Summery : Namikaze Naruto, nama yang telah disiapkan oleh seorang Kage penguasa negara api untuk putra kecilnya. Namun sayang belum sempat ia bisikkan nama indah di telinga sang putra, seorang shinobi yang tak dikenal telah membawa pergi anaknya tanpa meninggalkan jejak apapun. Apakah takdir akan mempertemukan mereka kembali?
Warning : OOC, Semi canon, i lope typo, i lope flame?/N.O:v
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Kuro no Unmei
Dibalik topeng orange dengan pola melingkar searah jarum jam, pria bermata sharinggan menyala itu tersenyum miring.
Ia duduk dengan gaya raja disebuah kursi pahatan dari tanah, menopang serta dagunya dengan tangan. Wah terlihat sekali ia menikmati waktu-waktu santainya sekarang.
Dilain tempat, beberapa meter didepannya. Ilmuan penggila dan pemburu jutsu terlarang tengah sibuk dengan cairan berwarna-warni entah apa kegunaannya, yang jelas semuanya tersedia lengkap diatas meja panjang itu.
"Orochimaru, sudah sampai mana perkembangan jutsu terlarang itu?"
Suara serak yang menyeramkan mengalun dari mulut si-pria bertopeng. Walau terlihat santai namun dari cara bicaranya saja orang itu sangat menuntut dengan tidak sabaran hasil dari mahakarya hebat sang maestro jutsu terlarang itu.
"Arr.. masih perlu beberapa kali percobaan untuk menyempurnakannya, dan lagi persediaan mayat segar kita habis.. untuk hasil maksimal jutsu ini, aku harus mengujinya dengan mayat shinobi.."
Dari dalam topeng, kedua alisnya berkerut. Otak pintar nan licik pria berjubah hitam itu sedang memikirkan rencana penculikan beberapa shinobi didesa-desa kecil dekat perbatasan dua negara demi memenuhi keinginan profesor medusa yang sudah menjadi sekutu baiknya sejak setahun yang lalu.
"Berapa banyak yang kau butuhkan.?"
"Mungkin Seratus sampai tigaratus.." Seringai licik pria yang bergelar Sannin ular itu mengembang saat menyebutkan nominal angka mayat yang harus dibawa kepadanya.
Hembusan nafas halus, membuat wajah terselubung topeng itu terasa sedikit hangat dan dengan segera pria tersebut hengkang dari singgasananya.
"Akan aku lenyapkan satu desa untukmu.. tapi jangan sampai kau membuatku kecewa Orochimaru..!"
Selepas berucap, dengan sekali kibasan pria bertopeng itu mengambil senjata berupa kipas lebar berbentuk angka delapan miliknya.
"Serahkan padaku.. jutsu ini akan menjadi mahakaryaku yang paling hebat.."
--
BRAKKK..Pintu kayu yang telah lapuk dibanting dengan kasar oleh seorang shinobi berpangkat Tensai Jounin. Dengan nafas terengah dan putus-putus pria dengan ikat kepala berlambang desa Konoha itu bahkan lupa jika ruangan yang ia belusuki secara kasar itu adalah merupakan ruangan milik shinobi paling kuat didesanya.
"Maafkan saya Hokage sama.. "
Pria muda berbalutkan jubah putih bertuliskan Hokage keempat itu hanya menatap heran Jounin spesialis pemecah sandi tersebut sampai ia menghentikan kegiatan menulisnya tadi.
"Tidak apa-apa.. memangnya apa yang membuatmu terburu-buru seperti ini?"
"Ano.. Hokage-" Setelah memberi hormat dengan cepat tangannya menyerahkan gulungan berwarna hitam kepada sang Hokage.
"-itu adalah pesan rahasia dari anbu yang berjaga di perbatasan desa lindungan bunyi, kami selaku tim pemecah kode telah berhasil mengartikan kunci dari pesan rahasia yang ditulis dengan campuran 8 jenis kode shinobi.." lantangnya.
Namikaze Minato mengangguk, wajahnya dengan serius membaca gulungan itu. "Tidak mungkin.." Imbuhnya kemudian dengan nada keterkejutan.
"Itu benar Hokage-sama.. dalam waktu kuang dari semalam, desa lindungan bunyi telah lenyap, tak ada satupun penduduk yang tersisa didesa itu.. bahkan tidak ada satupun mayat ditemukan disana.."
Hokage dengan ciri rambut berwarna cerah itu menggeleng lemah, walaupun desa lindungan bunyi merupakan desa yang terisolir karena dari pehak mereka sendiri yang menolak segala bantuan dari desa besar seperti Konoha. Namun hal itu tidak menjadi halangan bagi Konoha untuk tetap menjalin kerjasama karena pada dasarnya desa kecil itu masih merupakan desa dibawah lindungan negara api.
"Siapa pelakunya?"
"Maaf Hokage sama.. para anbu masih menyelidiki kasus ini.."
"Desa itu memiliki jumlah penduduk sebanyak 350 orang itupun termasuk anak-anak dan lansia.. apa tujuan penjahat itu memusnahkan seluruh penduduk disana?" Minato menatap datar Jounin dihadapannya.
"Saya kurang tau.."
"Kalau begitu, sampaikan pesanku pada Anbu yang bertugas disana agar menyelidiki lebih rinci lagi kasus ini.. dan juga suruh mereka untuk membuat laporan yang harus disetor padaku besok siang.." Printah Minato mutlak.
Karena Jounin itu mengerti dengan keinginan Minato, ia mempersilahkan Jounin tadi keluar dari ruangannya.
Hembusan nafas lelah terlontar dari dua lubang hidung mancungnya. Lagi-lagi kasus baru, Minato sangat lelah untuk mengurusi kasus baru yang berunculan.
Tapi dia tidak boleh terlalu banyak mengeluh karena ini adalah merupakan tugasnya sebagai seorang Hokage Konoha.
"Akan aku urus ini besok.." Minato menyisihkan gulungan hitam tadi ke sebuah kardus yang ada dibalik meja kerjanya. Setelahnya ia menyenderkan punggungnya yang nyeri akibat terlalu lama membungkuk untuk menulis.
Tangannya mencoba memberikan pijitan rileksasi di pelipisnya, dulu Minato teramat sangat bernafsu untuk menduduki kursi Hokage sebagai cita-citanya, tapi setelah ia meraihnya ada rasa jengkel serta kesal saat Minato memasuki ruangan hokage disetiap paginya.
Bayangkan tumpukan tugas-tugas lain selain melindungi desa, benar-benar membuat batinnya tersiksa. Baru 2 tahun ia menjabat sebagai orang nomor satu di Konoha, sepertinya Minato ingin pensiun dini saja sekarang.
Meski Minato sangat ingin, tapi ia tidak bisa karena Hiruzen Sarutobi telah mempercayakan kursi kepemimpinan itu pada dirinya. Hiruzen sendiri tidak ingin ada orang lain yang menduduki kursi Hokage selain Minato, yang merupakan murid dari lengenda Sannin petapa katak Jiraya-sama.
Siapa yang masih meragukan kemampuan luar biasanya?.
--
Hari sudah semakin sore, sudah saatnya sang-Hokage untuk pulang ke rumahnya. Sebagai si-jenius muda, Minato Namikaze tidak perlu repot-repot untuk berlari dengan melompati rumah-rumah penduduk konoha untuk sampai dikediamannya.
Berbekal cakra dan sebuah kunai yang telah ia beri kertas khusus, dalam sekejap mata Minato sudah tiba di dalam rumahnya dengan Hiraishin no jutsu, hal inilah yang seringkali ia lakukan jika dirinya merasa lelah atau jengkel atau jenuh dan perasaan tidak enak lainnya yang membuat wajah tampannya masam seketika.
"Kushina?" Tanpa basa basi, Pria berambut kuning itu menyuarakan nama istri tercintanya. Melepas sepatunya dengan asal Minato bergegas mencari keberadaan istrinya didapur, senyum sayu mengembang diwajahnya saat melihat Kushina tampil begitu cantik, dengan baju rumahan walau perutnya buncit.
"Minato, Kapan kau pulang? Aku tidak merasakan cakramu tadi, apa kau pakai Hiraishin lagi?" Dengan sebuah sendok sup ditangannya, Kushina menuding kasar kelakuan buruk suaminya yang pulang kerumah dengan menggunakan jutsu hiraishin lagi.
"Hehehe.. iya begitulah, salahkan saja dirimu yang membuatku teramat sangat merindukanmu hingga aku pakai hiraishin untuk pulang.." Balas Minato dengan wajah konyolnya. Walau dia seorang Hokage tapi tetap tidak akan merubah apapun saat dirinya sedang berdua dirumah bersama Kushina, Minato akan tetap menjadi Minato Namikaze si-jenius yang romantis, humoris, dan pecicilan didepan sang istri.
Kushina menatap nalar, mata biru samudra milik Minato. Padahal sudah berkali-kali Kushina menyuruh Minato untuk berhenti memakai hiraishin saat pulang dari kantor Hokage.
Karena sejujurnya Kushina ingin Minato agar berjalan kaki saja saat pulang, dengan begitu sang Hokage akan tau bagaimana rakyatnya memandang kagum sosok jenius muda yang menjadi ninja andalan di desa api itu, walaupun tidak sedikit juga diantara mereka yang membenci Minato secara terang-terangan.
"Sekali lagi kau lakukan itu, aku akan benar-benar marah padamu..!" Mengarahkan sendok panjang itu kehadapan wajah suaminya lantas Kusniha memakainya untuk memukul bahu Minato sangat keras hingga si-kilat kuning mengaduh karenanya.
"AWWW.. baiklah-baiklah, aku janji ini akan jadi yang terakhir.." Kushina mendengus mendengar kata-kata manis dari suaminya, kali ini Kushina tidak akan percaya semudah itu.
Hidup hampir seperempat abad dan 16 tahun sisanya ia habiskan bersama Minto membuat Kushina tau jika lelaki itu tidak akan segan-segan untuk membohonginya bahkan sampai berkali-kali demi kesenangan dan keisengannya.
Ahh laki-laki itu benar-benar membuat Kushina mabuk hingga rela ditipu ratusan kali demi cinta.
--
Selesai makan malam, dua suami istri itu menikmati malam yang dingin dengan tidur saling berpelukan. Walapun Kushina sedang hamil tua Minato tidak akan kehabisan akal untuk memonopoli tubuh mengil Kushina.
Dengan wajah terbenamkan sempurna dibelahan leher mulus sang istri, Minato memeluk dengan sayang Kushina dari belakang. terpaksa ia lakukan itu agar calon anaknya tidak merasa terjepit sakit dihimpit oleh tubuhnya.
"Aku sudah tidak sabar untuk melihat wajah anak kita.." Rupanya Kushina masih terjaga, wanita yang identik dengan warna rambut merah itu tersenyum sendiri sambil menggerakan tangan lebar suaminya untuk mengelus perut buncitnya yang bulat.
"Hmm.. kalau dia laki-laki, pasti sangat mirip denganku dan jika dia perempuan pasti dia sangat cantik sepertimu Tsuma.." Serak Minato dari belakang. Wajah Kushina langsung memerah padam, nafas Minato ditempat sensitifnya membuat Kushina panas dingin mendadak, seklibat pikiran kotor melintas indah dikepalanya saat ini. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, karena setelahnya perutnya berkontraksi ringan gara-gara tendangan kecil buah hatinya.
"Anata, kau merasakannya tadi?" Antusias Kushina, Tangan Minato meraba dengan sayang perut istrinya, dimana tadi telapak tangannya sempat ditendang kuat oleh kaki kecil yang nakal dari dalam sana.
"Aku rasa, dia sama sepertimu Kushina… dia sudah tidak sabar lagi untuk keluar dan bertemu dengan ibunya.." Balas Minato bahagia, setidaknya setelah kepahitan perang dunia shinobi ke tiga. Minato dan Kushina akhirnya mendapatkan kebahagiaan mereka sebagai bayaran dari kusutnya lika-liku kehidupan mereka dulu semasa perang.
Kushina semakin mengeratkan selimut tebalnya, ia menjaga kehangatan untuk bayinya yang masih terbungkus plasenta didalam. Dengan senyumnya yang khas, Kushina kembali bersuara "Aku makin bersemangat, meskipun Mikoto bilang kalau melahirkan itu rasanya sangat menyakitkan.. tapi aku rasa aku bisa berjuang melawan rasa sakit itu demi anak kita.."
Minato teridam. Kalimat Kushina merasuk ke dalam pikirannya, sesuatu yang membuat hatinya resah akan keselamatan Kushina saat persalinan nanti adalah status istrinya yang masih menjadi seorang jincuriki dari monster rubah ekor Sembilan.
Seperti yang sudah Hiruzen katakan tempo hari lalu, bahwa besar kemungkinan pada saat Kushina melahirkan. segel dari kyubi akan melemah dan mungkin saja bisa membebaskan rubah raksasa itu dari tubuh inangnya. Jika itu terjadi maka dapat dipastikan Kushina akan mati setelahnya.
Keheningan kini menyelimuti dua insan yang sebentar lagi akan merubah status mereka menjadi orang tua siaga.
Pikiran Kushina berkelana, wanita merah dengan hoby suka mengamuk itu tidak menepis begitu saja rasa kekawatirannya saat proses melahirkannya tiba nanti. Kushina sadar betul jika dirinya teramat sangat beresiko kehilangan nyawa saat melahirkan anaknya, karena dirinya masih menjadi inang kyubi.
Kushina sedih, bayangan masa depannya sangat buruk. Beberapa kali dirinya bermimpi jika Minato tidak akan pernah bisa melihat wajah anaknya dan didalam mimpi itu juga Kushina tidak pernah bisa memeluk sayang bayinya, bahkan hanya untuk menyebut namanya saja tidak bisa. Apakah itu pertanda jika sesuatu hal yang buruk akan terjadi?
Sebelum hal itu terjadi ada baiknya Kushina menitipkan pesannya pada Minato, dan berdoa hal baik akan selalu menyertai mereka.
"Minato.. jika aku mati saat melahirkan anak kita, berjanjilah agar kau selalu bersamanya.. lindungi dia seperti kau melindungiku dulu.. juga didik dia agar tidak bodoh sepertiku.. beritau dia jika didunia shinobi ini ada tiga pantangan yang tidak boleh dia langgar, kau pasti tau itu kan? Dan juga-.."
"Hentikan Kushina! kenapa kau bisa bicara seperti itu?" Minato tidak lagi bermanja-manja pada leher istrinya, wajah kalem yang dulu senantiasa menghiasi kini berubah jadi wajah keras yang serius.
Minato menatap Kushina.
Kushina menggigit kuat bagian dalam bibirnya, setes air membasahi bantal tempat kepala Kushina tertidurkan. "Itu karena aku sadar, jika aku tidak akan bisa selamanya bersama kalian! Karena Aku seorang Jincuriki, dan seperti yang dikatakan Hiruzen sensei, kemungkinan besar aku bisa mati saat Kyubi mendesak ingin keluar bersamaan dengan melemahnya segel ditubuhku.."
Minato menggeram, tangan yang berbalutkan cincin pernikahan itu terkepal kuat dan Minato berseru lantang "Kau tau aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!.. memang ada rasa takut yang menghantui hatiku saat proses persalinanmu tiba nanti, tapi aku berusaha untuk membuang jauh-jauh pikiran negatif itu. Aku tidak mau kehilangan siapapun, terlebih kau Kushina.."
Setelah menguatkan istrinya Minato tak segan-segan langsung melumat bibir tipis Kushina. Walaupun posisinya agak menunduk diatas kepala Kushina namun tak menghentikan niatan Minato untuk berhenti menghisap rakus bibir Kushina hingga sedikit bengkak.
"Percayalah padaku, kau dan anak kita..-" Setelah melepaskan pangutannya. Minato kembali bicara
"-kita bertiga.. akan tetap hidup.."
Kushina hanya bisa menggenggam kuat tangan besar Minato. Bisakah ia percaya?
yeii haabis...
Aha!! karya pertama yang hampir mengikuti versi animenya. Jika ada yang mirip sama ffc yang laen ya.. maklumin aja Ega kan nggak tau hehe..
# see you.