"Pergi!" Desis Jiraya. Giginya saling bergemeletukan menahan emosi yang meluap.
Ruangan itu bahkan tak mampu menyembunyikan setiap suara nafas yang berhembus. Mata dan wajah tiap orang menampilkan berbagai macam gambaran ekspresi.
"Go-gomenasai..." Ucapnya. Suaranya bergetar, tapi ia benar-benar tulus mengucapkannya. Ia masih menunduk dan bersimpuh di hadapan pria paruh baya yang telah mengusirnya.
Pria paruh baya bernama Jiraya itu menggeleng. Wajahnya sangat masam kedua bola matanya berair.
Ia menangis.
Ini adalah kali pertama ia berlaku benar-benar jahat pada perempuan yang sangat ia sayangi.
"Jiraya! Apa yang kau katakan? Dia putrimu! Sakura putri kita!" Kali ini suara seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik bersuara dengan nada gusar. Ia menghampiri putrinya, "Sakura, bangunlah sayang."
"Tsunade! Biarkan ia pergi!" namun suaminya menahannya dan membuatnya tak bisa bergerak lebih dari ini.
"Tapi Jiraya─"
"PERGI!"
..
..
..
"Lalu Semuanya Lenyap?"
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Hyuugadevit-Cherry
[Uchiha Sasuke & Uchiha Sakura]
..
..
..
Uchiha Sasuke berlari menuju kamar Sakura, diobrak-abriknya seluruh lemari pakaian wanita merah muda itu. Kemudian ia mencari lagi, dari satu laci ke laci yang lain. Tidak satupun ia temukan. Hingga ia melihat satu foto ketika mereka merayakan keberhasilan Sasuke akan kedainya. Foto yang memang sengaja dipaksa oleh Naruto untuk foto bersama. Entah kenapa saat itu Sakura dengan wajah ceria dan gembiranya memeluk lengannya dan Sasuke yang menggenggam tangan wanitanya yang lain. Mereka terlihat layaknya sepasang kekasih.
Sasuke tersenyum memandang foto dirinya bersama gadis itu. Sakura terlihat bahagia, Sakura terlihat sangat cantik, Haruno Sakura yang dicintainya.
Diangkatnya foto yang terpajang di dinding itu.
─TAP
Sebuah amplop jatuh dari balik foto yang terhubung dengan dinding itu. Tanpa ragu Sasuke memungutnya dan membaca cap yang tertera adalah Rs. Santa Maria. Dibukanya dengan cepat dan jantungnya berdetak lebih cepat dari pada biasanya. Ternyata setelah ia baca dengan teliti... Sakura benar-benar sedang mengandung bayinya. Bayi Uchiha. Seorang cucu yang diharapkan Uchiha Fugaku, cicit sebagai bentuk perwujudan keinginan dan harapan Haruno Ashura dan Uchiha Indra kini telah hidup di rahim gadis yang dicintainya.
.
.
.
Sakura memandang wajahnya dengan sendu.
Ini mengingatkannya akan kenangan masa lalu.
Hanya saja saat itu ia menginginkan pernikahannya terjadi. Padahal pernikahan tu telah di depan mata, sama halnya dengan sekarang. Namun ada yang berbeda, kali ini justru ia tidak menginginkannya. Ada Uchiha di dalam tubuhnya, dan ia akan menjadi Nyonya Uchiha baru. Tapi bukan Uchiha yang akan menikahinya kini bukan seorang Uchiha yang diinginkannya.
Disentuhnya dengan halus perutnya yang mulai membuncit itu. Sekilas senyum Nampak diwajahnya yang ayu. Ia harus kuat, bukan untuk dirinya. Melainkan untuk bayinya, maka jalan apapun yang akan ia pilih−Sakura akan mampu melewatinya. Bukan akan, tapi memang seharusnya begitulah seorang ibu berjuang untuk anak-anaknya.
"Tidak Sakura," wanita merah muda itu menoleh mendengar suara yang sangat dikenalnya. Sabaku No Temari berdiri di daun pintu dengan wajah yang dingin. Gadis dewasa itu menutup pintu dan menghampiri sahabatnya, meskipun wajahnya terlihat dingin tapi gadis itu memberikan pelukan hangat. "Jangan hancurkan ayahmu dengan masalah yang sama."
Dibalasnya pelukan Temari. Diremasnya pundak sahabatnya itu sebagai bentuk rasa bimbang, "Temari aku..."
"Ini adalah takdirmu, berjanjilah untuk tetap berbahagia. Bersama bayimu." Air mata jatuh di pipi gadis merah muda itu. Temari melanjutkan, "Aku telah melakukan tugasku. Memberikan hadiah terakhir dan hukuman berat untuk Uchiha Sasuke. Itu bagus, atau lebih bagus jika ia tidak menyadari apapun dari bukumu itu." Kata Temari ketus. Padahal hatinya terus berdo'a, semoga tindakannya membuat surat palsu pada Sasuke tidak pernah ketahuan oleh siapapun, bahkan Sakura sekalipun.
Wanita yang sebentar lagi akan mengganti marganya menjadi Uchiha itu mengangguk, kemudian melepaskan pelukannya. Ia menyeka air matanya. Lalu Temari membantunya untuk merapikan sedikit makeupnya yang sedikit luntur.
"Siap menempuh hidup baru?" tanya Temari ketika pintu terbuka menampakkan sosok Haruno Jiraya dengan jas hitamnya yang membuatnya terlihat lebih muda dari pada usianya.
"Ha'i."
.
.
.
"Sakura terlihat sangat cantik ya dengan makeup naturalnya."
"Benar.Padahal kita melihatnya dibalik cadar, apalagi jika dibuka."
"Ku dengar gaunnya dirancang oleh perancang dari negara KirigakureTerumi Mei."
"Uchiha dan Haruno memang keluarga yang tak bisa dianggap biasa, mereka sangat kaya."
Pujian akan penampilan pengantin wanita itu terus terdengar. Bagaimana tidak, Haruno Sakura terlihat sangat cantik dengan helaian merah muda yang dibentuk menjadi ikal dan sedikit bergelombang. Mahkota bunga tersemat di atas kepalanya. Tubuhnya yang indah di balut dengan gaun pengantin berwarna seputih salju yang memiliki detail bordir dan mutiara yang rumit karya perancang ternama dari Kirigakure─membuat Sakura layaknya seorang ratu. Juga kaki yang dihiasi oleh highhils berwarna senada dengan gaunnya. Mendengar beberapa pendapat dari tamu undangan membuat degup jantung Sakura semakin bertambah cepat. Apalagi perutnya kini terasa dipelintir.
'Mual sekali rasanya!'
"Kau gugup sayang?" tanya Jiraya. Putrinya mendongakkan kepala− menatapnya sambil menggelengkan kepalanya pelan. Senyum tipis diperlihatkannya. "Tenanglah, aku bersamamu."
Kemudian musik pengiring mulai berbunyi ketika Haruno Jiraya bersama putri cantiknya mulai melangkahkan kakinya.
Uchiha Shisui di depan pastur berdiri dengan jas putihnya. Pemuda dewasa yang tampan itu terlihat semakin menawan ketika senyum itu diperlihatkannya di depan umum. Melihat senyum tulus Shisui dari balik cadarnya membuat hati Sakura tercubit. Benarkah ia akan menikahi pemuda itu? Menipu Shisui? Menghianati senyum tulus pemuda baik itu? Menipu semua orang?
Kembali diremasnya lengan Haruno Jiraya. "Kau semakin gugup," bisik Jiraya. "Tenang saja... Kau sangat cantik. Shisui akan semakin tergila-gila padamu."
Mendengar penuturan ayahnya .. Sakura berhenti berjalan. Tidak..Tidak.. !
"Ada apa sayang?" bisik Jiraya.
Semua orang menatap ayah dan putrinya dengan berbagai pertanyaan. Sakura menggelengkan kepalanya. Ini tidak benar! Shisui tidak pantas menikahi wanita yang mengecewakan seperti dirinya. Seorang wanita yang tak bisa menjaga kehormatannya, wanita yang kini tak suci lagi. Seorang wanita yang dalam beberapa bulan lagi akan menjadi seorang ibu.
Maka, dengan keberanian yang didapatkannya, Sakura melepaskan tangan ayahnya.
Keluarga Uchiha dan Haruno kini berdiri dari bangku kehormatan.
"Aku... tidak bisa." lirihnya.
Iringan musik kini ikut terhenti.
Semuanya terdiam.
"Aku tidak bisa menikah dengannya." Sakura merasakan suaranya hilang diujung kalimat. Emeraldnya berkaca-kaca, satu dua tetes dan seterusnya.. air mata itu mengalir di pipinya.
"Raphaela," Jiraya hapir tak beruara. Namun melihat putrinya hanya menangis dengan kepala tertunduk pria paruh baya itu kehilangan kesabarannya, "RAPHAELA HARUNO SAKURA!" Bentak Jiraya, disusul tamparan keras di wajah putrinya.
Sakura tersentak mendengar suara keras disusul tamparan dari ayahnya. Ia menatap sosok tua di hadapannya dengan wajah terluka. Tapi wajah pria tua itu lebih terluka, kecewa dan−sakit. "A-ayah.." ia berusaha meraih tangan ayahnya.
"Pergi!" Desis Jiraya.
Giginya saling bergemeletukan menahan emosi yang meluap. Ruangan itu bahkan tak mampu menyembunyikan setiap suara nafas yang berhembus darinya. Mata dan wajah tiap orang menampilkan berbagai macam gambaran ekspresi.
Haruno Sakura menggelengkan kepalanya, ia ingin ayahnya mengerti. Tapi.. "Go-gomenasai..." Ucapnya tulus. Hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya. Suaranya .. suaranya hilang entah kemana dan perutnya… juga kepalanya terasa berdenyut nyeri.
Astaga!
Ia menunduk. Kini Sakura bersimpuh sambil menutup mulutnya yang hampir saja muntah. Di hadapan pria paruh baya yang telah mengusirnya, Sakura terus terduduk.. sambil berharap perutnya mau bersahabat.
Haruno Jiraya menggeleng. Wajahnya sangat masam kedua bola matanya memerah, berair. Ia menangis. Ini adalah kali pertama ia berlaku benar-benar jahat pada perempuan yang sangat ia sayangi, putrinya tercinta. Putri satu-satunya. Tangannya masih bergetar, tapi emosi kali ini lebih kuat dari rasa sayangnya terhadap Sakuranya.
Di saat yang bersamaan−dari kursi kehormatan keluarga Haruno, seorang wanita berlari. Wanita itu memegang lengan suaminya. "Jiraya! Apa yang kau katakan? Dia putrimu! Sakura putri kita." Kali ini suara seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik bersuara dengan nada gusar. Ia menghampiri putrinya, "Sakura, bangunlah sayang."
"Tsunade! Biarkan ia pergi!" namun suaminya menahannya dan membuatnya tak bisa bergerak lebih dari ini.
"Tapi Jiraya─"
"PERGI!" Teriak Jiraya.
Setelah menguasai dirinya, Uchiha Shisui berlari dari hadapan pastur dan menghampiri keluarga Haruno. Ia memegang bahu calon istrinya, "Sakura bangunlah ... apa yang kau katakan? Kita akan menikah." Pemuda dewasa itu berbalik hingga kini ia berhadapan dengan Haruno Jiraya. "Tuan Jiraya.. aku akan meyakinkan Sakura. Aku akan meyakinkannya agar mau menikah. Aku yakin ini hanya masalah keraguan dan ketakutan yang pernah ia alami." Katanya berusaha bijak.
Sakura semakin yakin bahwa ia memang tak pantas untuk Shisui. Lihatlah! Bahkan dalam keadaan seperti ini, Shisui masih membelanya dan bersikap sangat hormat terhadapnya juga keluarganya. "Sakura, ayo lanjutkan upacara ini. Semuanya akan menunggumu siap ..." bujuk Shisui dengan lembut.
Wanita berhelaian merah muda itu melepaskan tangan Shisui ... ia mundur dua langkah dan berkata, "Aku tidak bisa." Tolak Sakura halus. Wanita itu melepaskan tangan Shisui pada bahunya. "Aku mohon maafkan aku ... tapi … mengertilah." Kemudian Sakura berbalik dan berjalan meninggalkan altar mengabaikan berbagai tatapan para tamu undangan padanya.
Bisik-bisik dari setiap tamu undangan mulai terdengar. Semakin membuat Sakura hilang kepercayaan dirinya. Keberanian yang didapatkannya tadi menghilang bersama dengan hilangnya kepercayaan ayahnya terhadap dirinya.
─TAP
"Jangan pergi, Sakura!"
─DHEG
.
.
.
Sasuke merasakan jantungnya akan berhenti berdetak saat ia mendengar suara biola sebagai pertanda penyambutan pengantin wanita tengah berjalan di altar. Semaksimal mungkin ia kerahkan kekuatannya untuk berlari memasuki wilayah St. Mary's Cathedral of Tokyo. Keanggunan dan kecantikan dari gereja ini membuat Sasuke semakin bersemangat untuk menemukan wanitanya dan menghentikan upacara pernikahan di dalam sana.
Musik yang sejak tadi mengalun, kini tak terdengar lagi.
"Tidak, Sakura! Jangan mengucapkan janji pernikahan pada siapapun, kecuali aku." geramnya.
Saat langkahnya kini mencapai pintu kaca berwarna dengan bagian jendela di atasnya terdapat jendela vertikal−di dalam sana dapat ia lihat seorang gadis tengah berjalan, bahu bergetar dengan kepala tertunduk. Seorang pria paruh baya berdiri membelakangi wanita itu. Sementara seorang wanita yang ia kenali sebagai Haruno Tsunade tengah menangis pada punggung suaminya. Shisui terlihat mengurut pangkal hidungnya dengan mata tertutup.. menampakkan perasaan kecewa dan terluka.
Semua tamu yang hadir saling berbisik-bisik, menyaksikan tragedi yang pastinya akan menjadi viral. Kini kakinya melangkah dengan cepat membawanya ke arah wanitanya. Satu kalimat yang ditangkap Sasuke dari desas-desus itu ... Pernikahannya kembali gagal?
─TAP
"Jangan pergi, Sakura." kedatangannya membuat semua mata memandangnya kaget. Termasuk Haruno Jiraya, Haruno Tsunade, Uchiha Shisui, dan utamanya keluarga Uchiha Fugaku.
Di sini Sasuke berdiri bersama Sakura dengan jas hitamnya.
Ia terlihat sangat memesona. Kesan dingin, sombong dan matang semakin terlihat jelas dari pria Uchiha yang satu ini.
"Akan aku jelaskan kenapa Sakura tak bisa menikah dengan Shisui." Kata Sasuke dengan lantang. Onyxnya yang tajam balas memandang tiap mata. Hingga tatapannya kini jatuh pada onyx ayahnya─ Uchiha Fugaku.
"Sasuke," lirih Sakura. Ia menyentuh tangan Sasuke.
Tatapannya kini ia arahkan pada wanitanya. Wanita itu terlihat cantik dibalik cadranya. Meskipun ia tahu wanita itu tengah menangis. "Aku harus bertanggung jawab atas semua masalah yang telah aku sebabkan." Katanya dengan nada lembut.
Ditatapnya kembali semua orang, "Alasan Sakura tak bisa menerima pernikahan ini adalah karena ... ia tengah mengandung."
Onyx Shisui melebar.. jadi inikah yang selama ini membuat Sakura menjaga jarak darinya? Tapi sebagian hatinya tak mampu memercayai ucapan Uchiha Sasuke.
"Sasuke, berhenti mengoceh yang tak baik tentang Sakura!" Teriak Shisui.
"Tidak!" kata Sasuke. Balas ditatapnya Shisui. "Sakura adalah gadis baik-baik. Ia hanyalah korban. Lagipula ... bayi yang tengah di kandungnya adalah anakku. Cucu dari Uchiha Fugaku dan Haruno Jiraya. Cucu yang diharapkan kedua keluarga selama ini telah hadir di antara kita di dalam rahimnya."
Bagai kilas balik, Shisui merasakan apa yang dikatakan kemenakannya itu benar adanya.
"Kau tinggal bersama Sasuke?"
"Aku dan Sasuke memiliki masalah yang sama,"
"Kau menyukai tomat?"
"Aku mohon maafkan aku.. tapi .. mengertilah."
"Bagaimana bisa?" gumam Shisui..
"Bagaimana bisa?" kini Uchiha Itachi yang bersuara dari bangku kehormatan keluarga Uchiha mendekat dan memandang Sasuke dan Sakura bergiliran.
Diceritakannya lah kisah mengharukan diantara keduanya. Mulai dari Sasuke yang bertemu dengan Sakura di restoran bergaya Itali, acara numpang tidur beberapa hari yang menjadi berbulan-bulan, kesuksesan Sasuke di dunia bisnis kedainya, kesuksesan Sakura di dunia tulis, juga tragedi malam yang menyebabkan hidupnya Uchiha dalam rahim seorang Haruno Sakura.
"Untuk itu, Tuan dan Nyonya Haruno.. jangan benci Sakura. Biarkan ia hidup sesuai keinginannya. Biarkan Sakura menjadi tanggunganku. Mulai sekarang, jangan mengkhawatirkannya." Katanya pada pasangan Haruno yang kini memandangnya dengan tatapan tak terbaca. Ia melanjutkan, "Shisui nii-san.. kali ini aku memohon. Ku mohon lepaskan lah Sakura. Aku minta maaf untuk semuanya." Ucapnya sungguh-sungguh.
Setelah mengatakan kalimat terpanjang nya di hadapan semua orang , pria Uchiha bungsu itu membuka cadar Sakura dan mengusap lembut air mata yang terus mengalir itu. Dan berhenti di bagian pipi yang memerah akibat tamparan. "Kau banyak teluka karenaku." Uchiha Sasuke memeluk Sakura dengan satu tangannya dan mulai berjalan meninggalkan gereja.
"Jadi…Nona Raphaela Haruno Sakura." Suara berat Uchiha Fugaku kini membuat Sasuke pun Sakura menghentikan langkah keduanya. Mereka berbalik, menatap kepala keluarga Uchiha. "Benarkah kau mengandung darah kami... darah Uchiha Sasuke?"
Sakura menunduk.. "Ya," jawabnya pelan.
"Kalau begitu.. pernikahan akan tetap dilaksanakan. " tegasnya. "Haruno Jiraya... Mari kita nikahkan kedua anak kita yang nakal ini."
.
.
oOo
.
.
Wanita berhelaian merah muda yang tengah mengarungi alam mimpinya itu terdengar meleguh pelan. Sasuke terjaga karena suara itu, meski ia belum membuka kedua matanya. Kini ia merasakan tangannya sakit. Rasa kebas pada lengannya membuat pria dewasa itu perlahan membuka kelopak matanya.. yang menampakkan sepasang onyx yang tajam. Onyxnya melirik jam digital di nakas yang menunjukkan pukul. 07. 00 waktu Konoha.
Tatapannya kini jatuh pada wanita dalam dekapannya. Wajah polos dan nafas hangat yang menyentuh kulitnya dari wanita cantik dalam dekapannya ini membuatnya secara tak sadar menyeringai.
Namun Sakura berguling ke arah lain dengan selimutnya, menempatkan kepalanya di bantalan yang empuk. Meninggalkan Sasuke di sisi ranjang yang lain.
"Sakura," Sasuke mengambil celana pendek juga kaosnya.. kemudian mengenakannya. Lalu ia bergeser mendekati Sakura. Ia memeluk wanita yang telah menjadi istrinya.
"Ini masih pagi." Kata Sakura.
Belum Sasuke menjawab, pintu kamar mereka terbuka dan menampakkan tiga anak berdiri di daun pintu dengan wajah yang Sasuke banget.
"Hn.. Ohayou." Sapa Sasuke pada ketiga anaknya. Mendengar pintu terbuka dan sapaan Sasuke, Sakura tahu bahwa ketiga anak mereka kini sudah bangun dan menyaksikan keadaan mereka yang benar-benar tidak elit. Ia segera menutup seluruh tubuhnya di dalam selimut, menyembunyikan keberadaannya.
"Papa.." suara jengkel dari Uchiha Sarada (13 tahun) anak pertama mereka mulai terdengar. "Ini sudah siang dan Mama.. apa kau akan terus bersembunyi di balik selimut?"
"A-aaa.. aku akan segera menemui kalian." Teriak Sakura dari balik selimut.
"Benar-benar.. kalian ini tidak bisakah menunjukkan sedikit sifat dewasa kalian? Putra kembar kalian Izuna dan Izana tidak mau sarapan tanpa kalian. Dan asal kalian tahu, hari ini kita harus datang ke acara pernikahan paman. Ck.. menyebalkan!" grutu nya sambil meninggalkan kamar.
Sementara Sasuke hanya menggelengkan kepalanya mendengar sindiran dari putrinya yang mulai jadi ABG. Kemudian ia menghampiri kedua putranya Uchiha Izuna dan Uchiha Izana yang masih berusia 5 tahun.
"Papa.. ayo kita makan." Izuna dengan wajah datarnya dan suara yang sepertinya mirip sekali dengan Sasuke kecil.
"Ayoo.. ayoo.." Ini suara cempreng dan cerewet Izana yang sepertinya turun dari ibunya. " Mama.. mama.. mana mama.. mau makan cama mama. "
"Baiklah," balas Sasuke pada kedua putranya. "Tapi biarkan mama kalian mandi terlebih dahulu.. mau bantu ayah memasak?" tanyanya agar fokus dua anak ini teralihkan.
"Mauuu~" jawab keduanya serempak.
"Kami akan menunggumu di bawah, Jangan sampai telat, jam 8 kita akan berangkat ke acara." Ucap Sasuke yang ditunjukkan pada istrinya.
.
.
.
Lonceng pernikahan pun berdentang dengan indah.
Sasuke tersenyum samar melihat kedua pengantin yang terlihat sangat bahagia.
Pernikahan Uchiha Shisui.
Adalah kabar yang sangat menggembirakan bagi keluarga Uchiha ketika pemuda dewasa itu memutuskan untuk menikahi seorang gadis. Meskipun perbedaan di antara kedua keluarga yang sangat jelas, tapi keluarga Uchiha tetap merestui. Berbagai masalah yang telah dilalui Shisui terlalu rumit. Setelah merelakan Sakura− Shisui bahkan tidak bisa berkencan dengan siapapun. Pemuda dewasa itu juga pernah mengancam keluarga Uchiha jika mendapati Sasuke tak becus mengruus keluarganya maka ia kan menikahi Sakura. Namun, melihat kesungguhan Sasuke dalam menangani bisnis dan mampu membahagiakan keluarga kecilnya membuat Shisui putus asa dan menumpahkan segalanya pada pekerjaan.
Kemudian, saat kelahiran si kembar membuat Shisui semakin berkecil hati. Pemuda itu pergi ke Timur Tengah untuk melakukan riset dengan proyek pembangunannya di sana.
Dan setelah 5 tahun menetap di negeri kurma tersebut, Tuhan yang maha baik itu mempertemukannya dengan seorang gadis timur itu. Membuat keduanya jatuh hati dan memutuskan menikah.
"Kita harus terbiasa dengan perbedaan," Bisik Sasuke. Tangannya menggenggam tangan istrinya.
Sakura mengangguk pelan menanggapi suaminya. "Aku juga tidak harus khawatir lagi."
"Apa?" Tanya wanita itu penasaran.
"Selama dia belum menikah, aku selalu takut kau diambil olehnya," Sakura mengulum senyumnya mendengar pernyataan suaminya. Benar-benar, Sasuke mengalami perubahan banyak dalam segala hal. Ia menjadi pria yang lebih terbuka dan ayah yang baik untuk ketiga anaknya.
"Aku serius, Uchiha Sakura!" Senyum wanita itu semakin lebar.
"Aku adalah istrimu dan kau adalah suamiku. Selamanya kau dan aku adalah satu." Katanya sambil mengecup suaminya.
Jika ia harus mengungkapkan, Sakura adalah wanita pertama yang sangat bahagia atas pernikahan Uchiha Shisui.
Ia yakin semuanya akan berjalan dengan baik.
Masalah akan datang silih berganti, tapi rumah tangga sangatlah kuat. Karena apa? Karena mereka menjalani dan menghadapinya bersama-sama.
.
OWARI
.
OMAKE
.
"Jadi .. Nona Raphaela Haruno Sakura." Suara berat Uchiha Fugaku kini membuat Sasuke pun Sakura menghentikan langkah keduanya. Mereka berbalik, menatap kepala keluarga Uchiha. "Benarkah kau mengandung darah kami... darah Uchiha Sasuke?"
Sakura menunduk.. "Ya," jawabnya pelan.
"Kalau begitu.. pernikahan akan tetap dilaksanakan. " tegasnya. "Haruno Jiraya... Mari kita nikahkan kedua anak kita yang nakal ini."
Sasuke tersenyum ke arah Sakura. Wanita itu pun balas tersenyum.
"Kepada semua tamu undangan, harap duduk kembali." Itachi memberikan intruksi melalui microfon.
Seakan tersadar dari suatu hal, Sasuke kembali berseru. "Tunggu.. kenapa kalian selalu memutuskan segala sesuatu secara sepihak?" semuanya memandangnya heran. "Aku bahkan belum melamar Sakura. Jadi biarkan aku melamarnya dulu ya?"
Itachi tertawa geli yang berusaha ia tahan.. "Memang kau bawa cincinnya?"
"Tentu saja! Aku sudah menyiapkannnya sejak jauh-jauh hari." Bagai orang kebanyakan yang sedang dimabuk asmara.. Sasuke berlutut dengan satu kaki di hadapan Sakura sambil mengulurkan kotak bening cincinnya. Wajah Sakura merona hebat. Ia tak percaya Sasuke akan melakukan hal yang kata orang romantis ini.. "Haruno Sakura.. Will You Marry Me?"
"Yes, I will." Tentu saja! Sakura tak akan pernah bisa menolak pria yang telah lama menjadi pemilik hatinya.
Keduanya kini di hadapan pastur, bersiap mengucapkan janji pernikahan. Namun sebelum itu, Sasuke kembali melakukan hal yang konyol.
"Tunggu bapak.." katanya. "Aku belum mencium wanitaku.. aku sangat menginginkannya sekarang juga."
"Tapi.. kalian belum mengucapkan janji." Katanya dengan raut bingung. Pasalnya biasanya pasangan akan berciuman setelah sumpah dan mengenakan cincin pernikahan.
Tapi hari itu Sasuke benar-benar keras kepala ingin mencium pengantin wanitanya sebelum mengucap janji.
Pastur itu tersenyum maklum. Ia mengangguk. Dan saat itu Sasuke memaksa membuka cadar Sakura. Wanita itu terlihat merona ... kemudian ciuman itu datang dengan cepat. Ciuman yang hangat, ciuman yang syarat akan cinta. Banyak pagutan di sana. Hingga rasanya baik Sasuke.. pun Sakura hampir saja hilang kendali jika saja Itachi tidak memperingati keduanya. Lalu, setelah kekonyolan itu terjadi .. akhirnya Haruno Sakura dan Uchiha Sasuke dipersatukan oleh pastur di hadapan Tuhannya. Keduanya mengucapkan janji dan Tuhan memberkati pernikahan ini.
.
.
.
.
.
THE END
A/N:
Ini benar-benar akhir yang aneh dan konyol kan? Tapi saya suka .. saya cinta Sasusaku, saya juga mencintai kalian. Untuk semua keanehan, typo dan semua kekonyolan ini .. saya minta maaf. Btw saya sudah dapet kerja di tempat yang bagus, lulus dengan nilai yang memuaskan, wisuda juga menikah. Puji Syukur.. .Tuhan kembali menunjukkan kasihnya. Bagi saya 2018-2019 memberikan banyak kejutan yang luar biasa untukku. Bagaimana dengan kalian?
Terakhir, saya ucapkan Terimakasih banyak sudah menunggu. Teman-teman juga dapat menghubungi saya di email saya atau Ig see you …
hyuugadevitcherry atau hyuugadevitcherry
