Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : SasuNaru

Rate : T-M (jaga-jaga)

Genre : Romance, Fantasy, dll.

Warning! : Yaoi, BL/Boys Love, jadi yang nggak suka bisa mengklik tombol back atau kembali kehalaman sebelumnya, agak OOC, Typo, bahasa sudah pasti nggak sesuai EYD, alur kecepatan, humor gagal dan lain-lain.

.

.

Summary : Naruto mengutuki dirinya yang mengikuti temannya ke perayaan kerajaan hingga ia bertemu Pangeran Sasuke, bertemu dengan pasangan hidupnya. Takdir yang selalu ia hindari dan sekarang sudah terlambat untuk kabur karena Uchiha Sasuke, tidak akan membiarkannya kabur begitu saja!

.

.

Disini penampilan Naruto: berambut hitam dengan tanpa tanda goresan dipipinya, kulit tannya menjadi putih hanya menyisakan mata biru jernihnya saja yang sama.

÷ Lanjut baca ÷

Chapter 1 : Pengumuman Perayaan Kerajaan

Tampak seorang pemuda berlarian di sebuah pasar yang ramai sesak, ia berlari mendekati tempat biasa pengumuman dari kerajaan dipasang kalau-kalau pihak istana mau memberitakan sesuatu. Seperti sekarang, pemuda itu menjinjitkan kakinya diantara desakkan orang-orang untuk melihat apa yang diberitakan kali ini dan seketika matanya melebar takjub, binar senang menari dalam matanya itu setelah membaca pengumuman tersebut. Dengan lihai ia keluar dari desakkan orang-orang dan berlari keluar pasar, terus berlari hingga ia memasuki area pinggiran Kota yang masih sedikit dihuni penduduk dan memasuki salah satu rumah yang sangat ia kenali.

"Naruto!, Naruto! coba tebak kabar apa yang kubawa!" Ucap pemuda berambut cokelat itu menghampiri temannya yang langsung menutupi kupingnya sangking besarnya suara sahabatnya itu.

Pemuda itu hanya tertawa kecil tanpa rasa bersalah karena sudah membuat temannya itu kesal, yang dibalas pelototan si pendengar.

"Aku tahu, aku tahu kalau suaraku berisik!, jadi jangan melototiku begitu Naru." Rayu temannya itu dengan wajah menyesal, sedangkan temannya itu hanya mendesah lalu mengangguk, memilih memaafkan karena sudah biasa dengan sikap sahabatnya itu, temannya itu langsung menampilkan cengiran lagi dan duduk disebelahnya, memperhatikan sebentar kegiatan yang sedang dikerjakan temannya itu sebelum membuka suara. "Naruto, tadi aku ke Pasar dan melihat pengumuman Kerajaan, lalu tebak, apa berita yang tertulis disana?" Tanyanya senang. Sangking senangnya dia malah bertingkah konyol dengan bertanya ke temannya itu padahal ia tahu kalau Naruto tidak keluar rumah seharian ini.

Tentu saja Naruto menggeleng, kan dia tidak melihat pengumumannya tadi, bagaimana bisa dia tahu kalau pergi melihatnya saja tidak. Naruto dengan kesal menjitak kepala sahabatnya itu hingga si empunya meringis sakit, "gomen, aku lupa kalau kau tidak keluar rumah seharian ini." Ringisnya mengelus bekas jitakkan Naruto.

Naruto hanya mendengus dan lanjut mengolah obat yang sedang diramunya, kegiatan yang tadi sempat tertunda karena kedatangan sahabatnya itu dan sekarang harus cepat ia selesaikan mengingat besok obat ini akan diantar ke pembeli.

"Eh Naru, di pengumuman tadi tertulis pihak Istana akan melakukan perayaan pesta besar-besaran karena salah seorang pangeran akan pulang ke Istana dan katanya semua orang boleh ikut termasuk orang seperti kita." Jelas temannya itu dan langsung mendapat perhatian sahabatnya, Naruto memasang wajah tidak yakin dan temannya itu yang sudah biasa mengartikan ekspresi Naruto mengangguk yakin, "benar kok, disitu tertulis begitu. Kau mau ikut kesana tidak?" Tanya temannya itu.

Naruto yang masih mengolah bahan-bahan obat memilih diam, ia tidak mengangguk atau menggeleng untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu, ia merenung.

"Naru? Naruto?! Oi Naruto!" Panggil temannya itu berteriak saat Naruto tidak menjawabnya.

Naruto menatapnya tajam mendengar teriakkan cempreng sahabatnya itu, Kiba si sahabat yang berteriak tadi langsung beralasan, "kau tidak menjawab pertanyaanku tadi, kanapa diam? Aku bertanya apa kau mau kesana atau tidak?" Tanya sahabatnya itu lagi.

Naruto memilih menggeleng, ia lalu dengan acuh kembali meramu obatnya kalau perkataan Kiba selanjutnya tidak membuatnya terhenti, "kenapa tidak? Ini perayaan yang jarang terjadi loh masa kau tidak mau ikut." Melas Kiba mendapat jawaban itu, Naruto dengan cuek tetap meramu obatnya dan membiarkan kiba merengek memintanya ikut kesana menemaninya.

Kiba lalu tiba-tiba berdiri dan berlari mendekati seseorang yang datang mendekat, "jiraiya-san, pasti anda setuju kan kalau Naruto ikut ke perayaan Kerajaan dua hari lagi?" Tanya Kiba berharap, sudah jelas pasrah tidak mendapat jawaban iya dari Naruto dan beralih meminta ijin dari walinya langsung.

Naruto menatap tajam Jiraya seakan mengatakan awas-kalau-anda-menyetujuinya dan langsung membuat walinya itu meringis melihat pelototan maut Naruto.

"Maaf Kiba, kau tahu sendiri Naruto tidak suka ikut acara seperti itu, jadi lebih baik kau menyerah saja." Saran Jiraiya lalu mengambil beberapa obat di lemari laci sampingnya kemudian tanpa mengidahkan rengekkan Kiba ia pergi keluar.

Dibelakang Kiba, Naruto tersenyum kecil lalu melanjutkan kegiatannya, sedangkan Kiba sudah merengut tidak bisa membujuk Jiraiya untuk memaksa Naruto ikut, hampir merengek lagi ke Naruto sampai sebuah ide nangkring di kepalanya. Senyum mengembang di bibirnya dan dengan wajah ceria lagi ia pergi dari sana tanpa pamit dengan sahabatnya itu.

Naruto meski merasa curiga dengan sikap aneh temannya itu memilih mengacuhkannya dan tetap melanjutkan kegiatannya. Ia harus cepat menyelesaikan pesanan besok, pikirnya mengingatkan diri.

.

.

.

Esoknya, tidak terlihat batang hidung Kiba hingga menjelang siang saat Naruto hendak ke Pasar untuk menjual obatnya, Naruto yang memang sayang dengan sahabat satu-satunya itu berencana mengunjungi kediaman Inuzuka nanti seusai mengantar pesanan obat ini. Mungkin saja sahabatnya itu sedang dirumah sekarang dan masih ngambek soal masalah kemarin hingga tidak menggunjunginya sejak tadi. Ia akan berbicara dengan temannya itu nanti.

Mengangkat tas kulit isi obat ramunya kemarin, Naruto berangkat ke Pasar dengan penuh semangat. Senyum cerah menghiasi wajahnya membuat suasana hatinya membaik. Ia rasa dia akan melewati hari ini dengan baik pikirnya optimis lalu melangkah menuju Pasar.

.

.

.

"Sasuke-sama." Panggil pengawal pribadi keluarga kerajaan Uchiha itu. Pria bermasker itu menunduk hormat lalu menegakkan dirinya lagi, "apa anda berniat untuk berjalan-jalan sebentar sasuke-sama?"

Sasuke mengangguk tanpa berniat menjawab lalu berjalan begitu saja. Dibelakangnya, tanpa banyak tanya lagi Kakashi si pengawal mengikuti dibelakangnya. Mereka baru memasuki Kota belum lama ini, Sasuke sengaja mempercepat kepulangannya supaya ia tidak menjadi pusat perhatian dari awal kedatangannya kalau kembali sesuai rencana. Keluarganya pasti sudah menyiapkan penyambutan dan Sasuke tidak menyukainya.

Sekarang, Sasuke berniat mencari ketenangan sejenak sebelum memasuki Istana dengan berjalan-jalan, ia berjalan mengelilingi Kota sebentar lalu memasuki sebuah Pasar yang tampak ramai diikuti Kakashi dibelakangnya.

Disisi lain.

Naruto memberikan obatnya dan langsung diterima Pedagang didepannya, "ini uangnya." Si pedagang memberikan uang koin ke tangan Naruto, Naruto membungkuk terimakasih dan Si pedagang yang tahu kekurangan Naruto mengangguk, "sama-sama, hati-hati dijalan Naruto." Kata Si pedagang dan Naruto membalasnya dengan tersenyum lalu berbalik pergi.

Sesuai rencananya, Naruto berniat menuju ke kediaman Inuzuka. Ia meneliti sekitar sepanjang berjalan, melihat orang-orang berlalu lalang dengan kesibukkan tersendiri dari yang berjualan hingga membeli dan sebagainya.

Tanpa disadari, dari arah berlawan pria bersurai raven tengah berjalan melirik sekitar diikuti pengawalnya, ada beberapa orang yang menatap kearah mereka penasaran, apalagi dari penampilan Sasuke yang terbilang mewah meski terlihat sederhana dan ada yang mengenali siapa pria bersurai raven itu langsung menyapa pria itu.

Sasuke hanya membalas dengan anggukan atau perkataan singkat lalu setelahnya memilih lanjut berjalan, untungnya orang-orang terlalu sibuk dengan kegiatan mereka hingga tidak ada yang menyadari sambutan ramah barusan hingga Sasuke tidak menjadi pusat perhatian seperti yang pernah terjadi dulu.

Naruto tersenyum sambil merangkul tasnya dan menatap kesamping sekedar melihat-lihat tepat saat Sasuke berjalan hendak melewatinya dengan pandangan lurus kedepan disampingnya.

Hanya sedetik, tanda dileher Naruto bersinar lalu redup begitu jarak mereka mulai menjauh.

Naruto tidak merasakan apapun meski tandanya tadi sempat bersinar. Lain halnya dengan Sasuke, begitu tanda dileher Naruto meredup, tiba-tiba Sasuke merasakan tanda di lehernya memanas hingga terasa sakit. Sasuke berhenti lalu menyentuh tanda di lehernya, entah kenapa dia berbalik dan menatap mencari sesuatu kebelakangnya hingga membuat Kakashi bertanya melihat sikap Sasuke, "ada apa Sasuke-sama?" Tanyanya mendekat dari posisinya.

Sasuke masih mencari entah apa itu sebelum menggeleng, "tidak ada. Kita ke Istana, Kakashi." Perintah Sasuke lalu berbalik dan berjalan lagi.

Disisi Naruto, ia sudah keluar dari Pasar dan berjalan menuju kediaman Inuzuka, Naruto entah kenapa merasa seseorang tengah menatapnya dan berbalik melihat apa benar ada yang menatapnya dan saat mendapati tidak ada yang menatapnya dia berbalik dengan perasaan aneh lalu menggeleng mengusir pemikiran itu dan lanjut berjalan lagi.

.

.

.

"Kiba? Dia barusan pergi menuju rumahmu, Naruto." Beritahu ibunya Kiba.

Naruto menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bertanya, ibunya Kiba yang sama mengerti bahasa Naruto mengangguk mengiyakan, "katanya dia berniat berbicara denganmu dan bertemu Jiraiya-san." Jelasnya memberitahu membuat Naruto langsung terbelalak menyadari niat Kiba.

Naruto membungkuk sebelum pergi dengan terburu-buru. Dibelakangnya ibunya Kiba berseru hati-hati untuknya sebelum melakukan kegiatannya lagi.

Naruto berlari terburu-buru keluar dari kawasan penginapan Inuzuka, Naruto tahu niat Kiba bertemu Jiraya-sensei, sahabatnya itu pasti mau merayu walinya itu untuk mengijinkannya ke perayaan kerajaan besok. Naruto berlari cepat sampai sebuah pemandangan membuatnya berhenti berlari.

Di dekat kawasan pinggir Kota, ada tiga orang anak kecil memukul seorang anak seumuran mereka didepannya. Naruto langsung mendekati mereka tanpa pikir panjang, "dasar omega lemah!, kau tahu salahmu hah?!" Seru salah seorang diantara ketiganya.

Naruto mengetatkan rahangnya mendengar seruan itu, ia berhenti dan mengambil batu yang dipegang anak itu saat hendak melemparnya ke anak yang dipukulnya.

Ketiga anak kecil itu menatap siapa yang menganggu mereka sebelum dengan wajah ketakutan berlari setelah melihat tatapan marah Naruto, apalagi auranya yang membuat mereka lari terbirit-birit seketika setelah merasakannya. Naruto membuang batu digenggamannya dan membantu anak kecil itu bangun.

"Terimakasih... nii-san." Ucap anak kecil itu setelah berdiri, ia membungkuk kearah Naruto.

Naruto membuka tasnya dan mengambil sebuah kertas dan tinta tulis yang selalu ia bawa, menulis sesuatu lalu memberikannya ke anak kecil itu.

Lain kali berhati-hatilah, ini obat untuk lukamu.

Lalu sebuah bungkusan obat Naruto berikan kepada anak itu, senyumnya mengembang dan dielusnya kepala anak itu pelan.

Anak itu membungkuk lagi dan tersenyum kearahnya, "arigatou Nii-san!." Ucapnya senang.

Naruto mengangguk masih sambil tersenyum lalu pergi dari sana. Ia lalu tersadar akan sesuatu, menepuk dahinya, Naruto berlari lagi menuju rumahnya.

.

.

.

Kiba menyambutnya dengan senyuman mengembang memberitahu Naruto kalau ia terlambat mencegah Kiba meminta ijin ke Jiraya-sensei.

Naruto menatapnya meminta penjelasan, "tenang Naru, aku tidak berkata apa-apa kok ke Jiraiya-san." Ngeles Kiba.

Naruto menatap Jiraya yang kelihatan kikuk tajam, "kenapa kau menatapku seperti itu gaki?" Tanya balik Jiraiya mencoba terlihat tidak ada sangkut paut dengan rencana Kiba.

Naruto menulis sesuatu sebelum menempelkannya ke kening Kiba, Kiba mengaduh karena kerasnya Naruto menepuk keningnya.

Apa yang kalian bicarakan tadi?

Kiba membacanya dan langsung menggeleng, "apa maksudmu kalau kami membicarakan sesuatu Naruto?." Ngeles Kiba lagi.

Naruto menatap tajam keduanya, Jiraiya tersedak minumannya karena tatapan maut Naruto dan Kiba berkeringat dingin melihatnya.

Suasana sunyi sepanjang Naruto menatap mereka sebelum Jiraiya berseru menunjuk keluar, "Naruto!, ada yang datang tuh." Tunjuknya kearah pintu dan saat Naruto melihat kesana memang ada seorang pria yang tengah berdiri disana.

Naruto melirik mereka penuh ancaman sebelum pergi menyambut pria itu.

Dibelakangnya, Kiba dan Jiraiya langsung menghembuskan napas lega begitu lepas dari pelototan maut Naruto. "Jangan ingkari janjimu gaki." Kata Jiraiya mengingatkan sambil menatap Naruto yang tengah menangani tamu pria itu.

Kiba mengangguk sambil nyengir, "aku sudah minta ijin Tou-san, jadi Jiraya-san bisa langsung menikmati onsen kami seharian besok." Ucapnya lalu nyengir lagi melihat Jiraiya memberinya jempol kearahnya. Idenya memang sangat cermelang! Begitu memberi penawar soal onsen Jiraiya-san bahkan langsung setuju sebelum Kiba berbicara lebih banyak lagi.

Hal iya-iya sudah nangkring di otaknya mendengar kata 'onsen' membuat Jiraiya tersenyum mesum memikirkannya, dasar hentai!. Mengorbankan anak walinya sendiri untuk kesenangan sendiri. Toh Naruto hanya diajak ke perayaan kerajaan, itu bukan hal buruk kan?.

Selepas memikirkan kesenangan besok, Jiraiya menatap Naruto yang masih sedang mengurus tamu itu. Jiraiya jadi mengingat kejadian tiga tahun lalu saat dimana pertama kali ia menemukan Naruto di pinggir sungai dekat sini. Saat itu ia sedang mencari tanaman obat dan menemukan seseorang tergeletak tak jauh darinya. Jiraiya awalnya sempat merasa kenal dengan Naruto saat itu tapi entah kenapa Jiraiya tidak ingat ia mengenal Naruto dari mana, bahkan setelah Naruto sadar pun Jiraiya tidak mendapat jawabannya.

Jiraiya ingat bagaimana ia terkejut mengetahui pemuda yang ia tolong itu bisu, tidak tahu harus memulainya bagaimana Jiraiya mencoba bertanya perihal asal Naruto dari mana.

Bertanya dari mana dia berasal atau punya keluarga atau apapun yang mungkin menjadi penghubung dimana Naruto tinggal tidak membuahkan hasil, Naruto hanya diam membisu, tatapannya waktu itu bahkan kosong tidak seperti sekarang. Jiraiya mendesah mengingat saat itu, karena Naruto tidak menjawab semua pertanyaannya, Jiraiya akhirnya memutuskan untuk merawat Naruto hingga ia sembuh dan mau menjelaskan dari mana ia berasal.

Namun hingga tiga tahun terlewati, sampai sekarang Naruto sama sekali tidak pernah membicarakan masa lalunya bahkan saat Jiraiya memulai percakapan itu pasti Naruto selalu mengalihkannya ke pembicaraan lain.

Ditengah renungannya, Naruto sudah selesai mengurus tamu itu dan masuk kembali ke dalam. Naruto yang melihat Jiraiya termenung langsung menatap Kiba, Kiba menggeleng mengetahui pertanyaan tersirat itu, seakan berkata 'aku tidak mengatakan apapun, sumpah!' Tapi Naruto masih memberinya tatapan tidak yakin, "aku tidak bohong!" Teriak Kiba jengkel dituduh begitu saja.

Jiraiya yang sudah keluar dari renungannya melihat interaksi itu dan tersenyum.

Entah kenapa Naruto selalu mengingatkannya kepada seseorang, tapi Jiraiya lupa siapa itu.

.

.

.

"Akhirnya kau pulang otouto." Seorang pria tampan yang merupakan pangeran tertua Uchiha menyapa Sasuke yang memasuki Istana.

"Diam lah aniki." Ucap ketus Sasuke melewati Itachi begitu saja.

"Ketus sekali, baru pulang kenapa moodmu sudah buruk?" Tatapan Itachi mengarah ke Kakashi, melempar pertanyaan tersirat.

Kakashi menggeleng tidak tahu menahu kenapa Sasuke tiba-tiba bermood buruk.

Tidak mendapat jawaban dari pengawal pribadi Sasuke, Itachi mengikuti Sasuke dari belakang. "Ayolah Sasuke, kenapa kau tiba-tiba bermood buruk?" Tanyanya penasaran.

Sasuke tidak menjawab melainkan memikirkan kejadian di Pasar tadi, entah kenapa Sasuke yakin ia merasakan seseorang tadi, seseorang yang sangat penting. Melangkah memasuki kamarnya, Sasuke berbalik dan menatap datar Itachi, "urus urusanmu sendiri aniki." Lalu membanting pintu tepat didepan muka Itachi.

Tanpa rasa bersalah, Sasuke berbalik dan berjalan menuju jendela kamarnya, ia menatap pemandangan luar Istana dalam diam. Perlahan disentuhnya tanda pasangan yang dimilikinya, tanda yang juga hanya dimiliki pasangan sejatinya. Sasuke kembali memikirkan kejadian tadi siang dan mengerti kenapa tanda miliknya memanas, Akan kutemukan dimanapun kau berada, batinnya masih sambil menatap keluar jendela.

Di sebuah rumah nan jauh, Naruto tiba-tiba merinding, ia reflek menyentuh tanda di lehernya entah kenapa. Entah kenapa ia merasa besok akan terjadi sesuatu yang buruk, ia meyakini hal itu. "Lebih baik aku dirumah saja seharian besok." Gumamnya langsung merasa takut. Takut untuk sesuatu yang tidak ia ketahui. Naruto menatap keluar jendela kamarnya dan memikirkan hal itu dalam diam.

÷ My True Destiny ÷

Bersambung...

Cerita pertama saya jadinya masih kurang pengalaman, suka banget sama SasuNaru jadinya nyoba buat cerita mereka, kalau berkenan silahkan review. Menerima kritik dan saran dengan terbuka. Terimakasih. ^^