid nya.
"Sudahlah! Ikuti saja"
"Ha'i."
Tidak ada pilihan alternative apapun selain berdoa semoga ini cepat selesai.
"Berikutnya tentang kebersihan"
Yang ini sangat umum, hanya seperti bagaimana menjaga kebersihan dirumah majikan, menyapu dan mengepel serta lap ini itu, dan menjaga perabotan.
Semuanya mengangguk-angguk paham.
"Selanjutnya tentang keamanan"
Yang ini ditujukan bagi maid yang tinggal dirumah majikan, Kuroko misalnya.
"Dalam hal keamanan, jaga lah rumah majikan kalian seperti menjaga harta kalian sendiri. Tidak peduli ada satpam tambahan atau tidak, kalian turut bertanggung jawab penuh. Kejahatan dari luar sangat berbahaya, pastikan lah majikan kalian tidak apa-apa"
"Sensei, bagaimana jika kejahatan itu dari dalam? Misalnya orang rumah sendiri yang mencuri barang?"
"Pertanyaan yang bagus. Kalian mungkin saja akan dituduh, tapi itulah sebab kalian harus hati-hati dan teliti. Yang paling utama adalah majikan kalian tidak kenapa-kenapa, tidak di apa-apain oleh siapapun karena majikan kalian lah yang akan membuat keputusan"
"Lalu bagaimana kalau kami yang di apa-apain?"
"Maksud nya di apa-apain bagaimana?"
"Sensei jangan pura-pura tidak tahu"
"I-itu ka-kalian harus jaga diri juga baik-baik"
Wanita pengajar itu memalingkan muka kesamping, dia tidak menyangka akan muncul pertanyaan begini walau ini memang benar ada nya. seisi kelas menjadi ricuh, perempuan yang tadi bertanya mulai bercerita ke teman disebelahnya tentang banyak sekali berita mengenai pemerkosaan majikan terhadap pembantu. Kuroko yang sengaja duduk di paling belakang menaikkan level poker face nya, pura-pura tidak tahu apa-apa mengenai hal itu.
"Ehem.. kita lanjutkan"
Kelas kembali tenang dan pelatihan dilanjutkan. Semua yang dibahas menyangkut hal umum yang mendasar. Sepertinya murid hari ini rata-rata adalah pemula, Kuroko yang sudah lumayan lama bekerja sudah mengerti dengan penuh aturan ke-maid-an.
"Ok untuk menutup kelas hari ini, kita akan mempraktekkan yang tadi sudah dipelajari. Para tuan dan nyonya silahkan masuk"
Para majikan yang menunggu diluar di persilahkan memasuki kelas. Mereka duduk dikursi dibagian utara kelas, sedangkan para maid berdiri di bagian selatan.
Satu per satu para maid diminta untuk menyajikan teh untuk majikan nya yang menunggu disana. Semua melakukan dengan baik dan formal.
Kini giliran Kuroko.
Kuroko menarik nafas dalam-dalam terus dihembuskan. Nampan yang diletakkan ditangan kiri dan diangkat setinggi pundak. Tangan kanan dilipat indah di bagian perut. Kuroko juga berjalan gemulai seperti yang sudah diajarkan.
Akashi sudah senyum-senyum membuat para maid lain mengimpi-ngimpikan jadi maid nya Akashi.
Kuroko sudah tiba dihadapan Akashi. Entah kenapa hari ini rasanya sangat gugup, tapi Kuroko mencoba melakukan seperti yang biasa ia lakukan.
Nampan diletakkan dimeja samping majikan, teko diatas nampan diambil kemudian dituangkan isinya pada cangkir yang tersedia.
"Silahkan teh nya, Akashi-sama"
"Thanks, Tetsuya"
Cup! Akashi mencium pipi Kuroko yang membuat seisi ruangan heboh. Kuroko menatap tak percaya pada apa yang majikan nya perbuat. Akashi malah membalas tatapan Kuroko dengan sebuah kedipan mata yang menambah kehebohan kelas tersebut.
.
.
"Akashi-sama, apa-apaan tadi? Anda menghancurkan nama baik saya"
"Kenapa? Lagian kita tidak akan bertemu mereka lagi"
Itu benar. Tapi tetap saja kan..
"Akashi-sama sendiri tidak takut dicap yang tidak-tidak?"
"Siapa yang berani melakukan itu padaku? Coba saja"
Kuroko menyerah. Ia yakin tidak ada guna nya melajutkan perdebatan dengan majikan nya tersebut. Sejak kelas usai hingga berganti pakaian kembali, Kuroko menjadi sorotan para maid disana. Beruntungnya, hawa keberadaan Kuroko yang tipis membuatnya dengan mudah keluar dari kerumunan dan menemui Akashi di lobby depan.
Kini dengan kesal, Kuroko berjalan cepat mendahului Akashi setelah memastikan tidak ada barang yang ketinggalan dari tempat pelatihan tersebut.
"Tetsuya? Hei.. tunggu"
Akashi mempercepat langkahnya menyusul Kuroko yang telah mencapai area parkiran mobil.
Grap! Dengan satu tarikan tangan, Akashi berhasil mengenggam pergelangan tangan Kuroko dan membalikkan badan nya.
"Akashi-sa.."
Kuroko terkejut ketika Akashi membalikkan tubuhnya dan dengan pasti mendorong tubuhnya bersandar pada mobil sport Akashi.
Akashi dan Kuroko saling tatap, Kuroko bisa melihat jelas wajah tampan Akashi yang disinari mentari sore.
Akashi semakin mendekatkan wajahnya pada Kuroko. Kuroko yang sudah menebak apa yang akan dilakukan, spontan memejamkan mata.
"Otsukare, Tetsuya"
Sontak kaget dan membelalakkan mata, Kuroko dapat merasakan sepasangan lengan kekar memeluknya, dan suara baritone Akashi tepat ditelinga nya.
pelukan itu hanya sesaat dan digantikan dengan telapak tangan yang mengelus pucuk surai biru Kuroko.
Kuroko terdiam dan bersemu. Majikan nya itu, selalu saja membuat Kuroko merasakan roller coaster perasaan.
.
.
Sepanjang perjalanan dimobil, Kuroko tak berani menatap Akashi. Ia takut hati nya akan meledak akibat detak jantung yang keras. Ia juga tak menanyakan kemana mereka akan melanjutkan perjalanan sampai akhirnya mobil diparkirkan di dermaga yang luas.
Akashi terlebih dahulu turun dari mobil, disusul Kuroko dan kini mereka bersandar di kop mobil dengan pemandangan air yang hangat. Beberapa kapal tampak besar dan kecil, berpulang dan berangkat.
"Tetsuya tidak ingin bertanya untuk apa kita disini?"
"Tidak, karena itu sia-sia"
Akashi tersenyum kecil dengan tingkah Kuroko.
"Aku hanya ingin sedikit melepas penat"
Kuroko melirik Akashi yang masih nyaman menatap perairan.
"Tetsuya masih kesal dengan tindakan ku di pelatihan tadi?"
"Tidak"
Meski hanya satu kata, Akashi senang mendengarnya. Tangan nya mulai disatukan dengan tangan Kuroko yang berada disisi nya. Kuroko hanya menatap bagaimana tangan kekar dan jemari panjang itu mengenggam tangan nya, jemari yang selama ini bermain disekujur tubuhnya.
"Tetsuya.."
Satu tangan lagi Akashi gunakan untuk menyentuh dagu Kuroko, mengangkat wajah itu agar menyamai pandangan nya. Kuroko bisa melihat wajah tegas yang tampan itu menyimpan sendu yang nyata.
Pelan tapi pasti, dengan suasana langit jingga yang indah, angin sepoi-sepoi, deru air dan mesin kapal, Akashi dan Kuroko memejamkan mata menikmati sentuhan bibir satu sama lain.
Manis tanpa pemanis. Alami sedemikian rupa.
Ciuman terlepas, wajah Kuroko yang dihiasi semu merah selalu menjadi favorit Akashi.
"A-anda pasti lelah, Akashi-sama. Lebih baik anda istirahat"
"Tetsuya benar. aku harus istirahat sekarang"
Akashi menarik tangan Kuroko kembali ke dalam mobil di bangku belakang.
"Akashi-sama?"
Akashi menempatkan Kuroko untuk duduk mengangkang di pangkuan nya. Posisi ini membuat Akashi leluasa mencium bibir dan leher Kuroko.
"Nghh.. Akashi-sama, jangan, nanti ada yang melihat"
"Tak apa, Tetsuya. Kaca mobil ini tidak bisa dilihat dari luar"
"Tapi.. Hmpp.."
Akashi membuka resleting celana Kuroko dan mulai meremas penis Kuroko.
"Akashi-sama!"
"Hmm?"
Kuroko tidak tahu sejak kapan ia terbiasa dengan sentuhan Akashi, sejak kapan ia merasa tidak keberatan. Yang Kuroko sadari, pesona Akashi yang memikat membuat makhluk apapun akan menyerahkan diri.
Akashi yang memperhatikan Kuroko mulai lunak, menarik tangan Kuroko pada gundukan selangkangan nya yang sudah sangat terangsang.
"Tetsuya tahu apa yang harus dilakukan kan?"
Meski tetap malu-malu, Kuroko mulai menggesek gundukan itu, meremasnya pelan yang memberi sensasi nikmat untuk Akashi.
"Buka celana ku, Tetsuya"
Kuroko patuh. Jari nya mulai melepas kancing celana dan menarik turun resletingnya. Akashi membantu untuk sedikit menurunkan celana nya dan celana dalam nya agar penis nya dapat leluasa membesar.
Akashi juga membantu mengeluarkan penis Kuroko dari sangkarnya.
Kini penis keduanya saling bergesekkan, cairan precum mempermudah gesekan tersebut, begitu pula dengan tangan Akashi yang membantu.
"Nghhh.. Akashi-sama"
Kuroko entah sadar atau tidak, mengalungkan tangan nya pada leher Akashi, menengadahkan kepalanya sehingga Akashi bebas mengakses leher putih nya.
"Akashi-sama.. aku.. ngghh.."
"Tetsuya.."
Tangan Akashi mempercepat gesekan pada penis mereka dengan nafas kedua nya yang terus memburu.
"Hah.. ah.."
"Tetsuya.."
Cairan kental entah milik siapa meleleh dan bercampur dijemari Akashi. Kuroko menolehkan kepala nya kesamping, malu untuk menatap majikan yang membantunya memenuhi kebutuhan biologis.
Akashi membiarkan posisi itu sejenak sambil membersihkan lelehan sperma milik mereka.
"Tetsuya, aku yakin kau tahu ini belum selesai"
"Eh?"
Akashi membalikkan tubuh Kuroko, meminta Kuroko untuk menungging sedikit dan berpengangan pada sandaran kursi depan.
Akashi mengenggam kedua belah pantat Kuroko, melebarkan nya dan menemukan lubang kenikmatan yang selama ini memuaskan Akashi.
Dengan tepat, Akashi membimbing pantat Kuroko untuk turun dan mengarahkan ke penis nya.
"Ahh.. nghh.. Akashi-sama"
Seperti biasa, Akashi langsung merasakan getaran nikmat hingga ubun-ubun.
Penis masuk dengan sempurna, Akashi menarik tubuh Kuroko untuk bersandar padanya dan memeluk pinggang Kuroko.
"Ahhh hmmm…"
Akashi menolehkan wajah Kuroko untuk menggapai bibir ranum kesukaan nya. Ciuman yang basah dan dalam, Akashi maupun Kuroko, keduanya selalu dimabukkan dengan permainan mereka.
"Tetsuya, goyangkan pinggang mu"
"Tapi.. aku.."
Akashi tidak ingin membuang waktu mendengar penolakan Kuroko, ia tuntun pinggang Kuroko untuk bergerak searah jarum jam. Gerakan ini merangsang kedua pihak dengan sangat nikmat.
"Ah ah.. hmm nghh.. Akashi-sama.. Akashi-sama.."
Akashi menahan pinggang Kuroko agar penisnya tetap menancap sempurna dan mulai menggoyangkan pinggangnya sendiri untuk menumbruk lebih dalam
"Ouh! Ah! Hah.. nghh.. Akashi-samaaa.."
"Tetsuya.. ini dalam sekali.. ah.."
Kuroko meski tidak pandai bermain dirty talk, namun ekspresi dan desahan nya dapat Akashi artikan bahwa Kuroko menikmati ini. Ruang terbatas, tubuh bersentuhan, menyatu, dan tusukan yang dalam disertai alunan desahan yang indah.
"Tetsuya, mainkan penismu"
Kuroko tidak dapat berfikir lagi, ia terlalu bergairah dibakar nikmat untuk setiap tusukan yang mengenai titik rangsangnya. Tangan nya mulai mengocok penis nya sendiri, kenikmatan yang berlipat ganda membuat kepala nya seperti tersengat listrik.
"Ah ah.. Akashi-sama… Akashi-sama.."
"Ya.. shit! Tetsuya.."
"Nghh.. Hmmm.."
Gerakan yang semakin cepat, tidak lagi beraturan, mata yang merem melek menikmati nya.
"Tetsuya.. tetsuya.."
"Ahhh.."
Kuroko menyemburkan sperma nya, menegangkan tubuh dan memperketat lubang nya. Sontak saja Akashi lepas kontrol dan menusuk sedalam-dalam nya.
"Oh Fuck! Shit! Ah.."
Suara baritone yang menggeram seksi disertai cairan panas yang memenuhi lubang Kuroko.
Kuroko bisa merasakan deru nafas Akashi yang sangat memburu menerpa leher belakang nya.
Akashi mengeratkan pelukan nya. Disela nafas nya yang hangat, ia kembali mengecup daun telinga Kuroko dan berbisik halus
"Aku senang memiliki Tetsuya"
Kuroko diam tak membalas. Ia menyakinkan diri bahwa maksud Akashi adalah memiliki maid sepertinya, bukan memiliki dalam artian yang lain. Namun meski demikian, rasa hangat kian menjalar dalam hati Kuroko.
Sekilas ia menatap ke luar jendela. Tak terasa, hari sudah gelap, hanya ada lampu dermaga yang menyinari lokasi sekitar.
Lagi-lagi hari yang mereka lalui bersama terasa cepat, lelah, indah, dan nikmat. Entah berapa banyak kenangan yang bisa direkam otak manusia, tetapi Kuroko memastikan setidaknya nama Akashi Seijuurou sangat bersejarah dalam hidupnya.
Dengkur halus dan nafas teratur dari Akashi membuat Kuroko memberanikan diri mengelus permukaan tangan Akashi yang memeluk pinggangnya. Dibelai perlahan dengan bibir yang menyunggingkan senyum kecil.
"Saya juga senang memiliki anda, Akashi-sama" Batin Kuroko.
.
.
.
Hallo Minna-san!
Apa kabar semuanya? Wahh.. saya mohan maaf sebesar-besarnya karena fanfic ini berhenti sangat lama. Saya juga berterima kasih sebesar-besarnya dan sangat senang membaca review yang menantikan fanfic ini dan semua bentuk dukungan serta semangat.
Minna-san, jaga kesehatan ya agar bisa tetap berfantasi ria :D
Arigatou Gozaimasu! ^^
