Another Day With Baekhyun
Bondage
.
.
Kabar itu menyebar luas.
Menjadi headline di semua koran dan website berita. Ratusan mulut membahas kabar menghebohkan ini dimana saja, kapan saja sampai cacing di dalam tanah pun bisa mendengarnya. Apalagi kalau bukan kabar ditangkapnya Byun Baekhyun, aktor papan atas Korea yang arogan itu atas tuduhan penyekapan dan pembunuhan.
Tak ada yang tak terkejut. Namun tak sedikit juga yang telah memprediksi.
Byun Baekhyun adalah aktor yang dipenuhi arogansi dan semua keburukan yang ada di bumi. Sejak dimana Chanyeol menelepon polisi, seluruh Korea hidup dengan opini tersebut. Ditambah lagi, dengan kesaksian Chanyeol yang dia ungkapkan di persidangan final kasus penyekapan dan pembunuhan dengan terdakwa Byun Baekhyun ini, kebaikan aktor itu tak bersisa.
"Han Soorim adalah sahabatku. Tiga tahun yang lalu dia meninggalkan pasca melahirkan. Soorim bercerita padaku bahwa Byun Baekhyun menghamilinya dan tidak mau bertanggung jawab karena urusan karir. Dia juga bercerita bahwa, Baekhyun menerornya dengan banyak ancaman pembunuhan. Dia sangat depresi."
Chanyeol menangis dalam kepalsuan. Pria itu duduk di hadapan para hakim dengan gemetaran.
Kondisi ini mengingatkannya pada waktu dulu, saat dia bersaksi untuk kematian ibunya sendiri di kantor polisi. Chanyeol ingat, saat itu usianya masih sepuluh tahun. Orangtuanya bertengkar hebat dan berakhir saling memukuli. Tentu saja, ibunya yang lemah itu jatuh dan kehilangan nyawa terlebih dulu.
Mati lemas karena dibekap wajahnya dengan bantal oleh suaminya sendiri.
"Saat aku datang ke rumahnya untuk menjenguk, bayinya sudah lahir. Dia melahirkannya sendirian di kamar mandi dan aku melihat banyak darah di sana. Dia benar-benar telah melewati banyak rasa sakit."
Chanyeol kecil yang panik, buru-buru mengambil tongkat perapian. Memukul kepala Ayahnya sampai pingsan lalu menggorok leher pria itu dengan pisau. Masa kecil yang tak beruntung. Sayang sekali, Chanyeol harus mengalami guncangan mental sekuat itu.
"Putranya dititipkan padaku malam itu juga. Dia memintaku untuk menjauhkannya dari Baekhyun karena, Soorim takut putranya akan dibunuh. Baekhyun benar-benar membuatnya tertekan. Begitupula denganku."
Pada masa itu, polisi tak menaruh curiga padanya karena Chanyeol pandai membalikkan kata-kata. Dia bilang bahwa Ibunya berhasil menggorok leher sang Ayah sesaat sebelum asmanya kambuh. Dulu Chanyeol kecil bersaksi dalam kepalsuan.
Persis seperti yang sekarang kembali dia lakukan.
"Aku tahu orang-orang yang Baekhyun bayar untuk mengawasi kami. Aku tahu. Itulah sebabnya kami pindah ke sebuah rumah di lereng gunung Hannam. Rumah itu dulu milik nenekku. Aku harap dia tidak akan menemukan kami. Tapi aku salah."
Baekhyun yang duduk di kursi terdakwa menatapnya kosong. Chanyeol menemukan tatapan mereka beradu dalam hampa. Seperti satu sama lain sudah tak punya rasa.
"Baekhyun berada dalam kondisi dimana karirnya sangat buruk. Dia mungkin juga mengalami depresi karena kebencian banyak orang. Lalu, aku mendengar kabar tentang dirinya yang melarikan diri dari rumah sakit waktu itu. Ternyata, dia mendatangi kami. Dia menerobos rumah kami."
Blitz kamera tak henti menyala saling bersahutan. Wajah lusuh Baekhyun tak hentinya diterpa kilatan yang mencoba mengabadikan ekpresi kosong nan dingin itu. Beberapa hadirin yang mengikuti sidang tak ketinggalan memberikan sumpah serapah di setiap kesaksian Chanyeol.
Baekhyun merasakan tubuhnya kosong tak berjiwa.
"Saat itu dia benar-benar kacau. Dia datang dengan membawa pisau dan mengancamku untuk tidak melapor kepada polisi. Mendiang Hana, anak laki-laki Soorim dan Baekhyun, mencoba melarikan diri karena takut. Dia berlari ke jalanan, tapi Baekhyun menabraknya dengan mobil sampai dia meninggal."
Tangisan Chanyeol semakin terdengar pilu. Pria itu sampai memeluk dirinya sendiri agar simpati publik tak berpindah darinya. Mencoba memperlihatkan pada semua bahwa dalam kisah ini, dia-lah yang tersiksa batin dan fisiknya.
Mencoba membohongi dunia bahwa Baekhyun adalah penjahat dan dia adalah korbannya.
"Aku takut. Aku benar-benar takut waktu itu. Baekhyun juga mengancam akan memanggil beberapa pembunuh ke rumah kami untuk menyiksaku. Aku takut sekali. Dia menyekapku berhari-hari. Dia tidak memberiku makan. Dia mengikat tangan dan kakiku agar tidak bisa kabur."
Dalam kepiluan yang mendera di dalam, Baekhyun seperti diingatkan kepada semua dosanya di masa lalu. Semua yang telah dia lakukan kepada Han Soorim, Hana dan manajernya sendiri, Oh Sehun. Segala perilaku buruknya yang selama ini terekam kamera dan mata dunia, terputar kembali bak replay.
Baekhyun mengingatnya dalam sesal.
"Dia meluapkan semua depresinya di sana. Baekhyun bahkan, melukai dirinya sendiri dan terus menyalahkan Han Soorim karena nasib buruknya. Dia benar-benar gila."
Dalam detik yang berjalan lambat, Baekhyun mendengar seluruh hadirin dan wartawan memekik tertahan. Beberapa tak henti mengumpat dan memberikan sumpah serapah padanya. Baekhyun merekam semua itu dalam kepala.
Tatapannya memutari ruangan yang penuh sesak. Baekhyun berhenti pada satu deret kursi. Deretan dimana Baekbeom dan Ibunya yang menangis tersedu, juga diduduki oleh Soorim, Hana dan Sehun.
Mereka bertiga tersenyum padanya.
Seperti sedang mengejek karena karma telah tiba.
Chanyeol melanjutkan kesaksiannya. "Dan setelah satu minggu berlalu, Oh Sehun menemukan lokasi kami. Dia meminta Baekhyun untuk menghentikan semua kegilaannya tapi, pria itu juga dibunuh. Aku ingat, bahwa Baekhyun tidak sudi untuk kembali ke dunia hiburan yang kotor dan penuh kebohongan. Itulah sebabnya Sehun dibunuh."
Ruangan langsung dipenuhi dengan sorakan penuh kebencian.
Baekhyun tersadar dalam kehampaan. Inilah akhir dari hidupnya yang penuh dengan kemalangan. Inilah akhir dari benang dosa yang telah dia rajut sampai menjadi syal yang mencekik lehernya.
Pada akhirnya, penjara adalah rumah dari perjalanan panjang yang telah Baekhyun lalui.
Dan itu semua berkat Chanyeol.
"Aku benar-benar minta maaf. Aku minta maaf. Aku minta maaf."
Lalu inilah akhir dari kesaksian palsu si pria gila. Meminta maaf karena harus berkata bohong demi menghukum seorang Ayah yang tidak baik kepada putranya. Dalam tangisnya yang palsu, Chanyeol tersenyum tipis tanpa seorang pun yang tahu.
.
e)(o
.
Tentu saja, Baekhyun ditetapkan sebagai tersangka.
Hakim menjatuhkan hukuman sepuluh tahun penjara ditambah lima tahun kewajiban melayani masyarakat, tak lupa denda sebesar satu juta won. Baekhyun menerimanya dalam rasa hampa. Toh inilah akhir dari segala penderitaannya.
Lagipula, hal terbaik dari kemalangannya ini, Baekhyun tak lagi hidup bersama Chanyeol.
"Permisi! Awas beri jalan! Beri jalan!" Baekhyun digiring empat orang polisi untuk memasuki mobil yang akan membawanya ke penjara di pesisir danau Janggeom.
Setelah susah payah melewati kerumunan wartawan yang menggila, Baekhyun berhasil duduk di kursi belakang. Aktor itu menunduk melihat pergelangan tangannya yang memerah karena diborgol. Entah bagaimana, dia tersenyum.
Tiba-tiba pintu depan dibuka. Seorang polisi dengan perut buncitnya masuk dan duduk di samping polisi yang juga telah duduk di belakang kemudi. Saatnya berangkat.
"Kita akan dikawal dua mobil patroli. Jalur di terowongan Yonsei juga sudah disterilkan jadi kau bisa...Hey siapa kau-UGH!"
Di tengah semua kekacauan yang terjadi, Baekhyun yakin tak salah lihat.
Polisi berperut buncit itu terbatuk darah setelah polisi satunya menusukkan sebilah pisau ke rusuk. Sambil menjalankan mobilnya pelan-pelan, pria di belakang kemudi mencabut benda tajam itu dan menusuknya sekali lagi. Berulang-ulang sampai dashboard di depan korban dipenuhi muncratan darah.
Baekhyun yakin dia tak salah lihat. Dia juga tak salah dengar kalau nafas polisi malang itu telah serak karena tenggorokannya tersumbat darah. Tubuh kecilnya gemetaran di kursi belakang. Apa yang telah terjadi?
"Mengganggu saja."
Suara berat itu...Baekhyun mengenalinya.
Ini tidak mungkin...
"Kau tidak keberatan kalau mayat si gendut ini ikut?"
Itu suara Chanyeol...
"Baekhyun?"
Ya Tuhan, ternyata pria yang sedari tadi Baekhyun kira adalah polisi, nyatanya adalah Chanyeol yang menyamar. Pria gila itu menoleh ke belakang sebentar untuk memberitahu bahwa dia sedang menunggu.
Menunggu Baekhyun menjawabnya.
Ingat? Peraturan utamanya adalah; Jika Chanyeol bertanya, maka kau harus menjawab kalau tak mau disiksa.
Baekhyun menggigil ketakutan sambil mengangguk. Chanyeol meliriknya dari kaca tengah. Pria gila itu kembali fokus menatap jalanan.
"Aku punya tiga granat. Kita ledakkan mereka saat memasuki terowongan Yonsei. Disana pasti sepi, hahaha. Kita pasti bisa lolos!" Chanyeol melirik melalui spion dan mendapati dua mobil patroli yang mengawal melaju di belakang.
Pria itu tersenyum.
Lain halnya dengan Baekhyun, aktor itu menahan tangis yang rasanya sudah mau meledak.
"Kenapa...kenapa kau begini?"
Kenapa setelah dia lepas dari pria ini, Chanyeol harus kembali? Kenapa setelah Baekhyun merasa terbebas, psikopat gila ini menahannya lagi? Kenapa Tuhan menghukumnya dengan cara seberat ini? Berulang kali tanpa henti.
Kenapa?
"Setelah dipikir-pikir, aku ingin kau selalu ada di dekatku. Kalau kau masuk penjara, aku tidak akan bisa melihatmu menderita."
Baekhyun termangu dalam keputus asaan. Ini bukan akhir dari perjalanannya. Ini semua bukan akhir dari karma yang lahir dari dosa-dosanya.
Chanyeol, bukanlah hukuman. Karena hukuman memiliki akhir.
Chanyeol adalah semua dosanya yang Tuhan hidupkan dalam bentuk manusia. Dan Baekhyun akan selalu hidup bersamanya sampai kapanpun. Dimanapun dan bagaimanapun keadaannya.
"Hey, kita berdua akan jadi buronan paling fenomenal! Tersenyumlah sedikit! Kalaupun besok kita tertangkap dan dipenjara, aku akan meminta pada mereka untuk satu sel denganmu, Baek. Tak usah khawatir!" Chanyeol tertawa di akhir.
Baekhyun tak mampu merasakan apapun karena tubuhnya sudah lelah.
Di depan sana, terowongan Yonsei telah terlihat. Semua terasa melambat. Detik berjalan begitu lama dengan halusinasi yang datang dan terasa nyata.
Satu detik sebelum Chanyeol melepaskan katup granat pertama, Baekhyun melihat Sehun duduk di kursi depan. Tempat dimana tadi polisi itu tewas kehabisan darah. Tapi sekarang, kursi itu sudah diduduki oleh Oh Sehun, manajernya.
Ledakan di belakang terdengar menggema.
Granat kedua di lempar lagi ke belakang, kali ini Baekhyun menoleh ke kanan dan kirinya.
Ada Han Soorim dan Hana yang duduk dengan dirinya berada di tengah. Soorim, di sebelah kiri tersenyum tenang sambil menatap ke depan. Hana kecil, juga duduk di sebelah kanan sambil mengayunkan kaki-kaki kecilnya. Baekhyun menatap dua sosok itu bergantian dalam kehampaan.
Inilah akhirnya.
"Kita akan hidup bersama selamanya, Baekh. Kau dan aku akan terus hidup dalam pelarian."
Lari bersama orang-orang yang telah kau bunuh...
.
.
.
Kaki kaki kaki. Ada kaki kecil berlari. Anak kucing berlari dari salju, dari salju. Salju. Salju. Salju. Salju yang dingin dan putih.
Tapi anak kucing jatuh. Jatuh. Jatuh. Jatuh. Dia jatuh menangis di atas salju yang dingin dan putih. Dingin dan putih.
Lalu Hana datang! Hana datang! Membawa pulang si anak kucing yang jatuh. Jatuh. Jatuh. Jatuh. Agar tidak sedih. Tidak sedih lagi...
.
.
The End
Bacods:
Sudah ending~
So, aku baca semua review, as always, dan ternyata fic ini bener-bener disturbing buat yang iritasi sama psikopatisme. Im so sorry. Aku gak nyangka kalo feel fic ini bisa seserius itu. Kalian juga gak harus baca kok kalau merasa kurang nyaman sama genre ini hehe.
Yowes, selalu makasih buat semua yang udah mau baca atau yang gak sengaja baca ff gila ini hahaha. Aku harap bisa ketemu kalian lagi secepat mungkin di lain cerita! Yang tentunya gak psiko-psiko-an lagi hahahaha! Doain!
Ok see ya! Jaga kesehatan selalu!
