Just Author Newbie. Selamat membaca.


Dec 2017 | FINAL AVENGER | Dec 2017

NARUTO © Masashi Kishimoto | HIGH SCHOOL DxD © Ichiei Ishibumi | And some power from ONE PIECE © Eiichiro Oda

Warning: Alternate Universe, Out of Character, Over Power Naruto!

Summary: Diremehkan, disiksa, diacuhkan setiap hari karena memiliki Mana kecil membuatnya berpikir untuk bunuh diri. Ia sudah muak! Ia sudah tidak kuat! Namun sang Dewi menyelamatkannya dan memberikan harapan. Kini ia bukan lagi orang lemah yang diam saat direndahkan, ia akan mempecundangi mereka yang dulu menghinanya. Ia bernama Namikaze Naruto!


Chapter 1: Tujuan

Pintu itu terbuka pelan oleh tangan kecil yang penuh luka, gerak-gerik anak itu mengendap-endap seperti orang yang tidak ingin diketahui kehadirannya di rumah ini. Setelah dirasa aman, anak kecil berambut pirang itu berjalan pelan tanpa suara menuju lantai 2, kamarnya.

Namikaze Naruto nama anak itu, sekali lagi duduk di kursi, mengambil pulpen dan menulis sesuatu di buku yang terlihat lusuh. Tangannya yang penuh luka berhenti bergerak saat luka di kulit coklatnya bergesekkan dengan permukaan kertas.

"Aduh …." Ia mengaduh pelan, lalu kembali menulis kehidupan yang dijalaninya hari ini dalam sebuah kertas.

20 Desember 14xx

Pagi ini Naru bangun dengan semangat di cuaca cerah meskipun hawanya dingin. Seperti biasa Naru makan bersama keluarga Naru sebelum pergi ke sekolah dasar sihir. Di sekolah, Naru tidak punya kenalan apa lagi teman, semua orang seperti menjauhi Naru dan menatap jijik Naru, entah kenapa. Setelah pelajaran selesai Naru langsung pulang dan ingin cepat-cepat main sama Ruko-chan. Tapi teman sekelas Naru yang suka jahilin Naru, Hyoudou Issei menghadang Naru dan memaksa Naru pergi ke hutan belakang. Di sana Naru dipukul tanpa henti oleh Issei dengan alasan yang Naru tidak mengerti. Naru marah dan membalasnya, tapi Naru tetap kalah karena fisik Naru tidak terlalu kuat. Akhirnya Naru tidak sadar diri dan setelah sadar, Naru tidak berada di hutan lagi. Naru berada di tempat asing.

Akhirnya Naru bisa kembali pulang, tapi Naru takut ketemu Ibu, Ayah, dan Ruko-chan dengan keadaan babak belur. Akhirnya Naru menunggu malam dan masuk ke kamar tanpa diketahui. Ugh … Naru bisa merasakan luka-luka memar di tubuh Naru sakit. Tapi ini sudah biasa jadi Naru tidak terlalu mempermasalahkannya. Hari sudah malam dan Naru belum makan, tapi Naru takut jika ketahuan babak belur, Naru tidak mau membuat keluarga Naru sedih. Ya sudah, malam ini Naru tidur saja agar rasa lapar tidak terasa.

Selamat malam Ibu, Ayah, Ruko-chan.

Naruto menutup bukunya dan meletakkan pulpen, dipandangnya buku itu sebentar lalu lekas berbaring di kasur tak lupa mematikan lampu. Hawa dingin menusuk tubuhnya, Naruto menarik selimut dan segera tidur dengan keadaan tubuh yang penuh luka. Ia berharap luka hari ini sedikit menyembuh agar besok tidak ketahuan sama orang tuanya.

-o0o-

Naruto berjalan pelan di sepanjang jalan setapak menuju sekolah. Beruntung hari ini udara sangat dingin maka Naruto bisa menutupi seluruh tubuh yang terluka dengan pakaiannya. Anak yang telah memasuki umur 7 tahun itu berjalan dengan kepala menunduk. Bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin melihat tatapan murid lainnya yang menyeramkan sekaligus merendahkan.

Naruto bersekolah di salah satu sekolah dasar sihir terbaik di kerajaan Aquater. Kedua orang tuanya menghabiskan banyak biaya untuk memasukkan Naruto ke sekolah itu meskipun mereka bukan dari keluarga bangsawan, mereka ingin anaknya menjadi penyihir hebat suatu hari nanti.

Kerajaan Aquater adalah kerajaan besar dengan banyak pulau-pulau. Kerajaan ini juga dijuluki kerajaan air karena hampir setiap kotanya dipenuhi oleh kanal-kanal. Kanal-kanal itu digunakan sebagai jalur utama untuk bepergian menggunakan kendaraan laut. Ada banyak keluarga bangsawan yang menopang kejayaan kerajaan ini dan anak mereka bersekolah di sekolahan Naruto.

Apakah Naruto bahagia bersosialisasi dengan keluarga bangsawan? Ya. Itu menurut pemikiran polosnya dulu.

Sayangnya mereka adalah iblis yang bersemayam di tubuh manusia.

Naruto bergegas cepat menuju kelasnya karena bel pertama akan segera dimulai. Saat Naruto sampai di bangkunya, ia terdiam memandang coretan-coretan di atas meja belajarnya.

Busuk.

Jijik.

Sampah.

Lemah.

Manusia rendahan.

MATI SANA!

Naruto menengok ke belakang karena mendengar suara tawa dari beberapa orang.

"HAHAHA lihat wajah si sampah itu! Wajahnya beloon banget!"

"HAHAHAHA aku sampai tidak bisa berhenti tertawa!"

"Dasar manusia rendahan, kau tidak cocok belajar di sekolah elite ini. Pergi sana!"

Naruto mengepalkan kedua tangannya, menahan amarah yang sedari dulu ia pendam. Jika mau tahu, Naruto harus bersabar menghadapi mereka yang hampir setiap hari mem-bully Naruto. Ia tidak mungkin menang melawan mereka dan tidak mungkin melaporkan ini pada guru karena guru sendiri pun takut berurusan dengan keluarga bangsawan.

Yang bisa dilakukan anak pirang itu hanya diam, diam, dan diam.

-o0o-

Naruto berlari cepat menuju rumahnya setelah pelajaran selesai. Ia bisa merasakan firasat kalau anak-anak itu akan menjahilinya. Satu-satunya tempat aman bagi Naruto adalah rumah.

Karena kepala Naruto selalu menunduk saat berlari, ia tidak sengaja menubruk seseorang namun ialah yang terpental. Naruto menengadahkan kepalanya dan menatap takut pada seseorang yang berdiri di depannya. Ah sial, sudah terlambat baginya untuk kabur.

"Mau ke mana, sampah?" Tanya anak yang seumuran dengan Naruto itu lalu mencengkram tangan Naruto kasar dan menyeretnya. "Ikut aku!"

Naruto diseret secara paksa oleh gadis kecil bernama Rias Gremory ke hutan belakang. Ia menyeret Naruto ke dalam hutan lebih dalam dari biasanya. Di sana Naruto bisa lihat kumpulan orang-orang yang selalu menjahilinya sejak masuk sekolah. Perasaan Naruto semakin tidak enak, ia pasti akan dihajar habis-habisan oleh mereka.

Rias melempar tubuh Naruto ke tengah lalu mereka mengelilinginya. Anak pirang itu bisa melihat seringai iblis di wajah mereka. Bibir Naruto bergetar, emosinya tercampur oleh takut dan marah.

"K-kenapa?"

"Huh?"

"Kenapa kalian selalu menjahiliku?" Tanya Naruto.

Seorang lelaki yang warna rambutnya sama dengan Naruto menggerakkan kakinya ke atas kepala Naruto lalu menekannya agar Naruto berlutut. Ia bicara dengan sombong, "Kau itu adalah alat pemuas kami. Manusia rendahan sepertimu memang cocok menjadi alat hiburan kami yang keluarga bangsawan."

"Haha dan kau juga sangat lemah! Kau hanya memiliki kapasitas Mana 10. Aku heran kenapa kau lulus dari ujian masuk sekolah." Tambah Issei sambil menendang punggung Naruto.

"Yah itu semua tidak penting, sekarang kami ingin menghajarmu sepuasnya!"

Naruto hanya bisa menerima setiap pukulan dan tendangan mereka tanpa melawan, percuma saja. Mereka sudah menguasai sihir elemen di usia muda. Naruto hanya baru belajar teorinya saja.

Entah sudah berapa banyak pukulan dan tendangan yang Naruto terima, kesadarannya mulai hilang karena sudah tidak kuat menanggung rasa sakit, baik fisik maupun hati. Rasanya ia sekarang ingin mati saja dari pada terus merasakan sakit dan membuat keluarganya sedih. Naruto sudah tidak tahan lagi!

"Cuih! Rasakan itu dasar sampah! Besok aku akan menunggumu lagi di sini. Jadi persiapkan tubuhmu agar kuat menahannya dan membuatku senang, haha!"

Riser Phenex meludahi wajah berlumuran darah Naruto lalu pergi bersama teman-temannya, meninggalkan Naruto yang tergeletak sendirian di tengah udara dingin ini. Entah sudah berapa kali Naruto dihajar oleh mereka, ia kehilangan perhitungannya di angka 30. Yang pasti Naruto sudah mengalami pem-bully-an lebih dari 30 kali. Cukup untuk membuat anak kecil seperti Naruto menginginkan kematian. Baginya kematian lebih baik dari pada terus diperlakukan seperti ini.

"Ibu … Ayah … Ruko-chan … hiks." Gumam Naruto disela tangis diamnya, bukan menangis karena luka yang amat sakit, tapi itu adalah tangis kemarahan sekaligus penyesalan. Marah karena terus direndahkan dan menyesal karena terlahir cacat Mana.

Naruto menyeret tubuhnya menuju pohon terdekat dan bersandar, pandangan kosong itu menatap awan gelap, memikirkan sesuatu. Naruto akan menunggu sampai malam agar kondisinya saat ini tidak diketahui. Tapi kalau parah seperti ini besok keluarganya pasti menyadari Naruto babak belur.

"Ibu, Ayah, Ruko-chan, maafkan anakmu ini yang lemah. Sepertinya Naru akan lebih dulu pergi. Dan juga Ruko-chan, maafkan Kakakmu ini karena tidak bisa bermain denganmu lagi."

-o0o-

Naruto tiba di kamarnya tanpa ketahuan. Ia terlihat keluar melalui jendela kamar setelah menulis diary terakhirnya. Sebelum Naruto benar-benar keluar, ia menatap dalam kamarnya beberapa saat. 'Selamat tinggal.' Batin Naruto lalu keluar dan berlari menuju atas gunung.

Naruto tiba di atas tebing curam setelah berjalan selama 30 menit. Pandangannya menatap jurang dalam di bawah. Selangkah demi selangkah Naruto mendekati ujung tebing itu. Air matanya keluar karena terus memikirkan penderitaan yang disebabkan oleh para bangsawan. Ini yang terbaik. Ini yang terbaik. Naruto terus mengulangi kalimat itu dalam hatinya sampai tubuh kecil itu menjatuhkan dirinya ke dalam jurang yang tidak terlihat dasarnya.

'Naru mencintai kalian semua.'

-o0o-

Dengan keluarga Naruto yang sedang berkumpul di ruang makan, mereka terlihat tidak menyentuh satu makanan pun karena anak pertama mereka belum datang. Minato terlihat duduk menunggu anaknya sambil membaca koran harian, sedangkan Kushina sedang bermain dengan adik Naruto yang bernama Namikaze Naruko. Naruko terlihat lincah bermain dengan Kushina meskipun umurnya baru memasuki 4 tahun. Senyum lebar Naruko seketika lenyap dan digantikan tangis kencang, membuat Kushina dan Minato kaget dan bingung.

"Cup cup cup, Ruko-chan kenapa menangis? Cup cup, iya nanti sebentar lagi Onii-chan datang, jadi Ruko-chan tidak boleh menangis. Nanti Onii-channya sedih loh. Ruko-chan tidak mau 'kan melihat Onii-chan sedih?" Kata Kushina yang berusaha menenangkan anak perempuannya.

Namun tangis Naruko semakin kencang.

"Aduh~ Ruko-chan kenapa? Ruko-chan sudah tidak kuat ingin main sama Onii-chan?" Tanya Kushina sambil menggendong anaknya. Ia lalu menatap Minato. "Anata, panggil Naruto ke sini. Ruko-chan sepertinya mau main dengan Naruto."

"Baiklah."

Minato berjalan ke lantai 2, membuka kamar Naruto dan tidak melihat anak pertamanya. Minato seketika merasakan hawa dingin yang menusuk karena jendela kamar Naruto terbuka. Perasaannya mulai gelisah, Minato lalu menutup rapat jendela itu dan tidak sengaja melihat sebuah buku lusuh di atas meja belajar. Karena penasaran dengan judul buku itu, Minato membuka lembar pertama, membaca beberapa paragraf dan terbelalak kaget.

"KUSHINA! CEPAT KE SINI!" Teriak Minato panik.

Kushina yang mendengar teriakan panik Minato merasa gelisah, ia segera pergi ke kamar Naruto dan menemukan Minato yang sedang membaca buku lusuh sambil menangis. Mereka berdua lalu membaca lembar demi lembarnya.

Kisah Pahitku

Lembar 1

21 April 14xx

Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan buat Naru! Kenapa? Karena hari ini adalah hari pertama Naru belajar di sekolah besar dan akan memiliki banyak teman, hore! Naru sudah tidak sabar lagi duduk di kursi kelas. Tapi sebelum itu, Guru menyuruh Naru untuk mengikuti tes Mana yang akan memperlihatkan seberapa banyak kapasitas Mana Naru. Yosh! Naru optimis kapasitas Mana Naru besar karena Naru akan menjadi penyihir hebat seantero kerajaan Aquater! Naru akan mewujudkan keinginan orang tua Naru!

Yah sayang sekali, kapasitas Mana Naru kecil, Naru hanya memiliki Mana 10. Guru mengatakan Naru adalah siswa paling lemah di sekolah, itu membuat Naru sedih tapi Naru tidak akan patah semangat dan terus berlatih keras! Guru mengatakan Naru bisa meningkatkan kapasitas Mana jika Naru berlating sangat keras. Yosh, mulai hari ini Naru akan rajin berlatih.

Kushina dan Minato tersenyum tipis karena anaknya memiliki semangat yang tinggi. Naruko yang berada di pelukan Kushina membenamkan wajahnya ke dada ibunya, seakan tidak mau melihat kertas itu. Mereka lalu membuka lembaran berikutnya.

Lembar 2

25 April 14xx

Menyenangkan sekali bisa bersekolah. Naru sudah menguasai banyak teori tapi selalu gagal dalam prakteknya. Naru selalu mendapat nilai rendah untuk praktek. Tapi Naru tidak berkecil hati, Naru akan berlatih lebih keras lagi.

Sudah beberapa hari sekolah, semua murid satu kelas Naru sudah mendapatkan teman-temannya, hanya Naru saja yang tidak. Naru tidak tahu kenapa mereka menjauh saat Naru mendekat, padahal Naru tidak melakukan kesalahan apapun. Huft, Naru jadi sepi di kelas.

Mereka berdua memandang penuh kesedihan ke lembar itu. Jadi selama ini Naruto tidak memiliki teman.

Lembar 3

2 Mei 14xx

Hari-hari Naru sama seperti sebelumnya, monoton. Naru tidak memiliki teman karena tidak ada yang mau berteman dengan Naru. Naru selalu sendirian di kelas sampai saat itu, saat jam istirahat Naru tidak sengaja menubruk gadis yang menjadi idola di sekolah. Naru tahu namanya dan Naru juga mengidolakannya, gadis itu adalah Rias Gremory. Saat itu adalah pertama kalinya Naru berbicara dengan murid lain. Naru sangat senang karena bisa berbicara dengan Rias meskipun dia berbicara kasar pada Naru.

Jujur Naru menyukai Rias karena dia cantik dengan rambut merahnya, seperti Ibu, eh … jadi malu sendiri. Naru telah memutuskan untuk mengungkapkan perasaan Naru kepada Rias sepulang sekolah, buru-buru Naru mengambil bunga di halaman belakang dan bergegas menemui Rias.

Naru berbicara lantang 'AKU MENYUKAIMU' di depan Rias. Itu adalah saat-saat paling mendebarkan selain dimarahi oleh Ibu. Naru berharap Rias menerima perasaan suka Naru tapi … Rias tidak menjawab. Rias langsung menampar Naru memakai sihir sampai Naru jatuh. Naru sakit hati bukan karena perbuatan Rias tapi perkatannya yang menyebutkan Naru adalah manusia sampah yang dilahirkan di keluarga rendahan. Naru tidak bisa terima itu karena secara tidak langsung Rias menjelekkan Ibu, Ayah, dan Ruko-chan.

Perasaan suka Naru berubah jadi benci.

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka berdua. Naruko nangis sesenggukkan di pelukan Kushina. Entah kenapa anak dibawah umur lima tahun itu bisa merasakan sedih dan menangis terus.

Lembar 4

4 Mei 14xx

Hari ini seperti biasa, Naru terbangun dengan suasana keluarga yang ramah dan menyenangkan. Yah tapi Naru tahu itu hanya di rumah saja, sesampainya di sekolah kesenangan itu sirna karena Naru kembali sendirian.

Saat hendak pulang sekolah, Naru ditahan oleh Rias, Issei, dan beberapa siswa yang Naru tidak kenal. Naru bingung kenapa mereka menghentikan Naru. Rias lalu bicara kalau dia menyesali perbuatannya kemarin dan ingin meminta maaf. Uohh Naru tidak percaya Rias meminta maaf dan ingin mengajak Naru bermain di hutan belakang. Perasaan benci itu sedikit demi sedikit hilang di diri Naru.

Setelah kami berada di hutan belakang. Naru sedikit merasa tidak enak, seperti akan terjadi hal buruk pada Naru. Benar saja, sifat Rias berubah drastis menjadi kejam dan menakutkan. Naru dipukuli oleh mereka hingga babak belur. Tentu saja Naru tidak terima itu dan membalasnya. Tapi apa daya Naru, satu melawan banyak tidak akan menang.

Untuk pertama kalinya Naru mendapatkan pem-bully-an dengan cara kekerasan. Naru tidak ingin keluarga Naru tahu, jadi Naru pulang malam hari dan mengendap-endap agar tidak ketahuan.

Minato meremas keras buku yang sedang ia genggam. Dalam hati Minato menyesal karena kurang memperhatikan Naruto. Sama halnya dengan Kushina, ia menyesal karena kurang memperhatikan anak pertamanya.

Minato lalu membuka lembar berikutnya, ia kaget karena lembar itu robek, seperti ada yang merusaknya. Tidak hanya satu, puluhan bahkan ratusan lembar itu sobek sampai mereka membuka lembaran yang masih utuh namun kotor. Dari tanggalnya mereka tahu bahwa tulisan ini ditulis kemarin oleh Naruto. Minato dan Kushina membaca dengan teliti, amarah dan penyesalan semakin memuncak saat mereka sampai di lembar terakhir yang penuh bercak darah.

Lembar 201

21 Desember 14xx

Naru sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Naru ingin bebas dari mereka, Rias Gremory, Hyoudou Issei, Riser Phenex, Uchiha Sasuke, Hyuuga Neji, mereka selalu memukuli Naru tanpa belas kasih layaknya hewan. Ayah … Ibu … Ruko-chan, maaf karena Naru tidak bisa menjadi anak yang meraih mimpi kalian. Semoga Ruko-chan tidak bernasib sama seperti Naru dan Ruko-chan bisa menjadi penyihir hebat, Naru selalu yakin.

Ayah … Ibu … Ruko-chan … selamat tinggal. Kalian adalah keluarga yang paling disayangi Naru.

"Hiks … hiks … Naruto ... maafkan Ibu karena selama ini kurang memperhatikanmu … hiks." Kushina tidak kuasa membendung tangisnya, ia sangat menyesal.

Minato berusaha tetap tegar dalam tangisnya, sementara Naruko sudah nangis sejadi-jadinya. Mereka sangat menyesal.

"Kushina, ayo kita cari Naruto! Aku yakin Naruto berada tidak jauh dari ini!" Kata Minato.

Benar. Masih ada secercah harapan untuk mereka menyelamatkan Naruto. Mereka tidak boleh bersedih, justru mereka harus secepatnya menemukan Naruto dan meminta maaf. Mereka lalu keluar rumah mencari Naruto. Salju perlahan turun lebat, tapi itu tidak menurunkan sedikit pun niat mereka untuk menyelamatkan anak tersayang.

-o0o-

Naruto perlahan membuka kedua mata, ia mengerjapkan mata beberapa kali agar pandangannya jelas. Naruto bisa melihat langit-langit yang dipenuhi dekor elegan. Apakah ini Surga? Mungkin. Naruto bisa melihat di sekelilingnya banyak bangunan megah yang berdiri di atas awan.

"Di mana aku?" Gumam Naruto sambil berjalan pelan menuju ujung bangunan.

"Kau berada di istanaku."

Naruto menoleh ke belakang karena mendengar suara wanita yang lembut. Ia lalu terpaku karena melihat wanita berwajah sangat cantik. Ini pertama kalinya Naruto dibuat terpukau lama oleh kecantikan yang menyamai bidadari. Pipinya memerah.

"C-cantik."

"Terima kasih."

"Ano … Naru berada di mana?"

"Sudah kubilang, kau berada di istanaku, Namikaze Naruto. Perkenalkan, namaku Amaterasu, Pimpinan dari seluruh Dewi yang ada di sini." Wanita yang ternyata Dewi Amaterasu memperkenalkan diri sambil memegang atas kepala Naruto.

Seketika keluar pedar hijau yang menyembuhkan luka di seluruh tubuh Naruto. Anak pirang itu menatap kagum pada sosok Dewi yang dapat menyembuhkannya dalam sekejap.

"Terima kasih, Amaterasu-sama."

"Sama-sama."

"Ngomong-ngomong, apa Naru telah mati?"

Amaterasu tersenyum tipis yang membuat Naruto kembali terpukau. "Tidak. Aku menyelamatkanmu dari kematian dan membawamu kemari. Naruto, aku sudah mengawasimu sejak dulu. Aku sudah tahu penderitaan yang kau lalui."

Seketika Naruto langsung menunduk karena teringat akan penderitaannya.

Amaterasu mengelus puncak kepala Naruto dengan lembut. "Kau adalah anak baik yang sangat menyayangi keluargamu. Naruto, jangan menunduk. Tataplah mataku."

Naruto menatap mata Amaterasu.

"Aku tahu kau memiliki Mana kecil. Tapi itu bukan berarti kau lemah, Naruto. Sebenarnya kau memiliki kecerdasan dan kekuatan besar."

"Naru?" Tanya Naruto tidak percaya.

Amaterasu mengangguk. "Tapi kekuatan yang ada pada dirimu bukan Mana, melainkan Douriki."

"Douriki?"

"Ya. Bisa dibilang itu energi sejenis Mana. Kau memiliki Douriki besar namun efeknya perkembangan Mana pada tubuhmu akan melambat bahkan mungkin saja berhenti. Tapi jangan bersedih, Naruto. Kau bisa tumbuh kuat melebihi mereka yang telah menghinamu."

"Benarkah?" Tanya Naruto dengan mata berbinar.

"Tentu saja. Mulai sekarang aku akan mengajarkanmu mengendalikan Douriki. Tapi sebelum itu, aku akan memberikan hadiah." Kata Amaterasu lalu mengeluarkan dua buah aneh.

Naruto menatap buah itu dengan pandangan kurang meyakinkan. Bentuknya yang aneh membuat Naruto berpikir kalau buah itu adalah buah beracun.

"Ini adalah buah sumber kekuatan yang tumbuh di sini selama seratus tahun sekali. Pilihlah salah satu dari 2 buah ini. Ingat, jangan memakannya lebih dari satu karena tubuhmu akan hancur berkeping-keping. Sekarang, pilihlah yang Naruto suka."

Naruto menatap kedua buah aneh itu. Menurut Amaterasu, buah ini memiliki kekuatan besar. Seseorang yang memakannya akan mendapatkan kekuatan luar biasa. Naruto mulai memilih salah satu dari kedua buah itu.

Amaterasu membulatkan mata karena tanpa disangka anak kecil di depannya memakan dua buah sekaligus. Ini sangat buruk, tubuh kecil Naruto tidak akan kuat menahan dua kekuatan yang ada di dalam tubuhnya. Amaterasu lalu memegang kedua bahu Naruto dengan khawatir.

"Naruto, sudah kubilang jangan makan lebih dari satu! Tubuhmu tidak akan kuat menahan kekuatan itu. Kami pun hanya sanggup memakannya satu kali." Kata Amaterasu.

"Tidak enak!" Kata Naruto sambil menjulurkan lidah.

Beberapa menit kemudian, tidak ada yang terjadi. Tubuh Naruto masih untuh dan tidak apa-apa. Amaterasu menatap kaget Naruto yang tidak meledak. Ini sangat mengejutkannya, apakah Naruto adalah anak yang diramalkan sejak dulu? Sekali lagi Amaterasu ingin memastikan.

"Naruto, kau tidak apa-apa? Bagaimana dengan tubuhmu?"

"Naru tidak apa-apa Amaterasu-sama. Naru bisa merasakan sesuatu mengalir deras di dalam tubuh Naru. Sesuatu yang Naru rasakan sangat kuat."

Amaterasu tersenyum. "Selamat Naruto, kau adalah manusia- tidak, tapi makhluk hidup pertama yang sanggup memakan buah suci itu. Apakah Naruto ingin jadi kuat?"

Naruto tersenyum mantap. "Tentu saja Naru ingin kuat dan menggapai cita-cita Naru."

"Bagus. Mulai sekarang aku akan melatih Dourikimu. Tapi sebelum itu ada yang ingin kuperlihatkan."

Naruto menatap bingung Amaterasu yang sedang melakukan sesuatu. Tidak lama kemudian muncul layar di depan mereka yang menampilkan keluarga Naruto sedang menerjang badai salju. Anak pirang itu kaget karena keluarganya sampai segitunya mencari Naruto. Ia tidak sanggup menahan tangis karena memiliki keluarga penuh cinta.

Amaterasu menatap Naruto. "Kau sudah tahu seberapa besar keluargamu mencintaimu, Naruto. Jadi jangan pernah berpikir untuk bunuh diri lagi, paham?"

Naruto mengangguk. "Naru mengerti. Mulai saat ini Naru akan menghadapi segala rintangan dan tidak akan melarikan diri."

"Anak pintar, aku menyayangimu. Sekarang aku akan mengirimkanmu pada keluargamu. Mulai besok Naruto akan mendapatkan latihan berat dariku, jadi bersiaplah. Kau boleh datang ke tempat ini kapan pun memakai ini." Kata Amaterasu sambil menyerahkan selembar kertas teleportasi pada Naruto.

"Terima kasih Amaterasu-sama."

"Kalau begitu aku akan mengirimmu ke bumi sekarang."

Tubuh Naruto mulai bercahaya dan lenyap seketika, meninggalkan Amaterasu sendirian di istananya. Ia memandang senyum pada layar besar itu. Sementara dengan Naruto, ia muncul di atas tumpukan salju tebal. Nuruto berjalan ke depan cukup jauh sampai ia menemukan keluarganya yang sedang meneriaki namanya.

"Ayah! Ibu!" Teriak Naruto senang sambil berlari mendekati mereka.

"NARUTO!" Kushina yang melihat Naruto langsung berlari dan memeluk anak pertamanya dengan erat, begitu pun dengan Minato.

"Hiks ... hiks ... maafkan kami Naruto karena tidak terlalu memperhatikanmu. Kami sangat menyesal." Sesal Kushina.

"Tidak apa-apa, Bu. Naru baik-baik saja. Naru berjanji tidak akan lagi membuat Ayah dan Ibu cemas seperti ini." Kata Naruto.

"Benarkah Naruto?"

Naruto tersenyum cerah. "Tentu saja. Naru adalah anak yang akan menjadi penyihir terhebat di kerajaan ini."

Dengan begitu Naruto dan keluarganya pulang ke rumah dengan perasaan lega. Mereka sama-sama berjanji dalam hati bahwa Naruto akan menggapai cita-citanya dan cita-cita kedua orang tuanya, Minato dan Kushina berjanji mulai besok akan lebih memperhatikan Naruto.

Tahun pelajaran berikutnya Naruto memutuskan untuk pindah sekolah, ia menginginkan sekolah yang cocok dengannya. Naruto pindah ke sekolah sihir yang reputasinya paling rendah di kerajaan, meskipun begitu ia tidak bersedih, jutrsu Naruto senang karena mendapatkan banyak teman yang memiliki latar sosial sama sepertinya, keluarga biasa saja. Begitu pun saat Naruto menginjak sekolah menengah sihir, ia memutuskan mendaftar ke sekolah biasa saja meskipun nilau ujian teorinya sempurna. Dari nilai itu Naruto bisa masuk ke sekolah manapun. Tapi sekali lagi, Naruto tidak mau.

Naruto juga selalu berlatih di bawah bimbingan Dewi Amaterasu sejak saat itu setelah pulang sekolah atau malam hari. Ia sangat giat berlatih sampai-sampai Amaterasu pusing meredakan semangat Naruto.

-o0o-

8 tahun kemudian ...

Anak yang sudah mencapai tahap remaja itu terlihat membungkuk hormat pada Amaterasu yang duduk di singgasananya. Naruto dengan wajah rupawan dan tubuhnya yang kekar terlihat sempurna sebagai seorang lelaki. Remaja pirang itu sangat populer di kalangan gadis semasa sekolahnya. Kini ia sudah lulus dari sekolah menengah sihir menandakan bahwa pelatihan yang diberikan oleh Amaterasu juga sudah berakhir.

"Terima kasih karena telah melatihku, Amaterasu-sama." Kata Naruto penuh kehormatan.

"Tidak perlu seformal itu, Naruto." Kata Amaterasu lalu perlahan berjalan mendekati Naruto. "Angkatlah kepalamu."

Naruto mengangkat tangannya dan ...,

Cup

Ia mendapatkan kecupan hangat di keningnya dari Amaterasu. Naruto terdiam dengan pipi sedikit memerah. Amaterasu lalu menatap Naruto dengan pandangan sayang. "Mulau sekarang kau akan melatih kekuatanmu sendiri. Ingat, di luar sana banyak sekali orang yang menderita melebihi dirimu. Naruto, suatu hari nanti kau akan bertemu dengan mereka. Apapun yang akan kau lakukan, aku tetap mempercayaimu."

"Terima kasih, Amaterasu-sama."

Amaterasu mengangguk. "Jadi, apa rencanamu sekarang?"

"Aku akan masuk ke sekolah sihir paling bagus di kerajaan Aquater. Aku memiliki tujuan besar di sana." Jawab Naruto, nadanya sedikit memberat.

Amaterasu sudah tahu Naruto akan berbuat apa, ia hanya membiarkannya saja. Naruto akan menemui jalannya sendiri. "Baiklah. Sebagai hadiah karena telah menyelesaikan latihan selama 8 tahun, aku akan memberikanmu salah satu pelayan pribadiku. Yasaka, kemarilah!"

Seorang wanita cantik tiba-tiba muncul di samping Amaterasu. Wanita itu memiliki perawakan seperti gadis berumur 20 tahun dengan rambut kuning panjang dan iris mata berwarna kuning keemasan.

"Mulai sekarang Naruto akan menjadi tuanmu. Bantulah Naruto dengan tenagamu." Perintah Amaterasu.

"Saya mengerti Amaterasu-sama." Angguk Yasaka lalu mendekati Naruto. "Naruto, wahai Tuanku, Goshujin-sama. Mohon mimbingannya agar aku bisa membantu Goshujin-sama sebaik mungkin." Yasaka menunduk hormat.

"Mohon kerja samanya."

Mereka berdua lalu menggerakkan tangan, saling beradu kepalan tangan dan tubuh Yasaka tiba-tiba bercahaya lalu masuk ke tubuh Naruto. Kini Yasaka sepenuhnya berada di dalam tubuh Naruto, otomatis segala panca indera Naruto terhubung dengannya."

"Goshujin-sama, apa bisa mendengar suaraku?"

Naruto mendengar suara Yasaka di dalam kepalanya. 'Aku bisa mendengar dengan jelas.'

Setelah Yasaka berada di dalam tubuh Naruto, remaja pirang itu kembali membungkuk hormat pada Amaterasu. "Kalau begitu aku pergi dulu, Amaterasu-sama jaga diri baik-baik."

Amaterasu terkikik kecil. "Aku tidak akan sakit."

Naruto tersenyum kecil mendengar balasan Amaterasu. Ia lalu menghilang dari pandangan Dewi cantik itu, pergi menuju dunia manusia. Amaterasu lalu memandang diam pemandangan yang ada di depan. Tidak ada lagi senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

'Semoga kau baik-baik saja, anakku.'

-o0o-

Sudah satu Minggu Naruto belajar di sekolah sihir terbaik di kerajaan Aquater. Sekolah ini bernama Lugunica Academy. Sekolah sihir terbaik yang setiap tahunnya menghasilkan para Wizard dan Knight terbaik. Sebenarnya sekolah ini mempunyai tiga divisi, antara lain Wizard, Knight, dan divisi yang dianggap sampah adalah divisi Fighter. Kebanyakan murid yang berada di divisi Fighter adalah murid gagal, namun tidak semuanya gagal karena di divisi itu masih ada murid-murid kuat dan berbakat. Naruto yang hanya memiliki Mana kecil tentu saja masuk ke divisi ini sebagai orang terbelakang. Naruto berada di urutan terakhir dari daftar pemilik Mana. Remaja pirang itu hanya memiliki Mana 25.

Sekolah ini memiliki sistem untuk menentukan siapa yang berhak memegang tittle sebagai 'The King', penguasa sekolah dan murid yang paling kuat di sekolah. Untuk Naruto, tittle seperti itu tidak membuatnya tertarik, ia hanya tertarik pada siapa yang mengikutinya. Naruto sudah tahu bahwa seluruh orang yang dulu mem-bully-nya berada di sekolah ini. Maka dari itu ia akan memulai rencana pembalasan.

Naruto terlihat berjalan santai sambil membaca sebuah buku menuju kelasnya. Beberapa murid terlihat berbisik-bisik.

"Lihat, bukankah itu Namikaze Naruto si produk gagal itu?"

"Benar. Aku melihatnya dia berada di urutan terakhir pemilik kapasitas Mana. Itu artinya dia sangat lemah."

"Tapi kenapa dia bisa lolos ujian masuk?"

"Aku dengar si Namikaze itu mendapatkan nilai sempurna saat ujian teori. Mungkin pihak sekolah merasa kasihan padanya dan meloloskannya."

"Benarkah? Aku tidak tahu bahwa dia adalah orang jenius. Tapi kejeniusannya tidak akan berlaku di pertarungan karena dia hanya memiliki sedikit Mana."

"Benar juga. Ngahahah."

Yasaka yang mendengar bisik-bisik itu tentu saja telinganya panas. Apa mereka tidak tahu seberapa kuat tuannya? Yasaka ingin sekali menghajar mereka semua.

"Goshujin-sama, kenapa diam saja saat mereka merendahkanmu? Yasaka sangat benci pada orang yang merendahkan Goshujin-sama."

'Abaikan saja Yasaka, ada waktunya kita menunjukkan kekuatan dan membuat mereka semua bungkam.'

"Tapi, Yasaka sudah tidak tahan-"

'Sudah kubilang abaikan saja!'

"Baiklah Goshujin-sama, tapi jika Goshujin-sama memintaku untuk menghajar mereka. Aku pasti akan melakukannya dengan cepat."

Naruto tersenyum dalam hati karena melihat perubahan drastis sifat Yasaka yang awalnya kaku dan penuh keformalan kini seperti gadis kecil yang baru memasuki tahap remaja. Naruto sampai di kelas dan langsung duduk di kursinya. Beberapa teman wanita sekelasnya terlihat tersipu malu karena kedatangan pria tampan. Naruto tidak memperdulikan mereka semua, selama ia bersekolah di sini, ia jarang berbicara lagi seperti dulu. Ia mengabaikan semua hal yang tidak berhubungan dengan tujuannya.

Naruto adalah orang yang sudah merasakan manis dan pahitnya dunia, menjadikannya pribadi yang sekarang,

Naruto yang bersifat dingin pada orang yang dibencinya,

Dan bersifat ramah pada orang yang disayanginya.

Naruto mengetahui bahwa salah satu targetnya berada di divisi Fighter sebagai salah satu dari Komandan kelas terkuat. Untuk lebih jelasnya, masing-masing divisi memiliki ketua dan komandan kelas. Mereka yang menjabat sebagai ketua divisi adalah orang yang telah menaklukan semua kelas di divisinya. Tujuannya tidak lain adalah mengincar tittle The King. Dan untuk mencapai itu langkah pertama yang harus Naruto lakukan adalah menaklukan seluruh kelas kemudian menjadi ketua divisi. Naruto sudah mengunci target pertamanya, ia adalah-

Brak!

Tiba-tiba meja Naruto ditendang sampai hancur oleh orang berambut coklat jabrik. Ia tahu siapa itu, Issei.

"Rupanya kau berada di sini hah, manusia rendahan. Aku menantangmu dalam pertandingan resmi dan aku akan menguasai kelasmu." Kata Issei menyeringai sadis.

Naruto menatap Issei dingin, sorot matanya penuh kebencian.

"Kau ingin mati?"

Bersambung


A/N: Terinspirasi dari masa lalu Sanji Vinsmoke dan film Crow Zero, jika kalian teliti maka kalian akan sadar bahwa sistem sekolah itu sama seperti perebutan kekuasaan di film Crow Zero. Dan buah yang Naruto makan adalah Akuma no Mi (Buah Iblis).

Seorang Author membutuhkan review sebagai bahan bakar melanjutkan fanficnya.

© Hanakire