Chapter 8
Pendingin ruangan dikamarnya membuatnya menggigil, dia berusaha untuk membesarkan volumenya namun tak mampu membuatnya berhenti kedinginan. Maka ia mematikannya, namun tak mampu membuatnya terlelap karena kepanasan, ia tak bisa tidur jika tidak dingin. Bahkan dirinya sendiri juga bingung bagaimana hanya persoalan pendingin ruangan saja begitu sulit untuk ia hadapi, Kyuhyun merasa dirinya tidak waras. Berhari-hari melewati waktunya seorang diri dan setahun mencoba mengubur diri dari belenggu cinta yang bahkan sampai hari ini masih belum ia pahami, beberapa waktu ia habiskan hanya untuk bertanya-tanya mengapa ia selalu memikirkannya bahkan disaat seharusnya ia melanjutkan hidup normalnya. Apa yang kurang dari dirinya? Dia sempurna, tampan, pandai, punya suara emas dan kaya raya. Hanya cinta yang tidak memihaknya, permasalahan hidup tentang cinta memang selalu menjadi yang paling menyakitkan.
Meniduri banyak wanita tidak membantu meringankan beban, malah menambah karena mereka tau bagiamana cara memanfaatkan artis dengan uang sepertinya. Seharusnya mereka tahu bahwa tidak perlu menunggunya hancur, hari ini dia sudah hancur. Mungkin Sungmin sudah biasa melihat kesuksesannya, tapi apakah ia akan sangat bahagia jika melihat kehancuran?
Hari ini adalah hari yang sama untuknya, ia datang untuk bekerja tersenyum di depan kamera dan itu melelahkan. Ia ingin keluar tapi Ryeowook selalu bilang untuk bertahan sebentar lagi, dia masih punya kontrak untuk beberapa bulan lagi sampai semuanya berakhir, hal yang ia tunggu-tunggu. Ia akan kembali ke korea dan merencanakan hal-hal jahat untuk Sungmin. Anggap saja dia sudah gila, toh dia memang, kadang hanya memikirkannya saja membuatnya sangat bahagia dan tertawa seorang diri.
Ryeowook sering melihat Kyuhyun dengan tatapan aneh, dia punya dunianya sendiri moodnya berubah sangat cepat dan selalu dalam keadaan lesu, bahunya turun sedikit bungkuk matanya kelelahan dan kerutan dahinya terlihat, ia sadar tidak ada yang bisa ia lakukan sebab Kyuhyun bukan tipe yang akan cepat jatuh hati lagi setelah patah hati mandalamnya. Nyatanya penyembuhan satu tahun anggapan Ryeowook ini belum juga menghasilkan hal yang positif pada Kyuhyun, selain dia tampak sedikit seperti zombie kecuali ketika ia di depan kamera, make up dan profesionalitas yang memaksanya untuk terlihat selalu bahagia. Dia tampak mati sisanya.
Angin sangat keras belakangan ini, jalanan tampak kotor karena daun-daun berjatuhan salju tidak turun tapi ramalan cuaca mengatakan bahwa hujan akan turun menggantikan salju . ia memasuki rumah dengan perlahan, membuka pintu sangat pelan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara, membuka sepatunya pelan-pelan dan meminum beberapa teguk air dan melakukan ritual cuci wajah sebelum sampai di kamarnya. Tas kerjanya jatuh tidak sengaja dan menimbulkan suara lumayan keras ketika tersenggol pintu kamarnya. Bora berdecak dan pelan-pelan mulai di dengarnya sedikit suara erangan menangis.
Sungmin mendapatkan ekspresi tidak enak di pandang dari wanita itu, ia memasang raut menyesal namun sepertinya terlambat sebab kini tangisan itu mulai mengencang, wanita itu mendesah dan meletakkan begitu saja bayi berumur 5 bulan tersebut.
"Kau menghancurkan semuanya!" sebalnya, Sungmin mendesah lelah, ya dia menghancurkannya.
"Aku perlu pergi sekarang, tolong jaga dia Ming."
"Biarkan aku mandi dulu, sebentar saja sebelum kau meninggalkannya aku perlu membersihkan tubuhku." Mohonnya segera bergegas mengambil handuk sebelum wanita itu benar-benar meninggalkannya.
Sungmin melihat bayi perempuan tersebut masih menangis di atas tempat tidur, dan benar-benar meninggalkannya untuk mandi sebelum Bora akan pergi pada kegiatan malamnya. Ketika ia keluar dari kamar mandi, Bora buru-buru untuk pergi darisana dan meninggalkan Sungmin pada bayi tersebut yang menatapnya sedih, walau tidak menangis namun sisa-sisa air matanya masih ada, bibir dan dahinya tetap berkerut.
Lelaki itu mendekatinya, sebelum mendekap bayi tersebut menimangnya sambil membuat sebotol susu di dapur. Inilah ritual seorang ayah sebelum tidur. Dulu, dia pikir setelah anak ini lahir maka ia bisa lepas menjalani hidup seperti biasa, walau ia tau bahwa ia telah mengkhinati dan mempermainkan sebuah pernikahan, dia menyadari bahwa waktu itu adalah usia yang sangat muda untuk mengambil keputusan tanpa pertimbangan dari siapapun, merelakan orang yang ia cintai dan menjalani hidup macam ini.
Saat anak ini lahir, ia melihat wajahnya, sangat lugu lucu dan suci ditambah bahwa dirinya tidak mungkin meninggalkan seorang perempuan membesarkan anaknya sendirian dan bayi ini tidak mungkin besar tanpa seorang ayah, maka ia tetap berada disini. Hari ini, masih memastikan bahwa ia minum susu dengan baik, tumbuh dengan baik dan menangis dengan baik sebagaimana anak kecil lainnya. Itulah Sungmin, dia terlalu baik tampak bodoh dan sangat lugu. Hidupnya menderita karena dia terlalu baik.
Tapi ada satu hal tentang kejadian ini adalah, Sungmin merasa sangat bahagia ketika melihat anak ini, layaknya seorang ayah biologis ketika bekerja ia tidak sabar untuk pulang kerumah dan melihat anak perempuan ini menangis. Dia adalah ayahnya kini, kasih sayang seorang ayah kepada anaknya tak terhingga, walau darah lebih kental dari air, cinta kasih tidak pernah mengenal darah atau air itulah ketulusannya.
Bayi itu terlelap kini, memainkan bibirnya seolah-olah botol susu masih ada disana untuk ia kecap. Sungmin meletakkan anaknya dalam ranjang bayi dikamarnya. Ya, anggap saja dia adalah seorang ibu dan juga ayah di saat yang bersamaan, kamarnya agak kosong memang hanya terisi lemari pakaian dan satu meja kerja dekat jendela, kejenuhan kerja kadang membuatnya ingin menghirup angin luar, itu sebabnya meja itu ada disana. Disamping tempat tidurnya ada ranjang bayi kecil yang ia beli jauh sebelum anak perempuan Bora ini lahir. Kamar Bora? Mungkin penuh dengan beberapa lemari dengan beda fungsi untuk menyimpan koleksi tas atau sepatu yang ia miliki.
Sungmin kini duduk sendiri dalam sepi malam, ia ingin membuka jendela merasakan betapa dinginnya diluar sana tapi tidak mungkin untuk bayinya, maka ia hanya melihat keadaan luar memperhatikan putih salju yang belum juga mencair, jalanan pasti licin dan dingin. Sungmin membuka lacinya, melihat beberapa foto pria tampan kekasihnya, mereka jarang foto berdua makanya dia sering mencuri foto-foto Kyuhyun di internet atau mengambilnya menggunakan kamera ponsel.
"Tampan sekali." Gumamnya sambil tersenyum, kemudian ia melihat gambar Kyuhyun yang sedang tertawa sangat lebar, sungmin ingat karena waktu itu ia salah memasukan garam kedalam tehnya sehingga ia menertawakan dirinya sendiri.
"Kau tertawa, lucu sekali." Semenit kemudian Sungmin berpikir, "kapan aku bisa melihatnya lagi? Rasanya tidak mungkin, karena aku menghancurkan tertawamu untukku." Sungmin menghela nafas.
"Ya itu benar. Sudah hancur."
Kyuhyun tidak menemukan dirinya dalam keadaan yang baik-baik saja, kepalanya berat dan perasaannya berat, ketakutan belakangan malah menyerangnya. Siaran televisi menganggunya suara musiknya sendiri bahkan terdengar sangat menyebalkan dalam dirinya, beberapa kali ia menemukan luka pada tangannya entah siapa yang melukainya, yang jelas pagi ini Ryeowook mengatakan padanya untuk beristirahat.
Pada hari kedua Kyuhyun merasa tidak juga membaik, maka ia meminta Ryeowook untuk mengantarkannya ke dokter dimana ia bisa berkonsultasi dengan dokter tersebut. Namun dokter hanya mengatakan padanya untuk tetap istirahat saja, selagi ia bicara di dalam dengan Ryeowook maka ia dipersilahkan keluar ruangan lebih dulu untuk menunggu di luar ruang dokter. Kyuhyun menurut patuh, matanya menatap sekeliling mencari sesuatu yang akan mencuri perhatiannya . Dia benci perpaduan warna rumah sakit. Itu saja.
Dia tau mungkin saja dalam keadaan yang parah, karena Ryeowook walau orang itu tersenyum anak kecil itu tidak bisa berbohong, ekspresinya cukup memprihatinkan, walau pria mungil itu adalah sosok yang memang penyayang dan perhatian, namun kali ini agak berlebihan untuk memperlakukannya seperti bayi. Sampai di mobil Kyuhyun mencoba untuk bertanya apa yang terjadi sebenarnya, namun Ryeowook masih saja berbohong.
"Wook, kau tau aku harus bertanggung jawab pada diriku sendiri, tolong jelaskan apa yang terjadi sebenarnya padaku." Ryeowook masih menatap seperti ragu untuk mengatakannya.
"Kau, depresi hampir gila mungkin bisa saja kambuh sewaktu-waktu. Donghae dan Eunhyuk beberapa kali melaporkan hal aneh yang terjadi padamu, salah satunya adalah kau lupa kalau kau sudah mandi dan mengulanginya berkali-kali, kadang akan pergi bekerja namun dipertengahan jalan kau merasa sudah pulang kerja sehingga kau kembali ke rumah tanpa sampai tujuan."
"Sudah kuduga." Kyuhyun tersenyum miring, itu membuat Ryeowook setengah ketakutan, sebab mereka hanya berdua di dalam mobil ini dan memang dasarnya Ryeowook adalah pemikir yang terlalu berlebihan.
"Banyak hal yang kurasa aneh pada diriku belakangan ini. Sebenarnya sejak tahun lalu." Sambung Kyuhyun lagi.
"Tahun lalu? Dan kau tak pernah mengatakannya padaku?" dia tidak pura-pura Ryeowook sungguh kaget.
"Wook, aku ingin kembali ke Korea."
"Tunggu 2 bulan lagi, kontrak disini akan habis."
"Apakah 2 bulan itu lama?" Kyuhyun mulai aneh, dan Ryeowook sudah tau apa yang harus ia lakukan, konsultasi singkat serta obat ditangannya atas pemberian dokter telah ia ingat.
"Tidak lama, sebentar lagi."
"Sebentar lagi itu kapan? Sejak setahun lalu sebentar lagi adalah kata yang aku benci."
"Jika kau pergi bekerja maka itu tidak akan terasa."
"Wook, kau tau aku sudah tidak berguna. Aku tidak bisa bekerja lagi, aku akan segera di keluarkan dari agensi."
"Tidak, tidak. Kita bisa melakukan terapi."
Kyuhyun terkekeh, "yah, beginilah aku bekerja banting tulang menabung susah payah ternyata untuk bekal pengobatanku."
"Ini tidak seserius itu Kyu, kau bisa sembuh. Dan untuk apa kau hanya memikirkan seorang cinta yang bahkan menghambatmu melakukan impianmu, membuatmu menderita dan sampai pada fase depresi seperti ini, kau masih bisa untuk terus maju. Percayalah!".
Kyuhyun terdiam sebentar, waktu kosong itu terisi dengan suara nafasnya yang agak bergemuruh. "Dan ini tidak sesederhana itu Wook, aku juga telah memikirkannya mengapa harus terus memikirkan pria yang bahkan tidak mencintaiku, yang telah menyakitiku. Tapi, aku tidak bisa berhenti melakukannya, entah kenapa aku sudah sangat berusaha itu tetap tidak bisa. Itu terlihat mudah bagimu karena kau tidak merasakannya terlalu dalam, seperti apa yang aku lakukan."
Ryewook terdiam, ia tersadar bahwa ia sama sekali tidak berhak menghakimi luka orang lain. Karena ia tidak tahu, sekecil apapun masalahnya dan Kyuhyun kini menurunkan sandaran kursi mobilnya memilih untuk memejamkan mata dan menarik nafas sekuat yang ia bisa. Kesedihan melandanya lagi, hampir setiap hari.
"Ayo jalan, aku ingin cepat-cepat tidur."
Ryewook sedang menangis di dapur Kyuhyun, setelah mereka sampai barusan Kyuhyun mengucapkan terimakasih padanya, namun Ryeowook bilang ia akan menyiapkan makanan untuknya sebelum pulang, maka disinilah dia sedang menata piring untuk Kyuhyun santap jika ia ingin. Air matanya tidak bisa berhenti di bendung cerita di mobil tadi terngiang-ngiang di kepalanya. Apa selama itu Kyuhyun menyimpan derita dari percintaannya yang kandas? Bagian ini Ryeowook tidak ingin Kyuhyun punya kebiasaan untuk selalu memikirkan hal-hal yang menyedihkan dan sulit melupakan orang. Daripada gila mungkin Kyuhyun lebih baik hilang ingatan.
"Ming, apa kabar?"
-Dari Kyuhyun-
TBC
Selalu semangat untuk Kyuhyun dan Sungmin, hidup memang begitu. Maafkan saya ya…
