Universe
Howler's Sequel
…
00. Intermezzo (Bagian 1)
…
Ps: Awas, banyak narasinya! Jadi baca aja pas lagi ngga capek atau pikiran pas lagi fresh supaya kalian bisa mengenang Howler lewat intermezzo ini. :)
…
Howler
(n) Howler /'haʊlәr/ it's mean kesalahan besar
Perjanjian dengan kesalahan besar. Hanya dua hal itulah yang mengikat mereka dengan satu takdir yang salah. Takdir yang pada awalnya sangat tidak diinginkan kehadirannya. Mau tidak mau, salah satu diantara mereka harus menerimanya. Dengan senang hati atau pun dengan berat hati.
25 chapters
Publish: 15th June 2015
Complete: 17th December 2015
Deleted on 16th December 2017
…
Oh Sehun adalah putra dari Oh Jae Ho dan Song Jung Ha yang memiliki kehidupan yang bebas. Sehun sering keluar masuk pub dan membuat keonaran, sering berskap dingin, tidak peduli, dan keras kepala. Dia lelaki yang tampan, cukup membuat para perempuan yang tanpa sengaja melihatnya, jadi enggan berpaling. Hanya saja Sehun telah memiliki seorang kekasih bernama Huang Zitao yang tidak disukai kedua orang tuanya. Baik Oh Jae Ho maupun Song Jung Ha selalu memandang rendah dan memandang sebelah mata Huang Zitao. Sebab Huang Zitao adalah putri dari seorang pekerja seks di salah satu pub besar di Cina yang kemudian membuang Huang Zitao ke Korea saat perempuan itu masih berumur enam belas tahun. Bagi kedua orang tua Sehun, Huang Zitao adalah penyebab mengapa Sehun menghabiskan malam di pub dan membuat keonaran selama lima tahun terakhir. Bagi mereka, Sehun berubah drastis karena Huang Zitao.
Jadi karena ingin mengembalikan Sehun mereka yang berharga, Oh Jae Ho mencoba untuk menjodohkan putranya dengan beberapa perempuan pilihannya. Namun Sehun selalu menolak perjodohan itu dan tetap memilih Tao sebagai pelabuhan terakhir hatinya. Sampai kemudian ia bertemu dengan Luhan sebagai pilihan terakhir atas perjodohan yang ditawarkan Ayahnya, Sehun mau tidak mau menerima perjodohan itu.
Sebenarnya Sehun dan Luhan sudah pernah bertemu beberapa kali. Bagi Sehun, Luhan memiliki suara yang membuatnya ingat akan sosoknya. Sementara bagi Luhan, Sehun adalah sosok yang menyeramkan meski dia pernah melihat Sehun tersenyum pada seorang perempuan asing yang kemudian dia kenal sebagai Huang Zitao.
Sementara itu, Luhan yang diberi beban dari orang tua Sehun supaya Sehun menjadi lebih baik, sebenarnya merasa keberatan. Tapi karena sedari kecil Luhan sudah dididik untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab meskipun dia seorang perempuan, akhirnya berusaha untuk menerima keadaan.
Singkat cerita, mereka menikah tanpa landasan cinta. Hanya saja, hari pernikahan itu bertepatan juga dengan hari jadi Sehun dan Tao yang ke-6 tahun. Sehun merasa bersalah, jadi dia datang di malam setelah ia menikah dengan Luhan untuk merayakan hari jadinya dengan Tao.
Rasa bersalahnya itu membuat Sehun ingin segera mengakhiri pernikahan konyol ini dengan Luhan, begitu pula sebaliknya. Luhan juga ingin mengakhiri pernikahannya dengan Sehun karena Luhan merasa ia dan Sehun terlalu memaksakan situasi.
Jadi mereka membuat perjanjian konyol yang tanpa mereka tahu, perjanjian itulah yang membuat masalah semakin besar. Isi perjanjian itu diantaranya adalah;
Pertama, Sehun harus berhenti pergi ke pub, dan selalu bilang ke Luhan kemana dia ingin pergi sehingga Luhan tidak perlu berbohong pada siapapun yang menanyakan keberadaan Sehun.
Kedua, mereka harus menuruti satu permintaan kedua orang tua mereka. Jika permintaan itu terpenuhi, mereka harus bercerai.
Ketiga, kalau tanpa sadar Sehun membuat Luhan hamil dalam keadaan mabuk setelah pulang dari rumah Tao atau apapun itu, Luhan harus menggugurkan kandungannya karena Sehun tidak ingin ada buah hati diantara mereka.
Keempat, Sehun dan Luhan akan bercerai kalau Sehun yang mengajukan perceraian demi menghindari kecurigaan kedua orang tua mereka.
Jangan tanya siapa yang mengajukan perjanjian nomor tiga dan empat. Tentu jawabannya Sehun, dan sisanya adalah Luhan.
Setelah itu, semuanya berlangsung baik-baik saja. Dua bulan pernikahan mereka, masing-masing diantara mereka mulai merasakan hal-hal aneh. Sesuatu yang terasa seperti... manis? Awalnya, Sehun yang pertama kali merasakannya. Di kala ia melihat Luhan tersenyum, Sehun merasa jantungnya berdebar keras. Lalu entah mengapa, ia jadi ingin melihat Luhan terus tersenyum di depannya, untuknya, dan memang hanya untuknya. Jadi Sehun bersikap manis pada Luhan supaya ia bisa melihat senyum perempuan itu. Sehingga tanpa Sehun tahu, Luhan jadi jatuh hati karena perubahan sikap Sehun. Pun tanpa Sehun sadari, ia jadi jauh dari Tao.
Begitu terus berlangsung, sampai kemudian ada dua kejadian yang menjadi titik hitam pertama di atas lembaran putih milik mereka.
Yang pertama, karena kedua orang tua mereka meminta segera diberi cucu, dan baik Sehun maupun Luhan tidak tahu harus berbuat apa. Sebab mereka berdua sudah memiliki perjanjian yang intinya Luhan tidak boleh hamil sampai mereka bercerai. Sehun dan Luhan bertengkar, cukup lama. Namun kemudian Sehun memutuskan untuk merangkul Luhan, dan merendahkan dirinya supaya masalah ini selesai meski tanpa penyelesaian yang pasti, demi melihat Luhan tersenyum di depannya lagi. Sehun tidak akan membuat Luhan hamil, dan Luhan juga tidak akan memaksa Sehun menuruti kemauan kedua orang tua mereka. Kemudian kehidupan rumah tangga mereka berjalan baik-baik saja.
Yang kedua, karena Sehun tahu Tao berselingkuh darinya. Sebenarnya Sehun tahu masalah ini sudah beberapa bulan yang lalu, tepatnya saat hari jadi mereka yang ke-6 tahun. Bukannya saat itu, saat hari jadi mereka, Sehun tidak mau marah. Sehun hanya berusaha untuk menutup mata, memberi Tao kesempatan karena Sehun tahu Tao akan berubah karenanya. Saat itu Sehun terlalu mencintai Tao. Tapi ketika ia melihat Tao sedang bersetubuh dengan lelaki lain tepat di depan matanya, Sehun tidak dapat menahan amarahnya. Sehun marah besar, mabuk, dan tanpa sadar ia melampiaskan kemarahannya pada Luhan. Luhan sempat melawan, namun akhirnya Luhan menyerah. Ia biarkan Sehun menjamah tubuhnya, ia biarkan Sehun berlaku sesuka hati malam itu. Toh, suatu hari nanti, ia tidak bisa mengelak akan hal ini.
Meskipun Luhan menyerah pada Sehun malam itu, namun Luhan tidak menyerah esoknya. Ia bersikap tidak tahu apa-apa soal apa yang terjadi malam itu, dan membuat Sehun tidak mengingat apa-apa soal apa yang terjadi diantara mereka. Luhan memang benar-benar melakukannya. Namun terasa sulit tiba-tiba ketika tahu bahwa Sehun hanya menjadikannya pelampiasan.
Semakin rendahlah harga diri yang Luhan nilai untuknya sendiri di hadapan Sehun.
Luhan kecewa, tentu. Ia bersikap dingin pada Sehun, mengacuhkan lelaki itu, atau bahkan menangis di depan Sehun. Sementara Sehun yang tidak tahu menahu alasan kenapa Luhan jadi bersikap demikian padanya, benar-benar bingung. Sehun berusaha untuk mengembalikan Luhan dan butuh waktu lama untuk membuat Luhan menjadi biasa saja padanya, meski Sehun tidak tahu apa yang membuat Luhan bersikap demikian padanya. Luhan tidak bercerita apapun padanya, dan hanya mengira Yifan, teman kecil Luhan dan juga orang yang tidak disukai Sehun, yang menjadi alasan mengapa Luhan demikian.
Luhan juga kecewa sebenarnya. Kenapa Sehun justru mengira Yifan lah yang membuatnya seperti ini?
Titik hitam dari kedua masalah tersebut melebar dan membuat lembaran putih milik Sehun dan Luhan menjadi keruh. Meski rumah tangga antara Sehun dan Luhan berjalan seperti rumah tangga pada umumnya setelah itu, hanya Luhan yang berusaha untuk baik-baik saja karena harus menyembunyikan fakta bahwa ia hamil karena apa yang Sehun lakukan padanya malam itu. Luhan mengetahuinya saat umur kehamilannya menginjak usia tiga bulan, sedikit terlambat memang, tapi Luhan merasa itu lebih baik dari pada Sehun lebih dahulu yang curiga padanya dan akhirnya mengetahui kehamilannya. Luhan takut Sehun memaksanya untuk menggugurkan kandungan sama seperti yang Sehun minta di perjanjian mereka. Luhan ingin melindungi bayinya, apapun yang terjadi.
Sementara itu, Tao yang merasa bersalah akhirnya memutuskan untuk menemui Sehun. Ia ingin Sehun kembali padanya. Tetapi saat itu Tao melihat Sehun sedang bersama dengan Luhan. Lelaki itu tertawa dengan Luhan, memperlakukan Luhan dengan manis, bahkan mencium Luhan. Tao benar-benar marah. Meski ia tahu kemarahannya bukanlah apa-apa di mata Sehun.
Tao memilih cara lain, yakni dengan membuat Luhan mengerti bahwa tidak seharusnya Sehun bersama perempuan itu. Sehun harus bersama dengannya, dengan Huang Zitao.
Siang itu Tao mendatangi kantor Sehun, sebenarnya berniat untuk menjelaskan semuanya pada Sehun. Tapi begitu menyadari bahwa Luhan juga datang ke kantor Sehun, akal sehat Tao berkabut. Tao mencium Sehun, tepat di depan Luhan, dan membuat Luhan salah paham. Sehun marah besar pada Tao, dan mengatakan bahwa ia tidak ingin berhubungan dengan Tao lagi. Semenjak saat itu, Tao sadar bahwa Sehun bukanlah miliknya lagi.
Beruntung Sehun dapat meluruskan kesalahpahaman itu dan Luhan mengerti.
Sementara itu, Luhan masih tetap menyembunyikan fakta bahwa dia hamil dari Sehun dengan baik. Sehun tidak tahu apa-apa soal itu sebab Luhan selalu memakai pakaian longgar demi menutupi perutnya yang semakin besar. Namun yang namanya kebohongan bukanlah perkara yang enteng. Luhan kesulitan sebenarnya. Selama hampir empat bulan lamanya ia menutup-nutupi fakta bahwa Sehun pernah melakukan hal itu padanya, pun hampir sebulan Luhan berbohong soal kehamilannya pada Sehun. Luhan tidak sanggup menanggung beban kebohongan itu sendirian. Jadi Luhan berusaha membagi bebannya pada seseorang yang ia percaya dan beruntung orang tersebut mau membantunya.
Orang itu adalah Wu Yifan, teman kecil Luhan, dan orang yang tidak disukai Sehun.
Awalnya ketika Luhan bercerita padanya, Yifan benar-benar terkejut. Yifan tidak tahu harus berkata apa karena cerita Luhan. Yifan tidak habis pikir, dan akhirnya ikut pusing. Tapi ia akan tetap membantu Luhan untuk melindungi kebohongan Luhan, melindungi calon anak yang tengah dikandung Luhan saat itu.
Tetapi, semakin lama kebohongan itu disimpan, bau busuknya akan tercium juga. Sehun akhirnya tahu setelah tanpa sengaja mendengar Luhan sedang berbicara dengan Yifan via telepon. Ia meminta Luhan untuk jujur padanya, tentu dengan perasaan marah yang begitu besar. Melihat Sehun menatapnya dengan tajam dan mendengar suara lelaki itu yang dalam dan berat, membuat Luhan juga ketakutan. Benar Luhan mengaku bahwa ia hamil. Tapi ia tidak berani mengaku bahwa yang menjadi ayah dari bayi yang dikandungnya adalah Oh Sehun.
"Ma-maaf, aku menyembunyikannya darimu." kata Luhan, masih dengan ketakutannya. Ia menunduk, takut menatap mata Sehun.
"Sejak kapan?" tanya Sehun cepat. Nadanya dingin dan menusuk. Makin menusuk dalam hingga membuat Luhan bergetar dalam cengkeraman Sehun. Luhan yang diam saja membuat Sehun tidak tahan untuk kembali bertanya, "Sudah berapa lama?"
Luhan menunduk. "Lima bulan." jawabnya pelan. Masih bergetar.
"Siapa ayahnya?"
Luhan menunduk lebih dalam. Setelah itu Sehun mendengar isak tangis Luhan yang membuat dadanya berdenyut nyeri. Cengkeramannya tiba-tiba menguat entah karena apa. Digoyangnya lengan perempuan itu dengan cukup keras, dan tanpa sadar, Sehun membentak.
"Siapa ayahnya?!"
"Jangan bentak aku!" balas Luhan dengan bentakan yang sama.
Sehun tercengang. Ia bisa melihat mata Luhan yang merah dengan pipi basah karena air mata. Dadanya semakin berdenyut nyeri, jantungnya seperti diremas oleh sarung tangan berduri. Sakit sekali.
Luhan tidak pernah membentaknya, dan ini yang pertama kali.
"Aku tanya, siapa ayahnya, Luhan." kata Sehun. Giginya terkatup lagi. Mencoba untuk mengendalikan amarahnya.
Luhan menatap Sehun makin berani. Perempuan itu menarik napas panjang, dan menjawab, kau ayahnya, Sehun... "Wu Yifan." dengan tekanan di tiap-tiap suku kata.
Jantung Sehun berhenti berdetak rasanya. Lengan Luhan lolos dari cengkeramannya kemudian. Ototnya melemas, dan bahunya semakin melorot ke bawah. Marahnya hilang sekejap, datang, lalu hilang, dan datang lagi, begitu berulang-ulang, sampai suara Luhan kembali terdengar.
"Kalau bayi yang ada di rahimku ini anakmu memangnya kenapa? Apa kau akan membunuhnya? Menuntutku menggugurkannya?"
Sehun membisu. Ia tidak tahu harus membalas apa karena melihat Luhan menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak tahu bahwa mendengar fakta itu begitu menyakitinya. Sehun tidak tahu mengapa dengan mengakunya Luhan, ia terlihat seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Sehun tidak tahu bahwa Luhan hamil, apalagi hamil anak dari orang yang tidak disukainya, hamil anaknya Yifan.
Sialan, Luhan. Apa yang sudah kau lakukan padaku?
"Kau ti..."
"Cukup!"
Hatinya terlanjur sakit. Kini Sehun tahu bahwa Luhan sudah berbohong padanya, tahu bahwa Luhan mendua, dan tahu bahwa...
"Berhentilah bicara, Luhan." Sehun berkata dengan penuh penekanan. Penekanan bahwa dia benar-benar kecewa. "Aku muak denganmu."
...Sehun jatuh cinta pada perempuan ini. Sehun kecewa.
Sehun yakin Luhan menangis lebih deras lagi karena kalimat terakhirnya. Sehun pergi dari sana tanpa mengatakan sepatah kata apa pun pada Luhan.
Dulu Sehun memilih Luhan karena Luhan adalah pilihan terakhirnya. Sampai sekarang pun Sehun tetap memilih Luhan karena perempuan itu terasa sangat berbeda, terasa seperti... "Ini aku, belahan jiwamu."
Tapi kenapa sekarang Luhan tidak memilihnya melainkan memilih laki-laki lain?
…
Semenjak pertengkaran mereka malam itu, baik Sehun maupun Luhan, enggan untuk membuka percakapan diantara mereka. Pikiran mereka masih berkecamuk, dan keduanya tidak ingin pertengkaran yang terjadi diantara mereka semakin besar dan membuat semuanya jadi rusak.
Tapi bukankah pertengkaran itu membuat hubungan mereka menjadi rusak?
Selama Sehun berada di Prancis karena urusan pekerjaan, Sehun lebih banyak melamun karena berpikir. Sebab meskipun Sehun kecewa pada Luhan, perempuan itu justru memenuhi pikirannya. Tentang kemungkinan besar mengapa Luhan berbohong padanya soal kehamilannya selama ini, kenapa Luhan tidak ingin jujur padanya meski ia sudah meminta perempuan itu untuk jujur soal apapun padanya, dan karena perjanjian konyol mereka yang sempat ia lupakan justru teringat kembali karena pengakuan Luhan. Sehun kecewa, benar-benar kecewa. Kecewa pada dirinya sendiri, dan kecewa pada Luhan.
Ternyata, perempuan yang ia pilih, perempuan yang kemudian dia cintai, justru memilih dan mencintai lelaki lain.
Hanya saja, Sehun tidak tahu bahwa Luhan melakukan kebohongan itu demi kebaikan bayi yang dikandungnya, demi bayi dari seorang Oh Sehun, bukan dari Wu Yifan.
Sementara Sehun berada di Prancis, Luhan gelisah sendiri di Korea. Luhan merindukan Sehun, mencemaskan lelaki itu, mencemaskan hubungan mereka berdua. Jika sebelum pertengkaran itu terjadi Sehun selalu memeluknya dalam tidur, Sehun selalu mengusap punggungnya, dan membuatnya merasa hangat dan nyaman, setelah pertengkaran itu Luhan merasa Sehun membawa seluruh kebahagiaanya. Sehun sama sekali tidak menghubunginya, tidak memberinya kabar, dan Luhan pun tidak menagih kabar. Luhan yakin Sehun sedang memikirkan hubungan mereka di sana dan memikirkan kebohongan yang Luhan ciptakan selama ini. Luhan maklum Sehun juga butuh waktu sendiri.
Lelaki itu berpikir macam-macam, tentang kemungkinan apa saja yang membuat Luhan akhirnya jatuh ke tangan Yifan, dan mengapa pula Yifan terus mengganggu kehidupan cintanya?
Sehun marah pada Yifan. Sehun benar-benar marah. Ingin rasanya dia menghampiri Yifan dan membunuhnya pada saat itu juga. Tapi Sehun tidak tahu apakah keinginannya itu benar atau justru membuat Luhan semakin terpuruk karenanya. Sehun tidak tahu dan merasa bimbang seketika.
Dua minggu berada di Prancis, Sehun menghabiskan waktunya untuk berpikir. Pun selama dia berada di Prancis, Sehun menyembuhkan diri, berusaha untuk menata diri jika nanti dia bertemu dengan Luhan. Jujur, tidak mengabari perempuan itu dan tidak menghubunginya sama sekali selama dua minggu membuat Sehun merindu. Kalau dia sampai di rumah nanti, Sehun ingin memeluk Luhan dengan erat. Tidak peduli fakta (baca: yang ia ketahui) bahwa anak yang sedang dikandung Luhan adalah anak dari Wu Yifan.
Namun begitu sampai di rumah, Sehun tidak menemukan siapa-siapa. Luhan tidak ada di sana. Awalnya Sehun berpikir kalau Luhan masih berada di rumah Ibunya mengingat perempuan itu tidak bisa sendirian di rumah. Jadi Sehun menunggu.
Tapi Luhan tetap saja tidak datang besok, esoknya, dan esoknya lagi. Luhan tidak pulang.
Tentu Sehun kalut karena Luhan tidak pulang ke rumah. Sehun mencarinya kemana-mana namun Luhan tidak juga didapatinya. Sehun sempat bertanya pada Kyungsoo, temannya Luhan. Namun Kyungsoo juga tidak tahu di mana keberadaan Luhan. Sehun terus mencari. Tetapi tragisnya, Luhan benar-benar hilang, tidak meninggalkan jejak apapun untuk Sehun.
Sebenarnya, Kyungsoo tahu keberadaan Luhan. Hanya saja Luhan memintanya untuk merahasiakannya dari siapapun, termasuk Sehun. Jadi Kyungsoo menjawab, "Tidak. Aku tidak tahu." Sebagai jawaban atas pertanyaan Sehun.
Luhan berada di Cina, menghabiskan waktu bersama keluarganya, dan... Tidak. Kyungsoo salah. Yang benar, Luhan itu berada di rumah Yifan yang ada di Korea. Perempuan bermata bulat itu baru mengetahui keberadaan Luhan yang sebenarnya ketika ia diminta Yixing, teman SMA-nya dulu, untuk bertemu di rumahnya Yifan. Kyungsoo menemukan Luhan di rumah bernuansa klasik tersebut.
"Kau bilang kau ingin ke Cina, ingin tinggal untuk sementara bersama saudara-saudaramu di sana. Lalu kenapa kau sekarang berada di sini?" tanya Kyungsoo pada Luhan yang duduk di sebelahnya.
"Sudah aku bilang, Kyungsoo. Aku tidak ingin jauh dari Sehun." Jawab Luhan pelan.
"Sudah tahu begitu lalu kenapa dulu kau bilang padaku kalau kau ingin pergi ke Cina?"
Luhan menghela napas, lalu menunduk. "Aku takut terlalu rindu pada Sehun." jawabnya, membuat Kyungsoo ikut-ikutan menghela napas dengan jengah.
"Lalu kenapa tidak pulang?" tanya Kyungsoo. Luhan menggeleng lagi. Tidak memberi alasan yang jelas.
Kyungsoo berdecak. "Sebulan yang lalu aku bertemu dengan Sehun." katanya, membuat Luhan mendongak menatapnya. "Dia bertanya padaku, kau dimana, dan aku menjawab tidak tahu. Sesuai apa yang kau minta, aku tidak akan memberitahu Sehun keberadaanmu kalau kau ada di Cina."
Ya. Memang beberapa hari sebelum Sehun pulang dari Prancis, Luhan datang lagi ke rumah Kyungsoo. Luhan bilang kalau dia ingin sekali pergi ke Cina dan tinggal untuk sementara di sana bersama saudara-saudaranya. Selain itu, Luhan juga meminta Kyungsoo untuk tidak memberitahu keberadaannya kalau seandainya Sehun bertanya.
"Aku yakin kalau Sehun merasa bersalah padamu, Luhan." Lanjut Kyungsoo. Ia ingat bagaimana ekspresi Sehun ketika mendapat jawaban aku tidak tahu Luhan ada dimana dari Kyungsoo sebulan yang lalu di kafe.
Sehun kelihatan kecewa, sedih, lelah, semuanya campur aduk.
Luhan menggeleng tidak setuju. "Dia kecewa padaku. Bukan bersalah."
"Kalau kecewa kenapa dia bertanya padaku "di mana Luhan?" dan kelihatan frustasi?"
Luhan tidak menjawab lagi. Ia tercenung, bungkam.
"Astaga, Nyonya besar Oh! Sejak kapan kau jadi paranoid begini? Apa ini semua karena efek dari kehamilanmu? Aku khawatir semua kecemasanmu pada anggapan bahwa Sehun akan blablabla kalau tahu aku hamil akan berpengaruh pada bayimu." Kyungsoo meremas udara dengan gemas.
Luhan berdecak jengkel kemudian. "Kyungsoo, sulit rasanya untuk jujur. Dengan perjanjian macam itu, rasanya benar-benar sulit. Aku tidak mengerti kenapa aku harus menghindari Sehun untuk sementara. Aku benar-benar tidak tahu! Aku hanya mengikuti kata hati kecilku saja untuk tidak dekat-dekat dengan Sehun dulu. Akan buruk kalau dia tahu. Apalagi sekarang aku melibatkan Yifan di masalah ini. Aku ceroboh. Aku... Aku..."
Kyungsoo menurunkan tangannya, lalu menghembuskan napas dengan pelan ketika melihat Luhan menangis dalam kalimatnya yang putus-putus.
Kyungsoo mengerti kalau seandainya dia jadi Luhan. Dia juga akan takut sama seperti Luhan karena perjanjian yang dibuat sebelumnya. Tapi menurutnya, masalah ini bisa diselesaikan dengan cara baik-baik. Kyungsoo tahu kalau dua orang ini sama-sama tidak peka; padahal mereka saling sayang dan saling memperhatikan. Dengan penyelesaian masalah yang baik-baik, semuanya akan beres.
Tapi mungkin berkata semacam itu akan membuat Luhan makin tertekan. Maka Kyungsoo memilih untuk menutup mulut. Ia menarik Luhan untuk masuk ke dalam pelukannya kemudian.
…
Next: 00. Intermezzo (Bagian 2)
Yah Akhirnya aku milih buat kasih intermezzo ini daripada nanti kalian yang belum baca Howler atau mungkin yang udah lupa ceritanya gimana pada kebingungan kalau baca cerita Universe ini. Sebab cerita ini masih ada kaitannya sama Howler. Bahkan konfliknya nanti bakal ada hubungannya sama cerita yang ada di Howler.
Jangan cari Howler di akunku, ya. Ceritanya udah aku hapus. :)
Intermezzo ini kubagi jadi dua bagian ya. Karena isinya kebanyakan narasi, aku ngga mungkin ngerangkum 25 chapters dari Howler jadi satu bagian intermezzo. Aku aja yang nulis udah capek baca ulang, apalagi kalian, hehe Tapi yang bagian percakapan itu emang aku ambil langsung dari Howler, sih. Meskipun udah kuedit juga.
Nantikan intermezzo bagian keduanya, ya! See you!
btw, sorry for typo(s) :)