"Sial! Apa yang kau lakukan, Sayang?"

Mingyu menggeram kecil, dirinya terperangah saat sang kekasih menggenggam kejantanannya yang entah sejak kapan mengalami ereksi dan memijatnya dengan perlahan dari luar celana jeans-nya. Jari-jemari lentik itu mengelus batang kejantanan miliknya dan meremas-remasnya dengan kejam.

"Sayang, tolong ingat. Saat ini aku sedang mengemudi," peringat Mingyu mencoba mempertahankan kesadaran dirinya di tengah siksaan yang diberikan kekasihnya itu. "Oohh—jangan lakukan itu, Sayang."

Saat ini mobil mereka tengah berhenti karena lampu lalu lintas yang berwarna merah. Refleks Mingyu mencengkeram kemudi mobil dengan kuat ketika tangan Wonwoo dengan nakalnya membuka retsleting celananya dan mengeluarkan kejantanannya dari tempatnya bersembunyi.

Entah Mingyu harus berekspresi seperti apa kala mendapati Wonwoo memekik senang melihat kejantanannya telah berdiri menantang tepat di hadapan wajah Wonwoo yang terlihat merona.

"Jadi aku tidak boleh bermain dengannya?" tanya Wonwoo dengan kedipan matanya yang terkesan polos, membuat Mingyu menarik wajah Wonwoo. Mencuri ciuman kilat dari bibir berlapis lipstik merah itu karena gemas.

"Tidak saat aku mengendarai mobil."

"Tapi aku ingin sekarang."

Wonwoo sengaja menyentuh ujung kejantanan Mingyu dengan ujung jari telunjuknya berulangkali hingga terlihat olehnya batang berurat nan besar tersebut berkedut dan bergerak kecil seakan merespon perlakuan jari Wonwoo.

"Lihat, Gyu. Bukan hanya aku yang ingin," ucap Wonwoo masih sambil mempermainkan kejantanan besar itu.

Mingyu menghela napasnya kasar. Ia tidak bisa berpikir benar. Tentu saja jika dirangsang begitu dirinya pun ingin sekali langsung menerkam Wonwoo. Tapi mereka masih di jalan. Sekitar 10 menit lagi baru mereka sampai ke hotel tempat mereka menginap untuk menaruh koper sebelum nantinya mereka memutuskan mencari makan malam di luar.

"Kau akan mendapat akibatnya, Sayang." Suara Mingyu yang terdengar semakin berat menyadarkan Wonwoo jika godaannya berhasil.

"Jadi? Kita bermain di dalam mobil?"

"Jangan bertanya apapun atau menggodaku dulu."

Tepat saat Mingyu selesai berbicara, pria itu langsung mengemudikan mobilnya cepat. Wonwoo sendiri langsung membetulkan posisi duduknya untuk melihat ke arah jalanan. Salah satu tangannya masih setia memegang kejantanan Mingyu, namun tidak bergerak untuk melakukan apa pun. Well, Wonwoo tidak ingin melepaskan mainan kesayangannya itu untuk alasan apapun.

Apalagi Wonwoo benar-benar merasakan betapa keras dan kakunya kejantanan Mingyu, yang ia yakini masih dapat membesar. Wonwoo bahkan dapat merasakan pembuluh darah pada batang ereksi Mingyu membuat hawa panas melingkupi kejantanan itu, ditambah aliran cairan pre-cum yang sedikit demi sedikit keluar dari lubang kecil di ujung kepala ereksinya, mengalir turun membasahi kejantanan pria itu beserta jari-jemari Wonwoo yang meninggalkan rasa lengket.

Tangan halus Wonwoo merasa sudah tak sabar ingin segera bermain. Namun ia tetap bertahan hingga pria Kim itu mengijinkan. Tanpa sadar Wonwoo mengalihkan perhatiannya dari jalanan malam kota Suwon hanya untuk mendapatkan pemandangan wajah tegas seorang Kim Mingyu. Rahang pria itu terlihat mengeras menandakan jika ia tengah menahan sesuatu. Untuk kali ini Wonwoo yakin bukan amarah melainkan hasrat seks yang tak terbendung.

Dan Wonwoo mengulum senyum tipis saat mendapati aliran napas sang kekasih semakin memberat kala salah satu jemarinya dengan sengaja menyentuh dan mengelus area kepala penis Mingyu.

"Kita sampai."

Wonwoo mengerjapkan kedua kelopak matanya seraya memperhatikan lingkungan di hadapannya. Mereka kini berada di tempat parkir hotel di mana mereka akan menginap selama beberapa hari. Sejak kapan waktu berjalan begitu cepat?

Mingyu memilih tempat terjauh dari mobil-mobil yang terparkir rapi.

"Aku tidak bisa masuk ke dalam dengan kondisi seperti ini, Sayang."

"Kenapa tidak bisa? Kita bisa melanjutkannya di kamar kalau kau mau."

"Tidak dengan resleting celana yang tidak bisa ditutup. Atau kau mau jika semua orang tahu jika saat ini aku tengah ereksi dan menginginkan seks dengan wanita cantik ini, hm?"

"Mungkin. Dan para wanita akan merasa cemburu padaku yang bisa menikmati layanan dari pria berpenis besar ini."

"Tapi kau yang memulai dengan memilih tempat bermain duluan. Kau harus bertanggungjawab sekarang juga, Kim Wonwoo."

"Jadi aku harus melakukan ini?" Wonwoo mengelus dan menaik turunkan tangannya perlahan "Atau begini?" tanyanya seraya memainkan lidahnya untuk menjilat kepala penis itu hingga cairan pre-cum keluar kembali.

Mingyu mengeraskan rahangnya saat menahan aliran kejutan listrik yang disebarkan oleh perpaduan jari-jemari lentik dan lidah Wonwoo pada kejantanannya. Tanpa ia duga Wonwoo telah menundukan kepalanya dan mulai memberikan sebuah oral seks yang membuat Mingyu sontak menahan nafas dan menarik kepalanya ke sandaran kursi. Tangan kirinya memegang kuat kemudi mobil, sedangkan tangan kanannya mengelus rambut Wonwoo, mencoba menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya.

Mingyu mendesis merasakan kenikmatan yang menjalar. Kuluman mulut Wonwoo pada batang ereksinya begitu amatir. Ia harap semoga Wonwoo tidak berniat untuk menggigitnya. Mingyu tidak terlalu menyukai ide membiarkan kekasihnya itu memasukkan penisnya ke dalam mulutnya, itu terlalu kotor. Kecuali jika ia yang harus turun untuk memberikan oral seks pada vagina Wonwoo.

Beruntung tidak ada orang yang cukup gila untuk berlama-lama di tempat parkir. Kecuali jika sudah tidak mampu menahan godaan seks di tempat umum seperti mereka.

Ya, jadi sebut saja mereka gila, namun apa pedulinya jika hasratnya mampu terpuaskan. Lebih beruntungnya lagi jendela mobil Mingyu berwarna gelap sehingga apapun yang mereka lakukan di dalam sini tak akan ada yang tahu.

Pening menjalari kepala Mingyu. Service yang diberikan Wonwoo tetap saja membuatnya mabuk akan kehangatan mulut serta cepatnya kocokan tangan halus tersebut. Wonwoo menjilati dan menghisap kepala penisnya dengan kuat membuat penisnya mulai berkedut-kedut. Mingyu yakin tak lama lagi ia akan meledak.

"Sayang, aku akan keluar. Lepaskan mulutmu sekarang."

Wonwoo dengan cepat melepaskan kulumannya, namun tangannya tetap bergerak mengocok penis Mingyu secepat yang ia bisa. Bahkan telapak tangannya mampu merasakan hawa panas yang keluar dari penis itu. Hingga Mingyu sedikit tersentak, cairan putih menyemprot keluar walau tak sebanyak saat mereka melakukan seks.

Wonwoo masih mengocoknya perlahan sampai tidak ada yang keluar lagi, kemudian melepaskannya. Wonwoo meraih tisu sebanyak mungkin dari dalam tas tangannya. Membersihkan cairan lengket yang mengenai tangannya dan celana Mingyu. Sedangkan sang pria masih berusaha menormalkan degup jantungnya, matanya terpejam. Ia membiarkan Wonwoo mengurus dirinya.

Akhirnya Mingyu membuka matanya, memutuskan untuk tidak berlama-lama di dalam mobil yang menurutnya kurang pasokan udara segar. Mingyu menarik Wonwoo, memberikannya sebuah ciuman singkat.

"Terima kasih, Sayang." Mingyu turut mencium kedua kelopak mata Wonwoo.

"Permainanku tidak buruk bukan?" tanya Wonwoo dengan seringai geli tersemat di bibirnya. Lipstik merahnya telah memudar.

"Akan kubalas dengan permainanku nanti," desis Mingyu menggelitik pendengaran Wonwoo. Oh-oh, sepertinya Mingyu telah merencanakan pembalasan untuk dirinya.

"Akan kutunggu, Kim Mingyu," tantangnya diiringi desahan menggoda.

Mingyu langsung mempererat rengkuhannya pada pinggang ramping Wonwoo sedangkan tangannya yang satu lagi meraih dagu Wonwoo agar menatap matanya. Lalu dengan satu gerakan cepat, Mingyu menyatukan bibir mereka kembali hingga Wonwoo merasa semakin terbuai dengan ciuman penuh kelembutan yang pria Kim itu lakukan.

Jadi, sampai kapan mereka akan tetap berada di dalam mobil?

HOLIDAY

Part 1

By Cha ChrisMon

.

Casts:

Jeon Wonwoo (GS)

Kim Mingyu

And others

.

"It's Real Holiday, Guys!"

"Enjoy it!"

.

.

.

.

-oOo-

Mingyu mengajak Wonwoo berkeliling area pasar Jidong. Salah satu tempat populer untuk mencari makanan di malam hari di kota Suwon, Gyeonggi-do. Mingyu dan Wonwoo berjalan perlahan dengan jari-jemari saling terkait dengan mesra. Memanjakan mata mereka dengan banyaknya truk makanan yang bermunculan di kala hari semakin larut. Kurang lebih ada 14 truk makanan yang berderet menyajikan hidangan yang berbeda-beda.

Dari makanan lokal khas korea sampai luar negeri seperti panini, sushi api dan pangsit Brazil. Cukup membuat napsu makan Wonwoo meningkat drastis. Gemuruh di perut rampingnya cukup memberitahunya jika ia diperbolehkan makan banyak karena aroma di sekitarnya terlalu sulit untuk ditolak.

"Kau ingin makan apa, Gyu?"

"Memakanmu," sahut Mingyu tanpa berpikir. Ia masih merasa gemas dengan tindakan nekat Wonwoo yang katanya tiba-tiba ingin bermain dengan Mingyu junior kembali sebelum mereka turun mencari makanan.

"Tapi aku sudah memakan hidangan pembuka darimu. Dan aku sedang tidak ingin dimakan olehmu. Nanti saja," ucap Wonwoo dengan santainya sambil memilih-milih apa yang akan mereka makan. Wonwoo bingung ingin memilih menu apa.

Ohh Wonwoo yakin setelah ini ia harus banyak berolahraga. Tapi Wonwoo tentu saja tidak peduli. Ia punya Mingyu yang dengan senang hati akan membantunya membakar kalori, 'kan?

"Akan ku ingat itu," ujar Mingyu menghela napasnya. Mau bagaimana lagi, kekasihnya itu sudah pasti tahu jika godaannya saat di mobil tadi akan terus membangunkan kejantanannya hingga celananya terasa sesak. Berjalan-jalan dengan menahan ereksimu sungguh siksaan yang sempurna.

"Gyu, bagaimana jika kita membeli beberapa makanan berbeda? Cukup beli satu porsi setiap makanan. Kita berpencar saja bagaimana? Biar cepat," usul Wonwoo.

"Hm?" Mingyu menghentikan langkah mereka. Menatap Wonwoo dengan sebelah alis terangkat. Tidak. Mingyu tidak menyukai ide sang kekasih. "Tidak. Kita akan tetap bersama. Aku tidak mau ada pria lain yang mencoba merayumu selama aku tidak berada di sampingmu."

"Aku milikmu, Gyu. Tenang saja ini hanya membeli makanan."

"Ya, kau milikku, Love. Karena itu kau tidak akan kemana-mana tanpa aku di sampingmu," ucap Mingyu final. Kemudian ia membawa Wonwoo berjalan kembali.

"Aku kan hanya ingin mempersingkat waktu dan cepat-cepat memakan semua itu." Wonwoo merajuk, tanpa sadar bibirnya sudah mengerucut.

"Aku tahu. Tapi berhenti memasang wajah seperti itu, Won."

"Kenapa?"

"Kau tidak sadar, banyak orang yang ingin kupukul wajahnya karena tampang mesum mereka. Apa kau ingin aku memberi tontonan pada mereka dengan menciummu di sini, hm?"

"Mingyu?!" pekik Wonwoo beserta pukulan di bahu pria itu. "Aku tidak mau diperhatikan orang di tempat umum begini," protesnya dengan rona wajah yang semakin memerah. Mingyu dapat melihat dengan jelas walau di malam hari.

"Tapi tadi kau bermain dengan Mingyu junior, Sayang."

"Itu berbeda."

Mingyu mengangguk jenaka. "He-em. Masih di ruang publik."

"Di dalam mobilmu itu ruang pribadi," bantah Wonwoo, "Ayo kita makan itu saja," tunjuk Wonwoo ke arah truk makanan terdekat sebagai pengalih perhatian.

Mingyu terkekeh geli melihat tingkah menggemaskan kekasihnya. Baiklah, mereka perlu mengisi perut terlebih dahulu. Masih banyak rencana yang pria Kim pikirkan. Tidak berhasil satu cara? Masih beratus cara lainnya untuk bisa menggagahi kekasih tercintanya itu.

.

.

-o0o-

.

.

"Kau tahu. Kurasa keputusanku mengajakmu berlibur sungguh bagus sekali."

Dengan kelopak mata yang sesekali mengerjap polos. Wonwoo menatap bola mata Mingyu yang kini terlihat menggelap seakan menahan hasrat, mengingatkannya saat Mingyu memegang kuasa atas dirinya di ranjang panas mereka.

Kini keduanya telah kembali ke dalam mobil setelah menyelesaikan makan malam. Namun Mingyu telah berubah dalam mode dominan dan senang menggodanya. Baru saja Wonwoo akan memasuki mobil, Mingyu telah menyeretnya masuk ke kursi belakang.

Begitulah, saat ini Wonwoo terpojok dengan Mingyu berada di atasnya.

"Kau jauh lebih agresif dibanding biasanya," bisik Mingyu bagaikan rayuan agar Wonwoo segera melebarkan kedua pahanya dan membiarkan ia merasakan kejantanannya tenggelam dalam kehangatan vagina milik wanita Jeon tersebut. Mingyu mengelus lembut pipi Wonwoo, sebelum menarik sang wanita dalam ciuman penuh gairah.

Mingyu berujar seduktif, "Tapi aku jauh lebih senang saat kau pasrah di bawahku, Sayang."

Wonwoo tanpa perlawanan sedikitpun telah menikmati ciuman dan tautan lidah dari Mingyu. Tersenyum di sela-sela ciuman mereka ketika sang kekasih menciumnya seakan tidak ada hari esok. Wonwoo memutus tautan bibir keduanya dan menyisakan deru napas yang tak beraturan. Kedua lengannya saja tanpa disadarinya telah mengalungi leher Mingyu.

"Kita lanjutkan di hotel. Aku tidak ingin kelepasan bermain di dalam mobil."

"Mungkin aku bisa sedikit bermain sebentar."

"Tidak. Aku ingin ruang yang luas."

"Kalau begitu, bagaimana kalau di balik pohon besar, hm? Kurasa di dekat sini ada taman? Atau area parkir hotel saja?"

"Maksudku bukan dimana orang lain melihat kita telanjang, Tuan Kim."

"Kita tidak perlu telanjang, Sayang. Cukup membuka celana saja dan kita bisa bermain," goda Mingyu.

"Kau ingin mendengarku mendesah untukmu tidak sih?"

"..."

"Sekeras mungkin. Sampai aku tidak kuat untuk bicara."

"Aku setuju."

"Kalau begitu ayo cepat kita kembali ke hotel untuk cemilan malam yang tertunda, kemudian kau akan mendapat hidangan penutup lainnya dariku."

Dalam hati Wonwoo mendesah pasrah.

Baru malam pertama liburan mereka saja dirinya sudah bekerja keras menahan serangan dari seorang Kim Mingyu. Salahnya juga yang menggoda pria itu duluan. Semoga untuk beberapa hari berikutnya ia bisa santai berjalan-jalan demi melepaskan penat sesuai rencana awal dirinya. Itu pun seandainya ia masih kuat bergerak.

Wonwoo bertekad tidak akan kalah oleh rayuan Kim Mingyu.

.

.

-o0o-

.

.

Saat setiap pagi Mingyu terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya telah mengalami ereksi. Itu bukanlah hal yang aneh baginya. Mingyu sudah terlalu terbiasa semenjak ia pertama kali mengalami mimpi basah. Namun dulu dan sekarang merupakan hal yang berbeda.

Jika dulu Mingyu akan tergesa-gesa menuntaskan hasratnya di kamar mandi sebelum ketahuan oleh sang ibu. Sekarang ia lebih memilih mengusik tidur wanita cantik bernama Wonwoo yang terkadang menghabiskan malam bersamanya.

Perpaduan wajah cantik Wonwoo, tubuh seksi nan menggoda dan tentu saja betapa nikmatnya kewanitaan milik wanita itu saat mereka bercinta, walaupun terkadang dengan minimnya foreplay bukanlah suatu alasan untuk mengurangi rasa surga duniawinya. Itu lah yang dinamakan pagi yang indah versi Kim Mingyu.

Walaupun terkadang Wonwoo akan mengamuk setelah sesi bercinta mereka di pagi hari karena merasa tidur nyenyaknya terganggu. Wonwoo sungguh kesal jika tiba-tiba saja dirinya yang tanpa pertahanan dan masih memejamkan mata diserang secara cepat oleh kejantanan besar sang kekasih. Sudah pasti Wonwoo tidak akan mau melakukan posisi yang mengharuskan ia terbangun.

Cukup serahkan pada sang pria yang akan bergerak hingga puas. Dan Wonwoo akan menerimanya walau dengan mata terpejam.

Wonwoo di pagi hari yang lemas. Mingyu di pagi hari yang terlihat bersemangat.

Perbedaan yang begitu kontras namun diakhir menghasilkan kepuasaan yang sama besarnya. Bukan hanya Mingyu yang berakhir dengan mengeluarkan spermanya tapi juga Wonwoo yang mendapat orgasme yang menyebabkan tubuhnya terasa lebih lemas.

Seperti saat ini. Mingyu yang merasa hilang kendali akan hasrat menggagahi sang kekasih mulai menusuk lubang kewanitaan Wonwoo dengan cepat. Tak peduli dengan erangan Wonwoo yang mengalun mengisi suasana kamar yang semakin panas tersebut.

"Ngghh~ cepat, Gyu~" Wonwoo merajuk disela desahannya.

"Sebentar, Sayang—hh." Mingyu terengah, merasa keringatnya mengalir, menetes pada tubuh polos Wonwoo di bawahnya. Tubuhnya tiba-tiba menegang. Kejantanannya menyemburkan sperma miliknya dengan kuat, mengisi kekosongan rahim Wonwoo.

"Kau mengeluarkannya di dalam lagi," keluh Wonwoo. Kedua kelopak matanya yang sedari terpejam kini terbuka sayu.

"Kau tidak senang?"

Wonwoo menggeleng lemah. "Hanya tidak ingin menerima kemarahan dari para orangtua seandainya aku hamil di luar nikah."

Mingyu tertawa kecil, mengecup kening Wonwoo sekilas. "Biar aku yang urus kalau memang Tuhan memberikan kita seorang anak lebih cepat."

"Kau harus menjadi tameng. Kalau ada situasi pukul-memukul, kau yang harus terima semuanya."

Mingyu tertawa lebih keras mendengarnya. Kenapa seperti adegan di drama?

"Aku pastikan tidak ada pukulan. Mereka akan senang menerima kenyataan mendapatkan seorang cucu lebih cepat dari perkiraan." Mingyu membelai wajah mungil Wonwoo sebelum ia bangkit dari kasur. "Aku mandi duluan. Lanjutkan lagi tidurmu, Sayang," ucap Mingyu yang mulai melangkah ke kamar mandi.

Meninggalkan Wonwoo yang ingin sekali memukul kepala yadong kekasihnya itu. Wonwoo tidak akan bisa melanjutkan tidurnya. Sudah terlanjur terbangun seperti ini.

Lagipula hari ini cuaca sungguh cerah. Wonwoo masih ingin menjelajahi kota ini, jadi untuk apa ia tidur kembali. Wonwoo bangkit dari ranjang yang sudah sangat berantakan. Membuka tirai kamar sehingga sinar matahari memasuki kamar mereka dengan bebasnya. Tidak peduli jika tubuhnya tak tertutupi apapun.

Wonwoo melihat kaos yang semalam dipakai Mingyu. Baru sebentar dipakai sudah dilempar ke lantai. Wonwoo mengambil kaos itu, memutuskan akan memakainya untuk sementara. Ia melihat sekeliling kamarnya, mencoba menemukan barang lainnya. Berharap sesuatu itu tidak kotor.

Senyuman tipis terulas di bibirnya saat menemukan barang yang ia cari terlempar di atas meja kecil di samping ranjang. Wonwoo mengambil celana dalam yang ia cari tadi dan memakainya. Lumayan menutupi dari mata mesum Mingyu.

Kini ia beralih pada koper Mingyu yang tergeletak, terbuka begitu saja di lantai dekat lemari. Pandangannya kosong. Wonwoo masih belum terlalu fokus. Ia berjalan dengan perlahan, terhenti dan terduduk di depan koper itu. Tangannya bergerak otomatis mengambil pakaian yang akan digunakan Mingyu nantinya.

Hal ini sudah sering terjadi jika mereka menghabiskan malam bersama. Wonwoo menyukai bagaimana Mingyu dengan patuhnya mengenakan apa yang ia pilihkan.

Hingga Wonwoo menemukan sesuatu dan terdiam cukup lama.

.

.

.

"Mingyu."

"Hm?"

"Kenapa kau harus membawa dasi dalam kopermu?" tanya Wonwoo heran ketika ia tengah mengambilkan pakaian untuk Mingyu yang baru saja selesai mandi.

"Ah, itu. Aku lupa kalau dasi itu terbawa. Terakhir kali aku membawa koper itu untuk pergi mengurus pekerjaan di luar negeri," jawab Mingyu dengan suara sedikit teredam oleh handuk yang masih digunakannya untuk mengeringkan wajah dan rambutnya.

Setelah merasa rambutnya sudah cukup kering, Mingyu melempar handuknya sembarang di atas meja rias yang cukup kosong, menyisakan handuk lainnya yang masih melekat menutupi bagian bawahnya. Sebelah alisnya naik keheranan mendapati Wonwoo masih memegang dasi miliknya yang berwarna dark grey.

"Ada apa? Kenapa dengan dasi itu?"

Wonwoo bangkit berdiri, meninggalkan koper Mingyu yang masih terbuka di lantai kamar mereka dengan tetap memegang dasi. Wonwoo berjalan perlahan mendekati Mingyu. Dengan tatapan polosnya ia berkata, "Karena dasi ini mengingatkanku akan novel erotis. Kalau tidak salah seri terakhir dari novelnya baru saja diputar filmnya di bioskop."

"Oh, yang itu," gumam Mingyu tanpa sadar berdecak.

"Iya, salah satu film yang kau tidak suka."

"Kenapa? Ingin merasakan apa yang dirasakan si Anastasia itu, hm?"

Wonwoo mengernyit seakan berpikir serius. "Tidak. Aku tidak mau dipukul dan dirantai."

"Memangnya siapa yang mau memperlakukanmu seperti itu? Karena itu aku tidak suka dengan filmnya. Itu membuatmu berpikir yang aneh-aneh," ujar Mingyu seraya meraih pinggul Wonwoo untuk direngkuhnya. Membawa wanitanya untuk bersandar pada dada bidangnya yang lembab dan tidak tertutup apa pun.

"Tapi sepertinya kalau menggunakan dasi tidak terlalu sakit," gumam Wonwoo yang lebih seperti bertanya benar atau tidaknya.

Mingyu mendesah kasar. Ia baru saja selesai membersihkan diri dan sekarang pembicaraan mereka sudah melantur ke arah mesum. Ini masih pagi hari. Libidonya masih sangat tinggi. Sedikit rangsangan saja gairahnya mudah terpancing.

Apa wanita Jeon itu berniat untuk melanjutkan sesi ranjang mereka sekarang juga? Shit! Mingyu menghela napasnya yang semakin berat. Kejantanannya sudah terlanjur terbangun!

Baiklah kalau ini yang diinginkan kekasih cantiknya itu. Akan Mingyu berikan sekarang juga.

Mingyu merenggangkan pelukan mereka. Wonwoo menatapnya masih tidak mengerti situasi kini. Apa wanitanya itu tidak merasakan pergerakan kejantanannya sewaktu mereka berpelukan tadi?

Tanpa mengatakan apa pun, Mingyu mengambil dasi yang dipegang oleh Wonwoo. "Ulurkan kedua tanganmu, Sayang."

Tentu saja Wonwoo kebingungan, namun tetap menurut. Sesaat kemudian ia terpekik kaget menyadari apa yang akan dilakukan oleh pria Kim yang dengan cepatnya mengikat pergelangan tangannya dengan cukup kuat.

"Mingyu?!"

"Kekasihku pintar sekali tanpa perlu aku jelaskan," ucap Mingyu seraya menarik Wonwoo kembali ke atas ranjang. Menidurkannya pada posisi tengkurap. Membiarkan kedua tangannya berada di atas kepala.

"Oh, tidak, Gyu. Maksudku bukan sekarang dan bukannya aku ingin mencoba hal seperti ini juga." Suara Wonwoo mulai terdengar panik.

"Aku yang ingin mencobanya."

Mingyu mengecup dahi Wonwoo hingga wanitanya mendongakkan kepalanya untuk menatap Mingyu.

"Mari kita coba permainan mendisiplinkanmu. Sekalian kita cari jawabannya apakah terasa nyaman untukmu atau tidak," bisik Mingyu di telinga Wonwoo yang disambut dengan erangan lirih ketika Mingyu menggigit daun telinganya. Lidah Mingyu yang basah bermain di sekitar belakang telinga Wonwoo, memberikan jilatan nakal hingga turun ke arah leher jenjang yang merupakan area kesukaan Mingyu untuk memberikan tanda kepemilikan.

Wonwoo semakin mendesah hebat kala jari-jemari Mingyu tidak tinggal diam yang tengah berusah melucuti pakaiannya yang memang tak seberapa banyak. Hanya celana dalam dan kaos kebesaran milik Mingyu.

Kini Mingyu telah meloloskan kaos miliknya dari tubuh Wonwoo. Namun masih tertahan, melilit di ujung tangan karena dasi yang mengikat kedua tangan sang wanita.

"Ohh~ ini mengerikan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa," desah Wonwoo di antara tawa tertahan akibat sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan. Padahal ini baru permulaannya saja.

Mingyu tidak berkomentar, terlalu serius untuk menjelajahi punggung putih nan mulus wanitanya dengan kecupan dan jilatan. Beberapa di antaranya bahkan diperlukan gigitan kecil disertai hisapan. Tak menghiraukan geliatan geli sekaligus gemetar dari lekuk tubuh Wonwoo yang terlihat semakin seksi. Hingga Mingyu mencapai bagian bawah di mana bongkahan padat nan bulat menantang tersaji di hadapannya.

Mingyu menyeringai, mungkin ia bisa sedikit bermain. Lagipula kekasihnya itu selalu saja penasaran dengan seks BDSM walau mereka berdua tidak menyukai ide kekerasan saat melakukan seks.

"Sayang, aku jamin ini tidak akan sakit."

"Apa?" tanya Wonwoo mencoba menengokkan kepalanya ke samping, melihat apa maksud pria Kim tersebut.

Namun tak perlu menunggu lama untuk mendengar pekikan terlontar dari Wonwoo. Bahkan kepalanya sontak menengadah ke atas saat merasakan sengatan yang cukup membuat bokongnya perih.

PLAK!

Mingyu kembali memukul bokong Wonwoo.

"Kau ingin merasakannya lagi, Sayang?" Suara Mingyu terdengar begitu berat. Tangannya mengelus bokong Wonwoo yang meninggalkan bekas kemerahan. Mingyu menurunkan wajahnya kembali, memberikan jilatan berputar di sekitar bokong Wonwoo untuk meredakan sengatan perih.

"Daripada merasakannya lagi. Aku lebih memilih penismu masuk, Tuan Kim," pinta Wonwoo yang sudah tidak tahan dengan posisinya yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Mingyu memberikan kecupan singkat pada bokong Wonwoo. Perlahan Mingyu merenggangkan kedua paha Wonwoo yang menutupi vagina kesayangannya. Wonwoo sedikit mengerang kala kedua ibu jari Mingyu mencoba membelah bibir vaginanya, mengelusnya dengan sensual. Wonwoo merasa tubuhnya semakin bergetar saat jari Mingyu memberikan putaran nakal pada klitorisnya, lalu menjelajah kembali hingga Wonwoo merasakan lubang vaginanya sedikit di buka.

Gila! Wonwoo ingin sekali meremas sesuatu dengan leluasa. Namun apa daya jika kedua tangannya terikat dan sulit untuk mencari pegangan.

Tanpa Wonwoo sadari, penis besar Mingyu sudah menegang hebat dan tanpa rangsangan apapun lagi mencoba masuk ke dalam vaginanya, sedikit lebih kasar dibanding biasanya. "Aakkhhh—!"

Napas Wonwoo memburu merasakan rahimnya tersundul oleh penis besar dan panjang itu. Begitu pula dengan Mingyu yang merasakan kuatnya jepitan pada penisnya, terasa lebih ketat. Mungkin kurangnya pelumas. Namun Mingyu yakin tak lama lagi vagina Wonwoo akan basah dan menghasilkan bunyi erotis selama seks mereka.

Mingyu mulai bergerak perlahan hanya untuk membiasakan Wonwoo yang mulai mendesah kenikmatan. Mingyu memasukan penisnya sampai menyentuh rahim Wonwoo terus perlahan dikeluarkannya lagi sampai sebatas kepala penisnya kemudian dengan keras dimasukkannya kembali. Seperti itu untuk beberapa kali. Seakan Mingyu ingin menikmati cengkraman vaginanya yang memang kedutan di dinding vagina Wonwoo mendadak menguat karena tempo yang dimainkan pria itu. Tapi itu hanya sebentar karena kini Wonwoo memekik dan mendesah lebih keras selaras hujaman penis Mingyu yang semakin cepat.

"Sial. Vaginamu yang terbaik, Sayang," puji Mingyu merasa panas tubuhnya meningkat drastis.

"Aaahh~ Aa—aahhh! Ohh~Mingyuuuhh!"

Wonwoo berkali-kali memekik di sela desahannya yang semakin keras. Tubuhnya tersentak tiap kali Mingyu menusuknya kasar. Gesekan tubuh depannya yang polos dengan sprei di bawahnya turut memberikan rangsangan tersendiri. Tapi tetap saja kedua tangannya yang tak bebas terasa semakin membatasi ruang geraknya dan membuat Wonwoo sedikit frustasi. Jika ia memaksa melepaskan ikatan pun tak akan berhasil, malah terasa semakin menyakitkan bagi tangannya.

Mingyu masih menumbuk vagina Wonwoo sambil memberikan remasan pada bokong seksi wanita itu, merasa begitu gemasnya.

"Gyu! Lebih cepat!" pinta Wonwoo antara ingin segera mengakhiri ini atau merasakan lebih lama. Karena dirinya merasa orgasme akan segera menerjangnya.

"Kau ingin keluar, Sayang? Baiklah," bisik Mingyu tepat di samping telinga Wonwoo.

Ia merendahkan tubuhnya sedikit namun tidak sampai menghimpit Wonwoo. Satu tangannya dipakai untuk memegang pergelangan tangan Wonwoo yang masih terikat. Sedikit memberikan cengkraman kuat agar wanitanya semakin tidak bisa bergerak bebas. Kemudian—

PLAK!

Mingyu memukul bokong Wonwoo lagi, kali ini tidak sekeras di awal. Hanya untuk memberikan sensasi seks yang Mingyu yakin tidak akan ia ulangi kembali. Pukulan Mingyu bersamaan dengan hujaman penisnya yang semakin liar. Kedua kaki Wonwoo pun semakin melebar seakan memberikan jalan bagi Mingyu untuk leluasa menyetubuhinya.

Wonwoo mengerang keras kala orgasme menyergapnya. Namun Mingyu seakan tak peduli. Ia tetap menggenjot penisnya untuk mencapai klimaksnya sendiri. Dengan tangan yang masih mencengkram pergelangan tangan Wonwoo dan satunya lagi menekan bahu kanan hingga tubuh Wonwoo semakin terdesak menghimpit kasur.

Beberapa saat kemudian, Wonwoo telah merasakan rahimnya terisi oleh sperma Mingyu. Begitu hangat. Pria itu keluar sangat banyak. Ia masih merasakan penis Mingyu berkedut seakan mencoba mengeluarkan sisa-sisa sperma yang masih tertinggal. Tidak membiarkan semuanya terbuang percuma karena Mingyu masih belum mau melepaskan penisnya dari vagina Wonwoo.

Hening mendadak merajai kamar yang masih menguarkan udara panas bagi keduanya. Aroma bekas percintaan mereka tercium menyengat, seakan mengundang untuk melakukannya kembali.

Mingyu mencium lama puncak kepala Wonwoo seraya mengatur deru napasnya yang masih tersengal. Begitu pula dengan Wonwoo yang sedari tadi memejamkan matanya. Rasanya seks pagi mereka kali ini lebih melelahkan.

"Gyu, berat," rengek Wonwoo karena Mingyu sedikit menimpa tubuhnya.

Mingyu terkekeh geli, mengecup punggung Wonwoo sekilas sebelum beranjak dari tubuh mungil itu. Mingyu melepas ikatan dasinya serta membuang kaos miliknya yang tersangkut ke lantai. Mingyu membalik tubuh Wonwoo untuk ia rengkuh, memberikan kenyamanan bagi tubuh lelah keduanya untuk berbaring dan berpelukan secara normal.

Wonwoo mendesah lega saat kepalanya bersender pada dada bidang Mingyu yang berkilat basah.

"Bagaimana? Kau ingin melanjutkan sesi ikat-mengikat seperti tadi, hm?" goda Mingyu seraya memberikan kecupan-kecupan kecil pada wajah Wonwoo.

"Tidak, terima kasih. Aku lebih suka menjambak rambutmu saat bercinta," tolak Wonwoo, "Biarkan aku tidur sebentar."

"Tidak ingin sarapan?"

"Nanti. Sekarang cukup peluk aku dan biarkan diriku beristirahat. Ah! Dan jangan mendadak menyetubuhiku," peringat Wonwoo yang masih belum ingin melayani gairah seks Mingyu yang sering muncul tiba-tiba.

"Baik, Nyonya Kim." Mingyu tertawa kecil seraya mempererat rengkuhannya. Mencoba menarik selimut untuk menutupi tubuh polos keduanya. Ia juga ingin beristirahat sejenak sebelum memesan makan pagi mereka yang telat. Mingyu kira mereka tidak akan keluar dari hotel hingga sore tiba.

Mingyu berbaik hati untuk membiarkan wanita tercintanya beristirahat sepuasnya. Seulas senyuman tipis terulas di wajah tampannya tanpa sepengetahuan Wonwoo. Mari kita lihat rencana liburan siapa nanti yang akan terlaksana. Dirinya kah atau Wonwoo?

.

.

.

.

.

-o0o-

Kali ini TBC

Bukan TE kaya kemaren.

AN:

Saengil Chukkaee Kim Mingyu! Happy birthday!

Chapter kali ini di publish mendadak karena semalem baru tahu kalau hari ini ultahnya si Kiming. Typo bertebaran. Harap maklumin pas ngedit malah ketiduran. Ternyata ngedit cerita bikin ngantukin.

Pendek? Iya ini salah satu chap terpendek yang pernah aku buat. Soalnya aku mikir kalo dipanjangin kesian neng Wonu ntar. Makanya dibagi beberapa part.

Ultah Mingyu isinya iyaiya di dunia Ffn. Bagaimana di dunia nyata? XD wkwkwk tidak perlu membayangkannya, Guys.

Makasih banyak yang uda ngasih review fav n foll di chapter sebelumnya. Btw, aku lupa uda bales review kalian apa belum ya yg pada login?

Sekali lagi, selamat ulang tahun. Moga makin ganteng dan ga petakilan nemplok ke uke ato cewe lain yaaa. Moga insap, inget Wonu masih lebih bening dan menggoda iman. XD

Jumat malam. Pengennya malam Jumat. 06 April 2018.

xxx Cha Chrismon