SYMBOL OF REVENGE

Chapter#1

DENDAM MASA LALU

Rate: T

.

.

.

Disclaimer: Naruto [Masashi Kishimoto], High School DxD [Ichie Ishibumi]

Genre: Fantasy, Adventure, Action, Romance, Drama, Martial Art

Warning: Typo, gaje mungkin, masih jauh dari kata sempurna, OOC

Pairing: ?

Summary:

Penyelamat? Pahlawan? Ksatria? Tidak… Aku tidak tertarik menjadi sesuatu semacam itu… Hanya dendam.. Dendam yang kubawa sejak perang besar antara Kerajaan Kerajaan besar.. Perang yang menghancurkan kebahagiaanku… Dendam ini berubah menjadi sumber kekuatan.. Dan dengan kekuatan ini, akan kutuliskan namaku di kepala para Raja itu.. diriku sebagai symbol pembalasan dendam..

Don't Like Don't Read

Ide ini muncul setelah author mendengarkan lagu opening No Game No Life.. Entah kenapa.. Padahal gak ada hubungannya sama cerita ini..

Jangan lupa review, favorite follow!

.

.

.

.

.

NARUTO POV

Namaku adalah Naruto.. Ya.. Hanya Naruto.. Bukan siapa siapa.. Dulunya aku tinggal di sebuah panti asuhan untuk anak anak korban perang yang ada di sebuah desa kecil wilayah Kerajaan Aincrad. Sudah sejak kecil aku tinggal di panti asuhan tanpa mengenal siapa orang tuaku sebenarnya. Meski tak mengenal siapa orang tuaku dan asal muasalku, aku tak pernah bersedih karena teman temanku di panti asuhan yang selalu membuatku bahagia. 'Bunda'… begitulah kami memanggilnya… Seorang wanita yang merawat kami di panti asuhan ini selalu memberikan kami kasih sayang yang cukup. Dia tak pernah memarahi atau membentak kami sekalipun kami membuat kesalahan.

Dialah satu satunya cahaya kami.. Dia adalah orang yang membesarkan dan mendidik kami semua… 'Bunda' pernah mengatakan pada kami bahwa dia takkan pernah meninggalkan kami Aku tak pernah merasa sial dalam hidupku meski aku dibesarkan di panti asuhan karena seperti yang kukatakan.. teman temanku dan 'Bunda' selalu membawakan kebahagiaan untukku… Bersama mereka… Aku bisa merasakan yang namanya kehangatan rumah…

Tapi semua itu hanya masa lalu sekarang.. Sudah 6 tahun sejak saat itu.. Dan tidak ada lagi yang namanya kehangatan rumah.. Tak ada lagi yang namanya kasih sayang… Sejak insiden itu.. Dan aku jelas mengingat siapa mereka! Prajurit prajurit dari Kerajaan Silver dan Kerajaan Aincrad yang menggunakan desa kecil ini sebagai medan perang tanpa mempedulikan nasib warga desa yang bisa terbunuh kapan saja di tengah situasi perang.

.

.

.

.

.

xxx0xxx

6 tahun yang lalu

27 September X666

Entah apa yang terjadi sekarang, tapi dari dalam panti aku bisa mendengar banyak suara teriakan di luar. Aku mendengar suara pedang yang beradu dan beberapa ledakan lainnya. Sangat berisik.. Jauh lebih berisik dari hari hari biasanya. 'Bunda' menyuruh kami untuk bersembunyi mencari tempat yang aman. Kami tak menanyakan alasan 'Bunda' menyuruh kami untuk bersembunyi tapi yang jelas sekarang wajah 'Bunda' benar benar panik.

"Kalian harus segera bersembunyi di tempat yang aman.. Jangan keluar sebelum 'Bunda' minta kalian untuk keluar.. Apa kalian mengerti?"

Kami mengangguk mengerti. 'Bunda' mengatakan pada kami bahwa kita sedang bermain petak umpet dan kami tidak boleh keluar sebelum 'Bunda' menyuruh kami untuk keluar dari tempat persembunyian. Mungkin itu yang anak anak lainnya pikirkan dan yang 'Bunda' inginkan. Tapi aku yang masih berusia 10 tahun ini sudah bisa membaca situasi.. Aku sendiri tahu bahwa saat ini sedang terjadi perang besar di seluruh benua. Saat itu aku tak sengaja mendengar pembicaraan Kepala Desa dengan 'Bunda' yang menyebutkan perang di dalam pembicaraan mereka.

"Naruto.. Dimana kita akan sembunyi?"

Tanya gadis cantik berambut silver seumuranku. Namanya adalah Rossweise.. Bisa dikatakan kalau aku sudah menyukainya entah sejak kapan tapi aku punya firasat kalau dia hanya menganggapku kakaknya saja.

"Apa sebaiknya kita sembunyi di dalam kamar saja?"

Tanya laki laki seusiaku dengan penampilan yang tampak suram dan wajah datarnya. Namanya adalah Ulquiorra, dan dia merupakan sahabatku sejak kecil. Kemanapun aku berada.. Dia selalu bersamaku dan takkan pernah meninggalkanku. Sedangkan gadis berambut hitam di sebelahnya adalah Ultear.. sama dinginnya dengan Ulquiorra dan dia merupakan teman baik kami. Dan jujur saja.. kedua anak seumuranku ini sama cerdasnya denganku. Mereka hanya berpura pura layaknya anak biasa karena ada Rossweise disini yang tak mengerti apa apa.

"Kemana kita akan bersembunyi..? Kau pasti sudah tahu tempat yang tepat, kan?"

Tanya Ultear mendekatiku lalu berbisik di telingaku. Aku menatap ke arah Ulquiorra yang memasang ekspresi datar dan Rossweise yang memasang ekspresi bingung dengan alis terangkat.

"Aku tahu dimana kita akan sembunyi.. tapi sebaiknya kau jaga Rossweise agar dia tak pergi kemana mana!"

Ya.. Aku, Ulquiorra dan Ultear memang diberkahi kecerdasan yang luar biasa sejak kecil. Berbeda sekali dengan kebanyakan anak anak lain di panti asuhan.. Kelihatannya terdengar sombong, tapi kalian bisa menganggap kami spesial sejak lahir..

"Ikut aku.."

Kataku sambil menarik tangan Rossweise dan menuntun Ulquiorra serta Ultear untuk mengikutiku. Kami berjalan sambil mengendap ngendap agar anak anak yang lain tidak menyadari kami. Tujuanku adalah ada ruang tamu depan panti asuhan.. Kukira disana cukup aman untuk bersembunyi dan setidaknya dari sana kami juga bisa melihat apa yang akan dilakukan 'Bunda' untuk mengatasi masalahnya.

"Kita sembunyi disini.."

'Bunda' yang berada di ruangan depan pintu masuk bahkan tak menyadari kalau kami bersembunyi disana. Aku menoleh ke segala arah melihat Ultear, Ulquiorra dan Rossweise sudah menemukan tempat yang aman untuk bersembunyi. Aku mengambil nafas lega lalu segera bersembuyi di balik lemari sambil memantau dari sana menuju ke ruang depan.

Cukup lama kami menunggu.. Suara suara diluar masih mengangguku sejak tadi.. Belum berhenti sedikitpun sejak tadi hingga akhirnya suara suara adu pedang dan ledakan itu perlahan menghilang. Tak lama berselang masuklah beberapa prajurit laki laki dengan baju perang bergambarkan bendera Kerajaan Silver.. Tubuh mereka penuh luka. Mereka tengah berbicara dengan 'Bunda' dan aku tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku hanya bisa membaca ekspresi wajah mereka sekarang.

Tiba tiba saja salah satu dari mereka mulai bertindak kurang ajar kepada 'Bunda'. Dia meraba raba bagian tubuh 'Bunda' sedangkan kedua orang lainnya mulai menghentikan langkah 'Bunda' hingga 'Bunda' akhirnya berontak. Namun apa daya, dia hanya seorang wanita di hadapan tiga laki laki. Dan tak lama kemudian… Hal yang kutakutkan terjadi… Dengan mata kepalaku sendiri… Aku bahkan tak berkedip sedikit pun ketika mereka melakukan hal tersebut kepada 'Bunda'. Mereka bertiga benar benar memperkosa 'Bunda'. Hal yang biasanya dilakukan orang dewasa… Aku merasa amarahku sampai ke puncaknya. Aku melihat ke arah Rossweise, Ulquiorra dan Ultear satu persatu. Mereka semua memasang ekspresi terkejut… Bahkan kini kami bisa mendengar suara desahan 'Bunda' dan tangisannya…

'Sialan! Para bajingan itu! Apa yang mereka lakukan!'

Aku hampir saja akan berlari kesana tapi apa daya.. Aku tak memiliki kekuatan untuk bergerak.. Pada saat itu aku benar benar mengutuk diriku sendiri yang tak mampu bergerak. Dan setelah cukup lama memandang kesal pada diriku sendiri, aku menoleh terkejut ke arah Rossweise yang sudah berlari ke arah 'Bunda'

"Ross-!"

Suaraku tertahan entah kenapa.. Tanganku ingin menggapainya yang sudah lebih dulu berlari kesana tapi tidak bisa. Sedangkan kulirik ke arah Ulquiorra dan Ultear, mereka juga tak bergerak dan tak bisa apa apa.

"Aku akan menyelamatkan Bunda!"

Rossweise.. Dia berteriak keras di situasi seperti itu.. Mungkin dia memang yang terbodoh di antara kami berempat tapi sekarang aku kagum dengannya.. Karena kebodohannya itu, dia mampu bertindak sedangkan aku..?

"Siapa anak kecil itu!?"

Kami bertiga hanya bisa melihat dari jauh apa yang terjadi..

"Tolong jangan lukai anak itu!"

"Diam!"

"Kami sudah selesai denganmu!"

Mereka telah selesai dengan 'Bunda' dan sekarang mereka malah membawa pergi Rossweise bersama mereka tepat setelah pedang milik salah satu dari mereka menusuk 'Bunda'…

Ya! Mereka membunuh 'Bunda' di depan mata kami dan tak ada yang bisa kami lakukan… Kulihat ke arah kedua temanku, mereka terdiam membisu di tempatnya mencoba menahan air mata yang akan jatuh.. 'Bunda' yang selama ini menjaga kami tewas dalam satu serangan tusukan… Darahnya mengalir cukup deras dari perutnya, dan kami hanya bisa menyaksikannya… Apa yang harus aku lakukan..? Itulah kalimat yang sejak tadi terus terngiang di kepalaku.

Aku ingin bergerak tapi rasa takutku saat itu benar benar menguasaiku dan membuat tubuhku seakan mati rasa…

"Tolong! Aku tidak mau!"

Teriak Rossweise sambil memukul mukul tubuh orang yang membawanya. Aku tak diam saja kali ini… Aku menusuk tanganku dengan pisau lipat yang selalu kubawa kemana mana. Dan dengan itu, aku memaksakan kesadaranku! Sudah cukup dengan 'Bunda'! Tidak lagi! Aku berlari sambil menahan air mata ketika melewati 'Bunda' yang sudah bersimbah darah. Kulihat ke arah tiga prajurit yang berjalan membelakangiku.. Satu persatu dari mereka mulai menoleh ke belakang.

"Mati kalian!"

Teriakku kepada ketiga orang itu. Aku mencoba menyerang mereka dengan pisau lipat yang kubawa tapi apa daya.. Mereka dengan mudah menendangku hingga aku terjatuh. Pisau lipatku terlempar entah kemana sedangkan kulihat Rossweise sudah dibuat pingsan oleh orang yang membawanya.

"Mau kalian bawa kemana Rossweise!?"

Tanyaku dengan tubuh yang terluka akibat tendangan salah satu dari ketiga prajurit itu. Salah satu dari mereka menghampiriku lalu menyesuaikan tingginya denganku sambil berkata kepadaku, "Diam kau bocah nakal..! Apa kau ingin mati seperti wanita itu?"

Tubuhku membeku seketika ketika dia menyebut kata 'mati'. Pria itu berdiri dan menatapku sejenak setelah itu dia membalikkan tubuhnya membelakangiku dan menyusul kedua temannya yang sudah lebih dulu pergi. Aku hanya bisa menatap dari jauh ketika Rossweise dibawa oleh mereka.. sedangkan kini tubuh serta kedua tanganku telah menyentuh darah 'Bunda' yang masih terus mengalir keluar dari perutnya.

Aku menoleh pelan ketakutan ke arah 'Bunda'. Aku benar benar merasakan bahwa seluruh tubuhku sekarang sedang gemetar ketakutan melihat mayat tersebut… Orang yang selalu memberi kami kasih sayang.. Orang yang membesarkan kami… Dia rela mengorbankan dirinya demi kami… Dan apa yang kami lakukan? Kami hanya diam saja ketika dia diperlakukan seperti ini oleh ketiga bajingan itu…

Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dengan tenaga yang tersisa, aku mengangkat tanganku dan menampar wajahku berkali kali. Aku berharap semua ini benar benar hanya sebuah mimpi.. tapi kenapa…? Kenapa sakit sekali…? Memang tamparan yang kuberikan pada diriku sendiri cukup sakit.. tapi luka yang ada di dalam ribuan kali lebih sakit… Aku tak kuasa menahan air mataku yang mengalir deras dari kedua mataku… Kupandangi telapak tanganku sendiri yang penuh dengan darah milik 'Bunda'

"Apa yang kulakukan… hiks.. hiks…?"

Tuhan.. Jika kau memang ada.. Tolong.. Jangan rebut kembali keluargaku… Saat ini aku terlalu sibuk untuk tahu bahwa Ulquiorra dan Ultear sudah berada di belakangku menggenggam pundakku dengan kondisi yang sama denganku. Aku bisa merasakan air mata mereka yang jatuh ke tanganku… Kami disana hanya bisa menangisi apa yang terjadi tanpa bisa berbuat apa apa.. Bahkan untuk sekedar maju melindungi 'Bunda'…

.

.

.

.

.

xxx0xxx

Setelah beberapa jam kami menangis di hadapan tubuh 'Bunda'. Kami berniat menguburkannya di belakang panti asuhan.. Kami membawanya kesana dan betapa terkejutnya kami ketika sampai disana… Disana hanya berisi jasad teman teman kami yang terbunuh akibat ledakan sihir ketika pertarungan berlangsung. Bahkan terdapat bagian bagian tubuh mereka yang berserakan disana.. Sangat menjijikkan harus melihatnya.. tapi sayangnya rasa jijik kami sudah musnah saat melihat kejadian tadi.. Aku hanya bisa menundukkan kepala sama halnya dengan Ulquiorra… sedangkan Ultear kembali menangis melihat teman teman kami yang menyusul 'Bunda'…

"Kita kuburkan mereka semua, Ulquiorra.."

Kataku sambil menundukkan kepala.. Ulquiorra tak menjawabnya tapi aku tahu kalau dia menganggukkan kepalanya mengerti saat kuajak dia untuk menguburkan jasad teman teman kami. Kubiarkan Ultear untuk menenangkan dirinya untuk saat ini.. tapi setelah ini…

Harus pergi kemana kami..?

Kemana kami harus mencari Rossweise?

Setelah kami selesai mennguburkan jasad teman teman kami.. Aku sudah membuat rencana awal.. Kami bertiga mengemasi barang barang kami yang benar benar kami butuhkan saja dan membawa persediaan makanan yang mungkin cukup untuk beberapa hari.

Sepanjang perjalanan yang kami temui hanyalah tubuh para penduduk yang sudah tak bernyawa. Lebih jauh lagi.. Kami menemukan tubuh dari para prajurit Kerajaan Aincrad yang dipenuhi dengan luka luka yang fatal. Hampir seluruh prajurit yang ada disana sudah mati… Kurasa… Beberapa saat kemudian, aku mendengar rintihan seseorang. Kutinggalkan Ultear dan Ulquiorra yang berdiri di belakangku dan menghampiri prajurit yang tengah di ambang kematian itu.

"Apa paman masih bisa hidup..?"

Tanyaku kepada prajurit yang tergeletak sekarat itu. Sejujurnya aku tidak perlu menanyakannya lagi bila kulihat dari luka yang diterima paman itu.

"Ukhh… Haaah… Syukurlah, setidaknya.. ukhh.. masih ada… 3 anak yang hidup,"

Aku membuka mataku lebar ketika mendengar kata katanya. Entah kenapa itu membuatku sangat kesal. Dia bilang 'setidaknya'? Jika kuingat lagi..! Ini juga merupakan tanggung jawab mereka! Mereka harus betanggung jawab atas kematian 'Bunda', teman teman dan warga desa! Karena kalian tidak bisa melindungi kami dan seenaknya menggunakan tempat ini sebagai medan peranglah yang menjadi penyebab kematian mereka!

"Ini salah kalian, paman.."

Kataku menundukkan kepalaku dan tanpa kusadari aku mulai kembali meneteskan air mata… Aku tak mendengar jawaban dari paman itu.. Apa dia sudah mati…?

"Ya, benar.. Ini adalah.. Ukhh-.. salah kami.."

Akhirnya kau menyadarinya!

"Seharusnya kalian harus bisa melindungi kami…!"

Paman tersebut hanya mendengarkan semua yang kukatakan tanpa menyela sedikitpun. Higga akhirnya dia menutup matanya perlahan sambil mengatakan, "Maka dari itu jadilah orang yang bisa membuat orang lain bergantung padamu… Jangan menjadi orang yang lebih suka bergantung pada orang lain.."

Mataku kembali terbuka lebar….

Benar apa yang di ucapkan paman ini…

Selama ini aku hanya bergantung pada mereka…

Aku tak mendapatkan kebahagiaan dari orang tuaku dan aku bergantung pada 'Bunda'…

Aku takut terhadap para prajurit itu dan aku bergantung pada 'Bunda'…

Bahkan tak ada yang bisa aku lakukan saat 'Bunda' membutuhkanku disaat terakhirnya…

Semua ini salahku…

"Hiks… hiks…"

Air mata kembali mengalir deras.. Aku mencoba menahannya agar tidak jatuh dari mataku… tapi…. Rasa sakit kehilangan ini sudah lebih dari cukup untuk membuatku ingin mati….

Di bawah pohon yang melindungiku dari gelapnya awan hitam… Aku menangis cukup keras di hadapan tubuh paman itu…. Bisa kurasakan kalau Ulquiorra dan Ultear mendekat ke arahku. Kini aku hanya memiliki mereka…

"Naruto…"

Aku bisa mendengar Ulquiorra memanggilku pelan.. tapi panggilan itu tak kupedulikan… aku terlalu sibuk dengan tangisanku. Perlahan kudengar Ultear juga mulai menahan tangis sedangkan Ulquiorra tak bisa apa apa melihat kami…

Seakan dunia ini menolak kebahagiaanku…

Seakan dunia enggan memberikan takdir baik untukku…

Seakan dunia ini sengaja merenggut orang orang yang kusayangi…

Aku bertanya tanya, dunia apa ini..? Aku mulai kehilangan rasa cintaku pada kehidupan ini. Aku… Aku… Aku butuh alasan untuk tetap hidup di dunia ini. Dan disaat itu pula, aku menemukan jawabannya.. tangisanku tiba tiba saja berhenti dalam sekejap tepat setelah aku menemukan jawaban yang kubutuhkan. Ini bukan salahku… Ini semua adalah salah dari Kerajaan Silver… para prajurit itu… Kerajaan Aincrad…. Serta perang di dunia ini…

"Kita harus mencari dan menyelamatkan Rossweise.."

Kataku kepada Ulquiorra dan Ultear yang berdiri di dekatku. "….Kita juga harus punya alasan untuk tetap hidup,"

...

..

Benar… Yang perlu kami lakukan adalah membalas dendam…

.

.

.

.

.

xxx0xxx

Sekarang, 28 September X672

Kemarin.. Aku, Ulquiorra dan Ultear baru saja memperingati tepat enam tahun kematian 'Bunda'. Perang telah selesai 5 tahun yang lalu setelah Kerajaan Kerajaan yang terlibat dalam perang itu menyetujui surat perdamaian. Tentu saja keluarga keluarga dari para prajurit sangat senang mendengar kabar gembira itu. Tapi bagaimana dengan mereka yang tewas dalam perang itu!?

Aku yakin mereka tak mempedulikan keluarga dari korban korban perang tersebut. Yang mereka pedulikan adalah keluarga mereka selamat dalam perang itu sebagai prajurit.. Lalu… Bagaimana dengan para bangsawan dan keluarga raja? Mungkin di depan masyarakat, mereka terlihat sedih dengan kematian para korban perang. Akan tetapi… Apa dengan air mata mereka… mereka bisa mengembalikan 'Bunda', teman teman dan seluruh warga desa!? Tentu saja tidak! Mereka adalah orang orang yang bertanggung jawab atas kematian 'Bunda'!

Dan sekarang.. para bangsawan itu berada tepat di hadapan kami… Di atas panggung di depan seluruh murid Akademi. Mereka kembali memperingati perang yang terjadi hari itu tanpa mengetahui siapa yang ada di hadapan mereka…

Selama 6 tahun ini.. Aku, Ulquiorra dan Ultear berusaha mati matian agar bisa tetap hidup! Kami sudah melewati banyak perjalanan dan bahkan nyaris mati beberapa kali. Aku memutuskan untuk tinggal di Ibukota Kerajaan Aincrad. Demi rencana balas dendam kami, kami bertiga memutuskan untuk masuk ke dalam Akademi Sihir Aincrad yang terkenal di Ibukota. Syarat untuk bisa masuk ke Akademi ini tentunya memiliki uang yang banyak. Kami tak mungkin masuk ke Akademi ini dengan jalur tersebut.. tapi kami tidak kehabisan akal. Akademi ini juga membuka jalur masuk untuk murid murid dengan bakat besar.

Dengan cara itulah sekarang kami bisa terdaftar sebagai murid disana. Memang di panti asuhan bahkan di desa sendiri tak ada seorang pun yang bisa menggunakan sihir sehingga kami bertiga tidak memiliki banyak pengetahuan tentang sihir. Oleh karena itu, selama perjalanan menuju ke Ibukota, kami sering mencuri buku mengenai sihir demi bisa menguasainya dan masuk ke Akademi dengan nilai tertinggi…

Selama setahun di tahun pertama… Aku, Ulquiorra dan Ultear selalu mendapatkan posisi 10 yang terkuat di generasi kami. Semua usaha keras kami itu kami lakukan hanya demi balas dendam kami. Dan sambil melakukan balas dendam kami, kami berniat mencari Rossweise yang dibawa prajurit Kerajaan Silver dan menyelamatkannya…

Sekarang… salah satu dari bangsawan busuk Kerajaan datang ke Akademi ini. Dia berdiri di hadapan banyak orang termasuk aku.

Hyuuga Hiashi… Dia adalah pemimpin dari keluarga penyihir bangsawan yang ada di Aincrad ini. Dan dia merupakan salah satu orang yang turut berperan dalam perang antara Aincrad dengan Silver. Dia dan para pemimpin keluarga bangsawan lainnya telah menyepakatinya bersama Raja untuk maju dalam perang.

Meski akhirnya mereka menyetujui adanya perdamaian… mereka tetap tak bisa mengembalikan orang orang yang kusayangi… Oleh sebab itu… Kunyatakan dia bersalah…

"Tunggu, Naruto!"

Kata Ultear menghentikanku yang hampir saja kehilangan akal sehatku. Jika dia terlambat sedikit saja menggenggam tanganku, aku yakin… sekarang aku pasti sudah berada disana sambil menebasanya dengan pedangku.

"Jangan berbuat seenaknya.. Dan jangan perlihatkan sihir pedang pembunuh milikmu di depan banyak orang seperti ini,"

Ultear menoleh ke arah pedang yang kubawa.. Pedang yang hampir kulepaskan dari sarungnya ini mengeluarkan sedikit sengatan aura hitam kemerah merahan. Dan aku benar benar tak sadar kalau aku hampir saja kehilangan akal sehatku.

"Aku mengerti… Dimana Ulquiorra?"

Tanyaku kepada Ultear saat aku tak menemukan teman kami yang satu lagi di dekat Ultear. "Itulah alasanku mencarimu,"

Apa yang terjadi pada Ulquiorra? Dimana dia? Kenapa Ultear mencariku hanya karena Ulquiorra? Ultear menarik tanganku dari kerumunan murid yang ada di lapangan. Dia mencoba membawaku keluar dari sana meninggalkan murid murid lainnya yang sibuk mendengar pidato dari Hiashi.

"Tunggu dulu.. Bisa kau katakan saja apa yang terjadi?"

Aku menghentikan Ultear yang semakin jauh membawaku. Akhirnya dia menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menghadapku. "Baiklah.. tapi dengarkan aku sampai selesai!"

Aku mengangguk mengerti… yah bukan syarat yang sulit untuk dipenuhi. "Ya.. Katakan,"

"Saat ini, Ulquiorra berada di arena 7… Dan sebentar lagi dia akan bertarung Senju Kyuubi,"

Aku menaikkan alisku sebelah. "Siapa dia?"

Ultear memeriksa suhu tubuhku lewat dahiku dengan tangan kanannya dan dia memberikan tatapan datar. "Kau tidak tahu gadis itu? Dia itu terkenal… Dia berada di peringkat yang sama dengan Ulquiorra saat kenaikan,"

"Lalu?"

"Dan kurasa dia tidak terima dengan itu… Dia adalah seorang bangsawan dari keluarga Senju. Salah satu dari 3 keluarga yang menjadi pemimpin di Kerajaan selain Uchiha dan Otsutsuki,"

Aku mengerutkan alisku.. Hanya dengan mendengar nama itu saja sudah menaikkan darahku. "Kita kesana sekarang…"

END NARUTO POV

.

.

.

.

.

xxx0xxx

Di kediaman salah satu bangsawan Kerajaan. Tepatnya merupakan kediaman pemimpin keluarga Uchiha. Mereka hidup dalam kekayaan, kemakmuran dan semua hal yang mereka inginkan selalu terpenuhi. Alasan kenapa semua itu mungkin adanya adalah karena mereka merupakan salah satu dari tiga keluarga yang memimpin Kerajaan ini. Mereka selalu menghasilkan anak anak berbakat yang nantinya selalu menjadi ksatria sihir Kerajaan kelas atas. Dan karena alasan itulah mereka dihormati oleh seluruh orang di Kerajaan bahkan nama mereka dikenal hingga ke Kerajaan Kerajaan lain.

Suasana hari ini cukup tenang dengan suara air yang mengalir di kolam ikan indah yang ada di halaman mereka. Dan di dalamnya… seorang gadis berambut silver tengah membaca buku mengenai sejarah sihir Aincrad sambil menikmati teh hangat yang ada di mejanya. Lalu tak lama kemudian, seorang pemuda bergaya rambut raven datang ke ruangan tersebut dan menatap sang gadis dengan senyuman.

"A-Ah.. Sasuke, kau sudah pulang? Ada apa? Bukankah seharusnya sekarang kau masih di Akademi?"

Tanya gadis itu kepada laki laki seumurannya yang bernama Sasuke. Sasuke berjalan mendekati gadis itu lalu berdiri di sampingnya dan memeriksa buku apa yang dibaca oleh gadis tersebut. Laki laki itu tersenyum melihat buku yang dibaca oleh sang gadis.

"Kau tertarik dengan sejarah sihir Aincrad?"

Tanya Sasuke kepada gadis itu. Gadis itu hanya mengangguk ke arah Sasuke lalu kembali memusatkan perhatiannya untuk membaca buku tersebut. Merasa tak begitu di pedulikan, Sasuke segera mengambil buku di lemari buku yang ada di ruangan tersebut. Dia tampak memilih milih buku apa yang akan dibacanya. Tangannya bergerak menunjuk judul judul buku itu satu persatu hingga akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah buku mengenai 3 Keluarga Utama Kerajaan Aincrad.

"Buku apa yang kau baca, Sasuke?"

Tanya gadis itu kepada Sasuke. Sasuke menoleh ke arah gadis itu. Dia menunjukkan buku yang akan dibacanya kepada gadis itu. Gadis itu hanya menaikkan alisnya ketika membaca judul buku yang dibawa oleh Sasuke. "Kelihatannya kau sangat suka membaca buku itu,"

"Tentu saja.. Buku ini menceritakan tentang bagaimana hebatnya ketiga keluarga utama di Kerajaan termasuk Uchiha!"

Uchiha Sasuke… Dia dikenal sebagai anak dari pemimpin keluarga Uchiha dan merupakan calon pemimpin selanjutnya selain kakaknya. Dia juga merupakan murid di Akademi Aincrad dan dia adalah salah satu yang terbaik di angkatannya sekarang dengan nilai praktek sihir dan teori yang sangat memuaskan.

"Yah, aku tidak bisa bilang apa apa… Tuan Sasuke,"

Kata gadis itu sedikit menekankan pada bagian terakhir kalimatnya. Sasuke mengedipkan matanya beberapa kali mendengarnya. Dia kembali menoleh ke gadis itu dan berjalan ke arahnya. "Memangnya kenapa? Apa salahnya jika aku adalah seorang calon pemimpin Uchiha yang terhormat?"

Tanya Sasuke kepada gadis itu sambil menepuk kepala gadis itu pelan. Sang gadis yang sedang duduk nyaman di kursinya langsung menoleh ke belakang melihat Sasuke yang berdiri di belakangnya. "Kau tahu kalau kau calon pemimpin lantas kenapa kau malah bolos pelajaran?"

"Aku tidak membolos.. hari ini ayah datang ke Akademi untuk memberikan pidato mengingat perang yang terjadi enam tahun lalu di wilayah pinggiran Aincrad dan aku minta ijin darinya untuk bisa pulang,"

Tiba tiba saja sang gadis terdiam membisu setelah mendengar kata kata Sasuke. Sasuke yang heran kenapa gadis itu tak meresponnya segera menepuk kepala gadis itu untuk kedua kalinya. "Ada apa denganmu?"

"A-Ah.. Tidak… Oo.. iya.. Memangnya semudah itu kau bisa pulang dengan minta ijin dari ayah?"

"Dengarkan aku.. Ayah itu berada di atas hukum dan peraturan Kerajaan, jadi sah saja bila aku mendapat ijin darinya,"

Sekali lagi gadis itu terdiam. Dia hanya mendengarkan tanpa mau berkomentar lagi.

"Hei.. Rossweise…"

Dan gadis itu menoleh ke arah Sasuke tepat setelah namanya dipanggil…

"Rossweise.. Ada apa denganmu? Kau sakit?"

Gadis itu menggeleng pelan sambil membentuk tanda silang dengan kedua tangannya. Setelah itu terbentuklah sebuah senyuman di wajahnya yang menandakan dia baik baik saja. Sasuke yang melihat itu, ikut tersenyum. "Dengar Rossweise, kau sudah menjadi bagian dari Uchiha selama 6 tahun ini.. Jadi, jika kau memiliki masalah… Katakan saja padaku atau Itachi. Atau kau lebih nyaman mengatakannya pada ayah dan ibu? Mereka pasti senang jika kau mau bercerita dengan mereka. Mereka juga sudah menganggapmu sebagai anak mereka sendiri , bukan?"

Rossweise mengangguk dengan senyum bahagianya. Dan setelah Sasuke tak memperhatikannya, diam diam ekspresi di wajahnya berubah sedih…

'Lupakan semua itu, Rossweise… Semuanya sudah musnah, itu hanya masa lalu.. Mereka takkan pernah datang… Mereka bukan temanmu… Mereka tak pernah menolongmu…'

Kata kata it uterus bermunculan di kepala Rossweise.. Dia memaksakan dirinya untuk menerima kata kata yang diucapkannya sendiri dalam kepala.

'Aku sudah bahagia bersama keluarga ini!'

TBC

.

.

.

Author Note:

Yah.. Akhirnya aku publish fic baru. Karena ide ini terus muncul di kepalaku akhirnya aku gak bisa nahan buat gak buat lagi.. Argghh.. Maaf klo gaje dan maaf klo semisalkan idenya mainstream.. atau maaf klo alurnya kecepetan. Tapi aku harap kalian suka.

Rossweise dibawa sama prajurit Kerajaan Silver terus kenapa sekarang dia bisa ada di Uchiha? Yah jawabannya aka nada di chap selanjut selanjutnya entah chapter ke berapa. Terus aku masukin lagi dua karakter dari Bleach dan Fairy Tail karena aku memang benar benar suka sama dua karakter itu. Di Kerajaan Aincrad mungkin kebanyakan karakter dari Naruto sedangkan Kerajaan Silver nantinya banyak yang dari DxD.

Untuk yang nunggu fic ku yang lainnya, harap sabar karena aku sekarang baru sibuk praktek kerja lapangan alias PKL. Dan kenapa aku bisa nyeleseiin nih fic dengan chap satu ini? Aku nyicil 500 word perhari sambil bikin 2 fic ku yang lainnya. Untuk jadwal update ku yang selanjutnya adalah Lord of Apocalypse.. Mungkin hari sabtu atau minggu dan untuk yang Warrior From The Heaven, sekitaran hari selasa, rabu..

Jangan lupa tinggalkan review!