Another Day With Baekhyun

A fanfic by Presiousca

.

e)(o

Chanyeol x Baekhyun

M

.

Mister

.

...

Byun Baekhyun, kau tidak boleh lari.

Aku sendirian di sini dan kau malah bersiap untuk debut.

Kau tidak bisa melakukan ini padaku! Kau harus kembali!

Jika tidak, dia akan jadi bom waktu untukmu! Aku bersumpah-

"Sudah-sudah. Jangan lanjutkan," Baekhyun memejamkan mata menahan pening.

Tak mau lagi mendengar kelanjutan surat itu karena isinya lebih terdengar seperti siulan malaikat maut. Sehun meremat surat itu dan langsung melemparkannya ke tong sampah bak pebasket handal. Tak cukup membuat Baekhyun terkesan karena bukan itu hal terpenting sekarang.

"Kau mau melakukan apa, Baek? Dua minggu lagi agensi akan memperkenalkanmu sebagai aktor baru kita. Dan lihat? Sepertinya kau tidak akan pernah debut selama wanita ini masih hidup," ceramah Sehun disambut decihan tak suka oleh Baekhyun.

Tanpa harus lelaki berwajah datar itu beritahu-pun, Baekhyun pasti sudah hapal jadwal debutnya sendiri bak memahami punggung tangan. Calon aktor itu berjalan mondar-mandir sambil berpikir dalam.

Wanita itu, yang notabene tak begitu Baekhyun kenal datang setelah hampir setahun tak bertemu. Menyapa Baekhyun dengan sebuah surat berisi ancaman yang membuat kepalanya mau meledak. Kalau sampai seluruh penjuru Korea tahu apa yang telah dia lakukan, hidup kelam adalah tempat pemberhentian selanjutnya.

"Kita asingkan dia ke luar negeri saja? Bagaimana?" tanya Baekhyun penuh harap.

Sehun bangkit dari sofa, menghampiri calon artis yang akan dia manajeri besok setelah debut dengan malas, "kita? Kau sendiri saja. Aku tak mau ikut campur masalahmu."

Pemuda itu melotot tak percaya, "TAPI KAU CALON MANAJERKU! KAU JUGA ADA DISANA SAAT KEJADIAN BODOH ITU MENIMPAKU!" Baekhyun memekik. Sudah tak bisa menahan emosinya setelah mendengar aksi lepas tangan Sehun.

Si brengsek ini mencoba membuangnya sendiri bersama masalah yang dulu mereka ciptakan dan itu sangat tidak adil. Benar-benar tidak adil karena hanya Baekhyun yang akan dirugikan di sini.

"Kalau kau batal debut, masih banyak calon artis yang bisa ku urus," Sehun dengan santai berjalan keluar dari flat sederhana Baekhyun.

Meninggalkan pemuda malang itu bersama airmatanya yang sudah menumpuk di kelopak mata. Satu tetes jatuh ke pipi saat angannya membayangkan semua gemerlap debut itu hilang begitu saja. Usahanya selama dua tahun belakangan untuk belajar akting juga akan sia-sia.

Baekhyun menangis sendiri di flatnya dengan pikiran kalut.

Karir yang sudah lama dia impikan itu, sudah hampir berada di genggaman. Siapa pula wanita ini tiba-tiba datang dan hendak menghancurkannya? Jangan pikir Baekhyun akan diam saja.

Dia harus debut. Baekhyun harus tetap debut.

Pemuda itu mengambil ponselnya. Mengetikkan nama seorang teman yang katanya, baru saja keluar dari penjara setelah tiga tahun ditahan karena kasus pembunuhan berencana.

Calling Kim Jongin...

Baekhyun menunggu dalam kalut. Pikirannya sudah kacau dengan semua hal yang berbau kegagalan dan itu membuatnya tak mampu berpikir jernih.

"Halo?"

Pemuda itu terkesiap, "halo Jongin?"

"Siapa ini?"

"Ini aku, Baekhyun! Halo? Aku sedang tak punya banyak waktu! Aku benar-benar butuh bantuanmu sekarang."

"Bantuan yang seperti apa?"

"Kau...masih bekerja seperti dulu?"

"Aku berhenti. Pekerjaan seperti itu bukan tipeku."

"Tapi Jongin aku butuh bantuanmu!"

Temannya di ujung sambungan terdiam sebentar, "Kau mau melenyapkan seseorang?"

Pertanyaan itu terdengar merambati telinga. Mengirim sinyal aneh ke hatinya bermaksud memperingati bahwa niatan Baekhyun ini salah. Tapi pemuda ini mengabaikan nurani dan kembali mendewakan debutnya.

"Aku tidak bisa melakukannya, tapi aku tahu seseorang. Akan kuberikan nomornya padamu tapi jangan katakan kalau aku yang menyebarkannya, oke?"

"Oke!" jawab Baekhyun sambil mengangguk berulang kali.

"Semoga nomornya masih sama. Kapan-kapan kau harus mentraktirku, Baek."

Sambungan diputus. Baekhyun menggenggam ponselnya ketat. Menatap layar gelap itu penuh harap sampai sebutir keringat mengalir turun merambati dahi. Membuktikan betapa paniknya dia sekarang karena tak ada seorangpun yang mau membantunya lari dari masalah ini.

Sampai tiba-tiba sebuah pesan datang menyalakan layar ponselnya.

from Kim Jongin

+0441 787xxxx

Tak mau buang waktu, pemuda kalut itu langsung memanggil nomor yang Jongin kirimkan. Sejenak, degub jantungnya sendiri terdengar menggema di telinga. Menghantui batinnya yang terlalu takut kehilangan kesempatan untuk debut.

Sampai tiba-tiba, nada sambung itu berganti jadi sunyi senyap. Baekhyun dengan begitu takut berucap menyapa, "ha...halo?"

"Halo?"

Suara bass itu menyapa telinga Baekhyun. Nuansanya serak, berat dan begitu memenuhi pendengaran.

"Aku ingin kau membunuh seseorang untukku!" ucap Baekhyun tak lagi berbasa-basi.

Pemuda itu menggigit jari, mondar-mandir sembari menunggu lelaki di seberang menjawabnya. Bagaimanapun juga, mengobrol dengan seorang pembunuh bayaran begini adalah pengalaman pertama. Salah sedikit, dia bisa saja kehilangan si calon pahlawan.

"Berapa bayarannya?"

Baekhyun mendengus sebal, "aku tidak tahu berapa standarmu."

"Tinggi."

Lagi, pemuda itu mendengus sebal, "baik, baik. Tapi aku hanya punya nama dan foto semasa sekolahnya saja. Apa itu cukup?"

"Lebih dari cukup."

Bagus. Laki-laki ini kedengarannya sudah profesional dalam bidangnya. Mungkin juga, itu sebab kenapa Jongin langsung memberikan nomor lelaki ini tanpa pikir dua kali. Baekhyun sedikit dibuat lega.

"Oke. Bagaimana aku harus memberikan uang dan fotonya? Kau akan datang ke rumahku atau-"

"Perpustakan Myungsei. Lantai 2, rak Science. Selipkan itu di buku berjudul Epic Saxtorologyc."

Cara yang unik, pikir Baekhyun. Jadi mereka tak perlu bertatap muka dan biarkan lelaki ini bekerja dengan caranya sendiri. Semakin cepat pria ini melakukan tugasnya, semakin cepat pula Baekhyun bisa mendapatkan tidur nyenyak.

"Oke. Jadi, besok jam sepuluh pagi di perpustakaan Myungsei," putus Baekhyun dengan mantap.

Semantap niatan Baekhyun untuk memberikan kelangsungan hidupnya kepada pria tukang bunuh yang bahkan tak dia tahu siapa namanya. Ragu untuk bertanya, tapi akhirnya dia lakukan juga.

"Oh ya ngomong-ngomong, siapa namamu? Aku belum-"

Dan sambungan langsung diputus secara sepihak. Baekhyun memejamkan mata menahan emosi. Kalau saja lelaki ini bukan seorang pembunuh bayaran, pasti sudah dia maki dengan ribuan kata kasar.

"Sialan!"

Tapi lupakan saja. Toh, satu masalah terbesar Baekhyun akan segera pria itu bereskan. Baekhyun menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.

Satu malam telah berlalu, dengan dirinya yang baru saja membuat kesepakatan bersama seorang pembunuh bayaran. Betapa gilanya Baekhyun.

.

e)(o

.

Perpustakaan Myungsei sedang sepi saat Baekhyun mengembalikan kembali buku tebal sains yang tadi dia ambil.

Setelah memasukan amlop uang dan foto, pemuda itu rapat membenarkan masker dan topinya, turun kembali ke lantai dasar agar bisa segera pulang. Meninggalkan buku Epic Saxtorologyc yang kini sudah berada di tangan seorang yang lain.

Pria itu membuka buku yang sudah dia lubangi halaman tengahnya agar bisa digunakan sebagai tempat menaruh uang. Sebuah foto terselip di sana. Jemari besar itu mengambilnya, membalik foto gadis berseragam sekolah menengah itu.

"Han Soorim," suara beratnya menggumam, menyebut nama yang tertulis.

Nama korban selanjutnya tertulis di sana.

.

e)(o

.

Bagi kebanyakan orang, membunuh adalah sebuah kejahatan yang tidak bisa diampuni.

Sebagian kecil menjadikannya pekerjaan dan beberapa orang aneh menjadikannya hobi. Katakanlah mereka yang menjadikan sebagai hobi adalah para psikopat. Tak masalah. Toh pria ini memang menggilai darah melebihi dia menggilai nikmatnya bercinta.

Uang? Hanya kenikmatan nomor dua setelah membunuh.

Perjanjiannya adalah, dia menerima uang dan sebuah nama, maka pria ini harus segera membunuhnya. Baekhyun sudah memberikan dua persyaratan itu dan Han Soorim harus segera mati untuk menuntaskan tugas.

Bermodalkan nama, pria ini mencari identitas dan alamatnya di berbagai media sosial. Beruntung, wanita ini pernah berfoto di depan pintu flatnya saat pesta ulangtahun. Bukan perkara sulit bagi si pembunuh bayaran untuk mendatangi rumah si korban, bahkan mencongkel pintu flatnya.

Pria ini bagai berperang melawan angin. Tak perlu banyak mengeluarkan usaha, dirinya sudah berhasil memasuki rumah.

Tapi, keadaan di dalam sunyi. Penerangan hanya datang dari sinar bulan yang menembus jendela. Pria ini mengitari rumah, tak menemukan siapapun termasuk korban.

"Kau ada dimana, nona?"

Tiba-tiba telinganya menangkap sesuatu. Sebuah isakan. Datangnya dari balik sebuah pintu, terdengar begitu pilu. Pria tinggi itu membukanya tanpa ragu dan apa yang dia dapatkan adalah sebuah kejutan.

Wanita itu, si korban, terduduk di lantai kamar mandi dengan ceceran darah memenuhi kaki. Wajahnya pucar menyerupai mayat dengan bibir membiru. Mereka berdua bertatapan dalam diam.

"Dia mengirimmu untuk membunuhku'kan?"

Soorim menyerahkan seseorang yang sedari tadi berada di dekapan kepada pria yang berniat membunuhnya, "tolong beritahu Byun Baekhyun."

Pria itu meraih pisau saku dengan salah satu tangan. Menyayat pergelangan tangan wanita itu lalu menyalakan shower tepat di atas kepala. Darahnya mengalir ke pembuangan dengan alur melingkar, pemandangan yang unik. Sayang sekali, wanita ini sekarat bukan karena perbuatannya.

Pria itu menatapnya dalam tenang, berdiam di sana sampai Soorim benar mati.

Tugasnya sudah selesai.

Dia harus segera pergi dari sini, mampir ke minimarket untuk membeli perlengkapan bayi, lalu pulang.

Huh, menyusahkan saja.

.

e)(o

.

3 tahun kemudian...

.

I'll search the universe.

neol dashi chajeul ttaekkaji.

nochi aneul kkeoya tikkeul gateun gieokdo.

gyejeore saegyeojin uriye chueogeun dashi.

myeot beonigo dorawa neol bureul tenikka.

Baekhyun bersiul mengimbangi musik dari salah satu boygrup yang terputar di radio. Dengan acuh terus bersenandung padahal manajernya sedang mengoceh tentang dia yang kabur dari rumah sakit.

"Kau taruh dimana otakmu? Kau belum sembuh total dari tipus dan kau kabur! Halo? Kau dengar aku Byun Baekhyun!"

"Aku bisa menjaga diriku sendiri, Sehun," aktor itu mengapit ponsel di telinga dan bahu kirinya.

Kedua tangan sibuk mengendalikan kemudi mobil karena jalanan yang dia tempuh memasuki areal berbatu. Langit juga sedang mendung dan desa kecil yang dia datangi ini dipenuhi pepohonan, membuat jalanan terlihat gelap.

"Kau masih lemah. Kau pergi kemana?" Sehun berteriak di ujung sambungan.

"Kemana saja sesukaku. Tubuhku tidak selemah perempuan jadi jangan cerewet."

Sejenak, mereka berdua terdiam. Baekhyun masih berusaha mengemudi dengan baik meskipun sakit kepala masih mendera. Aksi kaburnya ini tidak boleh gagal karena dia sudah muak dengan karir dan hidupnya.

Sehun terdengar mendengus, "mulut sial mu itu yang membuatmu dibenci banyak orang. Tidakkah kau sadar?"

Sadar atau tidak, itu sudah terlambat. Sejak tiga tahun lalu debut dengan sebuah webdrama, nama Baekhyun tak berhenti jadi perbincangan publik. Awalnya, semua terasa gemerlap. Namanya membumbung dengan cepat karena webdrama dan wajahnya yang manis.

Tapi Baekhyun adalah Baekhyun. Kemampuannya dalam berakting belum terlalu bagus saat dia menerima tawaran film yang juga dibintangi beberapa aktor kawakan. Kejomplangan itu membuatnya pamornya turun karena kemampuan aktingnya yang masih rendah.

Aktor muda itu mulai tertekan dengan pekerjaannya sendiri dan mulai bertingkah semaunya. Berucap sesukanya. Mengemudi sambil mabuk. Membuat kerusuhan di pusat perbelanjaan dan beberapa skandal kecil yang membekas di namanya.

Baekhyun berubah membenci dirinya yang lebih memilih debut menjadi artis ketimbang melanjutkan kuliah di luar negeri, seperti keinginan sang ayah. Alhasil, dalam waktu tiga tahun, nama Baekhyun hancur dan semua orang berbelok membencinya.

Aktor itu merasakan denyutan di kepala semakin menggila, "kepalaku pusing, Hun. Aku tutup."

Sambungan diputus secara sepihak. Seperti biasa, Baekhyun selalu melakukan apa yang dia mau.

Meskipun begitu, dia tidak bisa mengendalikan kepalanya sendiri yang semakin sakit. Pandangannya buram seketika dan semua terasa tak terkendali. Baekhyun menginjak pedal semakin dalam karena vila yang dia tuju sudah terlihat mata.

Kemudi di tangan terlihat membayang. Tangannya gemetaran dan tiba-tiba mobilnya berguncang. Sebuah benturan keras menghentikan guncangan dan Baekhyun tak mampu melakukan apapun selain merintih sakit.

"Ugh, bodoh," pemuda itu memaki dirinya sendiri.

Pandangannya mengabur dan menggelap. Baekhyun merasakan cairan mengalir dari kepala dan tiba-tiba tubuhnya terasa melayang.

Susah payah dia membuka mata, aktor itu melihat rahang seorang pria. Di ambang sadar, Baekhyun melihat pria yang menggendongnya menunduk, menatap matanya.

Pria itu tersenyum miring. Entah bagaimana, bisa terlihat tampan dan dingin dalam waktu bersamaan.

Baekhyun tak kuat lagi. Dia terpejam dengan senyuman miring itu sebagai pemandangan terakhir, dan juga sebuah teriakan anak kecil yang datang dari kejauhan.

"Paman Chanyeol menggendong siapa?"

.

.

To be continued


Bacods:

Repost di sini buat yang kemarin request! Sehat selalu ya kalian semua! ^^