Titania.
Itu adalah gelar yang dia pegang sebagai pewaris ratu dari ras Fairy. Seorang pewaris ratu Fairy yang berambut semerah warna [Scarlet] yang sekarang terbaring dengan perban ditubuhnya pada sebuah gua. Tubuhnya seharusnya beristirahat setelah pertempuran hidup mati dengan ras Gigant yang dikatakan begitu mengerikan untuk dihadapi dan dia tidak memungkiri hal tersebut.
Semua bagian tubuhnya berteriak dalam sakit. Meski dia diperban, dia masih bisa merasakan hal tersebut. Saat rasa nyeri menyerang bahkan ketika dia mencoba untuk menggerakkan sedikit bagian tubuhnya, dia tidak bisa berkompromi untuk itu.
Beruntung saat itu rekan sesama Fairy-nya dalam pertarungan Royal ini masihlah dalam keadaan cukup baik untuk membawanya pergi dari tempat pertempuran dengan Gigant setelah raksasa dengan kekuatan monster itu tewas. Oleh sesama rekannya dia segera dibawa pergi untuk dirawat sekaligus untuk mengantisipasi jika seandainya ras Elf berkhianat dan membunuh pewaris ratu Fairy yang terluka lebih parah daripada yang lainnya. Itu adalah hal wajar mengingat bahwa ini adalah Battle Royal. Pertarungan penentuan untuk satu ras tetap hidup dan berdiri pada akhir. Sama saja dengan medan perang dan medan perang tidak akan mengenal kehormatan dalam bertarung satu sama lain. Kemungkinan akan sebuah pengkhianatan selalu ada.
Erza harus mengerang sedikit ketika dia mencoba untuk bangun dan bersandar pada sandaran tempatnya berbaring. Rasa sakit ini begitu menyakitkan namun sudah tidak separah sebelumnya. Rekan Fairy satunya sedang keluar dari gua untuk mencari obat-obatan secara sembunyi-sembunyi dan gua ini dilindungi oleh sihir pelindung kelas tinggi dari Fairy untuk melindungi Erza dari pembunuhan jika seandainya ada ras lain yang mengincar mereka. Rekan Fairy Erza telah mengantisipasi hal tersebut terlebih dalam Battle Royal ini mereka harus saling bekerja sama untuk menjaga bagian belakang masing-masing.
''Kau harusnya tidak banyak bergerak.''
Suara yang terdengar menggema dalam gua membuat Erza membeku dan dia langsung menoleh ke arah sumber suara untuk mendapati seseorang berdiri disana.
'Bagaimana dia bisa berada disana?! Aku tidak merasakan apapun tadi!' Pikiran Erza berteriak demikian dengan keras sekali. 'Bukankah gua ini sudah dilindungi sihir Fairy tingkat paling tinggu untuk tidak bisa ditembus! Bagaimana bisa!?'
Erza harus mengerut wajahnya ketika dia menahan sakit dan bergerak untuk memasang posisi kewaspadaan tinggi ketika dia sadar dia tidaklah sendirian sekarang. Meski rasa sakit pada tubuhnya begitu berteriak karena dia bergerak berlebihan, dia mencoba mengabaikan hal tersebut.
Namun upaya yang dia lakukan tidaklah luput dari orang yang tiba-tiba ada didepannya yang telah memaksa Erza untuk bersikap waspada seperti ini. Ketika Erza mencoba untuk memanggil sihirnya dan mencoba mematerialisasikan pedang pada udara kosong karena pergerakan tiba-tiba dari penyusup yang masuk ke gua tempatnya berada, meski itu harus menyebabkan bagian luka pada tubuhnya terbuka lagi karena dia menggunakan sihir dalam keadaan seperti ini, Erza tidak punya pilihan lagi.
''Jangan.'' Orang yang tadi secara mengejutkan Erza dengan kehadirannya tiba-tiba menghilang dan menyentuh pelan namun lembut dahi Erza dengan telunjuknya dan Erza bisa merasakan koneksi sihirnya terputus seketika yang membuat Erza panik saat itu.
'Dia bisa memutus koneksi sihir! Apa dia pembunuh yang akan mengakhiri hidupku? Apa ini kematianku? Tapi dia tidak akan bisa membunuhku kecuali...' Erza terpikir demikian sebelum wajahnya mengalihkan rasa takut sekejapnya. 'Tidak setidaknya tanpa usaha apapun!'
Itulah Erza. Dia tidak akan menyerah bahkan ketika dia tahu kematian pasti untuknya.
Dan alangkah terkejutnya dia ketika orang yang ada dihadapannya yang Erza tahu merupakan seorang pemuda dan mungkin seumuran dengannya memberikan senyuman penuh kegelian padanya.
Sebuah terpaan familiar menerpa Erza ketika melihat senyuman yang mungkin saja dia ingat entah dimana dia pernah lihat.
''Selalu terlihat berani dan keras kepala eh?''
''Siapa kau!'' Gertak Erza ketika sosok itu berkata demikian padanya. Ketika Erza tidak merasakan bahwa pemuda ini datang bukan untuk menyakitinya yang dia tahu ketika dia menatap mata pemuda ini yang lagi-lagi menimbulkan sensasi familiar dan nostalgia pada dirinya, Erza tidak bisa serta merta untuk melepaskan kewaspadaanya begitu saja. Meski Erza tahu dia adalah semi-immortal akibat dari efek Battle Royal yang dia jalani, dia tidak bisa lengah begitu saja.
Namun ketika Erza mungkin akan lebih membeku ketika dia mendengar lagi nama yang telah begitu lama dia tidak dengar, sebuah panggilan masa dahulu dari seseorang bocah berumur sepuluh tahun yang membuatnya tidak bisa menahan semua keterkejutan yang dia punya.
''Selalu galak juga Scarletia Nee-san. Jika terus begitu maka kau bisa menjadi Spriggan.'' Pemuda itu kemudian duduk disamping tempak Erza terbaring. ''Lama tidak jumpa.''
Tenggorokan Erza tercekat. Otak Erza lambat berpikir ketika nama panggilan dari seseorang bocah yang sudah mengalahkannya, seorang bocah yang pernah menyelamatkan dari sesuatu yang hampir membunuhnya dahulu dan hal yang membuatnya bersumpah untuk menyaingi kekuatan bocah itu.
Namun lebih daripada itu, seorang bocah yang setidaknya membuatnya pernah merasakan perasaan aneh pada hatinya. Perasaan yang seharusnya tidak dimiliki jika dia adalah pewaris ratu Fairy namun itu gagal dipandangan matanya.
Dalam retakan suaranya yang terdengar,- mungkin Erza sendiri mengutuk karena dia tidaklah harus bersuara seperti ini. Tapi ketika Erza tidak pernah menyangka lagi akan mendengar nama panggilannya dahulu dari bocah kecil yang dikenal Erza dari ingatannya, wajar Erza bicara seperti itu dimana kemudian dengan mengabaikan rasa sakitnya sembari menaruh tangan miliknya pada pipi pemuda yang duduk pada tempatnya berbaring tadi dimana saat ini dia bersandar. Tindakan yang sebetulnya tidak akan pernah disangka juga oleh pemuda yang terlihat kaget dalam pandangan matanya ketika tangan dalam balutan perban itu menyentuhnya.
''Na-...Naruto?'' Erza memanggil nama dari ingatan miliknya yang teringat kembali. Sebuah nama yang selalu ada dan dekat dalam hatinya sendiri.
Saat kepala pemuda itu mengangguk kecil untuk memberikan konfirmasi yang diinginkan oleh Erza, oleh dirinya yang bergelar Titania dan seorang Fairy akan kehadiran seseorang yang mungkin akan terasa seperti ilusi saja sekarang, apakah mata yang terlihat berkaca-kaca akan cairan yang ditahan untuk tumpah bisa menjabarkannya?
Ketika ilusi ini terasa begitu nyata untuk bisa dibilang sebuah realita. Ketika usapan tangannya yang mengusap kulit ini begitu nyata. Ketika mata yang begitu dia ingat dipunyai oleh bocah aneh dengan Sacred Gear naganya dahulu kini sudah terlihat dewasa dan berada dihadapannya.
Sang Titania merah tertawa dalam senggukan bahagianya kemudian.
-2-
Apa kau pernah melihat kekuatan yang tidak pernah kau lihat sebelumnya selama hidupmu mengungguli harapan yang kau punya akan sebuah kesempatan?
Kepakan dari sayap yang hanya tersisa tulangnya saja sudah menyiratkan kekuatan.
Apa kau merasakan rasa ketakutan yang sebenarnya sekarang?
Semua dari mereka tidak ada yang mampu bergerak saat itu datang. Saat itu melayang turun untuk berada pada atas Gigant bernama Deus itu, masing-masing dalam diri mereka kini mengeluarkan emosi yang jelas akan diperlihatkan saat mereka melihat sesuatu yang jelas berada dalam jangkauan mereka.
Perasaan teror ini tercium jelas pada udara. Warna merah dari lubang mata tengkorak naga besar itu menatap kebawah dalam pandangan yang membekukan mereka.
''Mustahil.''
Saat ada yang berkata demikian terdengar di medan pertempuran sekarang, sebuah tawa penuh kelemahan terdengar kecil. Itu berasal dari seorang iblis yang sekarang tubuhnya begitu bergetar, tidak hanya dirinya saja, bahkan salah satu wakil dari ras malaikat yang tugasnya sebagai Support bagi aliansi yang ada juga sangat bergetar hebat.
Benar! Takutlah wahai makhluk kecil! Biar kucium bau ini sepuas hati. Bagaimana rasa takut kalian mencemari udara.
Teror.
Ini sudah merupakan teror.
Ini bukan lagi monster yang menjadi lawan mereka ketika itu turun ke bawah dan menjawab panggilan dari Gigant yang kini memberikan pandangan rendahan. Tidak... Ini lebih daripada itu.
Meski itu hanyalah sisa dari Naga Surga yang telah terkalahkan, itu tidaklah kehilangan kekuatannya sepenuhnya. Meski kini itu hanya tinggal tengkorak saja, itu tidaklah kehilangan kejayaan yang pernah dimilikinya.
Dalam satu bagian Sacred Gear yang mengurung jiwa naga surga lain, jiwa itu terhenyak dalam keterkejutan. Apakah jiwa bisa merasakan keterkejutan?
Mungkin dunia ini hanya mengenal dua naga surga saja saat perang besar dimasa lalu, Ddraig dan Albion semata. Namun jauh sebelum itu, jauh sebelum dua naga surga yang tersisa ada, ada dua naga surga yang namanya telah terlupakan zaman karena mereka menghilang begitu saja dari dunia.
Tidak ada tanda-tanda apapun lagi dari mereka berdua. Dua naga surga yang meraih peringkat mereka jauh sebelum Ddraig dan Albion. Nama mereka hanya diingat oleh para generasi tua yang sudah mulai pudar dan dengan kedatangan naga dalam bentuk tulang semata yang kini turun dari langit, mereka diingatkan kembali siapa yang berada pada puncak rantai paling atas.
Hyperion dan Adramelech mungkin hanya dua naga surga yang sudah terlupakan, dua naga surga yang tidak pernah disegel dalam Sacred Gear apapun karena mereka menghilang jauh sebelum Sacred Gear ada, tapi mereka pernah meninggalkan kesan bahwa mereka pernah ada pada dunia ini.
Dalam bentuk pertarungan pertama mereka. Pertarungan Hyperion dan Adramelech yang berakhir imbang namun meninggalkan dampak terberatnya pada dunia bawah. Bagian lain dari teritorial iblis Marbas yang dahulu merupakan bagian terluas dari semua bagian iblis yang lain kini hanyalah menyisakan satu wilayah kecil dengan kerusakan yang tidak pernah bisa diperbaiki. Itu menunjukkan bagaimana kuatnya mereka sebagaimana kuatnya Ddraig dan Albion semasa mereka hidup dimana pertarungan mereka berdua yang terjadi pada masa perang antar tiga fraksi harus membuat perang antar tiga fraksi itu saling membuang waktu mereka dalam bermusuhan untuk menghalangi dua naga surga itu membuat kerusakan yang hampir sama dengan wilayah teritorial iblis Marbas.
Saat Adramelech yang kini telah menjadi naga Undead menatap bawah dengan mata merahnya, mata itu terpaku pada Vali yang masih memasuki wujud Juggernaut Overdrive miliknya. Bentuk naga besar dari Vali membuat naga Undead Adramelech meraung keras.
Raungan yang mengingatkan kembali dunia pada teror. Tidak ada hawa intimidasi yang mencemari udara namun udara sendiri bertekuk lutut dengan membawa rasa teror untuk menyebar memeperlihatkan kekuatan dari Undead naga Adramelech yang dipanggil oleh Deus.
Entah bagaimana Deus bisa mendapatkan naga Undead Adramelech yang merupakan naga surga pada awalnya namun sekarang menjadi naga panggilan untuk Gigant tersebut. Tidak pernah ada keterangan bahwa Adramelech tewas, tidak bahkan ketika naga itu menantang sang agung merah, Great Red. Naga itu diketahui selamat saat menantang Great Red karena dia dibiarkan hidup oleh Great Red itu sendiri. Adramelech justru menghilang setelah Hyperion sang rival menghilang lebih dahulu dari dunia supernatural.
Jawaban itu tentu saja ada pada Deus sendiri. Sebuah jawaban yang jelas akan menggetarkan banyak pihak supernatural jika sampai diketahui.
Itu karena Deus adalah yang membunuh Adramelech sendiri dan mengubahnya menjadi Undead naga yang menambah arsenal kekuatan dari Deus sekarang. Sebuah kenyataan yang begitu mengerikan.
Deus membunuh Adramelech setelah Gigant tersebut menipu naga Adramelech untuk meminum sebuah racun. Deus mengetahui tempat Adramelech bersembunyi dari dunia dan dengan pikiran liciknya, dia mencoba bersahabat dengan naga surga itu untuk kemudian membunuh Adramelech dengan caranya yang licik. Deus sebenarnya tahu dia bukan tandingan naga surga, apalagi untuk naga surga yang masih hidup namun jika dia tidak bisa menang dengan kekuatan, bukankah akalnya masih bisa digunakan? Itulah hal membuat Deus setidaknya patut ditakuti sebagai ras terkuat untuk memenangkan pertarungan Battle Royal ini.
Meski Undead Adramelech ini hanya salah satu dari dua kartu As milik Deus, alasan lain dari Deus mengeluarkan Adramelech adalah untuk membunuh semua wakil dari ras lain yang telah menganggu waktunya beristirahat dan juga telah menyerangnya. Lagipula mereka muncul dengan sendirinya tanpa harus dicari dan Deus mempunyai kesempatan untuk membunuh ras kecil yang menganggu ini.
Membunuh malaikat, malaikat jatuh, manusia hingga memusnahkan mereka sekarang bukankah itu bagus, sekalian memusnahkan ras mereka. Untuk iblis kecil disana, dia bisa memusnahkan ras mereka setelah dia menemukan iblis lainnya. Untuk sekarang, membunuh wakil ras yang ada dengan cepat adalah sesuatu yang penting.
Untuk itulah Deus menepuk kedua telapak tangannya sebagai tanda menyerang. Hal itu kemudian memancing Undead naga Adramelech yang melayang di atas Deus meraung keras dan membuka rahangnya.
Ketika kumpulan [Mana] padat dari udara saling menyatu membentuk sebuah bola energi besar berwarna merah itu meneriakkan begitu besar bahaya, itu menyadarkan Rin yang membulatkan matanya lalu berteriak.
''Menghindar semuanya!'' Rin berteriak keras kepada sesama rekan aliansinya dimana dia mencoba untuk memperingatkan akan serangan yang datang. Teriakan keras Rin menyadarkan banyak rekannya namun tidak untuk Issei dan Irina yang berdiri mematung dibelakang.
Mereka bergetar karena ketakutan. Ini adalah kali pertama mereka harus berhadapan dengan hal seperti ini dimana kematian mereka terlalu besar dipertaruhkan.
''Sial!'' Dulio yang melihat salah satu rekannya hanya diam saja itu kemudian terbang dalam kecepatan tinggi ke arah Irina. Dia dengan bantuan Sacred Gear miliknya dimana dia memanipulasi angin untuk membuatnya terbang jauh lebih cepat lagi berharap dia bisa meraih Irina lebih dahulu. Dia tidak bisa kehilangan rekannya disini sekarang dan masa peduli dengan iblis yang mungkin akan terkena serangan berbahaya itu. Yang penting Irina selamat dahulu dan mereka bisa kabur dari sini secepatnya karena pengurung yang mengurung mereka telah pecah dengan kedatangan Adramelech.
Hal tersebut juga sebenarnya dipikirkan oleh Rin juga wakil dari Nephalem, Basara yang langsung muncul di samping Rin dan meraih tangan Rin. Basara tidak bodoh untuk tahu situasi sekarang sudah teramat berbahaya bagi mereka namun ada kesempatan yang tercipta.
Beberapa petarung yang berpengalaman seperti Slash Dog, Tobio juga tahu ini namun entah dengan yang lainnya.
Saat bola energi berwarna hitam yang terkumpul di depan rahang Undead naga Adramelech dilepaskan, semua mencoba menghindar sekuat yang bisa mereka lakukan. Vali yang masuk dalam mode Juggernaut miliknya meraung sangat keras.
Vali masihlah terperangkap dalam rantai Enkidu milik Deus. Dia meraung untuk melepaskan diri namun rantai itu semakin mengikatnya dengan erat. Jika begini dia pasti akan terkena serangan dari Undead naga Adramelech tersebut!
[Vali!] Albion berteriak dengan keras pada Vali. [Batalkan saja wujud ini dan kau punya waktu kesempatan untuk lolos dari rantai ini! Kau harus cepat sekalian menghindar!]
''Tapi jika kubatalkan sekarang kita tidak bisa lagi melakukannya!''
[Persetan bodoh!] Albion meraung keras dalam Sacred Gearnya. [Lebih penting kau selamat dan kabur sekarang!]
Vali sadar ucapan Albion ada benarnya dan dia hanya bisa menuruti perintah dari Albion. Dalam cahaya yang menyilaukan dan raungan keras wujud Juggernaut, Vali berniat melepaskan wujudnya sekarang.
Namun apakah itu mudah ketika Deus yang dengan raungan keras Vali kini tertarik untuk apa yang akan diperbuat manusia dengan Sacred Gear naga yang terlihat bercahaya itu sekarang. Deus mungkin sudah memperkirakan hal tersebut dan dia mengarahkan telapak tangannya ke arah Vali. Rune sihir untuk mengeluarkan rantai Enkidu kini keluar bukan hanya keluar untuk mencoba mengagalkan niatan dari Vali namun juga untuk mencoba mengeluarkan rantai Enkidu untuk merantai mereka yang mencoba untuk menghindar dari jarak serangan Undead naga Adramelech.
''Ini berlebihan!'' Rin berteriak demikian ketika dia bersama Basara kini menghindar dari rantai yang mencoba untuk menangkap mereka sementara Undead naga Adramelech masih menahan serangannya. Bagaimana mereka bisa kabur jika seperti ini? Menepis satu rantai yang ada yang mengejar mereka hanya akan mengakibatkan rantai lainnya muncul dalam sekejap di belakang mereka untuk merantai mereka. Rin mampu menghindar setelah yang kedua ataupun yang ketiga namun jika terus seperti ini dia juga kewalahan.
Dalam bagian lain Issei yang sudah mengerti situasinya sekarang dimana dia mencoba sadar dengan cepat setelah teriakan keras Kirin dalam Sacred Gearnya kini mencoba untuk menggunakan tombak Sacred Gear untuk menepis rantai yang muncul untuk mengikatnya.
Namun ketika rantai lain tiba-tiba muncul dibelakangnya dan mengikat kaki kanannya, Issei tidak mampu berbuat banyak ketika dia ditarik dan dibanting ke tanah pada arah jaungkauan serangan Undead naga Adramelech. Bahkan bukan hanya dirinya, Irina juga demikian dan dia melihat ekspresi wajah sakit Irina setelah teman masa kecilnya itu juga dibanting sama kerasnya seperti dirinya akibat tertangkap rantai milik Deus.
Sementara para wakil lainnya mencoba menghindar terus, Vali yang melihat rantai muncul disekitarnya untuk bersiap mengekang dirinya jika mencoba melepaskan wujudnya kini harus mengutuk keras. Teramat sangat keras! Jika dia tidak diberikan kesempatan untuk melepaskan diri, dia akan menciptakannya.
Dalam raungan keras, meski terikat dalam rantai yang semakin erat saja mengikatnya, Vali kemudian mengarahkan moncong meriam lase yang ada pada pundaknya dan membuka rahang wujud Juggernaut naganya yang besar.
Saat [Mana] padat terkumpul pada tiga bagian pada wujud Juggernaut Vali, dua pada moncong meriam laser Vali dan satu pada bagian depan rahan Vali yang terbuka, Deus yang melihat itu membulatkan matanya.
Sialan naga ini! Bahkan ketika dia terikat erat rantai Enkidu, dia mencoba untuk menembakkan serangannya. Deus setidaknya harus bergerak untuk menghindar namun itu akan berakibat pada dia harus kehilangan konsetrasinya mengendalikan rantai Enkidu yang mengincar semua makhluk kecil ini. Belum lagi dengan konsentrasi dirinya yang menahan serangan dari Undead naga Adramelech untuk dilepaskan.
Deus tidak punya pilihan lain. Ragu jika pelindung sihir yang dia buat dengan satu tangannya yang masih bebas tidak akan sekuat pelindung dari yang tercipta dengan kedua tangannya, Deus kemudian mengarahkan Undead naga Adramelech untuk mengarahkan serangannya pada Vali.
Ketika Vali melepaskan serangannya kemudian, Deus membiarkan Adramelech juga melepaskan serangannya.
Dua serangan dari masing-masing naga yang pernah memegang gelar naga surga... Meski satu harus tersegel dan menjadi sebuah senjata sementara satunya hanya menyisakan tulang belulang yang tidak memiliki kesadaran, benturan kekuatan serangan mereka masing-masing itu tidaklah pernah akan terkira.
Benturan kedua serangan itu menciptakan cahaya begitu terang yang kemudian meledak dalam ledakan maha dahsyat. Bagi mereka yang berada di sekitar pusat ledakan, tidak pernah diketahui apakah mereka akan selamat dari dampak ledakan dua serangan yang ada.
Asap besar sisa dari ledakan membumbung hingga ke langit dunia bawah yang berwarna ungu. Kilatan-kilatan petir sisa ledakan masih sesekali terlihat pula. Ketika ada angin yang meniup sisa asap, yang terlihat kemudian hanyalah kehancuran daratan dengan lubang menganga begitu besar.
Vali yang terlihat lolos dari dampak ledakan kini hanya bisa berlutut dengan memegang satu lengannya. Armor dari Sacred Gear miliknya telah lenyap. Bagian berdarah begitu banyak pada tubuhnya dan nafasnya terengah. Dia melihat ke arah depan. Matanya masih menajam ketika kepakan sayap tulang belulang menghempaskan segala debu yang tersisa.
Para wakil lainnya juga terlihat terluka akibat menahan dampak dari ledakan dua serangan gila dari dua naga yang berbenturan. Naga bukanlah makhluk yang bisa diremehkan sejak dahulu dan ketika mereka tahu kehancuran yang tercipta sekarang, mereka semua tidak bisa untuk membayangkan bagaimanakah kekuatan dari pemegang kekuatan paling atas. Para dewa dan dewi naga dalam dunia mereka.
Luka-luka mereka terlihat jelas. Untuk Rin, dia telah terduduk dengan memar diseluruh tubuhnya sementara Basara sudah tergeletak berdarah akibat membuat perisai terkuatnya untuk menahan dampak ledakan yang ternyata diluar dugaan terlalu kuat untuk ditahan.
Tobio memeluk Lavinia dengan seluruh tubuhnya mengeluarkan darah sementara Lavinia sudah tidak mampu lagi untuk berdiri.
Dulio hanya bisa terengah-engah dengan kedua tangannya terkulai lemas tidak mampu digerakkan dengan Irina menatap tidak percaya ini semua.
Sementara untuk Issei, iblis berambut coklat itu sekarang tergeletak dengan memandang langit. Dia yang baru menjadi iblis dalam waktu dekat tidak memiliki arsenal sihir pelindung kuat yang bisa menahan dampak ledakan dahsyat yang terjadi. Seluruh bagian tubuhnya perlahan mengeluarkan darah.
Dia sekarat dengan memandang langit.
Sementara itu, pada lain pihak dimana Undead naga Adramelech masih melayang meski separuh bagian tengkorak depannya retak, Deus masih berdiri kokoh disana. Pedang Clarent besar miliknya tertancap kedalam tanah pada hadapannya dan wajahnya menunjukkan rasa menghina.
Seringaian itu mengejek mereka semua bahwa mereka hanyalah makhluk kecil yang patut dimusnahkan. Hanya serangga yang perlu dibasmi.
Seringaian yang diberikan Deus seiring dengan kata-kata yang terlontar dari mulutnya kemudian. ''Menyedihkan. Serangga kecil yang tidak tahu tempatnya. Berpikir bahwa mereka penguasa segalanya.''
''Saat situasi pelik dimana kalian kini menjadi wakil dimana kalian bertarung dengan mempertaruhkan nyawa kalian dan juga ras kalian, kalian yang berpikir bisa menghabisi ras lain dengan kerjasama kecil kalian ini berpikir bisa melawan musuh lain yang kekuatannya jauh diatas kalian? Aku ingin tertawa melihat ini.''
''Kalian yang lebih lemah dari ras Fairy dan Elf yang berhasil membunuh satu wakil dari rasku. Kearogansian kalianlah yang menyebabkan ras kalian punah.'' Deus mencabut pedangnya dan menentengnya pada bagian bahu. Satu tangannya kemudian menunjukkan telapak tangannya kepada mereka semua.
Undead naga Adramelech meraung kembali dan [Mana] padat berkumpul lagi.
Serangan yang sama untuk menghabisi mereka semua. Setidaknya bagi Deus, dia sudah memberikan penghormatan dengan memberikan serangan pembunuh terakhir yang akan menghabisi nyawa mereka dari salah satu arsenal terkuatnya. ''Matilah dengan membawa penyesalan kalian itu dikedalaman ketiadaan.''
Para wakil yang berasal dari aliansi semua hanya bisa diam tidak bisa menjawab.
Inikah akhirnya?
Akhir untuk mereka dan ras mereka?
Apakah takdir memang telah mengatakan bahwa mereka memang harusnya punah sekarang?
Mereka tidak bisa menjawabnya. Semua terlalu kehabisan tenaga untuk bisa melakukan sesuatu sekarang.
Apa kau akan menyerah? Saat kau tahu kau tidak bisa lari dari pisau Shinigami yang mengarah padamu?
Rin yang terdiam memandang tanah kini hanya bisa mengertakkan giginya pertanda marah.
Haruskah dia menyerah sekarang? Saat kematian sudah jelas dihadapannya? Dibandingkan semua wakil lainnya dimana dia masihlah bisa berdiri? Jika dia masih bisa berdiri maka berdirilah dia! Setidaknya jika ini adalah kematiannya, maka dia akan menghadapinya dengan wajah keras menghadap kedepan.
Kau adalah gadis yang tangguh Rin. Ingatlah itu. Berdirilah.
Sebuah bisikan secara samar terdengar di telinga Rin. Entah itu adalah sebuah ilusi atau bukan, setidaknya dia tahu dia haruslah berdiri.
Untuk agar dia sebagai wakil rasnya tidaklah malu jika menghadapi kematian yang datang.
Dalam keadaan bergetar, dengan bertumpu pada pedang yang masih tersarung pada sarungnya, pedang pemberian dari dewi Amaterasu padanya, Rin mencoba untuk berdiri.
''Tidak... Tidak akan menyerah sekarang.'' Gumam Rin pelan. Deus kemudian memandang tertarik ketika melihat ada satu yang mencoba untuk berdiri seakan menantangnya lagi.
Dan itu dilakukan oleh dia yang merupakan ras manusia. Ras paling lemah dari semua ras yang bertarung pada Battle Royal.
''Tidak sebelum mencoba lebih lagi.'' Kata Rin dengan berdiri sekarang. Pedang Katana tercabut dari sarungnya dan Katana dengan warna semerah darah terlihat.
''Saat rasku dipertaruhkan, aku tidak akan berhenti untuk maju mempertahankannya.''
Karena setidaknya itulah yang bisa dia lakukan.
Apakah aku membanggakan rasku sekarang saat aku tahu kematian jelas datang padaku dan aku masih berdiri untuk menentangnya?
Bukankah beban menjadi wakil ini terlalu berat untuknya yang pada hatinya berharap sebuah kehidupan normal?
Rin tidak mampu berpikir banyak sekarang.
Namun Deus mendengus pelan. Semua tidak ada artinya sekarang.
''Menyedihkan.''
Bola energi pada rahang Undead naga Adramelech yang sudah terkumpul dan jauh lebih besar itu kemudian berubah bentuk perlahan menjadi lancip pada ujungnya.
Matilah dengan serangan yang sekalian menghancurkan seluruh daratan ini.
Rune sihir tiga lapis terbentuk pada depan bola energi yang menjadi lancip tersebut dan sebuah ledakan teramat besar yang mengalahkan ledakan pertama terjadi kemudian.
Yang tersisa disana hanyalah sebagian kecil daratan yang masih ada.
-3-
''Bukankah ini teramat sangat menarik untuk dilihat?!'' Nada bicara menyenangkan itu terdengar pada sebuah tempat dari seseorang yang duduk dengan santai pada sebuah batu. Pada hadapannya sekarang, sebuah bola kristal besar memperlihatkan proyeksi pertarungan berat sebelah antara Gigant melawan banyak wakil daripada ras lemah lainnya.
Pertarungan yang hanya menyisakan Deus dimana Gigant itu menyimpan kembali Undead naga Adramelech dan pergi dari sana dengan menenteng pedang besarnya. Sosok yang mengamati dari bola kristal yang ada pada hadapannya itu tidak mampu untuk berhenti tersenyum sekarang.
Ahahahaha... Lawan yang kuat! Sangat kuat! Bertarung dengannya pasti akan menyenangkan! Bahkan sampai membawa sisa dari naga surga dipertarungan yang ada.
Itu sangat menantang dan membuatnya semakin menjadi gila!
Mungkin ini adalah pikiran penuh kegilaan jika diucapkan oleh seseorang lemah yang telah menyaksikan pertarungan yang jelas perbedaan kekuatannya tersebut.
Namun apakah orang yang menyaksikan pertarungan itu sekarang dari bola kristalnya adalah orang yang lemah?
Ketika wajah itu memperlihatkan sepasang mata yang mengkilap dan haus akan pertarungan juga darah, tato hitam pada wajah bagian kiri milik orang itu terlihat iku bersinar.
Ketika aura disekitarnya berteriak untuk seseorang predator paling tinggi yang ada, udara terasa tunduk kepadanya.
Hey, pada akhirnya, meski semua harus bertarung mati-matian, bukankah sudah seharusnya yang jadi pemenang dari pertarungan ini adalah ras yang paling kuat bukan? Ras naga akan berjaya sekali lagi dimana dia akan menghilangkan ras naga yang sekarang yang begitu menyedihkan dengan adanya pemimpin naga yang bahkan mau menjadi iblis dan menggantinya dengan ras naga baru sekalian untuk mempersunting dewi naga Ophis yang dia ketahui jelas merupakan naga wanita, bukankah dia yang paling berhak untuk itu?
Ahahaha... Dalam tawa kegilaan, yang membahana, seseorang yang tertawa itu menyeringai kejam. Tangannya menutup satu bagian matanya dan dia menoleh ke arah lain.
Nah... Daripada bertarung sekarang dengan musuh-musuh yang kuat, dia seharusnya bermain-main dengan satu ras kecil yang ada bukan?
Siapakah yang akan dia pilih untuk itu? Siapa? Siapa? Siapa?!
Terlalu banyak pilihan begitu membingungkan dan itu membuang waktunya yang berharga. Terlalu banyak kesenangan yang akan lewat jika seandainya dia tidak segera memilih.
Hey! Segera tentukan pilihan!
''Ya! Ya! Itu adalah pilihan yang bagus!'' Katanya ketika bola kristalnya bersinar.
Ketika bola kristal lain pada sampingnya memperlihatkan seorang wanita berambut putih dengan telinga lancip berjalan pada suatu hutan kematian, dia tersenyum dengan senyuman lebar yang jelas membuat wajahnya buruk sekarang.
Tapi apakah dia peduli akan hal tersebut? Tidak-tidak! Dia tidak peduli akan hal itu.
Mungkin bermain dengan seorang Elf sekarang tidak buruk juga. Terlebih lagi.
Dalan gerakan pelan, satu tangan lainnya yang bebas kemudian mengelus pelan bagian perutnya.
Sudah berapa lama perut naganya tidak merasakan daging seorang Elf?
[Continue?]
A/N
Ahahaha... Maafkan aku untuk diriku yang akhir-akhir ini harus menghilang sebentar. Urusan Dunia harus diurus lebih dahulu terkadang daripada sekedar hobi semata.
Untuk banyaknya PM yang ada di inbox milikku dan juga untuk seseorang disana- Senpai SilverBringer1, kisah ini diupdate untukmu.
Terima kasih untuk dukunganmu dan dukungan kalian semua atas kisah kecil ini. Mungkin dibanding kisah lainnya, kisah ini tidak terlalu populer, namun setidaknya membaca lagi kisah ini dari awal membuatku teringat bahwa kisah ini adalah kisah keduaku yang begitu berkesan ketika aku mampu menuangkan imajinasiku sampai seperti ini.
Thank you soo much for u guys!
Aku akan mencoba untuk menulis Stranded setelah ini. Itu adalah sebuah kemungkinan atau aku bahkan akan mengupdate Chapter dari Arc baru A love For the Queen minggu depan. Entahlah... Yang pasti terima kasih sudah bersabar menantiku meng-update semua ceritaku. Aku mencintai kalian para senpai pembacaku dan pengkritikku juga.
Sampai jumpa pada Chapter selanjutnya.
Riesa Afiela out!
