hello fellas.

and yes, i am still absolutely breathing and alive. (and healthy)


"Jadi, ku tegaskan sekali lagi, kau - Hermione Malfoy harus ikut dengan ku ke pesta pembukaan hotelku di Los Angeles." kata Draco, dia mengacungkan sendoknya tepat ke arah hidung Hermione, ini sudah lewat nyaris satu jam mereka berdebat - alias Hermione menolak untuk ikut ke acara penting Draco itu.

Mendengar perintah bossy dari Draco itu, Hermione mengerang kesal. "Kenapa dari semua orang di dunia ini, harus aku yang ikut ke pesta macam itu?"

Draco nyaris tertawa mendengar keluhan tidak masuk akal itu, "Oh, aku tidak sadar bahwa kau mendadak berubah menjadi seorang pelupa - maafkan aku, apa perlu ku ingatkan bahwa kita baru saja menikah kemarin dan kau - notabene nya adalah istriku?" kata Draco, menekankan kata terakhir dengan sengaja.

Hermione menghela nafas dengan kesal, kemudian melempar tatapan sengit pada Draco. "Tidak perlu repot-repot." kata Hermione. "Aku akan ikut kalau kau memintaku dengan baik-baik dan bukannya memaksaku seperti tadi." lanjut Hermione dengan keras kepala.

Draco mengangkat satu alisnya, "Aku tidak memaksamu," ucapnya dengan santai, "Aku memerintahmu."

Hermione meletakan sendok garpunya dengan tidak sabar, dia melengos tidak percaya atas apa yang baru saja dia dengar. "See? Inilah kenapa kita tidak bisa sejalan dengan baik! Kau tidak bisa memerintahku seperti tadi! Aku ini istrimu, bukan pesuruhmu!"

"Kau sendiri mengakui kalau kau memang istriku. Maka bersikaplah selayaknya."

"Kau sendiri seharusnya berkaca untuk bersikap layak sebagai suami."

Keduanya sama-sama meringis, mendengar mereka membicarakan perihal menjadi suami-istri yang baik daam berumah tangga itu terdengar sangat…. canggung dan aneh. Tapi kedua nya sama-sama keras kepala atas apa yang mereka yakini: Draco yang bersikeras bahwa Hermione harus hadir bersamanya, dan Hermione tak kalah keras kepalanya menolah mentah-mentah ajakan itu.

"Kenapa kau sangat menentang hal ini?" tanya Draco, kesabarannya nyaris habis, nyatanya mereka berputar-putar dalam lingkaran tiada akhir.

"Kenapa kau sangat menginginkan hal ini?" balas Hermione sengit.

"Kau wanita yang merepotkan." sahut Draco tak kalah sengit.

"Kau lelaki yang menyebalkan."

"Aku tahu, maka dari itu kau harus ikut. Pembicaraan ini sudah berakhir, kenapa kau harus mempersulit segala hal? Kalau kau menginginkan perdebatan tiada akhir, aku tidak bisa meladeni karena aku memiliki meeting pagi besok. Kita berdua tahu bahwa kau memang harus ikut pada akhirnya."

Hermione merosot diatas kursinya tanda bahwa ia telah kalah dalam perdebatan omong kosong ini, dia mendengus kesal karena sadar apa yang Draco katakan adalah sangat betul faktanya, dia akan berakhir hadir pada pesta itu juga nantinya.

"Lagi pula apa salahnya untuk secara sederhana, kau hanya perlu hadir bersamaku di acara minggu depan. Acaranya juga diadakan di Los Angeles, kau bisa menikmati waktumu disana, berterimakasihlah padaku untuk liburan singkatmu nanti." kata Draco, dia bangkit dan berjalan ke wastafel untuk mencuci tangannya.

Mendengar perkataan Draco, Hermione teringat komentar Evelyn perihal menghabiskan waktu di Los Angeles untuk honeymoon. Karenanya, pipi Hermione memanas - mungkin ia merona merah, oh - mungkin rambutnya juga berubah menjadi merah. Draco tidak benar-benar serius untuk mengajaknya honeymoon di Los Angeles bukan?

"Aku tidak ingin honeymoon bersamamu disana!" kata Hermione nyaris berteriak panik.

Draco tidak mempercayai pendengarannya barusan, mendengar Hermione pada dasarnya berteriak tak masuk akal, dia menoleh dan mendapati Hermione dengan pipi yang merona bak kepiting rebus.

"Siapa yang bilang kita akan honeymoon disana?" tanya Draco balik.

Tunggu, mereka tidak berpikir bahwa mereka akan melakukan itu disana, bukan?

Hermione membuka mulutnya, untuk secara spontan meneriakan "Kau!" tapi detik berikutnya, Hermione sadar, Draco tidak pernah sekalipun menyangkut pautkan honeymoon. Astaga, dia pasti sudah gila karena berpikiran sampai kesana.

Melihat Hermione yang gelagapan, Draco tidak bisa untuk tidak menahan seringai jahilnya.

"Apa? Kau mengharapkan hal lain untuk dilakukan disana? Oh, aku tidak menyangka bahwa Hermione dari Gryffindor adalah seorang mesum." sindirnya.

"Oh, tuhan, ampuni nyawaku - aku tidak bisa hidup satu atap dengan mu!" geram Hermione, bangkit dari kursinya dan menghilang di ruang TV.

"Hei, ingatkan aku siapa yang dulu bersikeras untuk tinggal disini bersamaku!" balas Draco.

Hermione memutar matanya dengan gemas, satu detik lagi saja dia menghabiskan waktu dengan Malfoy satu itu, mungkin mereka akan berakhir saling berteriak - untungnya rumah tua tapi modern ini berada di tengah bukit berangin yang jarang ada orang lain selain mereka.

Sementara itu, di dapur Hermione tidak mendengar bahwa Draco Malfoy menghabiskan waktunya dengan tawa tulusnya yang sangat jarang didengar oleh orang lain. Pangeran Slytherin itu tertawa, mengingat-ingat dengan baik ekspresi jengkel sekaligus malu yang anehnya justru membuat Hermione sangat imut di matanya. Tanpa dia sadari, mengerjai Hermione dan membuatnya jengkel telah menjadi rutinitas menyenangkan baginya hanya untuk melihat ekspresi itu.

"Kau sedang menonton apa?" tanya Draco, dengan senyumnya yang jahil langsung menempatkan diri tepat di samping Hermione. Hermione hanya mendengus kesal, teringat perihal kejengkelannya yang belum surut juga.

"Hei, kau menonton Quidditch-nya muggles!" seru Draco, mendapati Hermione tengah menonton sepak bola, saat itu sedang menanyangkan pertandingan antara Manchester City dengan United. "Haha, ini namanya sepak bola, sangat jauh berbeda dengan Quidditch, Ferret."

"Ah, konsepnya sama saja. Kurasa para penyihir muggles born terdahulu mengenalkan permainan Sepak bola ini pada muggles, bukan? Hanya saja mereka menggunakan kaki, karna muggles adalah payah tidak bisa menggunakan sapu terbang."

Hermione menahan tawa kecilnya. "Yah, terserah padamu saja, Malfoy."

"Apa kau suka menonton…. sepak bola?" tanya Draco ragu, tak yakin apa dia benar mengucapkan kata baru dalam kamus nya tersebut.

Hermione menimbang-nimbang untuk tidak menjawabnya, takut-takut kalau nyatanya pertanyaan Draco berujung dengan hinaan lain dari mulut si tetua Malfoy itu. Tapi Hermione kembali mengingat perihal perjanjiannya dengan Draco Malfoy dan tawaran si Ferret itu.

"Mari bekerja sama dengan baik mulai hari ini,"

Dia terdengar tulus saat mengatakannya, sekarang pun juga. Mungkin memang tidak ada salahnya jika ia memiliki hubungan yang benar-benar baik dengan Draco, meskipun masih banyak terbersit rasa ragu dalam diri Hermione. Entah tentang masa lalu nya, atau pun Malfoy atau pun benang merah yang terkait takdir masa lalu milik keduanya.

Tapi, semua orang berubah, bukan?

"Ya, lumayan. Aku sering menontonnya dengan ayahku." jawab Hermione, mencoba senatural mungkin. Toh, ini bukan kali pertama nya mereka berbincang secara santai.

"Aku juga sering, semenjak Ben mengenalkan ku pada TV. Apa kau tidak berkeinginan untuk menontonnya secara langsung suatu hari nanti? Euforia nya pasti akan seseru menonton Quidditch, bukan?"

Kali ini, Hermione menoleh ke arah Draco yang duduk disampingnya. Mungkin ia terdengar halu, tapi pernyataan Draco barusan terdengar seperti, "Apa barusan kau mengajak ku ke stadion untuk menonton bola?"

Ada sedikit hening yang menggantung beberapa detik lamanya, tapi sang Cassanova hanya mengangkat bahunya secara tak acuh, "Ben tidak pernah mengajak ku. Dan kau hanya muggles satu-satunya yang ku percaya."

Percaya.

"Setidaknya kau tidak akan meng-avada-ku ditengah keramaian stadion, Granger." lanjutnya.

Sisa malam itu diisi dengan teriakan gemas, kesal, pekikan, tak jarang cercaan baik dari Hermione maupun Draco kepada benda mati bernama TV dihadapan mereka. Sering juga di iringi dengan tawaan dan cemoohan yang bergantian, acap kali Draco yang membanting remot saking gemasnya dan Hermione yang menjambak rambut ikalnya frustasi. Itu pertandingan pelik, Hermione dan Draco mendukung kubu yang berlawanan. Sampai tiba dimana Manchester United (dimana Draco yang memenangkan pertaruhan mereka, mengenai Hermione yang kalah dan berjanji akan ikut ke stadion dengan Draco) yang memenangkan pertandingan.

Cukup larut, keduanya sama-sama merasakan ngantuk dan lelah, ditambah sakit kepala yang perlahan diderita Hermione, mungkin dikarenakan dengan ke-agresifannya tadi. Tapi keduanya nampak senang dan puas, meskipun kubu yang Hermione dukung kalah.

"Baiklah ini cukup larut, aku lupa besok sekertarisku mengadakan janji fitting baju dengan para model untuk fashion show ku bulan depan, dan viola sekarang hampir pagi." keluh Hermione, mengucek matanya - dimata Draco itu terlihat childish, Hermione terlalu mengantuk hingga tidak melihat tatapan Draco yang selalu tajam - was was, kini berubah menjadi sesuatu yang bisa dikatakan melembut, di bubuhi senyum yang terukir menawan di kedua sudut pria tampan itu.

"Oh, Granger - kau bisa batalkan sesuka hati mu, kau ini Bosnya, bertingkahlah selayaknya." jawab Draco bersender di pintu kamarnya, sementara Hermione di seberangnya memegang bantal tidur dengan satu tangan di kenop pintu, siap membuka pintu kamar milik Hermione sendiri kapan saja.

"Aku punya ambisi, Malfoy. Dan itu harus terikat dengan aturan dan jadwal."

"Yah baiklah, terserah kau, looser." ejek Draco. Hermione memutar matanya dengan malas, mendorong pintu kamarnya.

"Jangan lupa, lusa - rematch di stadion London." kata Draco, sebelum Hermione benar-benar menghilang di balik pintu kamar itu, Draco lega untuk mendengar sebuah 'Hm' yang sederhana yang tak lain dari Hermione. Hingga Draco memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya.

Hermione sendiri menghabiskan waktu nya di dalam kamarnya sendiri tidak langsung tidur, anehnya ia justru memikirkan ajakan (paksaan) Draco mengenai menonton pertandingan yang masih lusa nanti - tentang hal-hal bodoh seperti pakaian yang harus ia pakai nanti untuk date di stadion.

Tunggu, date?

Oh, tolong katakan dengan lantang bahwa mungkin dia positif terlalu mengantuk atau terlanjur gila.


I know... i know it's been positively 1 year since chapter 13, wow. my biggest apologize for whoever still waiting or reading this (dead)fict. so, how are you guys? my life has been great so far, i made it to the college somehow, and you'll be in shock because of what kind of life i live in.

dan selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan dan sebentar lagi hari raya yeay!

rencana untuk fict ini, tidak akan saya sudahi tanpa sebuah akhir (saya bertekad lho) meskipun my life is soooo hectic recently but gladly holiday is coming! and i defenitely will put more hard work on this fict later

chapter 14 ini saya putuskan menjadi pendek (too short actually, isn't?) yah, karena pemanasan dulu, udah lama gak menyentuh fict ini guys:')

so, there'll be more chapter later! i promise. so review please! :)