Léift

.

.

BTS fanfiction

.

.

Namjin, with another BTS Members


Part 1: New Life

(I love you, you love me, kan?)


Hidup berubah. Dunia berubah. Semua berubah. Tapi, aku sangat bahagia. Jelas! Setelah 'berjelajah cinta' entah kemana-mana, akhirnya aku bisa menemukan cinta sejatiku. Dulu kami pernah pacaran sampai 5 tahun, lalu putus, lalu 4 tahun kemudian kami bertemu lagi. Pacaran lagi. Lalu dia melamarku.

Rasanya sedikit aneh, saat bangun tidur dan aku tidak sendiri lagi. Biasanya aku suka bergelung-gelung dulu, malas-malasan dulu, baru sehabis itu mandi dan ke butik. Sarapan juga di butik-kalau ingat.

Tapi sekarang tidak boleh begitu lagi!

Sekarang harus bangun pagi, mandi, menyiapkan pakaian kerja untuk yang sedang mendengkur ini. Membuat sarapan. Baru sehabis itu aku siap-siap ke butik. Sedikit kaget awal-awalnya, tapi setelah tiga bulan dijalani, ternyata tidak begitu susah kok. Cukup mudah kalau kita melakukannya untuk orang yang kita cintai dan atas dasar cinta.

Setelah selesai membuat sarapan, aku kembali ke kamar, dan ternyata suamiku tercinta itu sudah bangun. Seperti biasanya, dia menghampiriku, peluk-peluk manja, baru sehabis itu ke kamar mandi. Aku siap-siap ke butik. Pakai pakaian apa ya hari ini?

"Jinseok, aku sepertinya hari ini akan syuting sampai malam."

"Yasudah, tidak apa-apa. Di mana?"

"Daerah Gwangju."

Aku mengangguk saja. Ku kancingkan kemejanya dan ku rapikan rambutnya. Agak keterlaluan memang untuk urusan memanjakan laki-laki satu ini, tapi kalau tidak diperlakukan seperti itu, dia pasti akan sangat berantakan. Orangnya harus benar-benar diurus.

"Sarapan dulu, yuk." Ku tarik tangannya keluar kamar. Kami duduk berhadapan di meja makan. Ku ambilkan nasi goreng kimchi untuknya.

"Terima kasih, sayang." Ucapnya mengambil piring yang kuberi. " Kau jadi membuatkan pakaian untuk sepupu Yoongi itu?"

Aku mengangguk. Membuatkan pakaian? Tidak ada istilah yang lebih elegan begitu, Namjoon? Desain pakaian misalnya. Membuatkan pakaian, kesannya aku seperti tukang jahit pinggir jalan.

"Nanti jangan lupa makan ya, Jinseok. Kau sedikit autis kalau sudah di butik."

Sama seperti dirimu kalau sudah di studio. Tapi itu kuucapkan hanya dalam hati. Tidak berani langsung lah, kena gampar nanti yang ada. Namjoon ini selain manja, merajuknya sangat gampang.

"Iya, Namjoonie."

Selesai makan, ku bereskan meja makan, lalu kami sama-sama keluar apartment. Ke mobil masing-masing. Dan pergi. Aku dan Namjoon berkomitmen, walau status kami sudah suami-istri, tapi masing-masing tidak boleh mengutak-atik pekerjaan satu sama lain. Namjoon harus menerima pekerjaanku, begitu juga sebaliknya.

Kami jarang berbicara manis, jarang romantis-romantisan. Kami ya apa adanya kami. Tapi, kami tahu tugas masing-masing kok. Dia tahu tugasnya sebagai suami, aku juga tahu tugasku sebagai istri. Menikah itu tidak terlalu seram kalau sudah dijalani. Aku saja yang berpikirnya berlebihan-dulu saat belum menikah.

###

Aku lagi asik gambar-gambar saat Yoongi masuk dan memperlihatkan pembukuan bulan ini. Dia duduk di depanku sambil melihat beberapa kertas yang sudah ku remas-remas-desain gagal gambar. Kami bersama membangun butik ini. Aku pintar mendesain, dia pintar masalah marketing. Jadi, kami memutuskan membuka bisnis. Dan kami tidak menyangka, bisnis kami bisa sesukses sekarang.

Agak sombong sedikit, siapa sih yang tidak mengenal aku dan Yoongi? Sama seperti siapa sih yang tidak mengenal suamiku itu.

"Jin, ini bagus menurutku." Yoongi menunjuk salah satu desain yang tadi gagal gambar. "Tidak perlu pakai lengan. Kerahnya kau buat bentuk V agak rendah. Lalu bawahannya layer bertingkat."

Aku mengangguk-angguk. Iya ya? Kenapa tidak terpikirkan tadi? Aku ambil lagi kertasnya, kurapikan. Aku buat desain lain di kertas baru. Sesuai yang Yoongi bilang tadi.

"Tuh kan bagus."

Aku tersenyum. "Iya. Bagus."

Selain pintar marketing, Yoongi juga pemberi ide yang handal. Saat aku sedang menemukan jalan buntu, dia muncul dengan ide-idenya yang cemerlang. Kemudian Yoongi keluar karena resepsionis di depan memanggil, ada pelanggan katanya.

Ku buka dan baca pembukuan bulan ini. Syukurlah, sangat, bisnis kami makin sukses. Kurvanya naik. Semoga aku bisa mempertahankan ini. Kalau dulu, aku berbisnis demi untuk membanggakan orang tua, keluarga besar, juga diri sendiri. Sekarang bertambah, aku berkarya agar suamiku merasa bangga mempunyai istri seorang Kim Seokjin. Kan tidak cocok jika seorang Kim Namjoon yang adalah musisi hebat mempunyai istri yang hanya bisa membuat ramyeon? Sangat tidak cocok kan?

.

.

.

Load more...

TBC (?)

.

.

Hi, new story with another namjin. Kurang percaya diri sebetulnya. Next or Delete?

Mind to review guys.