BEGIN OF THE STIGMA
By
Ellden-K
Bab 01
Saat itu, Taehyung kecil baru pulang sekolah ketika ia mendapati rumahnya dalam keadaan kosong. Meski ia sudah tahu jika dirumah tidak ada siapapun karena ukuran diameter ruangan dengan tiga kamar tersebut sangatlah sederhana, Taehyung tetap mencari ayah ibu dan kakaknya.
Ketika sampai didapur ia nampak kebingungan, ada sup rumput laut yang sepertinya sedang dihangatkan diatas kompor yang sudah mati. Taehyung menghampirinya dan sedikit menjinjit untuk mengecek apakah sup tersebut masih hangat atau panas.
Bisa saja keluarganya pergi hanya beberapa saat yang lalu. Kemudian, ujung jarinya merasakan sensasi hangat menuju dingin ketika ia menyentuh sisi panci.
Sepertinya, mereka pergi sejak tadi.
Taehyung pun beranjak dari tempatnya dan ketika sampai diruang tengah yang dipergunakan sekaligus untuk menerima tamu juga menonton televisi, seseorang nampak membuka pintu dan memanggil namanya.
"Taehyung?! Oh, syukurlah tepat waktu! Apa kau sudah pulang sejak tadi?" Seorang pemuda enam belas tahun yang memiliki bibir serta hidung yang sama dengannya menyongsong Taehyung dengan rangkulan pada kedua sisi pundaknya. Kemudian sang adik menggeleng sebagai jawaban.
"Aku baru saja pulang, Hyung dimana ayah dan ibu?"
"Mereka dirumah sakit, maaf ya, Hyung sampai lupa denganmu. Kami semua panik." Katanya dengan raut wajah bersungguh-sungguh, Taehyung mengangguk-anggukan kepalanya, lalu sang kakak melanjutkan kalimat. "Kami panik karena ibu akan melahirkan. Kita akan punya adik baru, Tae."
Mimik muka yang tadinya kelihatan panik kini berubah menjadi segaris wajah bahagia ketika ia menceritakan bahwa mereka akan mendapatkan anggota keluarga baru.
Taehyung memekik, ia tertawa senang untuk berita tersebut. Tubuh mungil itu meloncat-loncat dengan tas ransel dipunggungnya.
"Hyung! Ayo cepat ke rumah sakit! Aku ingin melihat adik kecil kita!"
Melihat itu, yang paling tua hanya dapat terkikih geli, lalu ia pun mengangguk dan beranjak dari sana. Membawa Taehyung untuk menemui calon adik mereka.
.
.
.
Ketika sampai dirumah sakit, Taesung -begitulah ayahnya biasa memanggil- menuntun Taehyung menuju ruangan dimana ibunya melahirkan. Berjalan sedikit tergesa-gesa, dengan genggaman tangan saling berpegangan erat. Keduanya menyusuri lorong sembari mencari-cari keberadaan sang ayah.
"Hyung, apa adik kita sudah lahir sekarang?"
Taesung menoleh, ia tersenyum kecil kearah Taehyung.
"Hyung tidak tahu, tapi ini sudah cukup lama. Apa kau sudah tidak sabar?"
Si kecil mengangguk antusias. "Ya! Aku tidak sabar untuk melihat adik bayi! Eh- Hyung, itu ayah." Taehyung menunjuk pria jangkung yang tengah berbicara dengan seorang dokter. Raut wajahnya kelihatan sendu.
Taesung ikut menoleh.
"Aya-"
"Taehyung-ah, tunggu dulu.." Tiba-tiba sang kakak menahan Taehyung untuk tetap ditempat, melihat obrolan yang nampak penting itu ia pun mengurangi laju langkahnya.
"Kenapa Hyung?"
Taesung menggeleng, ia terus memperhatikan ayahnya yang kelihatan menahan tangis.
Sang dokter memegang pundak Jaehyung guna menguatkannya, namun pria paruh baya tersebut tetap berdegup dalam tangisan kecilnya.
Ketika dokter tadi sudah pergi, Taesung pun memutuskan untuk mendekati sang ayah dengan langkah gontai. Hampir seratus persen ragu untuk berjalan, namun ia tetap melakukannya. Sembari membawa Taehyung yang kebingungan disampingnya, Taesung kemudian berbisik.
"Taehyung-ah, apapun yang terjadi.. Jangan menangis okay? Ingat apa yang Hyung ajarkan dulu? Anak laki-laki tidak boleh menangis, ya?"
Raut ceria di wajah Taehyung tergantikan dengan mimik bingung yang hampir tak terbaca, ia menghapus senyuman kotak itu dari wajahnya dan mengedip kaku.
"Kenapa?" Suaranya mengecil, kemudian ia kembali melirik siluet sang ayah yang nampak menyandarkan punggungnya pada dinding dan merengut pilu.
"Cukup turuti Hyung saja, okay? Sekarang ayo kita peluk ayah."
Taehyung bukan benar-benar anak kecil yang sama sekali tidak bisa membaca suasana, ia akan berumur delapan tahun desember nanti. Maka dari itu ia pun mengangguk untuk memberikan Hyung nya jawaban, kemudian Taesung membalas dengan senyum sendu khas seorang kakak laki-laki.
Keduanya terus melangkah, semakin mendekati ayah yang kini telah menghapus air mata setelah melihat para putra kesayangannya menyongsong dengan pelukan.
Taesung merangkul bahu ayahnya, sedangkan Taehyung memeluk dibagian pinggul.
"Ayah, apa yang terjadi?" Itu Taesung, meski suaranya terdengar tegar dan kuat, ia tetap menduga beberapa hal yang tidak baik. Namun, ayolah, dia masih enam belas tahun, tetap terdapat gemetar didalam hatinya.
Tetapi Jaehyung terus memeluk kedua putranya dengan penuh kasih, mengusap kepala Taehyung dan menguatkan Taesung dengan tepukan dipunggungnya.
"Ibu meninggal." Bisikan lirih itu menyakiti hati keduanya, membuat Taehyung merengut pilu dengan bibir mengerucut penuh kesedihan. Bersiap-siap untuk menumpahkan tangisan. Sedangkan Taesung, tatapannya kosong tak terbaca. "Ia meninggal setelah melahirkan adik kalian."
.
.
.
Pikirannya yang masih terbatas membuat Taehyung mesti berpikir tentang, apakah ia harus membenci malaikat kecil yang kini tengah terlelap sembari menggenggam jari telunjuknya atau tidak. Ia mengira karena bayi inilah ibunya tiada, dan bahkan tak sempat mengucapkan kata terakhir untuk Taehyung.
Namun emosi kekanakannya terhapuskan ketika sang ayah dengan tegar dan penuh kebijaksanaan mengatakan hal yang seketika mampu mengubah cara pandangnya terhadap adik baru mereka. Juga mengubah cara pandangnya terhadap Taesung, sang kakak.
"Ayah, aku tidak menyukainya. Aku tidak ingin adik bayi lagi. Dia sudah membuat ibu pergi dari sini." Itu yang Taehyung ucapkan ketika ia pertama kali melihat sesosok mungil terbalut selimut bayi nan hangat dalam gendongan sang ayah.
Jaehyung hanya mampu tersenyum sendu, ia mengusap pipi Taehyung dengan tangannya yang lebar kemudian membawa bocah kecil itu untuk ikut terduduk disampingnya.
"Tidak, Taehyung salah.." Katanya. "Dia bahkan tidak tahu apa-apa.. Seharusnya kita menyayanginya, karena ibu saja berkorban untuk membawanya dengan selamat ke dunia."
Taehyung berkedip menatap ayahnya, kemudian ia pun merengut lucu.
"Benarkah?"
"Ya, dia sangat berharga sampai ibu rela mengorbankan hidupnya."
"Kenapa begitu?"
Jaehyung kembali tersenyum, kemudian berbisik.
"Karena dia adik Taehyung dan Taesung. Anak ayah dan ibu. Maka dari itu, kita harus melindunginya, sama seperti ayah dan ibu melindungi kalian berdua." Jaehyung mendongak untuk melihat Taesung yang baru saja keluar dari kamar, sedikit banyak mendengarkan perkataan sang ayah yang sangat menyentuh hatinya.
Taesung merengut sedih, ia menautkan kedua alis tebalnya dan menatap lantai untuk sesaat. Kemudian Jaehyung mengintruksinya untuk mendekat.
Setelah Taesung terduduk tepat disamping Taehyung, sang ayah kemudian bertanya.
"Kau tidak membencinya bukan, Taesung?"
Si anak sulung menggeleng kaku, sekilas menatap wajah tanpa dosa yang terlelap dipangkuan ayahnya. Kemudian terbatuk sembari menutup mulutnya, sang ayah pun terkesiap sembari menimang bayi kecil ditangannya.
"Apakah kau sudah meminum obatnya?"
"Ne, uhuk! Uhuk!" Ia pun bangkit, dengan tangan yang masih menutupi mulut lalu tiba-tiba berhenti ketika ia berbalik untuk kembali pergi ke kamarnya.
Taesung merasakan cairan kental berbau besi yang keluar dari mulutnya, berasal dari rasa nyeri didada dan saat ia menjauhkan tangannya, darah itu sudah menggenang disana. Berikut membasahi dagu dan bibir pula.
"Taesung-ah, kau tidak apa-apa?" Jaehyung terdengar khawatir.
Kemudian tanpa disuruh, Taehyung pun bangkit dan menyusul Hyungnya.
"Ayah! Hyung berdarah!"
.
.
.
Kini Taehyung tidak membencinya, adik kecil yang mereka panggil dengan nama Taegyun itu masih tetap menggenggam telunjuk ramping sang kakak. Mengedipkan matanya yang bulat setelah ia terbangun dari tidur siangnya.
Dia tidak rewel, meski saat ini mereka sedang berada di ruang tunggu akibat peraturan rumah sakit yang melarang anak kecil untuk masuk.
Taehyung pun menggoyangkan keranjang bayi tempat Taegyun terbaring ketika si bungsu mulai menggeliat tidak nyaman. Merengek sembari menggerak-gerakan kakinya.
Melihat itu Taehyung segera mengelus pipinya, kemudian sang adik kecil menanggapi dengan membuka mulut dan menjulurkan lidah. Seperti mencari-cari sesuatu, ia hampir saja mendapatkan jari Taehyung untuk dikulum karena sang kakak telah terlebih dahulu menarik diri. Nampaknya, si kecil kita sedang lapar.
Tapi, apa yang harus Taehyung lakukan?
"Apa Taegyun lapar? Aduh, hyung tidak tahu dimana botol susunya."
Bocah kecil itu mengedarkan pandangannya kesegala arah, berharap sang ayah akan segera datang untuk ia pintai pertolongan. Namun nyatanya Jaehyung baru saja pergi beberapa menit lalu, mana mungkin ia akan kembali secepat itu?
Tak mendapatkan solusi lain, akhirnya Taehyung pun bangkit dari acara duduk santai bersama Taegyun lalu berjalan menghampiri seorang resepsionis dan menjinjit ketika meja penerima tamu itu ternyata terlalu tinggi.
"Uh, maaf noona.."
Mendengar suara kecil beserta sosok imut yang kini tengah mati-matian berjinjit sembari bertumpu pada ujung meja, membuat seorang wanita yang sejak tadi sibuk dengan komputernya mengalihkan atensi kepada Taehyung.
"Ya? Ada yang bisa dibantu, adik manis?" Tanya nya sopan dan sedikit dilembutkan. Kemudian ia semakin memajukan tubuhnya kedepan untuk melihat Taehyung dengan lebih jelas. Bocah itu mendesah lega, lalu kembali pada posisi berdirinya tanpa menjinjit.
"Itu, adikku sedang lapar. Apa noona bisa membantuku untuk membeli susu?" Katanya sembari merogoh kantung celana jeans setengah lututnya. "Ayahku menitipkan uang, tapi aku tidak tahu dimana membelinya."
"Berapa umur adikmu?"
"Uh, kata ayah umurnya baru tiga bulan."
Wanita resepsionis itu pun tersenyum kemudian ia memanggilkan seorang office girl untuk membantu Taehyung membeli susu.
"Nah, kau tunggu saja disini ya, biar noona saja yang membelikan susunya." Kata gadis yang baru datang itu kepada Taehyung. "Boleh aku menerima uangnya sekarang?"
Lanjutnya sembari tersenyum manis, kemudian Taehyung mengeluarkan beberapa lembar won dari dalam kantung celananya.
"Baiklah, jaga adikmu baik-baik ya.."
Taehyung mengangguk dan sekaligus membungkuk berterima kasih.
"Ne, terima kasih noona dan- oh ya!" Sang noona baik hati pun menghentikan langkahnya dengan sedikit kerutan di alis.
"Ada yang lain?"
"Iya, kata ayah Taegyun alergi susu sapi."
Sungguh pintar.
Kau kakak yang baik Taehyung.
.
.
.
Taegyun tidak berhenti merengek karena perutnya yang terus bergemuruh dan dengan terpaksa Taehyung harus terus menerus menggoyangkan keranjang bayi guna menenangkannya.
Kim bersaudara itu menjadi perhatian untuk beberapa orang yang tidak sengaja lewat, namun hampir semuanya hanya berlalu dan mengabaikan Taehyung yang kebingungan untuk membuat adiknya diam.
"Tunggu sebentar lagi ya, susunya akan segera datang kok.. Jangan sedih, noona cantik sedang membeli susu untuk Taegyun."
Beberapa meter didepan, sang noona resepsionis tadi nampak sesekali melirik Taehyung beserta adiknya, namun ia tidak bisa beranjak kemana-mana karena tuntutan pekerjaan yang mesti ia tangani terlebih dahulu. Apalagi dengan beberapa orang yang mengantri jasanya disana.
Ia tak bisa berbuat lebih banyak untuk membantu Taehyung, ya, sayangnya.
Setelah belasan menit yang hampir membuat rengekan Taegyun menjadi tangisan kencang, seorang noona yang tadi berniat membelikan susu untuk Taehyung datang dengan tanpa membawa apa-apa.
"Oh, bagaimana ini.." Katanya sembari menatap sedih kearah Taehyung dan Taegyun. "Aku tidak menemukan susu formula yang berbahan dasar soya disini. Adikmu tidak bisa meminum susu sapi kan?"
Mendengar itu, Taehyung kontan terkesiap.
"Tidak ada? Jadi, bagaimana? Taegyun sudah sangat lapar." Ucapnya sembari terus mengelus perut sang adik.
Sang noona mengigit bibir kebingungan, ia segera mengembalikan uang yang Taehyung berikan kemudian berujar.
"Tunggu disini ya, biar noona mencari jalan keluarnya dulu."
Namun, belum sempat ia pergi untuk mencari bantuan, tiba-tiba seorang wanita muda nampak mengintrupsi mereka.
"Maaf, bolehkah aku tahu apa yang sedang terjadi disini?" Katanya dengan nada ramah yang tidak dibuat-buat, wajahnya cantik penuh perhatian, dan matanya melembut ketika melihat Taegyun yang mulai terisak dan merengek keras.
"Adikku lapar, dan dia tidak bisa meminum susu sapi." Ungkap Taehyung dengan wajah sedihnya, ia berusaha untuk terus menenangkan sang adik, mengelus perutnya, menepuk pahanya dan bahkan memancing agar tangisannya berhenti dengan membiarkan Taegyun mengulum punggung jarinya.
"Namaku Kim Seokjin, dan sepertinya aku bisa membantu.."
.
.
.
Taehyung tidak bisa berhenti berterima kasih, ia terus membungkuk dan berceloteh khas anak kecil. Sembari terduduk disebuah ruang istirahat para staff kebersihan bersama seorang wanita muda yang mengaku sebagai Kim Seokjin tadi, kini Taehyung mampu mendesah lega ketika Taegyun sudah berhenti menangis dan malah terlelap nyaman dengan mulut yang terus memindahkan air susu segar kedalam perutnya.
Seokjin memangku bayi kecil itu dalam gendongannya, sesekali mengelus puncak kepala plontos yang kini tertutupi beannie lucu berwarna hijau dan putih.
Ia tersenyum melihat pemandangan yang -mungkin- hampir tak akan pernah ia alami dalam jangka waktu dekat ini. Ya, menyusui seorang bayi laki-laki tampan yang amat menggemaskan. Seokjin hampir memecahkan lapisan kristal bening dari matanya ketika Taegyun pertama kali makan dari tubuhnya.
Menghisap dengan penuh antusias dan rasa lapar.
Tangan mungilya bergerak-gerak, lalu kemudian menangkup sumber makanannya seakan seseorang hendak melepaskan itu dari mulut kecilnya.
"Kalian sangat lucu, siapa namamu nak?" Seokjin tersenyum dengan wajah cantiknya, kemudian menatap Taehyung yang kini tengah mengelus pipi gembil Taegyun pelan-pelan.
"Aku, Kim Taehyung dan adikku Kim Taegyun." Katanya dengan sedikit malu-malu.
"Kenapa hanya sendirian diruang tunggu? Dimana orang tua kalian?"
"Uh, kata ayah, ibu sudah ada di surga." Ucapnya sembari mengerucutkan bibir, ia melakukannya untuk menahan rasa sedih yang tiba-tiba datang. "Sekarang ayah sedang menjenguk Hyung kami, makanya aku disuruh menunggu."
Sebenarnya Seokjin sudah ingin marah-marah kepada orang yang tega meninggalkan anak-anaknya sendirian diruang tunggu, apalagi salah satu diantara mereka masih bayi yang baru berumur tiga bulan. Namun setelah mendengar cerita dari Taehyung, ia pun mengurungkan niatnya untuk berceloteh tentang teledornya ayah mereka.
"Sayang sekali, seharusnya ayah kalian tidak melakukan itu. Kasihan adikmu, dia sudah sangat kelaparan." Seokjin berujar sembari mengelus kening Taegyun hingga bayi itu mengernyit dan kembali menyusu, mulutnya bergerak-gerak lucu dengan kedua mata terpejam erat.
"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa kok, tapi mungkin karena hari ini aku lupa dengan botol susunya, Taegyun jadi merengek." Kata Taehyung dengan penuh rasa penyesalan. Ia kemudian melanjutkan. "Tapi, aku tidak tahu didalam situ bisa keluar air susu, apa dadaku bisa keluar air susu juga? Jika iya, ayah tidak perlu membeli susu lagi kalau begitu."
Seokjin hampir tergelak begitu kencang jika saja ia tidak segera meredamnya, wajah tanpa dosa dengan raut berpikir itu membuat ia terkikih geli saat melihatnya. Taehyung benar-benar polos dan tidak terduga, namun ia tetap memaklumi itu karena sejatinya bocah tersebut hanyalah seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa.
"Bukan seperti itu, Taehyung-ah.." Ia kembali tersenyum. "Kau harus punya bayimu sendiri untuk bisa mengeluarkan air susu."
"Begitu ya? Berarti, noona punya bayi sendiri?"
Pertanyaan polos itu menenggelamkan senyum cerah diwajah Seokjin, namun sisi bibir yang terangkat dengan lembut sama sekali tak menghilang dari wajahnya.
"Dimana bayimu noona?"
Kini Taegyun sudah terlelap dan hampir melepaskan kulumannya pada sumber makanan alami dari Seokjin. Merasa tak ada tarikan lagi di dadanya, ia pun segera membenahi diri dan melanjutkan menimang Taegyun yang hampir kembali terbangun.
"Bayiku berada ditempat yang sama seperti ibumu, Taehyung."
Seketika itu, ia menyesal telah bertanya.
.
.
.
TBC~
New ff nih XD lagi pengen bikin genre yang sedikit beda XD gimana?
Ell belum mau up ff yang berbau rated-m dulu, karena ada sedikit pertimbangan yang mesti diambil, meski hampir semua orang menyukai adegan dewasa /emot mesum
Meskipun begitu, jangan lupa feedback nya :"
Iloveyouall:*