Dalam dua puluh enam tahun seorang Byun Baekhyun hidup di dunia, tidak pernah terpikir di otak kecilnya tentang masalah terborgol bersama mantannya, Park Chanyeol.
Kini mereka berdua duduk terdiam dikelilingi ketujuh member EXO.
"Chanyeol-ssi, bisakah kau sekarang lepaskan borgol ini?", ujar Baekhyun mencoba memberanikan diri memulai sebuah percakapan sekaligus menyelesaikan masalah ini.
Namun yang didapat hanyalah keterdiaman dari semua orang.
Baekhyun menghela napasnya, mencoba sabar. "Chanyeol, tolong kau keluarkan kunci borgol ini dan membukanya. Lalu kita semua bisa mulai bekerja dengan tenang."
Tidak ada satu kata pun keluar dari mulut mantan sialannya ini. Begitu juga dengan ketujuh orang di hadapannya yang membuat Baekhyun sangat marah.
"Yak brengsek! Cepat ambil kunci sialan itu dan buka borgol ini!" Baekhyun memekik kesal.
"Maaf sebelumnya. Kunci borgol itu hanya dipegang oleh polisi yang dikenal sangat baik oleh Park Sajangnim, yaitu Yunho Hyung–", Suho menghela napasnya pelan sebelum melanjutkan perkataannya, "–yang pada saat ini sedang pelatihan di Jeju."
Baekhyun menggeram dongkol.
"Yasudah, panggil saja polisi itu kemari! Demi Tuhan! Ini hari pertamaku kerja di sini dan sudah mendapat masalah seperti ini. Apa aku kena karma atau bagaimana?!" ujar Baekhyun sembari menangkup kedua wajahnya.
"Sebentar, kucoba hubungi Park Sajangnim sebentar. Sekarang kalian bersiaplah, kita sudah telat setengah jam." Kata Chanyeol sembari mengeluarkan ponselnya.
Sontak seluruh member langsung berhamburan dan menuju setnya masing – masing.
Tangan kanan Chanyeol mengangkat ponselnya ke telinganya. Yang di mana otomatis tangan kiri Baekhyun ikut terangkat.
"Hallo." Suara seseorang di sana bisa Baekhyun dengar karena saking menempelnya dengan Chanyeol.
"Abeoji, aku butuh kunci borgol yang dikhususkan untuk sasaeng."
Abeoji?
Baekhyun berharap abeoji itu bukan Park Ahjussi karena Baekhyun sungguh malas untuk berhubungan dengan keluarga mantannya ini. Lagipula, terakhir yang Baekhyun tahu, Park Ahjussi ini adalah seorang pengusaha real estate yang memang sudah mapan dari sananya.
Makanya Baekhyun sangat heran kenapa Chanyeol yang merupakan anak kandung kesayangannya ini bekerja menjadi manajer boyband.
"Kenapa? Apa ada sasaeng yang tertangkap?"
"Bukan. Tapi aku yang tidak sengaja terborgol dengan seseorang."
"Kau ini bodoh atau bagaimana? Memangnya dengan siapa kau bermain borgol bodohmu itu?"
Chanyeol mendengus kesal.
"Baekhyun."
"Baekhyun? Baekhyunee?"
Oh sial. Perasaan Baekhyun menjadi sangat tidak enak.
Chanyeol melirik ke arahnya sebentar, "Iya, Byun Baekhyun."
"Ah! Yunho belum bisa pulang. Kau tahu, pelatihan itu khusus dan tidak bisa diganggu gugat. Tunggulah sekitar seminggu–"
Chanyeol melotot kaget, "Bukankah harusnya besok ia pulang?!"
"Tidak, tidak. Yunho mendapat perpanjangan pelatihan karena alasan tertentu."
Sialan. Baekhyun mendengus kasar lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa, ia lelah.
"Yasudah. Terserahlah." Chanyeol memutuskan sambungan telepon itu dan mengikuti Baekhyun, bersandar pada sofa.
"Jadi bagaimana sekarang?" Baekhyun berujar pelan.
"Ya…begitulah."
"Ya begitulah? Astaga!"
Baekhyun mengeluarkan ponselnya dan mendial pemadam kebakaran. "Hallo? Ya, aku Byun Baekhyun. Letaknya di kantor Vogue. Masalahnya, aku terborgol dengan seseorang. Mungkin ka–" ponsel Baekhyun berpindah tangan ke Chanyeol, "Maaf, tadi hanya telepon iseng saja. Sekali lagi maaf dan terima kasih."
Lalu sambungan telepon dimatikan.
Baekhyun yang sudah gondok berteriak, "Sialan! Kau ini kenapa?!"
Untungnya orang – orang sedang disibukan dengan pemotretan. Terlebih lagi suara music yang di putar saat itu volumenya cukup keras.
"Jangan menelfon aparat polisi, pemadam kebakaran, atau apapun itu. EXO adalah grup besar, kalau ada kabar yang tidak – tidak, bisa – bisa mempengaruhi pandangan netizen. Sekarang lebih baik diam dahulu." Chanyeol berbicara panjang lebar.
"Lalu bagaimana pekerjaanku? Bagaimana kalau aku perlu pergi ke toilet? Bag–"
"Masalah pekerjaan, kau tenang saja. Dan untuk sisanya, kita pikirkan bersama." Chanyeol memotong ucapan Baekhyun lalu berdiri dan berjalan ke arah Victoria yang sedang bersenda gurau dengan Suho.
"Vic nuna." Sapanya.
"Oh, Chanyeolli! Masalah itu ya?" ujarnnya sembari menunjuk borgol yang terpasang manis di tangan Baekhyun dan Chanyeol.
Baekhyun membungkuk, "Maafkan saya. Saya akan mencari cara secepatnya supaya terbebas dari borgol ini."
Victoria tertawa, "Sudah tenang saja. Kuberi waktu untuk mengurus masalah ini dan pekerjaanmu akan kuhandle."
Baekhyun kira dirinya akan diberi surat peringatan atau paling parah dipecat. Tapi ujungnya hanya begini saja.
Chanyeol berdeham sekali, "Terimakasih Nuna! Kau memang yang terbaik."
Victoria tersenyum lalu menepuk pipi Chanyeol beberapa kali dan berlalu pergi.
Well, Baekhyun masih bisa merasakan panas di hatinya.
"Mantanmu? Yang ke berapa? Ke seratus? Atau ke seribu?" ujar Baekhyun sembari mendengus kesal.
Chanyeol tertawa, "Bukan, dia tanteku yang paling muda, jadi dia memintaku untuk memanggilnya nuna. Waktu kita pacaran, dia dan keluarganya masih tinggal di New York. Ketika kita putus, Woozi –anak Victoria nuna minta ditemani ketika di kampus karena dia baru."
Dan Baekhyun merasa malu.
"Oh."
Chanyeol mulai berjalan keluar gedung dan menuju balkon. "Lagipula, semenjak putus denganmu, aku belum pacaran lagi."
Baekhyun mendengus, "Ucapkan itu pada rentetan wanita yang ada di kampus dulu."
"Serius, aku tidak pacaran dengan mereka. Hanya dekat, dan ketika bosan, aku akan pergi mencari yang lain."
"Ya, ya, ya, terserah. Aku tidak perduli dengan Park Chanyeol dan playboynya itu." Baekhyun memutar bola matanya malas.
Chanyeol tertawa pelan lalu mengeluarkan bungkus rokoknya. "Mau?"
"Kau masih merokok?! Sekarang simpan itu sebelum aku berteriak minta tolong karena dilecehkan olehmu." Ujar Baekhyun.
Dan kalimat itu berhasil membuat Chanyeol menghela napasnya dan menyimpan kembali kotak rokok ke dalam sakunya.
"Tapi aku butuh sesuatu yang manis. Mana tahan aku seminggu tanpa rokok."
Baekhyun memutar bola matanya, "Makanlah cokelat atau permen. Atau gulali. Atau apapun lah selain rokok."
"Apapun yang manis?"
Baekhyun mengangguk sembari melihat jalanan yang mulai ramai.
"Ya."
CUP
Chanyeol mencuri sebuah kecupan dari bibir Baekhyun.
Dengan Baekhyun yang masih mematung terdiam di tempatnya. Dirinya kaget, okay?
"Bibirmu masih manis seperti dulu." Ujar Chanyeol lalu menempelkan bibirnya ke bibir Baekhyun. Dan kali ini ia menciumnya lembut. Tanpa menghiraukan Baekhyun masih melotot terkejut.
"Ekhem. Maaf menganggu, tapi kita sudah selesai Chanyeol Hyung."
Sontak keduanya melepaskan tautan itu. Baekhyun menunduk dan menghindari untuk bertatapan dengan siapapun. Dalam hatinya, ia mencoba menepis segala harapan - harapan yang mulai muncul di hatinya akibat perbuatan Chanyeol tadi. Untuk seorang Chanyeol yang memang suka memainkan perasaan orang, mencium seseorang bukanlah suatu hal yang penting.
Sedangkan Chanyeol berdeham keras, "Oke. Kita kembali ke van."
Ketika seluruhnya sudah berada di dalam van, Chanyeol membuka tabletnya.
"Setelah ini, bersiap – siaplah untuk fanmeeting. Setelah fanmeet ini kalian semua bebas." Ujar Chanyeol.
Baekhyun yang asing dengan keadaan ini hanya diam. Dirinya benar – benar canggung.
"Baek, terpaksa nanti malam kau harus tidur di dorm. Mungkin kau bisa mengambil beberapa bajumu sepulang fanmeet nanti."
Baekhyun mengangguk. Lalu keadaan kembali hening. Paling hanya Kyungsoo, Luhan, dan Lay yang kadang ikut bernyanyi bersama radio. Serta Jongin dan Sehun yang sibuk bermain game di ponselnya. Suho dan Chen sibuk mengobrol di kursi belakang.
Oh, mungkin hening hanya berada di antara Chanyeol dan Baekhyun.
Memutuskan untuk keluar dari kecanggungan, Baekhyun mencoba bertanya suatu hal yang membuatnya penasaran dari tadi.
"Kau ini anak kandung Jungjin Ahjussi kan? Kenapa sekarang kau terjebak dengan pekerjaan manajer boyband?"
Chanyeol menoleh ke arah Baekhyun dan tertawa kecil, "Setelah putus darimu–", pipi Baekhyun memerah mendengar kata putus, "–aku kembali sering pergi ke club. Kadang ikut balapan mobil juga, sih."
"Kau apa?!"
Baekhyun memutuskan untuk memukul kepala Chanyeol.
Chanyeol meringis, "Yak! Biarkan aku melanjutkan cerita! Jadi intinya, setelah tahu aku putus denganmu, dia mulai bertingkah gila. Mulai dari memblokir kartuku, mengambil kunci mobil yang membuatku terpaksa menaiki bus. Dan yang paling parah ialah ketika aku kecelakaan saat balapan mobil, dia mengurungku di rumah."
"Kalau aku jadi Jungjin Ahjussi, mungkin aku sudah menembakmu mati dari dulu." Ujar Baekhyun sembari melipat tangannya.
"Sialan. Saat diriku susah begitu, aku kabur ke rumah Victoria Nuna. Di sana, aku kembali mendapatkan kemewahanku tanpa takut abeoji tahu. Victoria nuna berjanji untuk merahasiakanku walaupun aku sendiri sangsi akan hal itu. Hidup mewahku kembali dengan syarat, aku lulus dengan peringkat yang bagus. Dari situ, aku mulai sibuk pergi ke perpustakaan dan semester sisipan untuk mengejar semua yang tertinggal."
"Ke perpustakaan?"
"Ya. Dengan penyamaran tentu saja. Tidak mungkin aku masuk perpustakaan dengan penampilanku itu. Pasti ditolak oleh petugas di sana."
Baekhyun mengernyit, "Kenapa?"
"Aku pernah tertangkap berbuat mesum di sana. Hehehe"
Oh sialnya Baekhyun. Ia menyesal bertanya seperti itu.
"Jadi… peringkat kedua itu memang benar usaha kerja kerasmu ya?"
Chanyeol mengangguk bangga, "Lalu setelah itu aku kembali ke rumah dan abeoji saat itu baru membuka perusahaan entertainment. Aku sempat menjadi wakilnya selama beberapa tahun, tapi aku tidak suka dengan pekerjaannya. Akhirnya aku mendapat posisi ini dari abeoji."
Setelah itu, keadaan kembali canggung.
"Kalau kau bagaimana?" tanya Chanyeol.
"Huh? Oh, aku menerima tawaran kerja dari majalah Vogue di Jepang begitu lulus. Lalu aku berniat menjadi warga negara di sana tapi tidak jadi karena tawaran kerja di Korea Selatan." Ujar Baekhyun.
"Sebegitu inginnya kah kau untuk melupakanku? Hingga menjadi warga Negara Jepang?"
Sekali lagi, Baekhyun memukul kepala Chanyeol. "Dalam mimpimu."
"Lalu, kau bisa menjelaskan kenapa bisa kau dipanggil sasaeng oleh Jongin dan Sehun?"
Baekhyun menghela napasnya, "Pasti karena mereka melihat banner di mobilku. Sebenarnya itu milik adikku."
Chanyeol hendak mengatakan sesuatu namun terputus ketika mereka sudah sampai di tempat fanmeeting. Mereka semua turun dari van dan disambut teriakan yang ramai.
Dengan segera, Chanyeol menuntun member EXO ke dalam ruang tunggu. Baekhyun yang berada di belakang Chanyeol merasa kepayahan sendiri mengikuti lelaki tinggi itu.
"Kalian bersiaplah dahulu, nanti seperti biasa kalian menampilkan dua lagu terlebih dahulu, Lotto dan Lucky One. Lalu ment sebentar kemudian dilanjut fansign. Kalau menerima hadiah makanan, lihat dulu aman atau tidaknya, okay?" ujar Chanyeol kepada para member yang sedang dirias.
Baekhyun merasa kagum dengan perubahan Chanyeol yang dulunya masa bodoh sekarang menjadi sangat bertanggung jawab.
"Baek?"
"Huh?"
"Kalau capek, maaf ya. Sekarang kau bisa duduk tenang kok sampai fansignnya mulai." Ujar Chanyeol sembari tersenyum manis.
Oh astaga. Baekhyun merasa hatinya kembali menghangat seperti enam tahun yang lalu. Tak sadar senyum kecil pun menghiasi wajahnya.
Dirinya ngangguk pelan dan memutuskan untuk duduk di sofa lalu memejamkan matanya sebentar.
Hingga tidak sadar dirinya tertidur di pelukan Chanyeol.
Mantan brengseknya.
Sedari kecil, Baekhyun sudah menonton drama bersama ibunya. Dia paling suka tema di mana lelakinya kaya tetapi playboy dan perempuannya miskin namun baik.
Menurut Baekhyun, kedua hal itu merupakan percampuran yang bagus dan menarik di matanya. Ketika berada di sekolah menengah atas, di mana masa – masa anak muda untuk kasmaran, Baekhyun tidak terlalu perduli dengan orang – orang yang tertarik dengannya.
Baekhyun berpikir kalau masalah percintaannya itu bisa menyusul di masa kuliah. Masa sekolah terakhirnya dihabiskan dengan kenakalan wajar bersama sahabatnya, Tao.
Pada saat kuliah, Baekhyun menyesal tidak sempat merasakan rasanya pacaran ketika sekolah dulu. Dirinya disibukan dengan dosen, semester, dan kawan – kawannya yang membuat kepalanya cukup pusing.
Di tambah dirinya yang mendapat beasiswa yang mengharuskan nilainya selalu stabil. Baekhyun benar – benar belajar dengan giat.
Namun, ketika Baekhyun sedang berada di dalam kelas Profesor Jang yang sedang mengajar akuntansi, Park Chanyeol datang dan dengan seenaknya mengajak Baekhyun berpacaran.
Park Chanyeol adalah lelaki yang tampan, kaya, dan playboy.
Baekhyun ingat sekali kencan pertama mereka. Chanyeol mengajaknya naik pesawat jet pribadi miliknya untuk pergi ke Nami island yang bahkan bisa ditempuh bus – feri selama dua jam itu menjadi hanya setengah jam lebih.
Di sana pun mereka hanya foto, makan, dan berniat bermalam namun Baekhyun menghindari hal itu. Akhirnya mereka kembali pulang ke Seoul. Dengan pesawat pribadi Chanyeol tentunya.
Baekhyun pikir hidupnya bisa seperti di drama yang sering ditontonnya. Pria yang playboy itu berubah baik. Chanyeol pun berubah baik. Dia mengenalkan Baekhyun sebagai kekasihnya di hadapan keluarga besarnya. Bahkan berniat melamar Baekhyun nanti setelah lulus.
Tapi Baekhyun harus ditampar kenyataan ketika tengah menikmati hidup di dalam dunia fantasinya.
Playboy ya playboy. Tidak bisa diubah begitu saja.
Dengan melihat Chanyeol mencium dua perempuan sekaligus, bahkan memarahinya, Baekhyun sadar.
Di dunia nyata, tidak ada kisah dongeng yang berakhir bahagia.
"Baek, bangun."
Tepukan pelan di pipi Baekhyun membuat dirinya terpaksa membuka matanya. Dia sadar kalau selama tidur, ia berada dalam pelukan Chanyeol. Segera ia mengangkat tubuhnya dan mengusak wajahnya, mengalihkan dirinya agar tidak malu.
"Ada apa?"
"Sudah waktunya fansign. Aku harus mengawasi mereka. Tutupi tangan kita dengan jaket ini." ujar Chanyeol sembari meletakan jaket dan melilitnya di antara tangan mereka yang terborgol.
Baekhyun mengangguk dan berdiri. Ketika mengikuti Chanyeol berjalan ke panggung fansign, Baekhyun sedikit malu sendiri dan agak canggung.
Hingga ketika matanya menangkap adiknya yang seharusnya berada di kelas kini malah tertawa bersama Sehun.
Dengan marah, Baekhyun berjalan ke arah mereka. "Yak Taehyung! Kau ini sudah bosan hidup ya!"
Orang – orang yang berada di sekitarnya terkejut. Chanyeol akhirnya mengambil tindakan, "Kau kemarilah."
Dengan wajah takut, Taehyung digiring security masuk ke dalam backstage.
Bukan takut dengan securitynya sih. Lebih ke arah takut dengan amukan kakaknya, Baekhyun.
"Jelaskan pada hyung kenapa kau ada di sini padahal ini jam di mana seharuskan kau menghadiri kelas." Ujar Baekhyun dengan wajah menahan marah.
Taehyung mencicit, "A-aku sudah kepalang membeli tiket ini."
"Kau ini seharusnya bersyukur tidak perlu memikirkan biaya kuliah! Kau ini seharusnya bisa membuat eomma appa bangga!"
"M-maaf hyung."
"Belajar yang benar! Lalu kerja dan baru kau bebas membeli apa saja! Kau pikir mencari uang itu mudah? Kau pikir uang akan tumbuh dengan sendirinya?!" Baekhyun berteriak.
Taehyung yang tadinya menunduk memberanikan dirinya untuk menatap kakaknya, "Tidak! Aku kerja paruh waktu untuk membeli tiket ini! Uang Hyung selalu kuberikan pada eomma dan appa! Jangan selalu menyalahkanku!" ujar Taehyung lalu pergi dari hadapan keduanya.
Baekhyun yang mendengar itu langsung berjongkok dan menangis kesal menutupi wajahnya.
Chanyeol yang tangannya turut terbawa turun ke bawah terpaksa harus ikut berjongkok. Menghela napasnya, dia membawa Baekhyun berdiri dan masuk ke dalam pelukannya. Lalu pergi menuju ruang tunggu tadi.
"Dia Taehyung yang waktu itu masih kecil?" tanya Chanyeol ketika Baekhyun sudah tenang.
Baekhyun mengangguk pelan. "Dia baru masuk kuliah dan prestasinya cukup memuaskan. Tapi kegilaannya pada EXO memuakan."
Chanyeol meringis.
"Hyung, kami sudah selesai. Tapi fans bertanya siapa yang di bawa masuk ke backstage tadi. Sepertinya itu juga ramai di media social." Suho memberitahukan dan di susul member lainnya masuk.
Chanyeol menghela napas dan membuka instagramnya. Mengajak member untuk berpose.
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Baekhyun penasaran dan dibalas gedikan bahu dari Chanyeol. "Hanya mempostingnya dan mencoba menjelaskan hal yang terjadi agar tidak muncul rumor yang aneh."
Baekhyun mengangguk dan tersadar akan sesuatu. "Kau punya instagram?"
"Ada."
"Apa namanya?"
"Real_pcy"
Baekhyun tertawa geli, "Real? Memangnya kau ini artis? Hahaha"
"Lihat saja dulu followersnya. Lagipula aku ini manajer artis."
Baekhyun menunjukan wajah mengejek dan ketika melihat followersnya, ia tertohok. "Sialan. Membeli followers ya?"
"Itu asli tahu!"
Baekhyun mendengus lalu memutuskan untuk mengklik follow.
"Oh ya, tolong jangan bawa nama Taehyung atau siapapun." Baekhyun mengingatkan.
"Tenang saja. Aku menjelaskan kalau asisten manajer exo marah karena ada seorang fans yang sakit namun bela – bela datang ke fansign. Jadi pihak exo memilih untuk membawanya dan beristirahat di backstage."
Baekhyun menganga. "Apa kau diajarkan berbohong ketika melamar kerja menjadi manajer?"
"Hahaha, tidak. Aku hanya menggunakan alasan klise yang menguntungkan kedua belah pihak. Taehyung hanya mendapat ucapan lekas sembuh, dan EXO semakin mendapatkan tanggapan positif karena peduli pada fansnya."
"Heol, dunia artis memang menyeramkan."
Chanyeol tersenyum, "Begitulah."
Baekhyun kemudian teringat tentang pertikaiannya tadi dan mencoba menghubungi Taehyung namun berakhir tidak dibalas. Ia mengirimkan pesan pada adiknya itu kalau dirinya tidak pulang untuk seminggu ke depan.
Hanya dibaca tanpa dibalas.
Baekhyun menghela napasnya dan akhirnya mengeluarkan jurus terakhirnya.
"Chanyeol." Ujarnya pada Chanyeol yang masih sibuk dengan tabletnya.
"Hm."
"Apa ada fansign atau konser EXO dalam waktu dekat ini?"
"Tidak."
Baekhyun mendengus. Sialan sekali dirinya tidak diperhatikan. Tapi ia harus sabar demi mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Apa besok EXO free?"
"Ya."
"Sehun?"
"Ya."
"Adikku fans EXO. Apa boleh ia datang besok ke dorm sekaligus mengantarkan bajuku?"
Ucapan itu membuat Chanyeol mengalihkan perhatian dari tablet apple keluar terbarunya itu.
"Maksudmu?"
Baekhyun menggigit bibir bawahnya dan memasang wajah aegyonya, "Baekhyunee tau kalau Chanyeolie mengerti apa yang Baekkie bicarakan. Boleh ya? Eung?" ujar Baekhyun sembari menempelkan sepasang telunjuknya pada pipi Chanyeol.
Ingatkan Baekhyun untuk menampar Taehyung nanti. Berkat dirinya, ia harus melakukan hal menjijikan seperti ini.
"H-ah. Baiklah, baiklah. Tapi pastikan dia tidak merekam apapun. Atau share tentang hal ini pada siapapun."
"Gomipseumida yeoli~"
Baekhyun mengangguk lucu dan kembali sibuk pada ponsel dengan helaan napas panjang mengirimkan pesan pada adiknya untuk pergi ke salah satu apartemen elit untuk bertemu EXO.
Dan langsung dibalas dengan cepat oleh Taehyung.
Tentu dengan stiker – stiker manis dan ucapan terimakasih padanya.
Dalam hatinya, Baekhyun bersyukur masalahnya dengan Taehyung sudah selesai.
"Ayo kita kembali ke dorm." Ujar Chanyeol tiba – tiba berdiri.
Baekhyun dan yang lainnya hanya mengangguk dan mengikuti Chanyeol.
Dan yang membuat Baekhyun kaget, di luar gedung Lotte ini masih saja ada banyak fans yang menunggu di luar.
Ketika sampai di dorm juga. Ada beberapa fans yang menunggu.
Astaga.
Hingga akhirnya ia masuk ke dalam kamar Park Chanyeol. Badannya yang gerah langsung menuju kamar mandi.
Selain itu, ia juga ingin buang air kecil. "Yak! Ingat tentang kita yang masih terborgol!"
Oh iya. Baekhyun lupa akan hal itu.
"Jadi bagaimana caranya…kita mandi?" tanya Baekhyun ragu.
"Kita bergantian?"
"Aku mengerti tentang itu! Maksudku, baju kita! Apa kita harus menggunakan pakaian yang sama selama satu minggu?!" Ucapan Baekhyun membuat Chanyeol terdiam mematung.
"AH! Aku punya ide! Tapi untuk malam ini kita terpaksa menggunakan baju yang sama dahulu tidak apa kan?"
Baekhyun mengernyit ragu, "Ide apa?"
"Aku akan memanggil coordi besok untuk menjahit baju kita. Orang – orang seperti mereka kan sangat cepat dalam hal menjahit."
"Maksudmu?"
Chanyeol tersenyum lalu mengusap puncuk kepala Baekhyun pelan. "Lihat saja besok. Sekarang kau mandilah dulu. Biar pakaiannya ku pegangi."
Kemudian Baekhyun dengan sangat terpaksa membuka celana dengan satu tangan, menghindari Chanyeol memegang hal – hal sensitive. Begitu juga bajunya.
Namun gerakannya terhenti ketika ingin melepas celana dalamnya.
"Chan…" panggilnya malu – malu.
Chanyeol yang berada di luar pintu kamar mandi sebenarnya sudah sangat gemas melihat pintu shower box yang tidak sepenuhnya tertutup membuatnya ingin ikut masuk dan mandi bersama Baekhyun.
"A-ada apa Baek?" suara Chanyeol serak.
Baekhyun berdeham sekali, "Ce-celana dalam bagaimana? Kau masih punya yang baru kan?"
"O-oh. Sayangnya tidak. Seluruhnya sudah kupakai." Ujar Chanyeol. Berbohong sedikit tidak apa kan?
"Lalu aku bagaimana?!" pekik Baekhyun.
Chanyeol menahan tawanya, "Malam ini pakai yang punyaku dulu juga tidak apa."
Selama beberapa saat tidak ada jawaban. Namun akhirnya dijawab oleh Baekhyun dengan sangat pelan.
"Baiklah."
Setelah mandi, Baekhyun membungkus tubuhnya dengan bathrobe. "M-mana pakaianku?"
Chanyeol memberikan celana training dan celana dalam miliknya yang diambil sekenanya. Dan memang sudah dipakai.
Jorok memang, tapi ia masa bodoh.
Kemudian Baekhyun menggunakan pakaiannya dengan cepat. Dia memutuskan untuk menggunakan bathrobe dan celana training. Bajunya tetap digantung di antara borgolan mereka berdua.
Namun ketika ia hendak menaikan celana trainingnya, secara natural ia menggunakan kedua tangannya. Dan membuat Chanyeol mengambil kesempatan untuk meremas paha Baekhyun.
Sialan sekali.
Giliran Chanyeol yang mandi. Berbeda dengan Baekhyun, Chanyeol tetap menggunakan kedua tangannya untuk membuka bajunya. Bahkan untuk mengusap badannya, dia masa bodoh dengan tangan Baekhyun yang sudah terkepal dan teriakan – teriakan umpatan dari Baekhyun.
"Aku sudah selesai!" ujar Chanyeol senang dan dengan santai pergi keluar shower box tanpa mengenakan apapun.
Baekhyun dengan polos menolehkan kepalanya ke Chanyeol.
"Yak brengsek sialan! Pakai bajumu dulu!"
Chanyeol tertawa, "Aku sudah menggunakan pakaian kok."
Baekhyun mengintip sedikit di antara jemarinya dan menemukan Chanyeol masih saja telanjang.
"YAK! Sialan! Cepat pakai bajumu!"
Kembali Chanyeol tertawa dan memakai boxernya. "Kali ini serius sudah."
Baekhyun mengintip lagi dan bernafas lega. "Sialan sekali kalau gajahmu ikut terbawa dalam mimpiku."
"Tapi dia semakin bertumbuh besar kan?"
Pipi Baekhyun memerah.
"Sialan."
Selesai mandi, mereka memutuskan untuk tidur.
"Air conditionernya tidak usah dinyalakan ya, dingin." Ujar Baekhyun sembari menutupi dirinya menggunakan selimut dan mulai memejamkan matanya. Meninggalkan Chanyeol dengan wajah tidak percayanya.
"Panas begini dibilang dingin? Demi Tuhan Baek!"
Segera dirinya menyalakan pendingin ruangan dan tidak tanggung – tanggung pada suhu terendah.
"Euunghhh, dingin sekali eomma." Baekhyun meracau dalam tidurnya.
Chanyeol tertawa kecil dan pelan, takut Baekhyun bangun. Dengan perlahan ia memeluk Baekhyun ke dalam pelukan hangatnya.
"Eumm, hangaat~" lagi – lagi Baekhyun mengigau.
Chanyeol tersenyum dan menyempatkan dirinya untuk mencium kening Baekhyun sebentar.
"Selamat tidur Baekki." Ujar Chanyeol sembari mulai memejamkan matanya.
Baekhyun tersenyum lalu menyamankan posisinya dalam pelukan Chanyeol.
"Selamat tidur Yeollie."
