TITLE : One Night Stand
GENRE : Romance, Drama
RATING : M
CAST : Wonwoo (GS), Mingyu
DISCLAIMER : plot cerita murni milik saya, jika ada kesamaan latar, cerita, itu hanya sebuah kebetulan.
SYNOPSIS : Wonwoo yang baru putus dari kekasihnya yang brengsek menghabiskan malam di bar. Tadinya ia hanya ingin melepaskan penat, tapi setelah bertemu pria baru itu, malam yang ia habiskan… malah membara. MEANIE. GS.
This is Genderswitch. If you don't like any of 'Genderswitch', please just close the tab and live your life happily, just like the way you like it :))
.
.
.
Suara dentum music yang berdentang serta gemerlap lampu didalam ruangan ini merupakan sebuah rutinitas biasa bagiku. Ditengah malam yang gelap, dimana kebanyakan orang tengah tertidur pulas, aku malah berada disini.
Di sebuah club malam. Tempat dimana orang biasa berbuat khilaf.
Oke, aku mungkin memang sering pergi ke club malam, tapi bukan berarti aku suka berbuat yang aneh-aneh dan khilaf begitu saja.
It's a big no no!
Aku, Jeon Wonwoo. Adalah seorang gadis berkelas yang terpelajar.
Memiliki karir yang bagus sebagai seorang designer pakaian yang tengah nge-trend di kalangan para wanita sosialita, serta kekasih seorang taipan kaya raya – lah yang membuatku harus sering-sering mengunjungi tempat ini.
Eits, sekali lagi, aku adalah wanita berkelas.
Jadi, jika pergi ke club malam, biasanya aku hanya menghabiskan waktu dengan meminum cocktail dengan kadar alcohol rendah, serta berbincang dengan para relasiku maupun kekasihku.
Tapi malam ini berbeda.
Aku, Jeon Wonwoo yang berkelas, malam ini datang ke club malam ini sengaja untuk mabuk. Menghilangkan kepenatan, serta melepaskan stress yang begitu menumpuk.
"aah! Ayolah, Wonwoo-yah! Kenapa tidak mau mencobanya, eoh?! Daripada duduk disini terus! Ayolah, kau benar-benar harus mencobanya!" pekik seorang wanita yang tidak kalah cantik dariku, Yoon Jeonghan.
Ia adalah seniorku dalam bidang fashion. Aku benar-benar menyukai wanita ini, karena kebetulan selera serta style kami yang sangat mirip.
Kecuali dalam urusan percintaan.
Yoon Jeonghan eonnie yang lebih tua setahun dariku benar-benar beruntung dalam kisah percintaannya.
Ia memiliki seorang pria yang sudah menjadi tunangannya selama tiga tahun. Dan dalam waktu empat bulan kedepan, ia akan berubah statusnya menjadi wanita 'bersuami', karena tunangannya tersebut akan menikahinya.
Sedangkan aku?
Hmph.
Jangan harapkan apapun dari kisah percintaanku.
Oke, mari kujelaskan sedikit.
Pacar pertamaku, Kim Taehyung, kami resmi berpacaran saat aku menginjak kelas 2 SMA. Kami berhubungan selama satu tahun, tapi akhirnya putus karena ternyata diam-diam ia juga berhubungan dengan seorang ketua cheerleader sekolahku saat itu, yang bernama Jeon Jungkook. Miris memang. Marganya sama denganku.
Pacar kedua, saat aku lulus dari SMA dan sedang dalam ujian masuk perguruan tinggi, namanya Kwon Soonyoung. Ia adalah orang yang kutemui saat kami sedang dalam ruangan ujian yang sama. Soonyoung memang tidak tampan, tapi ia sangat baik. wajahnya juga lucu, membuatku sangat gemas padanya. Tapi hubungan kami benar-benar hanya bertahan pada bulan ketiga, karena bulan depannya kudapati ia sedang berciuman dengan seorang gadis yang merupakan cinta pertamanya.
Pacar ketiga pun tidak jauh berbeda. Hubungan kami hanya berjalan sekitar satu setengah tahun, tapi harus kandas di tengah jalan karena ia harus pergi ke luar negeri untuk meneruskan bisnis keluarganya. Sesungguhnya aku tidak masalah menjalani LDR, tapi ternyata pria itu yang tidak menginginkannya. Dengan alasan tidak ingin mengekangku, ia meminta untuk putus. Huh! Padahal aku tahu sebenarnya ia diam – diam sudah bertunangan dengan gadis lain di negeri tirai bamboo sana.
Dan sekarang, satu-satunya hal yang membuatku bisa berada di club ini dengan tujuan untuk mabuk adalah, tak lain dan tak bukan,
Pacar keempatku.
Namanya Wen Junhui. Seorang taipan kaya raya. Pengusaha batu bara. Sangat tampan, digilai semua wanita, dan memiliki sifat romantic.
Tapi justru itulah yang membuatku berpisah dengannya.
Di hari anniversary hubungan kami yang kedua, aku mendapati sebuah kenyataan pahit.
Dimana aku memergoki dengan mata kepalaku sendiri, seorang Wen Junhui, tengah bercumbu dengan wanita lain didalam apartemennya.
Saat itu juga, kuputuskan untuk berpisah dengannya.
Sambil terus menenggak gelas whisky – ku, entah yang keberapa, aku terus merenung.
Memikirkan apa yang salah denganku.
Apakah aku kurang cantik? Kurang seksi? Kurang mempesona? Apakah aku memiliki sifat yang tidak mereka sukai?
Karena jika ditilik ke belakang, semua permasahalan percintaanku adalah sama.
Aku selalu diselingkuhi oleh para pria itu.
"yak! Jeon Wonwoo! Kau ini! jika ingin minum itu, kenapa kita kemari? Di rumahmu kan juga bisa! Ayo kita menari! Melepaskan penat!" teriak Jeonghan eonni lagi padaku.
Aku menghempaskan tangannya yang bertengger di pundakku.
"aniya! Aku mau… disini saja, hik!" racau ku mulai mabuk.
Mataku sudah terasa agak berat, dan tubuhku rasanya seperti melayang. Aku ingin selalu tertawa mala mini. Rasanya aneh…
Sesuatu dalam perutku bergejolak, meronta untuk dikeluarkan, sehingga dengan sisa kesadaran yang kupunya, aku berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semuanya, membuatku sedikit banyak kembali sadar.
Setelah merapikan penampilanku sedikit, aku berniat untuk kembali ke mejaku dan meneruskan acara minumku.
Namun sayangnya, aku malah tidak bisa menemukan tempat dimana aku meninggalkan gelasku tadi.
Aku mencari ke sekeliling, dan akhirnya menemukan sebuah meja bundar kecil yang sepertinya tadi sedang kugunakan.
Namun ternyata dimeja tersebut sudah tidak kosong lagi.
Ada seorang pria yang sudah mendudukinya.
Seorang pria yang tinggi, seksi, tampan, dan kelihatan… berantakan.
.
.
.
Kunaikkan alisku setinggi-tinggi nya saat tiba-tiba muncul seorang wanita yang mengklaim bahwa meja ini tadinya miliknya.
Kuperhatikan dengan lekat penampilan wanita ini.
Cantik? check.
Tinggi? Check.
Putih dan mulus? Check.
Assetnya? Check.
Jika dilihat dari penampilan fisik, wanita ini benar-benar menawan. Tubuhnya yang langsing namun berisi itu terbalut sempurna oleh sebuah dress ketat berwarna merah marun.
Pundak serta lengannya yang mulus terpampang jelas, sehingga membuatku sangat ingin menjatuhkan jari diatas sana.
Rambutnya yang hitam dan panjang bergelombang ia sampirkan kesamping, seolah dengan sengaja memperlihatkan leher jenjangnya yang mulus, yang pasti akan sangat indah jika disana terdapat bercak-bercak merah kebiruan.
"cheogi… tadi ini adalah mejaku. Bisakah anda permisi?" tanya gadis itu dengan suara agak kencang, berusaha mengalahkan kerasnya dentuman irama music.
Aku kembali memperhatikannya dari atas hingga kebawah.
Kemudian tersenyum, lebih tepatnya menyeringai, sengaja memperlihatkan gigir taringku yang kata banyak orang, sangat mempesona.
"ah, jwesonghamnida. aku tidak tahu jika tempat ini adalah milik nona sebelumnya." Ucapku padanya.
"nde, gwenchana."
"tapi apakah anda keberatan untuk berbagi meja denganku? Lihatlah, semua meja sudah penuh. Dan ini satu-satunya yang tersisa. Lagipula kukira kita bisa berbicang bersama untuk membunuh kebosanan . kulihat anda sepertinya datang sendirian?" tanyaku padanya dengan nada sopan.
Aku benar-benar harus berhati-hati. Aku tak mau ia mengiraku sebagai orang mesum yang mengambil kesempatan.
"aku datang bersama temanku, tapi ia sedang berada disana." Tunjuk wanita itu kearah dance floor.
Aku hanya mengangguk pelan sebagai jawabannya, pura-pura tertarik.
Kemudian kulirik lagi wanita di hadapanku yang terlihat sedang menimang-nimang keputusannya.
"jadi bagaimana nona? Apakah anda keberatan?"
Tidak sampai beberapa menit kemudian, wanita ini sudah menganggukkan kepalanya pelan sambil menyunggingkan senyum tipis.
"baiklah kalau begitu. Kupikir tidak ada salahnya."
Aku langsung tersenyum sumringah mendengar jawabannya, juga segera saja kuulurkan tanganku untuk berjabatan dengannya.
"Kim Mingyu." Ucapku pada Wanita itu.
Ia menganggukkan kepalanya sopan sekali lagi. Sepertinya jika dilihat dari tingkahnya, ia adalah wanita yang anggun.
Kemudian ia menyambut jabatan tanganku dengan hangat, dan memperkenalkan dirinya.
"Jeon Wonwoo."
Aku tersenyum memandangnya, kemudian segera menarik sebuah bar stool yang agak tinggi untuk wanita itu duduk di sebelahku.
"jadi, boleh kupanggil Wonwoo-ssi?" tanyaku padanya.
"hm. Silahkan, MIngyu-ssi."
"ahh.. mau memesan minum? Biar aku yang bayar, sebagai tanda perkenalan. Anggap saja aku berterima kasih padamu karena sudah diizinkan duduk disini." Ucapku sambil memberikan sebuah buku menu padanya, tapi ia kemudian menggeleng.
"ah, itu tidak perlu. Malah sebenarnya aku memiliki sebotol whisky disini. Kita bisa meminumnya bersama jika kau mau." Tawar Wonwoo padaku, lagi-lagi dengan sopan.
Membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang dilakukan oleh wanita seanggun Wonwoo di tempat hingar bingar ini?
"benarkah? Apa kau serius?"
"tentu saja. Aku tidak sedang bercanda!" ucapnya meyakinkanku.
Dan selanjutnya, ia memanggil seorang waiter untuk menyiapkan kami dua gelas whisky dengan es batu serta sebotol whisky milik Wonwoo.
Kami mulai membuka obrolan ringan. Wonwoo cukup enak untuk dijadikan teman ngobrol. Ia sangat luwes. Kami juga meminum minuman kami tanpa beban, seolah itu hanyalah air mineral biasa.
"ehm, jadi Mingyu-ssi. Apa aku boleh tahu apa pekerjaanmu?" tanya Wonwoo.
Aku hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaannya.
"aku seorang dokter." Jawabku pelan.
Dan ia terlihat sangat berbinar mengetahui fakta bahwa aku adalah seorang dokter.
"woah! Daebak! Sangat menyenangkan memiliki teman seorang dokter! Kau harus menjadi temanku! Sehingga aku bisa berlari saja padamu jika aku sakit suatu saat nanti." Ucap Wonwoo sambil terkekeh lucu.
Ah, wanita ini sangat manis.
Aku menganggukkan kepalaku pelan, kemudian menyetujui ucapannya.
"euhm. Kau sudah jadi temanku sekarang." Ucapku lagi.
"ah, aku juga punya seorang teman dokter. Ia dokter kandungan." Sambung Wonwoo membuatku menganggukkan kepala lagi.
"kalau kau, apa yang kau kerjakan, Wonwoo-ssi?" tanyaku mulai penasaran pada wanita ini.
"euhm… aku seorang desainer. Biasa, fashion wanita.." ucapnya berusaha merendah. Namun aku merasa pekerjaan wanita ini sangatlah keren.
"woah.. lain kali jika aku ingin membuat baju, aku harus menghubungimu." Ucapku bercanda.
"hahahah.. sayangnya aku hanya bisa membuat baju wanita. Tapi jangan khawatir, aku tetap akan membantumu nanti…"
Kami terus saja mengobrol dan minum, hingga tanpa sadar mataku mulai berkunang-kunang. Tubuhku rasanya sangat ringan, aku ingin menari.
Hawa disekitar kami juga terasa semakin panas, hingga aku mengipasi wajahku dengan tangan.
Wonwoo juga kelihatan demikian. Wajahnya yang putih jadi semakin cantik setelah dihiasi semburat merah.
Kulihat minuman didalam gelasnya nyaris kosong, sehingga aku berinisiatif untuk menyodorkannya botol whisky yang masih tersisa setengah itu.
"silahkan, Wonwoo-ssi." Ucapku padanya.
Dan ia mendorong gelasnya padaku, membuatku menuangkan whisky hampir penuh kedalam gelasnya.
Kemudian ia segera menyambar botol yang ada di tanganku, kemudian turut melakukan hal yang sama pada gelasku.
"ayo kau juga harus minum!"
Membuatku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu itu.
.
.
.
Aku sudah menghabiskan waktu hampir dua jam duduk disini, di meja bundar didalam club dengan ditemani seorang pria tampan yang baru kukenal, tuan Kim Mingyu.
Jeonghan eonni sudah pulang setengah jam yang lalu karena tunangannya itu menjemputnya.
Sesungguhnya Jeonghan eonni tidak mau membiarkanku berdua saja dengan pria yang tidak dikenal, namun setelah perdebatan panjang dan negosiasi yang cukup alot, akhirnya aku berhasil meyakinkan Jeonghan eonnie bahwa aku akan baik-baik saja.
Yah, semoga.
"Kim Mingyu-ssi! Hik! Sebenarnya, apa kau tahu.. hik! Apa yang sedang aku lakukan disini?" tanyaku padanya.
Kami sudah menghabiskan sebotol whisky milikku, dan kini sedang berusaha menghabiskan botol kedua yang Mingyu-ssi beli.
Ia hanya terdiam. Memperhatikan wajahku sambil sedikit memanyunkan bibirnya.
Sepertinya pria ini mulai mabuk. Meskipun aku juga merasakan hal yang sama.
"a..ninde!" ucapnya, kemudian ia terkekeh asal.
"hehe, memangnya apa? Bukankah kau ingin bersenang-senang?" tanyanya padaku.
Aku menggelengkan kepalaku, kemudian menenggak sisa minuman di gelasku hingga ludes tak bersisa.
"a..ni! aku… kesini untuk! Menghilangkan stress! Hik! Hehe!" aku mulai menuang lagi alcohol kedalam gelasku.
Masih bisa kurasakan tatapan Mingyu-ssi yang tajam.
Ah, pria ini sangat tampan.
Aku suka.
Ia tidak kalah tampan dari si brengsek Wen Junhui.
Ah! Bahkan lebih tampan daripada bajingan tengik itu!
Aku terkekeh menyadari isi pikiranku sendiri.
Ah, jika sudah mabuk, aku memang sulit terkendali. Tapi kali ini aku tidak peduli.
Yang kubutuhkan hanyalah melepas penat, dan melupakan Junhui bajingan itu!
Maka kugeser bar stool-ku, dan mendekat pada Mingyu-ssi. Ia pun melakukan hal yang sama.
Ia menatap mataku lekat, dan mendekatkan telinganya pada bibirku.
Dari jarak sedekat ini, aku bisa mencium aromanya yang begiitu maskulin dan menggoda.
Karena ia lebih tinggi dariku, aku hanya sebatas lehernya saja, membuatku dapat melihat rahangnya yang tegas.
Uh, ingin rasanya aku menjulurkan lidahku disepanjang rahangnya itu.
"aku.. stress.."
"kekasihku, hik!menduakanku, Mingyu-ssi! Ia bahkan mencumbu gadis jalang itu di apartemennya sendiri!" ucapku dengan cepat dan agak keras, membuat tatapan Mingyu-ssi kembali pada mataku.
Kutarik rahang pria itu. Kini aku benar-benar melakukannya.
Kuletakkan kedua telapak tanganku tepat diatas pipinya.
"MIngyu-ssi! Apakah aku tidak cantik?" racauku mulai benar-benar tidak jelas.
Ia hanya menggeleng pelan.
Ia tidak melakukan apapun tentang tanganku yang berada disana, sehingga aku tetap melakukannya. Lagipula aku suka, pipi Mingyu-ssi benar-benar hangat.
"aku seksi tidak?" tanyaku lagi.
Kali ini sebagai jawabannya, ia menganggukkan kepala.
"aku… kenapa mereka semua jahat, Mingyu-ssi?! Kenapa semua kekasihku berselingkuh? Apakah karena sifatku yang memuakkan?" tanyaku dengan lirih.
Aku benar-benar sedih.
Aku bahkan tidak peduli menceritakan masalah pribadiku pada pria yang baru kutemui hari ini. aku hanya butuh hiburan. Dan seseorang yang mengerti akan perasaanku.
Air mataku tanpa sadar jatuh setetes demi setetes. Aku segera mengusap mataku kasar, dan menutup wajahku dengan kedua tangan.
Aku malu. Tapi air mataku tidak bisa berhenti.
Mingyu-ssi tidak juga melakukan dan mengatakan apapun, hingga kurasakan ia menarik pergelangan tanganku kasar, melepaskan kedua telapak tanganku dari wajahku.
"uljjima." Ucapnya pelan, namun tegas.
"akan kubuktikan bahwa para pria itu adalah pria yang bodoh."
Tatapanku tiba-tiba saja memutih.
Isi pikiranku blank semua.
Saat kurasakan bibir Mingyu-ssi menempel pada bibirku.
Awalnya ia hanya mengecup, namun lama kelamaan ia mulai melumati bibir bagian atas dan bawah, secara bergantian.
Wajahku memanas. Selama dua puluh lima tahun kehidupanku, ini adalah pertama kalinya aku berciuman dengan seorang pria yang baru kukenal selama dua jam.
Dan ini adalah ciumanku yang paling hebat.
Kim Mingyu-ssi adalah pencium yang handal, membuatku secara tiba-tiba melingkarkan lenganku pada lehernya.
Ciuman MIngyu-ssi bertambah ganas. Ciumannya yang berawal begitu lembut, kini berganti.
Sangat panas, cepat, menuntut, dan… berhasrat.
Mati-matian aku berusaha melepaskan diriku darinya, karena aku mulai kehabisan oksigen. Akhirnya setelah sedikit memukuli bahunya, ia melepaskan ciuman kami.
Bibirku basah, dan entah saliva milik siapa yang menetes didaguku, namun anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali.
Mengingat aku sudah bertukar saliva dengan pria yang baru saja kukenal malam ini.
Aku masih berusaha menarik nafas dalam, saat tiba-tiba saja kurasakan pergelangan tanganku kembali ditarik, dan kami pergi meninggalkan meja tempat kami duduk itu.
.
.
.
kini aku tengah menggenggam erat pergelangan tangan Wonwoo-ssi, wanita yang baru saja kutemui dua jam yang lalu.
Bisa dibilang, aku menyeretnya. Karena ia benar-benar harus setengah berlari saat berusaha menyamakan langkahku dengan kakinya yang beralaskan sepatu high heels setinggi 12 cm itu.
Kubawa ia pada sebuah ruangan yang terletak dilantai kedua bar ini. aku tahu akan letak ruangan tersebut, tentu saja.
Karena club malam ini adalah milik saudaraku, sehingga aku cukup sering menghabiskan malam yang suntuk disini, ditemani para wanita-wanita yang akan bersedia dengan senang hati menemaniku.
Aku membuka ruangan yang terletak di pojok lorong, dan membuka kuncinya dengan password yang kuketahui.
Setelah sampai, aku segera membalik tubuh Wonwoo-ssi dan sedikit membantingnya, agar ia bersandar pada pintu yang tertutup.
Kutahan kedua lengannya tepat diatas kepala, dan segera kembali kuciumi bibirnya yang sangat menggoda itu.
Ini bukan pertama kalinya aku melakukan ciuman dengan seorang wanita yang belum kukenal dekat, namun dari sekian banyak pengalaman berciumanku, entah mengapa melakukannya dengan Jeon Wonwoo-ssi benar-benar terasa berbeda.
Entah mengapa, rasanya hanya.. berbeda begitu saja.
Aku tahu, ia bukan ahli dalam urusan ciuman.
Nafasnya cenderung pendek, dan ia kelihatan bingung untuk membalas lumatan bibirku.
Namun tak apa, itu saja sudah cukup.
Setelah puas dengan bibirnya, kualihkan bibirku menuju rahangnya yang tirus, dan terus turun menuju lehernya yang jenjang.
Sedikit kujilati leher hingga tulang selangkanya, membuat wanita ini menggeliat kecil.
"eungh.. Ming-Mingyu ssi…" lenguhnya pelan, membuatku sudah hampir gila hanya karena hal itu.
Kini kukecup, sedikit kugigit, dan kuhisap agak keras lehernya, sengaja menciptakan warna merah disana.
Dan hasilnya fantastis. Ia meremas kemeja yang sedang kugunakan dibagian perut.
Kuperhatikan nafas Wonwoo-ssi semakin berat. Dadanya naik turun semakin tinggi, ia berusaha dengan keras menstabilkan deru nafasnya.
Kemudian kutarik dengan lembut tubuhnya, dan kududukan ia disisi ranjang yang tersedia disana.
Ia menatapku dengan mengerjapkan matanya yang tajam itu.
Ah, membuatku benar-benar gemas.
Sehingga kudorong pundaknya, dan membuat ia jatuh tertidur diatas kasur.
Ia kelihatan gugup. Ia terus saja menggigiti bibirnya, membuatku menarik kecil dagunya.
"jangan gigiti bibirmu."
Ia kembali menatapiku dengan tatapan yang sulit kuartikan.
Aku seolah tidak bisa membaca pikirannya, namun aku juga tidak bisa mengalihkan pandanganku dari matanya.
Ia benar-benar menakjubkan.
"aku ingin membuatmu mengetahui, bahwa para pria yang meninggalkanmu adalah orang bodoh."
"tapi aku tidak akan memaksa, kau bisa menghentikannya jika kau tak mau."
Ia tidak mengatakan apapun, membuatku bingung.
Sehingga aku sedikit menurunkan tubuhku, berusaha menindihnya, dan mengecupi kecil keningnya.
Bahunya sedikit tersentak kaget. Kupikir ia akan menolak, namun saat akan kuangkat kembali tubuhku, ia malah memeluk leherku erat dengan lengan kurusnya.
"beritahu aku… bahwa para pria itu salah." Ucapnya lirih, membuatku menganggukkan kepalaku pelan.
Aku kembali mengecupi keningnya, turun hingga ke pipi, kemudian berhenti di bibir. Kembali kulumati belah bibir lembut dan tipisnya, juga tak lupa kumasukkan lidahku kedalam rongga mulutnya.
Berusaha berperang dengan lidah miliknya juga.
Sepertinya ia hanya pernah melakukan ciuman yang biasa saja, karena saat aku melakukan French kiss dengannya, ia benar-benar terdiam, seolah membatu.
Membuatku terkekeh geli.
"ke-kenapa?" tanyanya pelan.
"hmph, aniya.. hanya saja.. apa kau belum pernah melakukan French kiss dengan siapapun?" tanyaku masih berusaha menahan geli.
Tiba-tiba wajahnya semakin memerah, membuatku kembali tidak tahan.
Kuselipkan kembali lidahku kedalam mulutnya, dan berkata disela-sea ciuman kami,
"kalau begitu aku beruntung. Aku yang pertama, kan?"
Setelah puas menciumi bibir serta lehernya, bibirku kembali mengeksplor bagian atas dadanya. Bajunya yang memiliki potongan Sabrina benar-benar memperlihatkan dengan jelas pundaknya yang mulus.
Kukecupi dengan pelan dan lembut, membuat nafasnya kembali menderu.
Kecupanku terus turun kebawah, namun lama-kelamaan aku merasa kesulitan, sehinga aku meraih punggungnya, dan menarik turun resleting yang tersampir disana.
Dalam sekali tarikan, aku menarik hingga lepas dress yang Wonwoo-ssi gunakan.
Dan aku benar-benar dibuat terpana olehnya.
Kulitnya yang mulus dan berwarna putih susu kelihatan sempurna tanpa cacat sedikit pun.
Kedua assetnya yang luar biasa dibalut dengan sebuah bra tipis dengan motif renda berwarna merah terang tanpa tali. Dada Wonwoo-ssi benar-benar hebat. Ukurannya tidak mengecewakan. Bahkan bra tipi situ seolah tidak berguna untuk menutupi, karena aku bisa melihat dengan jelas cetakan putingnya.
Dan sebuah G-string bermodel senada dengan branya ia gunakan untuk menutupi area kewanitaannya yang kelihatan sangat menggoda.
Membuat sesuatu milikku yang berada dibawah sana mengeras.
Aku menahan tubuhku dengan kedua lutut yang berada di kanan dan kiri Wonwoo, dan kemudian kubungkukkan tubuhku.
Aku menarik bra nya hingga kedua buah dadanya langsung menyebul keluar, segera setelah mereka terbebas dari bra tipis itu.
Kembali kutindih tubuh Wonwoo-ssi, dan kuperhatikan dengan seksama kedua payudaranya, membuat ia tersipu malu dan segera menutupinya dengan kedua tangan.
"ha-hajima.."
Namun segera kutarik tangannya dan kutahan diatas kepalanya.
"jangan ditutupi. Aku mau lihat. Kau sangat indah. Mereka benar-benar pria tolol karena sudah menyia-nyiakan dirimu." Ucapku halus, namun aku bicara fakta.
Aku sedang tidak berusaha menggombalinya, aku berkata demikian dari dasar hatiku yang paling dalam.
Kukecup pelan sisi payudara kiri Wonwoo-ssi, membuat wanita itu lagi-lagi kaget dan tersentak. Ia menggigit bibirnya kasar, dan membuatku kembali menarik dagunya.
"jangan digigiti."
Dada Wonwoo-ssi benar-benar harum.
Campuran aroma mawar dan bedak bayi ini benar-benar membuatku mabuk kepayang. Aku tidak peduli ia menganggapku apa, namun aku terus saja mengendusi dadanya, seperti anjing yang sedang membaui sesuatu.
Aku tidak tahan lagi, sehingga kujulurkan lidahku diatas permukaan dadanya, membuat ia memekik lirih.
"aakh!"
"ups, relaks, Wonwoo-ssi.."
Sedikit kuremas dada bagian kanannya, dan kuhisapi yang sebelah kiri, membuat ia sedikit mendesah.
Desahannya terdengar seperti orang kesakitan, meskipun tidak lama kemudian ia terlihat menikmatinya.
"a-akh.. Ming – Mingyu ssi, ja-jangan digigiti seperti itu, aakhh.." racaunya saat aku menggesekkan gigiku pada putting kirinya.
Aku menghisapi dadanya, bergantian sebelah kanan dan kiri, membuat Wonwoo-ssi terus saja mendesah gila-gilaan.
"aakhh.. "
"hngghhh.. je-jebal, Mingyu-ssi.."
"ahhnnh.."
Oke, perlu kuakui, aku benar-benar terangsang akibat mendengarkan desahan Wonwoo-ssi. Apalagi saat mulutnya itu mengucapkan dengan lirih, memanggilku 'Mingyu-ssi', aku benar-benar menginginkan wanita ini sekarang.
Bagian bawah tubuhku benar-benar sudah tegang dan butuh pelampiasan, dan itu hanyalah lubang kewanitaan Wonwoo-ssi.
Akhirnya setelah puas mengerjai dan menghisapi dadanya seperti bayi kelaparan, aku kini beralih pada bagian bawah tubuh Wonwoo-ssi, bagian kewanitaannya.
Kudapati celana dalamnya lembab. Wanita itu basah.
Oke, itu pertanda bagus. Itu artinya bukan hanya aku yang menginginkan hal ini.
Kutusuk dengan jari telunjuk bagian kewanitaannya, dimana klitorisnya terdapat.
Hey, aku dokter, oke? Jadi aku sudah pasti tau dimana klitoris berada.
Dan ia bereaksi seolah ia adalah seorang perawan.
Ia memekik kecil, dan menutup rapat pahanya.
"akkh!"
"je-jebal jangan lakukan seperti itu!" pekiknya lirih.
Wajahnya benar-benar memerah, dan nafasnya lagi-lagi berat.
"la-lagipula ini tidak adil! Aku sudah hampir naked, dan kau masih berpakaian lengkap!" ucapnya sambil menunjukku dengan jari telunjuknya.
Aku menunduk kebawah, menatapi tubuhku yang masih terbalut pakaian lengkap, kemudian aku menyeringai.
Baiklah, jika itu yang ia inginkan.
Kubuka satu persatu kencing kemeja yang membelenggu tubuhku, dan kuperhatikan raut wajah Wonwoo-ssi yang tengah serius menatap aksiku ini sambil menggigiti bibirnya.
Sepertinya menggigit bibir adalah kebiasaan jelek wanita ini.
"Wonwoo-ssi, bibirmu, tolong." Ucapku, dan ia seketika langsung melepaskan gigitannya dan malah menjilat bibirnya tersebut.
Kini aku sudah bertelanjang dada, dan aku tengah berusaha untuk melepaskan ikat pinggang yang melingkar di pinggangku.
Kemudian melepaskan celana bahan hitamku, dan menyisakan celana boxer yang kukenakan.
Wonwoo-ssi terlihat tercengan saat melihat ereksiku yang sudah besar, meskipun masih tertutupi celana, membuatku tak ayal malu, meskipun juga sedikit bangga akan ukuranku yang selalu memuaskan para wanita.
Saat kutarik turun celana boxerku, ia segera memekik pelan dan menutupi kedua matanya dengan tangannya.
"kyaa!"
Aku benar-benar sudah telanjang bulat sekarang, dan aku terkekeh melihat Wonwoo-ssi.
Seorang wanita dewasa, bertelanjang dada, menutup rapat pahanya, dan memejamkan matanya erat saat melihat pria dewasa yang akan bercinta dengannya telanjang?
Wanita ini sekali lagi, benar-benar membuatku penasaran.
Aku kembali menindih tubuh Wonwoo-ssi, dan akibat itu, ereksiku mengenai perutnya, membuat ia terkesiap.
Aku melepaskan tangannya dengan lembut.
"apa kau mau menghentikan ini?" tanyaku pelan.
Ia menatap wajahku, kemudian mengerjapkan matanya, dan menggeleng.
"Lanjutkan saja." Ucapnya pelan dengan wajah merona parah.
Kemudian kukecupi kedua kelopak matanya, hidung, dan kembali ke bibir. Kami kembali berciuman di bibir, namun kali ini kulakukan dengan lembut.
Kelakuan Wonwoo benar-benar seperti seorang gadis, maka aku berasumsi bahwa wanita ini mungkin masih perawan.
Tubuhku merosot, turun menuju area kewanitaannya, dan kukecup pelan pula area itu.
Kubuka lebar pahanya, mekipun pada awalnya ia menolak dan tetap menutup rapat kedua kakinya, namun akhirnya ia menyerah dan pasrah pada perlakuanku.
Kutarik turun celana dalamnya yang sudah basah, dan kembali kulebarkan kedua pahanya, membuat tubuh Wonwoo-ssi kembali menegang.
"santai saja, Wonwoo-ssi."
Ia hanya menganggukkan pelan kepalanya.
Kuciumi paha bagian dalamnya, kemudian beralih menuju lipatan kewanitaan Wonwoo-ssi yang benar-benar membuatku terpesona.
Miliknya benar-benar bersih tanpa bulu sedikitpun, warnanya merah muda kegelapan, dan aroma khas vagina yang menguar membuatku semakin terangsang.
Kuselipkan lidahku kedalam lubang kewanitaannya, dan ia benar-benar memekik kaget.
"akkh!"
Ia menjepit kepalaku, namun dengan lembut kembali kubuka pahanya,
"relaks, oke? Serahkan saja padaku, aku tidak akan menyakitimu."
Aku kembali memuluti kewanitaannya, dan vagina Wonwoo-ssi berkedut kencang, pertanda ia akan sampai pada klimaksnya sebentar lagi.
"Ming-MIngyu ssi.. sesuatu.. akhh.. akan keluar…" ucapnya sambil terus diiringi desahan-desahan menggoda.
"ne, gwenchana, keluarkan saja. Kau akan segera orgasme." Ucapku mulai kembali menjilati kewanitaannya.
Dan benar, tidak lama kemudian Wonwoo sampai pada klimaksnya yang pertama.
Wonwoo-ssi terlihat terengah-engah, ia memejamkan matanya erat, pertanda bahwa ia menikmati orgasme pertamanya dengan nikmat.
Kini kewanitaan Wonwoo-ssi sudah cukup licin, bahkan untuk kumasuki. Segera saja kuarahkan kejantananku kearah kewanitaannya, dan kembali membuka lebar pahanya.
"aku akan segera masuk, Wonwoo-ssi."
"bersiaplah." Ucapku padanya.
Ia menganggukkan kepalanya. Wonwoo-ssi meremas erat seprai yang ada disana, takut-takut kalau ini akan menjadi menyakitkan.
Aku mulai memasukkan kepala penisku, namun rasanya sulit, dan seketika itu juga aku mengerti, bahwa gadis ini benar-benar masih perawan.
Kuraih tangannya yang sedang terkepal, dan kuletakkan pada pundakku.
"berpeganganlah padaku. Kau boleh melakukan apapun yang kau mau pada tubuhku kalau kau kesakitan, mengerti?"
Lagi-lagi ia meganggukkan kepalanya pelan.
Kembali kubuka selebar mungkin paha Wonwoo-ssi, dan kuarahkan kejantananku pada lubangnya, kemudian dalam sekali tusuk, aku memasukkan setengah penisku kedalam kewanitaannya, membuat Wonwoo-ssi menjerit kencang.
"aaakhhh!"
"aakhh! Je-jebal! Ini sakit sekali!"
"kumohon, Mingyu-ssi, ini sangat sakit.."
Kulihat wajahnya memerah dan air matanya menetes, membuatku tidak tega, kemudian kukecupi bibirnya, agar rasa sakitnya sedikit teralihkan oleh kenyamanan yang kuberikan.
Aku juga mulai meremas-remas kecil kedua payudaranya, membuat Wonwoo-ssi mulai mendesah kecil akibat perlakuan yang kuberikan pada dadanya.
Tidak lama kemudian, aku melihat ada beberapa tetes darah yang mengalir dari kewanitaan Wonwoo-ssi saat aku menundukkan kepalaku.
Dugaanku benar. Ia masih perawan.
Well, aku brengsek yang beruntung, bukan?
Setelah beberapa saat, aku mulai menggerakkan pinggulku, menyodok kewanitaannya yang benar-benar terasa sempit.
Milik Wonwoo-ssi benar-benar menakjubkan.
Rasanya aku tidak bisa berhenti melakukan ini. terus kugerakkan pinggulku, maju dan mundur, berusaha memasukkan seluruh kejantananku kedalam lubang kewanitaan Wonwoo-ssi sedalam-dalamnya.
Milik Wonwoo-ssi masih benar-benar sempit dan rapat, membuat kejantananku terasa dijepit dengan kuat.
Terlebih vaginanya yang berdenyut keras, membuat kejantananku terasa seperti dipijat didalam sana.
Kenikmatan dobel.
Wonwoo-ssi juga terus saja mendesah, meskipun ia cenderung berusaha menahan desahannya, namun sepertinya ia tidak kuasa melakukan itu.
"aaakkhh…"
"aaanngghh.. aahhnn.."
"aahh… aahh.. aahhh.."
Kini kedua tangannya sedang menggenggam erat bantal yang ia gunakan, berusaha menyalurkan rasa nikmat lewat sana.
"se-sebut namaku, Wonwoo-ssi.." desisku pelan, karena aku ingin ia mendesahkan namaku saat kami tengah bercinta.
"Ming-Mingyu.. ssihh.."
"lagi."
"Ming… MIngyu… ahhnn.."
"sekali lagi."
"Ki-Kim… hnn.. Kim Mingyuhhh…"
Aku suka saat ia mendesahkan namaku saat kami sedang melakukan ini. matanya menatap kearahku dalam, dan ia menjilati bibirnya, berusaha dengan keras agar tidak menggigit bibirnya.
Segera setelah ia mendesahkan namaku, klimaks keduanya tiba, dan ia benar-benar terlihat menikmatinya kali ini, meskipun aku tidak memberinya jeda waktu untuk berhenti sebentar.
Aku terus saja menggenjot kewanitaan Wonwoo-ssi yang benar-benar terasa nikmat.
Dan dalam beberapa tusukan kemudian, kejantananku terasa berdenyut keras dan membesar. Pasti sebentar lagi aku akan sampai pada klimaks ku yang pertama.
Kuraih kaki Wonwoo-ssi, dan kulingkarkan pada pinggangku, kemudian dalam tiga tusukan kemudian, aku mengeluarkan semua cairan cintaku, benihku, didalam tubuh Wonwoo-ssi, membuat lubang kewanitaan itu sedikit membanjir akibat tidak mampu menampung cairan kami berdua.
Aku keluar cukup banyak. Bahkan setelah beberapa semprotan, aku masih tetap menusuk Wonwoo-ssi, untuk menuntaskan pelepasanku yang masih tersisa sedikit.
Menumpahkan semua benihku kedalam rahimnya.
Aku merasa sangat lelah, segera saja kukeluarkan kejantananku dari kewanitaan Wonwoo-ssi, kemudian berguling disisinya.
Wonwoo-ssi juga kelihatan sangat lelah, ia segera memejamkan matanya setelah aku berbaring disisinya.
Dan itu membuatku segera menarik selimut untuk menutupi tubuh kami berdua.
Dan hal terakhir yang aku ingat adalah aku mengecup pelan puncak kepala Wonwoo-ssi malam itu.
Setelah aku mendapati sebuah kertas berwarna kuning diatas nakas, disisi ranjang. Pada pagi harinya, yang berisikan,
' Saat kau terbangun nanti, aku pasti sudah tidak berada disini.
Kuharap kau tidak menyesal sudah melakukannya denganku, karena aku tidak.
Itu adalah pengalaman pertamaku, yang mana sangat menakjubkan.
kau adalah pria yang baik, Mingyu-ssi.
Tapi kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi setelah ini.
didalam ingatanku, kau selamanya akan menjadi pria pertama yang kuberikan mahkota milikku yang paling berharga.
Maafkan aku.
Terima kasih.'
-JWW.
Yang kuyakini itu berasal dari Wonwoo.
Segera saja kuacak rambutku kesal. Aku tidak ingin ini berakhir seperti ini.
Semalam, aku sudah bertekad akan memperlakukannya dengan baik.
Memberitahunya bahwa pria yang telah meninggalkannya adalah orang bodoh, bukan sembarang alasan agar aku bisa menidurinya.
Tapi karena aku memang benar-benar ingin menunjukkan padanya.
Namun apa boleh dikata, aku benar-benar sama sekali tidak mempunyai clue apapun tentang kehidupan Wonwoo, sehingga aku tidak bisa berbuat apapun.
Ia berkata bahwa ia berharap agar kita tidak bertemu lagi di masa depan.
Tapi masa depan siapa yang tahu?
None of us.
FIN.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
/
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC?
Annyeong yeorobeundeul.
Lagi-lagi, bukannya update cerita yang udah ada, aku malah publish cerita baru.
Abis tangan gatel. Kalo tbtb dapet cerita tuh maunya langsung diketik, langsung post.
Ohya, menurut kalian cara penulisan ff ini gimana? Membingungkan ga?
Soalnya sengaja, khusus di ff kali ini kubuat POV nya ganti-ganti setiap bait nya. Meskipun aku ud berusaha buat jadi sejelas mungkin, tapi kalo ternyata ga enak dibaca atau membingungkan, maafin yaaaa..
Dan satu lagi.
Apakah menurut kalian endingnya ngegantung? Sengaja.
Tapi Tergantung review dari readers deh, mau lanjut apa ngga.
Aku ingin ngasih kalian sesuatu yang gak terduga, asal kalian juga memberi feedback yang baik.
Soooo… keep reading dan review, guys!
