A new project from Indra Kusuma. Semoga banyak yang suka.


Klub Misteri

Naruto © Masashi Kishimoto

High School DxD © Ichiei Ishibumi

Warning: Alternate Universe, Out of Character

.

.

.


Chapter 1: Misteri Pertama

.

Naruto, anakku,

Bagaimana kabarmu? Ibu harap baik-baik saja. Maaf karena tidak bisa menemanimu di kota baru. Pekerjaan Ibu sangat banyak di sini. Oke, Ibu tahu kau marah, tidak pernah membalas SMS, tidak pernah mengangkat telepon dariku. Naruto, kau harus memiliki kehidupan baru, di kota baru. Semua ini kulakukan untukmu, untuk masa depanmu. Tanah kelahiranmu, Hamada sudah tidak aman lagi. Pergaulan di sana tidak bagus! Kau jadi malas belajar karena bergaul dengan mereka.

Jadinya Ibu mendaftarkanmu di SMA Kuoh. Semoga kau bisa berprestasi. Naruto, di sana kau hanya harus fokus belajar saja. Jangan memikirkan uang. Ibu akan mengirimmu uang tiap bulannya. Jika kurang tinggal beritahu Ibu.

Semoga di kota Kuoh kau memiliki banyak teman. Kuoh adalah kota dengan remaja paling baik di Jepang. Di sana jarang terjadi kasus kejahatan. Tempatnya juga nyaman karena banyak taman asri. Itulah sebabnya Ibu mendaftarkanmu di SMA Kuoh, bukan di Tokyo yang merupakan pusat pendidikan.

Naruto, anakku, Ibu janji akan mengunjungimu jika ada waktu. Semoga kau baik-baik saja di sana.

Dari Ibumu, Uzumaki Kushina

Sosok remaja pirang yang berdiri di depan gerbang SMA Kuoh menghela nafas. Melipat surat di tangannya, dimasukkan kembali ke dalam amplop, lalu di simpan di saku celana. Apa yang dikatakan Ibunya memang benar, dia sedang marah.

Siswa yang baru lulus lalu tiba-tiba dikabari masuk ke SMA di kota berbeda, parahnya lagi siswa itu tidak mau dan menentang. Sekiranya begitulah kejadian beberapa minggu lalu. Remaja pirang itu tidak mau meninggalkan Hamada. Dia memiliki banyak teman di sana.

Tapi, jika dipikirkan sekali lagi, perkataan seorang Ibu memang selalu benar. Remaja pirang yang baru menyadari teman-temannya di Hamada tidak benar mulai menyesali perbuatannya. Ya, dia telah salah mengambil langkah yang mengakibatkan kemauan belajarnya menurun drastis.

"Apa yang harus kulakukan?" gumamnya di tengah bunga sakura berguguran. Layaknya salju yang jatuh perlahan membasahi rambut.

Pusing memikirkan dirinya, remaja pirang itu mulai melangkah memasuki sekolah sebagai siswa baru tahun pertama. Di depannya, banyak orang berkumpul saling mempromosikan klub masing-masing. Remaja pirang itu yang bernama Uzumaki Naruto hanya melalui mereka tanpa suara. Mengabaikan setiap tawaran yang ditujukan pada dirinya.

Naruto tidak tertarik mengikuti klub manapun. Selama hidup sebagai siswa dia tidak pernah mengikuti klub. Alasannya hanya satu, mengikuti klub hanya akan mengurangi jam bermain bersama teman-temannya. Pemikiran itu semakin hari semakin kuat hinggap di hatinya. Dampaknya adalah dia jadi tidak minat mengikuti kegiatan klub meskipun sudah tidak memiliki teman.

Naruto memasuki gedung utama tempat kelasnya berada. Di sekitarnya, mading dengan banyak kertas-kertas promosi klub berjajar. Ciri khas musim semi selain bunga sakura yang bermekaran.

1-D

Naruto memandang papan bertuliskan nama kelasnya. Letaknya berada di ujung ruangan. Dia masuk dan melihat beberapa orang sudah berada di kelas. Mereka mengobrol terpisah, membentuk beberapa kelompok. Sepertinya mereka sudah memiliki teman baru. Naruto melangkah menuju kursi paling ujung di dekat jendela. Duduk. Memandang hamparan bunga berwarna pink. Mengabaikan setiap hiruk-piruk dari 'calon' teman kelasnya.

5 menit kemudian, bel berbunyi. Beberapa detik setelah itu seorang guru masuk dan menyuruh seluruh siswa menuju aula. Kegiatan biasa di hari pertama sekolah akan dimulai, bertajuk 'Upacara Penyambutan Siswa Baru'.

"Benar-benar membosankan," keluh Naruto. Menguap di kursi paling ujung. Tidak berminat mengikuti upacara yang berisikan pidato dari kepala sekolah dan perwakilan siswa baru.

Tidak lama kemudian, Naruto terlelap dalam tidur.


"Namaku Hatake Kakashi, wali kelas kalian. Hari ini kita akan mengadakan pemilihan ketua kelas, wakil, sekertaris, dan lainnya. Ada beberapa informasi yang harus saya beritahu kembali. Diantaranya adalah siswa wajib mengikuti kegiatan klub. Tidak boleh ada yang tidak mengikuti. Aku akan memberi kalian formulirnya. Setelah diisi kalian boleh mengumpulkannya di meja saya di ruang guru. Batas waktunya hanya sampai sekarang. Jika besok masih belum mengumpulkan, kami dari pihak sekolah akan memberikan sanksi."

Lagi. Naruto menguap bosan mendengar wali kelasnya bicara. Mau seberapa lama berbicara pun Naruto tidak akan berminat mengikuti kegiatan klub. Formulir yang berada di atas mejanya tidak dia sentuh. Bahkan, hanya sekedar melihat Naruto enggan. Pandangannya terus tertuju pada pohon sakura. Hanya pohon sakura.

Bel pulang berbunyi. Seluruh siswa sibuk berjalan menuju ruang guru untuk memberikan formulir pendaftaran klub. Kecuali beberapa orang dan diantaranya adalah Naruto. Bagaikan ikan yang berenang melawan arus, Naruto berjalan di tengah-tengah kerumunan orang. Arah jalan mereka berbeda mengakibatkan bahu Naruto berkali-kali beradu dengan yang lain.

Tujuan Naruto adalah pulang ke apartemen dan tidur.

Keesokan harinya. Masalah menghampiri Naruto. Sepertinya perkataan Kakashi tidak main-main yang menyebutkan siswa yang tidak mengikuti kegiatan klub akan diberi sanksi. Naruto dibawa oleh Kakashi menuju ruang kesiswaan. Sempat dia melihat beberapa orang bernasib sama sepertinya. Dibawa oleh wali kelas menuju ruang kesiswaan.

"Dari sini, kau akan berbicara dengan Anko-sensei. Uzumaki-kun, sebaiknya kau cepat memutuskan klub mana yang akan kau ikuti. Atau tidak kau akan diskors, mengerti?"

"Ya." Jawab Naruto malas. Kakashi hanya menghela nafas melihat respon salah satu anak didiknya.

Naruto memasuki ruang kesiswaan diikuti oleh 3 orang di belakangnya. Menghadap seorang guru bermuka seram. Entah kenapa, mereka berempat bisa merasakan aura kelam di sekitar guru kesiswaan itu.

"Aku tidak percaya kalian siswa terbaik –yah, kecuali satu orang bisa melanggar peraturan sekolah secepat ini. Bahkan belum 1 minggu kalian bersekolah di sini." Katanya dingin. Memandang tajam mata empat siswa di depannya. Membuat yang ditatap ketakutan.

'Cih.' Naruto mendecih dalam hati. Perkataan guru di depannya tadi secara tidak langsung mengejeknya, dengan cara tersirat. Tunggu dulu, kenapa dia marah karena ejekan tadi? Bukankah itu semua karena dirinya sendiri? Pilihannya? Pilihan yang membuat malas belajar. Seharusnya dia tidak tersinggung. Berbeda dengan orang pintar yang disebut bodoh, mereka berhak tersinggung.

"Sebutkan alasan jelas kenapa kalian tidak ingin mengikuti kegiatan klub!" perintah Anko.

Seorang siswi berkacamata yang memiliki tubuh paling pendek di antara mereka maju satu langkah. Ah … kalau tidak salah dia adalah perwakilan siswa baru yang berpidato di depan aula kelas kemarin. Naruto ingat meskipun hanya melihatnya beberapa detik saja sebelum dia tidur terlelap.

"Aku tidak mengikuti kegiatan klub karena itu hanya akan mengurangi jatah jam belajarku." Katanya datar.

Seperti dipukul oleh batu, hati Naruto tiba-tiba sakit. Perkataan gadis itu hampir mirip seperti perkataannya. Bedanya hanya di akhir kalimat.

"Coba ulangi sekali lagi!"

Gadis itu kembali mengucapkan perkataannya.

"Dengar ya Sitri-san. Entah itu alasanmu untuk kebaikan, peraturan tetap peraturan. Meskipun kau memiliki nilai paling tinggi, kau tidak akan naik kelas karena tidak memiliki nilai klub."

"Apa maksudmu Sensei?"

Mitarashi Anko menepuk jidatnya. "Sepertinya wali kelasmu lupa memberitahukan informasi ini. Dengar, standar kelulusan di sini bukan hanya dilihat dari nilai akademik saja, tapi dari nilai klub. Satu saja nilaimu kurang atau tidak ada, kau tidak akan naik kelas."

Gadis itu nampaknya sedikit terkejut. Dia benar-benar tidak mengetahui tentang ini.

"Yah, wajar saja kalian tidak mengetahuinya karena peraturan itu baru dibuat." Lanjut Mitarashi Anko cepat tanggap melihat raut wajah terkejut Sitri.

"Baiklah. Aku akan mempertimbangkannya lagi. Meskipun sebenarnya aku tidak memiliki niat bergabung dengan klub yang ada di sekolah ini." Gadis itu melangkah mundur. Mensejajarkan dirinya lagi dengan yang lain.

"Selanjutnya kau. Apa alasanmu?"

Semua pandangan tertuju pada gadis cantik berambut merah crimson. Menantikan jawaban apa yang akan dia berikan. Mereka –khususnya ketiga murid menanti dengan penasaran karena melihat senyum yang terus bertengger di wajah gadis crimson itu. Seakan tidak memiliki rasa bersalah.

"Tidak ada klub yang cocok untukku."

"Hah?"

"Maksudku, dari sekian banyak klub yang ada di sekolah ini, tidak ada satupun yang mampu membuatku tertarik. Jadinya aku tidak mengisi formulir."

"Alasan macam apa itu? Maksudmu klub di sekolah ini tidak bagus, hah?"

"Bukan seperti itu, Anko-sensei. Setiap orang memiliki rasa tertarik berbeda 'kan? Jadi wajar saja aku tidak tertarik." Gadis crimson berkata dengan tenang. Melupakan kengerian Anko yang sempat hinggap di hatinya.

"Hn. Aku tidak peduli apapun alasanmu. Peraturan tetap peraturan. Jalani atau keluar dari sekolah! Selanjutnya, kau!"

Yang ditanya sekarang adalah seorang pria berwajah keras, tepat berdiri di samping Naruto. Memiliki warna mata hitam yang senada dengan rambutnya. Dia hanya memandang Anko datar. Raut wajahnya hampir menyaingi Sitri.

"Alasanku, sama seperti gadis merah ini." Katanya singkat, padat, jelas.

"Dan jawabanku sama seperti tadi." Anko tidak mau kalah. Dia membalas perkataan siswa di depannya dengan singkat. "Terakhir, kau! Apa alasanmu? Oh … tidak perlu menjawabnya. Aku tahu jawaban orang sepertimu. Kau tidak mengikuti klub karena malas 'kan?" Aura di sekitar tubuh Anko mulai meledak.

Telak! Naruto kena telak! Matanya membulat sempurna. Terkejut. Guru di depannya paham betul karakter orang seperti Naruto. Remaja pirang itu mengangguk, mengiyakan. Membuat sang Mitarashi Anko semakin marah.

"ORANG SEPERTIMU TIDAK COCOK JADI SISWA DI SINI! KAU HANYA AKAN MENJADI DURI DALAM KELAS! AH TIDAK … TAPI KOTORAN YANG AKAN MENCEMARI NAMA SEKOLAH! SEBAIKNYA KAU CEPAT PUTUSKAN KLUB MANA YANG AKAN DIIKUTI SEBELUM SURAT PENGUNDURAN DIRI SAMPAI DI RUMAHMU!"

"Baiklah. Tidak perlu teriak seperti itu." Kata Naruto. Kalimat terakhirnya sengaja dia pelankan agar Anko tidak mendengar. Bisa panjang urusannya jika sampai terdengar.

Gadis merah tiba-tiba mengangkat tangan kanannya. Bermaksud memberi usul. Sepertinya dia sangat antusias. Naruto sekilas melihat alasan tersembunyi dalam senyuman indah itu.

"Ada apa?"

"Boleh aku memberikan usul?"

"Apa? Cepat katakan saja!"

"Bagaimana kalau kami membuat klub baru? Anda tahu, 2 diantara kami tidak tertarik mengikuti klub yang ada. Jadinya kami akan mendirikan klub sendiri."

Anko mengusap dagunya, "Boleh juga. Aku suka idemu. Kebetulan ada kelas kosong di atas. Jadi, klub apa yang ingin kau dirikan?"

"Klub Misteri."

"Klub apaan itu?" Tanya gadis kacamata yang memiliki nama lengkap Sona Sitri.

Naruto juga heran dengan nama klub itu.

"Klub misteri adalah klub yang memiliki kegiatan untuk memecahkan misteri. Apapun misterinya, dari siapapun misterinya akan kami pecahkan. Bagaimana? Seru 'kan?" gadis merah itu terlihat senang.

'Jadi ini alasan sebenarnya kenapa dia tidak mau mengikuti klub yang ada, membuat klub baru. Sejak awal dia memang mengincar itu. Ck! Dasar gadis otak encer. Selain pintar mencari alasan, ekspresinya juga hampir sempurna.' Batin Naruto, menatap dalam gadis merah itu.

"Hmm … sebenarnya aku cukup tertarik dengan klub itu. Baiklah, aku akan memberikan izin pembuatan klub baru dengan syarat kalian harus menerimanya. Sona Sitri-san, apa kau bersedia bergabung dengan klub misteri?"

Sona diam sesaat. "Baikah. Lagipula klub itu tidak memiliki kegiatan yang pasti. Jika tidak ada misteri maka akan nganggur. Aku bisa menghabiskan waktu dengan belajar. Benar begitu, Rias Gremory-san?"

Rias, pemilik rambut merah crimson alami itu mengembangkan senyum. "Benar. Mengikuti klub ini tidak akan membuatmu rugi, Sitri-san."

"Selanjutnya, Uchiha Sasuke-kun, bagaimana denganmu?"

"Hn. Aku ikut. Lagipula impianku adalah menjadi detektif."

"Terakhir, aku harus mengatakan kau harus ikut, Uzumaki Naruto-kun. Tidak ada kata tidak!"

Naruto mengehela nafas. Pagi miliknya menjadi seburuk ini. Dia mengangguk singkat. "Mau bagaimana lagi, tidak ada pilihan lain."

Senyum Rias semakin mengembang. Rencananya berjalan dengan sukses!

"Sudah diputuskan! Aku akan mengurus pengesahan klub baru. Gremory-san, ke sinilah setelah pulang sekolah! Dan yang lainnya, setelah pelajaran berakhir harap berkumpul di kelas di lantai 4 gedung ini!"

"Baik."

Urusan selesai, mereka buru-buru balik ke kelas masing-masing. Meninggalkan ruang kesiswaan yang penuh aura horror.

Waktu terus bergulir tak kenal lelah. Matahari mulai tergelincir dari singgasananya. Bel pulang telah lama berbunyi. Naruto, Sasuke, Rias, dan Sona sudah berada di dalam kelas yang tadi dimaksud Anko.

Kelas atau lebih tepatnya ruangan kosong ini berada di ujung lorong. Di sebelah kiri ada tangga dan di kanan hanya tembok. Dapat dipastikan bahwa ruangan ini tidak akan ada yang melewati. Suasana menjadi sepi dan sedikit angker.

Ruang yang sebentar lagi akan menjadi markas klub misteri ini dulunya adalah Lab Fisika. Ada wastafel, tempat memasak –dulu digunakan untuk keperluan praktek, dan rak-rak besar yang seluruhnya kosong.

Naruto memandang semuanya, 'Sona Sitri, siswa dengan perolehan nilai terbaik. Di bawahnya ada laki-laki bernama Uchiha Sasuke. Mereka berdua adalah jajaran teratas. Rias Gremory, meskipun tidak masuk ke jajaran top 10 siswa baru terpintar, otaknya memiliki pemikiran di atas rata-rata. Aku bisa mengetahui itu setelah menyadari maksud tersembunyinya tadi.' Naruto memincingkan mata, menganalisis orang-orang yang akan mengisi jam pulang sekolahnya.

"Besar juga ruangan ini," kagum Rias.

"Hn. Tentu saja karena kelas ini bekas lab fisika. Kau beruntung karena memiliki kelas ini sebagai ruang klub." Balas Sasuke dingin. Semua yang mendengar perkataan Sasuke mengangguk.

Mereka menyadari beruntung karena ruang klub misteri besar. Umumnya ruang klub lebih kecil dari kelas biasa kecuali klub populer seperti bisbol.

"Jadi … kita sedang menunggu siapa?" tanya Naruto pada semuanya yang sudah berdiri lebih dari 5 menit. Ruang ini tidak ada meja atau kursi.

Semua mengalihkan perhatian pada sang ketua, Rias.

"Tentu saja, menunggu guru pembimbing kita –oh, sepertinya beliau sudah sampai." Kata Rias sambil melihat seseorang yang baru masuk ke ruangan.

"Jadi kalian para anggota dari klub baru. Menarik! Perkenalkan, namaku Azazel, guru pembimbing kalian. Mohon kerja samanya." Seorang pria dewasa yang memiliki poni pirang tersenyum. Senyuman yang menunjukkan rasa tertarik. Dari raut wajahnya Naruto bisa membaca Azazel sedang berpikir dia akan mengalami hal menyenangkan. Entah apa itu.

"Mohon kerja samanya, Azazel-sensei." Kata mereka berempat serempak. Yang paling semangat adalah Rias.

"Bagus. Aku suka semangat kalian. Kalau begitu tugas pertama klub ini adalah mengambil peralatan di gedung belakang. Ambil barang-barang yang menurut kalian berguna untuk klub." Perintah Azazel.

Semuanya mengangguk lalu pergi ke gedung belakang. Letaknya sedikit jauh dan melelahkan karena ruang klub misteri berada di lantai 4. Mereka berempat hanya mengambil 2 meja panjang dan 6 kursi. Rias merasa itu saja sudah cukup karena tidak ada yang perlu dibutuhkan lagi dari fasilitas sekolah. Rak untuk menyimpan sesuatu sudah ada. Sisanya tinggal dia siapkan sendiri. Rias akan memberikan kejutan untuk anggotanya besok.

"Ini yang terakhir." Kata Naruto sambil menyimpan kursi yang dibawanya.

"Terima kasih, Uzumaki-kun." kata Rias.

"Panggil aku Naruto saja. Aku tidak biasa dipanggil dengan nama marga." Pinta Naruto.

"Baiklah, Terima kasih Naruto. Dan juga kau harus memanggilku dengan nama depan."

"Tidak masalah, Rias."

Azazel tertawa renyah. "Haha, baru bertemu tadi pagi kalian sudah memanggil memakai nama depan. Sepertinya klub ini memang akan menyenangkan. Untuk hari ini, kalian hanya membersihkan ruangan ini saja. Sisanya terserah kalian. Aku akan pergi dulu. Oh ya … aku akan datang seminggu sekali untuk memeriksa keadaan kalian sekaligus menagih absen. Kalau begitu sampai jumpa minggu depan." Kata Azazel berjalan keluar sambil melambaikan tangan.

Para murid hanya membungkuk hormat sesuai adat negaranya.

"Seperti yang dikatakan Azazel-sensei. Ayo kita bersihkan ruangan ini. Anko-sensei berkata ruangan ini sudah tidak terpakai selama 2 tahun. Para petugas kebersihan pun jarang membersihkan ruangan ini."

"Baiklah."

Mereka semua menjalankan tugas masing-masing yang sudah dibagikan oleh Rias. Ada yang membersihkan rak, lantai, tembok, dan jendela. 15 menit kemudian ruangan yang tadi berdebu kini sudah bersih sempurna. Kerja sama yang apik untuk ukuran orang-orang baru berkenalan. Terlebih ada 2 orang dengan sifat pendiam. Rias mampu menggerakkan mereka agar lebih akrab dengan yang lain.

"Haah~ lelah juga membersihkan satu ruangan luas. Mulutku jadi kering." Keluh Naruto sambil mengusap lehernya. Tanda seseorang sedang kehausan.

"Ini, minumlah!" Rias menyodorkan minuman kaleng pada Naruto.

Naruto menerimanya, "Terima kasih."

Naruto membuka segel minuman kaleng di genggamannya, meneguk minuman ber-ion banyak. Satu tegukan, dua tegukan, tiga tegukan, rasa haus Naruto mulai mereda. Dia melihat Rias sedang membagikan minuman ke yang lain.

"Sejak kapan kau membeli minuman ini? kuperhatikan dari kita pertama masuk ke ruangan ini kau tidak pernah mendekati mesin minuman." Tanya Naruto.

"Kalau itu, aku membelinya sebelum bertemu Anko-sensei untuk meminta kunci ruangan ini. Aku hanya jaga-jaga jika saja kita akan melakukan kegiatan yang melelahkan." Jawab Rias.

Naruto memincingkan mata, 'Dia memiliki jalan pikiran tajam. Selalu berpikir jauh ke depan, menganalisis keadaan lalu melakukan tindakan tepat. Yang lebih penting lagi, Rias tidak memikirkan dirinya sendiri. Rias bisa saja membeli minuman untuk dirinya sendiri. Tapi ini tidak. Rias memiliki kharisma untuk menjadi pemimpin.' Batin Naruto.

"Kegiatan pertama klub misteri berakhir sampai sini. Besok kita akan bertemu lagi. Kalau begitu kalian boleh pulang." Kata Rias.

Setelah membersihkan tangan yang penuh debu, mereka semua pulang ke rumah masing-masing.


Esok harinya, Naruto, Sasuke, dan Sona dibuat terkejut karena melihat penampilan ruang klub misteri. Baru kemarin mereka melihat ruangan kosong yang hanya berisi meja dan kursi, kini sudah digantikan oleh barang-barang canggih.

Rias tersenyum melihat wajah terkejut anggotanya. Bagaimana tidak terkejut, 4 buah laptop dengan merk ternama bertengger di meja, rak yang tadinya kosong kini telah terisi puluhan buku tentang misteri, dan yang lebih mengagetkannya lagi, sebuah kulkas hitam 2 pintu merk ternama berdiri tegak di samping rak. Yang paling menggiurkan adalah isinya. Semua komplit.

"Rias, apa maksudnya semua ini?" tanya Sona duduk di kursinya.

"Aku hanya ingin membuat kita nyaman di ruangan ini. Sebagai ketua, aku berhak memberi fasilitas untuk anggotaku. Bagaimana, kalian puas?"

"Jika dibilang puas sih iya. Tapi tidak berlebihan seperti ini. Apalagi 4 laptop yang harganya mahal, ini sudah termasuk penghamburan." Jawab Naruto sambil memeriksa salah satu laptop.

"Haha, tenang saja. Ini tidak berlebihan bagiku. Malahan aku sempat berpikir ingin membawa kasur agar kita bisa tidur kalau kelelahan." Kata Rias yang diakhiri dengan tawa renyah.

"Kalau itu jangan!" kata Sasuke cepat.

"Satu lagi, kalian boleh memilih laptop yang ada di depan. Sebagai anggota, kalian berhak memakai laptop ini."

"Bukankah satu laptop saja sudah cukup untuk keperluan klub?" tanya Naruto.

"Jika niatku seperti itu memang iya. Tapi aku juga memikirkan keperluan kalian. Dengan memiliki laptop masing-masing keperluan di luar kepentingan klub seperti tugas sekolah akan mudah dikerjakan. Terutama yang tidak memiliki laptop atau komputer di rumahnya." Jelas Rias lalu mengambil 1 laptop di depannya. "Ini adalah laptopku. Isinya hanyalah file yang berhubungan dengan misteri, seperti film, anime, manga, dan cerita yang semuanya bergenre misteri."

'Dia sepertinya sangat menyukai segala hal berbau misteri.' Batin Naruto sedikit sweetdrop.

"Tidak usah berlama-lama lagi, ayo kita mulai kegiatan klubnya!"

"Yosh."

Semuanya duduk menghadap laptop masing-masing. Rias sedang mencari informasi tentang misteri yang banyak dibicarakan orang. Sasuke yang sedang mengerjakan laporan harian kemarin atas perintah ketua, Rias ingin segala kegiatan klub misteri ditulis. Sona sedang browsing mengenai materi pelajaran besok. Dan Naruto sedang asyik bermain game online yang baru di download-nya tadi. Dia sempat terkaget akan kecepatan internet modem yang dipakai oleh Rias untuk klub ini.

Game yang dimainkan Naruto tidak jauh dari misteri. Bagaimanapun, Rias tetap memiliki kendali penuh akan 4 laptopnya. Semua laptop terhubung pada laptop Rias. Naruto tidak mau membuat Rias marah karena menggunakan laptop seenaknya.

30 menit berlalu, mereka berempat mendengar suara orang mengetuk pintu.

"Permisi, apa ada orang?"

"Silahkan masuk."

Naruto melihat gadis berambut hitam panjang masuk ke ruangan. Ekspresinya menunjukkan kekhawatiran.

"Ano … apa ini benar klub misteri?" tanya gadis itu.

"Benar. Ada yang bisa kami bantu? Dan bagaimana kamu bisa mengetahui klub misteri? Padahal baru kemarin dibuat." Tanya Rias sopan.

"Kalau soal itu banyak yang membicarakan klub baru dengan anggota yang hampir semuanya cerdas. Aku jadi tertarik setelah mendengar nama klub baru itu. Dan … aku juga memiliki permintaan,"

Naruto sedikit tersinggung saat gadis di depannya berkata 'hampir semuanya cerdas'. Oke, dia menyadari yang tidak cerdas adalah dirinya. Apa yang bisa diharapkan dari siswa seperti dirinya, siswa yang masuk ke jajaran 10 peringkat paling bawah.

Rias menyilahkan 'klien' pertamanya duduk. Dia lalu menyuruh Sona menyiapkan teh untuk tamu mereka.

"Jadi apa permintaanmu?"

"Sebelum itu perkenalkan, namaku Raynare, dari kelas 2-A." Gadis itu memperkenalkan namanya. "Aku memiliki pacar bernama Issei-kun. Bulan lalu, tepatnya hari valentine aku menyimpan coklat di loker Issei-kun. Aku berharap dia suka dengan coklatku. Tidak lama kemudian, kami bertemu. Aku kaget karena Issei-kun yang tiba-tiba marah. Dia melempar coklat pemberianku sambil berkata kasar. Issei-kun pergi tanpa mendengar penjelasanku-

Perkataan Raynare terpotong oleh Sona yang memberikan segelas teh hangat.

"Silahkan."

"Terima kasih."

Setelah meminum beberapa tegukan, gadis berambut hitam itu kembali berbicara. "Setelah kulihat, coklat buatanku dengan coklat yang dilemparkan Issei-kun tidak sama. Aku ingin menjelaskannya tapi tidak bisa karena surat yang berada di dalamnya menunjukkan itu adalah pemberianku. Mau berapa kalipun menjelaskan Issei-kun tetap tidak setuju. Sampai sekarang, hubungan kami memburuk."

Semuanya menatap Raynare dengan wajah serius, termasuk Naruto.

"Raynare-senpai. Apa loker Issei-senpai memiliki kunci? Seharusnya tidak ada yang bisa membuka loker kecuali pemiliknya." Tanya Naruto.

Raynare mengangguk. "Issei-kun dan aku memiliki kuncinya. Tidak ada orang lain kecuali kami berdua yang memilikinya. Tentu saja itu semakin menguatkan tuduhan Issei-kun padaku."

Naruto mengusap dagu, pandangannya tertuju pada permukaan meja. Berpikir. 'Pertama, Raynare-senpai yang membuka loker Issei-senpai menggunakan kunci duplikat. Lalu, Issei-senpai yang membuka lokernya dan menemukan coklat. Jika kejadiannya seperti itu maka coklatnya tidak akan berbeda,' Batin Naruto, semakin memincingkan mata. 'Ada beberapa kejadian yang terlewat.'

"Raynare-senpai, bagaimana kondisi coklatnya hingga membuat Issei-senpai membencimu?" Kini giliran Sasuke yang bertanya. Dia terlihat antusias.

"Kondisinya berbeda jauh dengan yang kuberikan. Pokoknya isi dan bentuk coklat itu mengandung seluruh kejelekan yang dapat menjatuhkan nama baik Issei-kun." Raynare tidak mendeskripsikannya secara rinci. Bahkan dia juga tidak tahu harus bagaimana menjelaskan rupa coklat itu.

"Apa ada orang yang kau curigai sebagai dalangnya?" tanya Sona.

"Sejauh ini tidak. Aku tidak mempunyai musuh dan hanya sedikit memiliki teman. Teman-temanku tidak akan mungkin melakukan itu karena semuanya sudah memiliki kekasih."

Rias mengangguk sambil terus menggerakkan jarinya, mengetik segala informasi yang diberikan Raynare.

"Jika tempat kejadiannya berada di loker, kita fokuskan pada kuncinya. Raynare-senpai, apa kau pernah mengalami kejadian yang berhubungan dengan kunci sebelum kau memberikan coklat pada kekasihmu?" Otak Naruto berjalan cepat. Dia dapat menganalisis keadaan dan memfokuskan masalah pada 1 hal. Hal yang menurutnya sangat penting untuk memecahkan misteri.

Raynare berpikir sebentar, dia lalu mengangguk. "Seminggu sebelumnya, aku pernah kehilangan kunci itu."

Tanpa disadari siapapun, Naruto tersenyum tipis. Beberapa jawaban sudah mengalir indah di otak encernya.

To Be Continued


AN: Apakah fic ini layak dikategorikan sebagai ANTI-MAINSTEAM di fandom Naruto cross DxD? Soalnya aku jarang membaca fic beginian di fanfom ini. Kebanyakan bertema fantasy.

Ada yang bisa menjawab misteri di atas? Ini clue-nya; kunci dan orang ketiga. Jangan ragu-ragu untuk menulis jawaban misteri di kolom review. Apapun jawabannya akan saya baca.

Jika ada typo jangan malu-malu untuk memberi tahu saya.

Jangan lupa review yang banyak ya!

[30.07.2017]