"Byun Baekhee?"
Dua pasang mata kelabu saling bertatap, satu pasang yang lebih besar menatap dengan penuh selidik berisi ketidakpastian, dan sepasang yang lebih sipit menatap dengan arti yang tidak bisa digambarkan.
Menusia yang lebih tinggi tetap berdiam diri dengan satu tangannya yang menggenggam erat pergelangan tangan gadis manusia yang sedang memberinya tatapan penuh selidik namun anehnya tidak bisa ia ketahui isi dari kepala yang tengah dipikirkan oleh gadis itu.
"Its Becky, not Baekhee."
Tarikan tangannya melepaskan genggaman pada pergelangan tangan miliknya.
Tiga detik berlalu dan sorot mengintimidasi itu hilang digantikan dengan raut wajah dan sebuah senyum yang terlihat begitu ramah.
"Oh I see, I thought you're my old friend, I am sorry, my bad."
Angin kembali berhembus, menyapa helaian rambut manusia jangkung yang masih mempertahankan seulas senyum dalam wajahnya.
Bumi seolah berputar sedikit lebih lambat, bahkan rotasinya bisa dengan jelas dirasakan.
Baekhyun terpaku pada mempesonanya mata kelabu yang ada dihadapannya, seolah menariknya untuk tetap diam dan berserah diri, nyatanya manusia berjenis kelamin berbeda dengannya itu bisa berkomunikasi menggunakan bahasa yang dimengerti olehnya.
Seolah melawan gelombang arus, Baekhyun akhirnya bisa terlepas dari tarikan mata kelabu yang menawan itu.
Mengedipkan matanya sebanyak dua kali, Baekhyun seperti baru saja tersadar dengan keadaan disekitarnya.
"Nevermind, I heard that every person has seven twins in this world."
Sedikit merasa linglung dengan kesadaran yang baru saja didapatkan olehnya, entah kenapa rumah pamannya kini adalah hal yang paling sering muncul dikepalanya, dan Baekhyun ingin segera pulang kerumah barunya itu.
"Seems that you're not from here, am I right?"
Lelaki itu kembali berujar, mengulur waktu agar manusia dihadapannya ini tidak segera pulang kerumahnya. Membutuhkan waktu yang sangat lama hingga akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan sosok nyata ini, dan ia tidak begitu kecewa dengan penampakan baru wanita yang telah ia tunggu mungkin untuk beratus-ratus tahun yang lalu.
Tidak begitu yakin, namun akhirnya ia tau alasan dibalik rasa hausnya yang begitu menyiksa akhir-akhir ini, satu-satunya manusia yang tidak bisa dibaca olehnya, siapa sangka jika ia akan kembali bertemu dengan manusia ini ditempat pertama mereka bertemu dimasa lalu?
Bumi memang sempit ternyata.
Hal yang selanjutnya harus dipastikan olehnya adalah benda yang menjadi alasan ia harus hidup bersama makhluk lemah di bumi ini untuk kurun waktu yang begitu lama. Benda itu masihlah sama, seterang berlian dan semerah darah. Setidaknya sosok ini kembali hidup dengan membawa apa yang menjadi miliknya, dan kali ini ia harus berhasil mendapatkannya.
Kini Baekhyun mulai merasakan jika sepertinya saat ini ia berada pada situasi yang tidak begitu baik untuk sekedar bercengkrama dengan orang asing.
Perasaan tidak aman mulai menguasai dirinya dibarengi sorot yang tengah memperhatikan kalung pemberian keluarganya.
"Yea, just moved here from California."
Tidak bersuara untuk beberapa saat, Baekhyun memutuskan untuk segera pergi karna lelaki dihadapannya tidak kunjung membalas pernytaannya.
"I.. gotta go, my cousin keep calling me."
Beruntung keluarga manusia yang lainnya menelpon pada waktu yang tepat, Baekhyun mengangkat alat komunikasinya sehingga manusia asing didepannya bisa melihat jika dia memang harus pergi karna keluarga yang lainnya mulai mengkhawatirkan keberadaan dirinya.
"Sure, it is nice to meet you.. Becky."
Lelaki asing itu kembali mengulas sebuah garis senyum pada bibirnya, setidaknya membuat Baekhyun kembali tersentak dalam pendiriannya. Manusia asing ini sedikitnya terlihat sangat menakutkan dan juga.. aneh?
Sejenak raut itu terlihat begitu tajam dan mengancam namun detik lainnya raut itu terlihat begitu ramah dan menyenangkan, seolah dibalik wajah itu menyimpan banyak pesona yang bisa digunakan sebagai topeng untuk menyembunyikan sosok sebenarnya.
Vivi kembali menjadi alat navigasinya. Makhluk bergonggong itu menjalankan tugasnya dengan baik hingga Baekhyun bisa sampai ke kediaman pamannya dengan selamat.
Namun disepanjang perjalanan pulang, sosok lelaki itu terperangkap dalam pikirannya.
Seolah terdapat benang merah sebelumnya, entah kenapa Baekhyun merasa jika ini tidak akan menjadi sebuah akhir dari pertemuan mereka.
"Baekhyun aku menelponmu hampir setiap menit, kenapa kau mengabaikan panggilanku?"
Itu sepupunya.
Saudara manusianya itu sepertinya sangat khawatir atas dirinya. Perihal ponselnya terus bergetar disepanjang jalan saat ia pulang, Baekhyun terlalu malas hanya untuk mengangkat panggilan itu, ibunya bahkan tidak pernah secerewet itu saat dirinya pergi jalan-jalan ketaman seorang diri. Kenapa pula saudara manusianya ini harus begitu repot?
"I'm just walking around the park, why you have to worrying me like that? I'm not going to die just because I came late."
Perhatian tulus dari keluarganya itu dijawab tak berperasaan oleh si gadis berambut pirang. Masih siang, dan sekarang dia bingung harus menghabiskan hidup membosankannya dengan cara seperti apa.
"Where's everyone?"
"Working."
"And you?"
"Have I told you that today is my free day?"
"Oh idle?"
Satu delikan mata tak bersahabat sepupunya berikan untuk adik tak sedarahnya ini. Baekhyun itu begitu sarkastik, entah apa yang bisa membuatnya menjadi sedikit menyebalkan seperti sekarang. Seingatnya dulu, Baekhyun tidak akan mampu berucap beberapa kata saja ketika berbicara, putri kecilnya dulu begitu gemar berbicara dan begitu penasaran akan segala hal.
"Hey, want to accompany me to looking around Seoul?"
Bersyukur karna dia adalah manusia dengan kesabaran yang berlimpah, sehingga ajakan yang ditawarkan olehnya direspon dengan sorot antusias yang tersembunyi dibalik sikapnya yang jual mahal namun berlalu mengiyakan.
"Fine. Buy me some food too."
Sehun mengangkat jempolnya lalu segera mengambil kunci mobil yang tak tersentuh dimeja makan tempat ia menunggu kepulangan gadis berambut pirang itu. sepuluh menit setelahnya, Baekhyun kembali dengan pakaian ganti yang terlihat lebih sopan. Yeah, lebih sopan daripada celana pendek dan sepotong tanktop yang membungkus tubuhnya.
"So, where will you take me?"
"How about have some lunch before we start our tour for today?"
"Oke, take me to Italian restourant. I want some Chicken Parmigiana for lunch."
"Hahaha, no. There's something more delicious than that, you have to try this one."
Bukannya sebuah bangunan mewah dengan harga selangit hanya untuk sepotong daging, Baekhyun keluar dari mobil dan melihat segerombol manusia yang berjalan memenuhi sepanjang jalan, apa sepupunya ini membawanya kesebuah pasar?
"Mr Byun, I didn't see a place to eat in here. Are you sure want to take me for some lunch?"
"What do you mean? Look around you, there are a lots of food you can buy for lunch."
Si rambut pirang melihat sekeliling sekali lagi, rautnya tidak percaya karna jalanan ramai ini hanya dipenuhi oleh gerobak makanan dan beberapa diantaranya malah menyediakan sebuah meja dan kursi dengan beberapa orang duduk dan menikmati makanan mereka dipinggiran jalan.
"Seriously? You want me to enjoy my lunch on the road side? Stop joking around Sehun."
Si pirang mulai kehilangan moodnya saat si sipit sepupunya malah tersenyum lebar dan merangkul pundaknya begitu bersahabat. Wajah masamnya tidak berpengaruh sama sekali dan Sehun memilih untuk mengajak Baekhyun pada salah satu penjual jajanan khas negeranya.
"Ahjumma, tolong satu tteokbokki untuk gadis pemarah ini."
"Aigoo.. apakah dia kekasihmu? Kelihatannya dia sedang tidak dalam keadaan hati yang bagus."
"Hahaha, tidak, dia sepupuku, ah.. mungkin sekarang dia telah menjadi adik angkatku."
Matanya melirik pada keberadaan gadis pendek dalam rangkulannya, Baekhyun menusuknya dengan sorot mata kelabu tanpa ampun dengan kedua tangannya yang terlipat dibawah dada.
Baekhyun menyerah dengan untaian kalimat alat komunikasi yang keluar dari mulut sepupunya dan wanita yang sedang mengaduk makanan dengan bumbu berwarna kemerahan. Adukan itu menyebabkan sebuah aroma yang berhasil tercium secara jelas oleh hidung kecilnya, dari aromanya sepertinya makanan aneh ini memiliki rasa yang lumayan,
"What is this?"
"Tteokbokki, you've tried this thirteen years ago, didn't you remember?"
Lucu sekali, Baekhyun bahkan merasa ini adalah kali pertamanya melihat wujud dari makanan yang akan segera disantap olehnya itu, bagaimana mungkin ia bisa mengingat makanan yang hanya sekali dicoba olehnya selama tiga belas tahun terakhir?
"Oh, apa gadis ini bukan berasal dari Korea?"
Si penjual bertanya setelah mendengar yang diucapkan oleh sepasang pelanggannya itu tidak dimengerti olehnya.
"Ya, dia dari California, barusaja pindah kemarin dan sepertinya akan bagus jika aku mengenalkan beberapa jajanan enak untuknya."
"Aigo, pantas saja dia terlihat begitu cantik, ini ambilah, dan juga ini untuk hadiah."
Semangkuk tteokbokki panas dan setusuk odeng menjadi hadiah atas kecantikan yang dimiliki Baekhyun. Sehun berterima kasih dan segera memberikan setusuk makanan dengan bentuk berlipat disepanjang lidi sebagai tempatnya itu agar diterima oleh Baekhyun.
"It's free because she likes you."
Baekhyun mengangkat sebelah alisnya lalu melempar netranya pada si penjual yang tengah tersenyum lebar padanya dan memberikan isyarat agar Baekhyun mencoba makanan yang berada di tangannya.
"Is this safe to eat?"
Baekhyun bertanya ragu, dengan menatap bentuk dari makanan yang terlihat tidak begitu menarik yang disajikan hanya dengan setusuk lidi.
"Hahaha, ofcourse it is, come on give a try, don't make her disapointed because you don't want to eat it, and don't forget to say thankyou first."
"Thankyou."
Segurat senyum tak niat Baekhyun berikan pada penjual baik hati yang memberinya makanan gratis. Satu gigitan kecil Baekhyun hasilkan dan rasa dari makanan aneh itu mulai memenuhi mulutnya, mengunyahnya beberapa kali dan menelannya, rasanya tidak terlalu buruk, aneh memang, Baekhyun bisa merasakan beberapa rasa ikan juga sari rasa kepiting dan rumput laut berasal dari kuah di permukaan lidahnya, dan itu benar-benar tidak terlalu buruk karna Baekhyun kembali mencoba untuk gigitan kedua.
"Dia menyukainya, terimakasih."
Sehun kembali berucap terimakasih dan segera membayar makanan yang mulai menghangat dalam tangannya, kemudian kembali berlalu untuk mencari beberapa makanan yang bisa membuat mereka kenyang.
Baekhyun sepertinya menikmati jajanan yang Sehun berikan, karena tteokbokki yang dibelikan olehnya habis dalam beberapa langkah mereka ketika mereka berjalan semakin dalam di kawasan Hongdae.
Setelah memperkenalkan Baekhyun pada jajanan khas yang membuatnya kenyang, kini Sehun mengajak gadis itu mendatangi sebuah tempat dimana ia akan menyandang gelar sarjana nya.
"You're taking me to your campus?"
Setelah mobilnya kembali terparkir, Baekhyun keluar dan mendapati beberapa mahasiswa yang berlalu lalang disekitar mereka.
"Soon it will be your campus."
Baekhyun menoleh dengan raut tidak mengerti, Sehun mengusak helai pirangnya dan tersenyum,
"Your parents already sign you here, and you already accepted, you just need to wait until your first day school."
"Wait, what?
"Ayah dan ibumu sudah mendaftarkan mu untuk melanjutkan sekolah disini Baekhyun, kau bahkan sudah diterima, jadi kau hanya butuh mempersiapkan diri dan masuk sekitar satu bulan lagi."
"Bagaimana bisa mereka mendaftarkanku tanpa memberi tauku sebelumnya?"
"Dengan nilai sebagus itu? Are you kidding me? You're jenius. Tidak sulit untuk secara langsung diterima pada saat seleksi pertama."
Baekhyun terdiam dengan beberapa pertanyaan dalam kepalanya, namun dari sekian banyak pertanyaan yang berdesakkan untuk ditanyakan, ada satu hal penting yang harus diketahui olehnya.
"What major?"
Sorot kelabunya menatap kosong pada aspal yang tengah dipijak olehnya, dirinya belum siap untuk mengetahui hasil terburuk apa yang diberikan orang tuanya. Jika pengiriman dirinya kenegeri ini belumlah cukup, maka Baekhyun tidak bisa melanjutkan hidupnya jika harus melakukan hal yang menurut orangtuanya pilihan terbaik untuk masa depannya.
"Fotography, as your wish. Right?"
Matanya berubah sayu dengan satu hembusan nafas yang begitu melegakan, segaris senyum miring tercetak diwajahnya yang cantik,
Oh.
Apakah ini sebuah pengabulan permohonan? tak disangka jika orang tua kandungnya itu memberinya hadiah yang mengejutkan ini.
"Hey, are you alright?"
Satu jentikan jari didepan matanya yang kosong menyadarkan Baekhyun dari lamunan sesaatnya, ditatapnya sepupu lelakinya itu yang menatapnya bingung.
"Yeah I'm fine. So actually, what we're going to do in here?"
Sehun tersenyum puas, akhirnya sepupu pemarahnya itu memberikan sedikit rasa tertariknya pada tempat yang sedang mereka kunjungi sekarang.
"I'll be your tourguide. This campus is so large, maybe you will faced some problem in your first day, as you know we're in a different years, so I can't help you to-"
"Alright got it. That was a long speech Mr Byun, just show me the school."
Gadis tanpa tatakrama itu memotong ucapannya dan melenggang pergi meninggalkan sang tuan rumah yang berusaha menyampaikan sepatah dua patah sebelum mereka memulai tur sekolah barunya, tidak menyangka jika pada akhirnya Baekhyun masihlah tidak begitu tertarik dengan apa yang akan mereka lakukan sekarang.
Waktu berkeliling sekolah baru telah usai, bule cantik itu hanya perlu mengingat dimana letak bangunan jurusannya, dan juga letak kantor dosen yang mungkin akan dibutuhkan untuk mengurus segala sesuatu yang harus dipersiapkan olehnya kelak.
Rumah pamannya terasa lebih ramai sekarang, ketika Bekhyun masuk bersama dengan Sehun, Baekhyun mendapati paman dan bibinya telah kembali dari urusan manusia mereka. Bibinya yang pertama menghampiri ketika melihat anak barunya memasuki rumah.
"Oh sayang, kau sudah pulang? Bagaimana jalan-jalan mu hari ini? Apakah Sehun melayani mu dengan baik?"
Yixing membelai helaian pirang miliknya lalu menyampirkan rambut indah itu dengan apik pada daun telinga Baekhyun. Seolah mendapatkan mainan baru, maka mainan lama yang sudah berada dirumah mereka dibuang dan diabaikan begitu saja.
"Oh apakah aku telah berubah menjadi seorang pelayan sekarang?"
Sehun berlalu mengambil segelas air dengan kalimat sindiran atas julukan baru yang menyandang dirinya, apakah Baekhyun memang seorang puteri yang harus dilayani? Kenapa ibunya ini begitu memanjakan sepupu perempuannya itu?
"It is nice aunty Xing, Sehun treat me well."
Baekhyun sedikitnya memberikan senyum manisnya untuk perlakuan manis dari bibinya itu, setidaknya Baekhyun jarang sekali mendapatkan sebuah sambutan saat dirinya kembali kerumah di California dulu, karna setiap kali Baekhyun pulang dan memasuki rumahnya, hanya sebuah ruang kosong penuh keheningan yang selalu menyambut dirinya.
"Baiklah, satu hadiah dikirim untukmu Mrs Peterson, baru saja tiba, masih hangat seperti keluar dari oven."
Sebuah paket diletakkan diatas meja makan, sebuah kotak berukuran cukup besar, terbungkus rapih dengan luaran plastik yang melindungi isi dari dalam kardus yang membungkusnya. Diatasnya tertera alamat kediaman pamannya dengan sebuah label bertuliskan fragile yang ditempel diatas kotak yang masih terbungkus rapih.
"It is sent from California."
Paman Myun menjawab dengan senang hati tatapan Baekhyun yang seolah bertanya-tanya.
"I never ask for a present, why they send me this?"
Gadis blasteran itu menggerakan kotak pengiriman dari orang tuanya, memikirkan dengan seksama apa isi dari kotak yang dikirim oleh orang tua meraka, jika pun itu hal yang diinginkan olehnya, kenapa mereka harus repot-repot mengirimkan paket untuknya? Bukankah akan lebih mudah jika mereka memberikan barang ini saat sebelum ia lepas landas kemarin?
Mengangkat bahu karena tidak menemukan jawaban, si bule akhirnya membuka bungkusan dari kotak yang dikirim dari California untuknya, ia membuka tutup dari kotak yang tidak diketahui olehnya itu lalu keberadaan benda yang berada didalam kotak berhasil membuatnya kembali terdiam seperti saat ia berada disekolah barunya beberapa jam yang lalu.
Sebuah benda berwarna hitam mengkilap terlihat didalam sana, sebuah alat ciptaan manusia yang terdiri dari sebuah lensa dengan LCD kecil sebagai layar yang memperlihatkan hasilnya itu tersimpan dalam posisi apik dan tanpa cacat.
Sebuah kertas kecil berisikan catatan tertempel diatasnya, jemarinya mengambil pesan itu dan beberapa huruf tertulis diatasnya,
We already fixed it! Go and try. We know you will need this for your college, they already told you about what major you're in right? Good luck for your college sweetie. Can't wait to see you soon. We loved you so damn much.
Mom & Dad.
Setelah membaca kalimat berisikan penyemangat dari orang tuanya, Baekhyun segera mengangkat benda canggih yang terlihat sangat baru dan mahal itu. Menekan salah satu tombol hingga lensa ciptaan manusia itu terlihat menunjukan objek yang tertangkap oleh pantulan kaca didalamnya.
"Wow, I think they fixed it really well, it looks like new."
Sebuah siulan terdengar tepat ditelinganya, pangerannya dimasa lalu adalah sang pelaku yang terpukau dengan mewahnya benda yang kini berada ditangan sepupu blasterannya. Hingga saat lingkaran lensa itu menghadap wajahnya dan mengeluarkan sebuah percikan cahaya atas pengambilan objek yan tertangkap oleh kamera, Sehun berkedip menyesuaikan kembali pandangannya yang sempat memutih bersamaan dengan lampu kamera yang sangat mendadak mengambil objek dirinya.
"It is new."
Baekhyun menyeringai puas saat melihat hasil jepretan pertama dari kamera barunya, didalam layar kecil itu, memunculkan potret sepupu laki-lakinya dengan raut wajah belum siap ketika dirinya dengan tiba-tiba mencoba bagaimana hasil dari kamera mahal hasil pemberian orang tuanya.
Hasil gambar yang bagus dengan resolusi yang jernih. Alat itu benar-benar menampilkan objek sama dengan apa yang dilihat oleh mata manusia, benar-benar sebuah replika yang begitu mirip seperti aslinya, dan Baekhyun merasa puas dengan setengah jiwanya yang kembali dimiliki olehnya.
"You look ugly."
Remaja delapan belas tahun itu tersenyum sebelum mengalungkan alat pengambil gambar pada lehernya dan segera membenahi kotak yang membungkus kamera barunya itu.
"Thanks Uncle Myun, Aunty Xing. I'm going to my room and take a bath, I'll tell mom and dad that I already receive the camera."
Senyumannya dibalas ramah oleh bibi keturunan China itu, bibi Xing mengangguk dan kembali mengelus helai pirang miliknya.
"Sure honey, turunlah ketika makan malam siap."
Dan manusia paling muda itu pun segera menarik langkah jauh dan kembali ke kamar barunya, dalam langkahnya menaiki tangga, Baekhyun bisa mendengar jika keluarga barunya itu bercengkrama menggunakan bahasa yang tidak dimengerti sama sekali olehnya.
Oh, mungkin mereka sedang membicarakan dirinya?
Oh, who's care?
- A Half Life -
Monte Carlo, Monaco.
Manusia bersorak sorai, menambah tumpukan uang mereka menjadi menara pada sebuah meja.
Beberapa tertawa dengan hasil yang mereka dapatkan, namun beberapa juga membanting bulatan kecil yang menjadi hasil akhir atas uang yang mereka pertaruhkan.
Tidak ada jalan keluar, tidak ada orang yang mengingatkan,
Ini adalah surga.
Dengan lantainya yang berlapiskan permadani mahal.
Minuman nikmat yang bisa kau sesap sepuasnya, makanan tak berbayar yang selalu akan menghampiri mu, para wanita cantik yang dengan senang hati bergelayut manja dalam pangkuanmu,
Tentusaja itu adalah surga yang indah.
Surga dunia yang harus kau bayar mahal untuk bisa kau nikmati.
Aturannya adalah..
Seberapa banyak uang yang bisa membuatmu bertahan dan terus bermain?
Itulah yang manusia perjuangkan.
Ketidakpastian yang menguasai sifat bodoh manusia.
Beberapa mungkin terlahir dengan keberuntungan yang selalu menemani mereka, namun beberapa diantaranya hanyalah jiwa orang bodoh yang sangat mudah untuk dipermainkan.
Dia tersenyum.
Tersenyum pada sebuah peluang yang manusia andalkan saat dirinya merasa diambang kemungkinan untuk menang.
Satu tumpuk mata uang menambah tingginya menara yang manusia bangun di meja pusat permainan adu keberuntungan berlangsung.
Sang penantang tersenyum puas atas menara uang yang ditawarkan untuk ronde penutupnya malam ini, menyadari lawan mainnya yang masih terlihat sangat muda dengan tumpukan uang yang kalah tinggi dengan miliknya.
Namun siapa yang bisa mengalahkan seringaian setan dengan naiknya satu buah koper berisikan mata uang dengan harga tukar yang sangat tinggi?
Para wanita bayaran itu bersorak senang dan segera beralih mengernyangi tubuh si lelaki penantang yang ternyata memiliki nyali.
Manusia terlahir dengan sifat serakah.
Satu koper lain menjadi anggota pelengkap mereka bermain, tentu saja malam ini tidak boleh terlewatkan hanya dengan satu koper sebagai taruhannya.
Final, meja yang dikelilingi oleh manusia dan para wanita yang mencintai uang itu terasa sesak dan semakin ramai ketika dua buah dadu dilempar sebagai penutup permainan dan sebagai sambutan bagi Raja di casino mereka yang baru.
Seolah yang mereka nantikan adalah hasil akhir dari perjalanan hidup mereka, segerombolan manusia itu menahan nafas menunggu kedua dadu itu menampilkan angka sebagai tanda pemilik baru dari uang yang menggunung diatas meja.
Namun seringai mengerikan itu menyambut angka setan sebagai hak penuh dirinya yang memenangkan hasil akhir permainan menariknya malam ini.
Tak sedikit manusia yang ikut menyaksikan bersorak atas kemenangan mutlak dirinya, permainan ditutup dengan diangkatnya segelas wine sebagai ucapan selamat tinggal bagi manusia tamak yang tampak tak terima dengan kekalahan yang harus ditanggung olehnya,
Meja segera dibereskan, lembaran uang yang menjadi miliknya dipindahkan pada koper yang lebih besar dengan jumlah lebih banyak dari sebelumnya.
Para wanita tertawa genit dengan tangan mereka yang tanpa henti membelai bagian atas tubuhnya, kaki nakal mereka bahkan tidak takut untuk sekedar menyenggol miliknya dibawah sana.
"Well, ladies.. who wants to celebrate my winning for tonight?"
Dua wanita di kedua pangkuan pahanya menyahut girang ajakan lelaki tampan yang barusaja memenangkan judi. Parasnya tidak begitu buruk untuk pendatang asing yang mampir dicasino mereka.
"Tell me where are you come from handsome?"
Satu wanita yang akan menghiburnya nampaknya sedikit tertarik tentang latar belakang pemenang baru mereka, namun siapa peduli dengan asal usulnya? Bukan itu yang harus mereka ketahui menjelang ajal mereka.
"You will know that after we get our room. Can we?"
Kalimat rayuan yang berhasil membuat para wanita terbuai dan dengan mudahnya menganggukan kepala ketika iris kelabu itu menyorot dalam menusuk retina mereka, seolah terhipnotis dan menjadi budak, turun dipangkuan lelaki itu dan segera memesan kamar adalah hal yang mereka lakukan tanpa dua kali perintah.
Bersenang-senang dengan dua wanita sekaligus bukanlah kali pertama yang pernah dinikmati olehnya. Tentu saja melihat dua wanita yang saling memuaskan satu sama lain selalu menjadi favoritnya sebelum dia menyantap hidangan utamanya.
Tubuh tingginya bangkit ketika melihat dua wanita yang akan menghibur dirinya dirasa sudah cukup dan siap untuk melakukan kegiatan menyenangkan yang akan segera mereka mulai.
Tak kecewa karna dia mendapatkan pelayanan yang sangat memuaskan, satu wanita melepaskan pakaian bagus miliknya, sedangkan wanita lainnya mulai menanggalkan celana yang dikenakan olehnya.
Tentu saja lelaki itu menerima sambutan bibir wanita bule yang kini memegang kontrol akan hisapan dan lumatan pada permukaan bibirnya, tangannya tentu tidak diam begitu saja, bongkahan daging yang terasa pas dalam tangkupan tangannya tidak dilewatkan untuk sekedar diremas dan merasakan betapa kenyalnya gundukan dengan tonjolan yang mengeras ditengahnya itu.
Wanita di bawah sana tengah asik membangunkan birahinya, kejantannya dibelai begitu lembut sebelum sebuah kehangatan melingkupi seluruh batang kemaluannya. Rasanya begitu hangat dengan hisapan kuat yang membuatnya bersemangat.
Servis mulut yang dilakukan oleh wanita dibawah sana nyatanya tidak membuat wanita itu puas akan apa yang sedang ia lakukan sekarang, maka dengan insting hasrat yang menguasai manusia, wanita itu bangkit memisahkan pagutan dan pijatan gratis pada buah dada temannya, rasa serakahnya menguasi nafsu yang telah berada diujung kepala, menguasai permainan dan menggesekkan kejantanan yang telah dibasahi olehnya itu untuk segera memenuhi dirinya.
Tentu saja lelaki yang menjadi pemuas dirinya tidak merasa keberatan dan segera mendorong miliknya hingga sebuah kenikmatan yang dinantikan olehnya terpenuhi dengan mata yang terbelalak merasakan bagaimana benda itu begitu penuh dan menyesakkan.
"Oh my God.."
Wanita itu telah menyerah pada dorongan pertama.
Kenikmatan yang diberikan oleh lawan mainnya kini terasa begitu berlebihan dan membuatnya terbakar dalam sebuah gairah.
"Ahhh shithh.."
Kepalanya mendongak ketika urat kejantan itu menggesek semakin dalam dan membuat miliknya semakin menyempit.
Kedua bola matanya tak lepas dari ikatan mata kelabu yang berada diatasnya, kenikamatan yang begitu memabukkan ini membuatnya melayang hingga dia hanya bisa melihat mata kelabu itu bersinar begitu indah berasamaan dengan tubuhnya yang kian melemah oleh kenikmatan yang tiada tara.
Adegan yang kian memanas membuat sahabatnya yang lain hanya bisa memainkan vaginanya sendiri, menunggu hingga sahabatnya itu mendapatkan kepuasannya, ia tidak bisa berdiam diri begitu saja ketika melihat benda gemuk itu menghujam kemaluan sahabatnya yang tengah melolong seperti anjing, membuatnya semakin gencar untuk mengejar kepuasan dirinya sendiri,
Menatap bagaimana tubuh sempurna itu menopang kedua tangannya dengan tatapan tak lepas dari wajah yang berada dibawahnya, keringat yang mulai timbul membuat otot tangannya mengkilap, dan demi apapun itu, lelaki ini memiliki sesuatu yang bisa membuatnya terpaku bahkan hanya dalam sekali lihat.
Seseorang yang diperkirakan olehnya berasal dari benua Asia, meski tidak seperti lelaki yang kebanyakan menghabiskan malam dengannya, lelaki ini sepertinya tidak kalah menarik dalam hal berburu kenikmatan.
Tubuh sahabatnya melengkung ketika kejantanan yang membengkak itu ditarik keluar, maka sebuah cairan memancar keluar sebagai tanda jika sahabatnya itu telah mencapai puncaknya. Namun sepertinya penis besar itu masih bisa menahan pelumas dalam dirinya untuk tidak cepat-cepat dikeluarkan.
Kuat sekali, pikirnya.
Kaki yang mengangkang itu terlihat melemas dan akhirnya terkulai dalam empuknya kasur dengan sang pemilik yang memejamkan mata. Sepertinya sahabatnya itu terlalu lelah dengan pencapaiannya yang begitu hebat, lagipula bukan itu yang harus dia pedulikan sekarang, karna miliknya yang kian berkedut tidak bisa lagi menahan rasa penasaran bagaimana penis gemuk itu menghajar miliknya.
Tidak perlu waktu istirahat untuk lelaki asing yang akan memanjakkan dirinya, karna hasratnya kian memburu untuk segera disalurkan, maka ia genggam kejantanan yang telah licin itu kemudian mengurutnya, sebelum mengarahkan kejantanan itu memasuki dirinya dan bercumbu dengan lelaki yang mulai menghajar dirinya.
Dorangannya begitu kuat dan dalam, itulah yang mengakibatkan dia dengan senang hati menjatuhkan dirinya dan mengangkang dengan perasaan senang. Tautan bibirnya terlepas dan kini bibir berisi itu meraup tonjolan payudaranya kedalam sebuah hisapan yang terasa begitu rakus namun begitu nikmat untuk dirasakan.
Jemarinya menelusup pada helaian rambut si lelaki asing yang masih kuat memompa dirinya. Mengerang dan mendesah telah dia lakukan hingga rasanya tenggorokannya begitu kering, namun lelaki yang tengah menikmati gundukkan dadanya itu nampaknya tidak peduli dengan siksaan memabukkan yang tengah dihadapi olehnya.
"Ouhh.. fck mee.. harder.."
Wanita yang berada dibawahnya mengerang frustasi, dengan sisa tenaga yang nyaris saja tak tersisa, manusia itu masih tetaplah seorang yang serakah.
Sudut bibirnya terangkat menggambarkan sebuah seringaian, wajah yang tengah menikmati sajian dihadapannya itu terangkat dengan sorot yang berbeda. Si wanita terkesiap dengan dua bola kelabu yang kini berubah warna. Keterkejutannya tidak bisa membuatnya terlepas dari setiap dorongan yang masih diterima oleh tubuhnya,
Bahkan kini ia rasa ia mulai mati rasa dan tidak bisa merasakan tubuh bagian bawahnya.
"Ahh shithh.. who the hell are you?"
Rasa kenikmatan membuat seluruh tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya, meski begitu, ia tidak bisa menghentikan sesuatu didalam dirinya yang siap untuk menembak keluar ketika lelaki misterius diatasnya terus memancingnya pada surga dunia yang akan segera didapatkan olehnya.
"I'm your pleasure. This is what you want right? So why don't you enjoy this until the end?
Sebelah mata itu berwarna merah dan begitu terang, begitu jernih layaknya sebuah permata yang bahkan memamerkan pantulan dirinya yang tengah terengah dan tersiksa. Pasokan udara didalam paru-parunya mulai menipis dibarengi pandangannya pada sebelah mata merah itu yang mulai memudar.
Satu pejaman mata membuat semuanya berakhir, dengan cairan yang berhasil mengantarnya pada sebuah orgasme yang hebat sekaligus pengantar akhir hidupnya.
Sekali lagi tautan dua badan itu terlepas, dengan satu lelaki yang masih bernyawa pada luasnya kamar yang menjadi hadiah kecil atas kemenangannya malam ini. Permainan yang cukup menarik, mengisi kembali tubuhnya dengan dua wanita sekaligus, tentu saja selalu terasa menggairahkan.
Sorot merah itu kini kembali menghilang dibalik warna kelabu iris matanya yang begitu menawan, rautnya kembali pada sebuah wajah yang tak menampakkan ekspresi, tubuh tingginya kembali dalam keadaan rapi dalam detik pertama. Seolah hanya tumpukan bantal, dua tubuh wanita yang baru saja kehilangan nyawa itu diangkatnya dan menghilang saat satu jendela kamar terbuka membiarkan angin malam berhembus masuk pada sebuah kamar yang terlihat seperti tidak pernah tersentuh sebelumnya.
Naksan Park, South Korea.
"K-kau ti-tidak.. akan per-gi meninggalkanku.. kan?"
Tangan yang berlumuran darah itu menggenggam erat pada sebuah jemari yang mencoba menahan aliran darah yang mengalir dari dalam tubuhnya.
Anak panah itu menancap tepat pada denyut jantungnya, tubuhnya ambruk pada sebuah tangan yang tiba-tiba berada dibelakang dirinya.
Rasanya sulit sekali untuk bernafas, rasa lega sedikitnya menghampiri jantungnya yang kian berdenyut melambat. Matanya yang mulai berair menampilkan objek yang begitu dicintainya, namun tidak pernah bisa dimiliki olehnya.
Manusia memanglah tidak abadi.
Meski dia sudah memberikan kunci kehidupannya, manusia tetap tidak bisa melawan takdirnya.
Kini wanita itu terbatuk, dengan darah segar yang mengalir keluar dari sudut bibir tipisnya.
Rasa tidak puas dan dendam selalu membawa manusia pada sebuah perpecahan.
Peperangan, keserakahan yang berujung kehancuran.
Begitu pula kehancuran yang merenggut nyawa manusia yang sangat dilindungi olehnya.
Semuanya dalam keadaan rusak dan terbakar, anak panah yang menancap pada pusat kehidupan manusia itu membuat wanitanya dalam keadaan sekarat, dengan tarikan nafas yang mulai terasa berat untuk dilakukan.
"Tidak.. tidak akan. Bertahanlah sebentar lagi, itu akan menyembuhkanmu Baek.. tetaplah disini bersamaku."
Genggaman tangan wanita itu mulai melemah dengan mata sipitnya yang terasa kian memberat. Bibirnya yang bergetar memaksakan seulas senyum.
Rasanya, wanita ini sangatlah cantik bahkan hingga akhir hayatnya, paras itu sangatlah sulit untuk dihilangkan dari ingatan otaknya.
"Se-sepertinya.. i-itu sudah tidak.. bekerja lagi C-chanyeol.. rasanya sudah- lama sekali kau membantuku.. te-terimakasih sudah.. kem-kembali.. maaf- maafkan aku.."
Sudut matanya meneteskan air mata, mengalir melewati pipinya yang masih tetaplah seputih salju,
Tidak pernah ia meneteskan air mata lagi setalah puluhan tahun lamanya, namun menghadapi orang yang dicintainya meregang nyawa untuk kedua kalinya benar-benar meruntuhkan tembok kekuatannya. Karna mungkin sekarang ia tidak bisa menyelamatkan makhluk tak abadi ini, tidak untuk yang kedua kalinya.
Wanita itu menatapnya sayang, dengan air mata yang tidak berhenti keluar dari kedua pasang matanya, begitu cantik.. dengan bibirnya yang kian memucat dan dadanya yang semakin cepat bergerak naik turun untuk memaksakan udara tetap memenuhi paru-parunya.
"Jangan menangis.. kau- kau bilang.. tidak pernah melakukannya bukan.."
"Byun Baekhee.. kumohon.."
Chanyeol putus asa dengan air mata yang menguasai titik lemahnya, tangannya kian mengerat menguatkan jemari lentik yang telah berlumuran darah. Berlawanan dengan tugasnya yang menempati dunia fana, kini makhluk abadi sepertinya jatuh untuk manusia yang tengah sekarat.
"Tak apa.. aku baik-baik sa..ja.."
Bibirnya terasa kelu, tertahan untuk berucap kata ketika yang keluar hanya air mata menemani wanitanya yang kini menghembuskan nafas dan menutup mata.
"Ibu!"
Seoarang anak manusia berlari menghampiri, dengan pedang tajam berlapis darah. Keturunannya memeluk jasad wanita yang menjadi ibunya dan membawanya pada sebuah tangis yang terdengar begitu terluka, sama seperti dirinya yang segera menghilang ketika manusia lain menghampiri keberadaannya.
Yang dilakukan olehnya hanya menatap dalam diam wanita yang telah berbalut kain putih itu setelah peperangan yang berhasil dihentikan olehnya, tubuh tak bernyawa itu akhirnya hilang dalam kobaran api yang membakarnya, membawa serta kunci kehidupannya.
"Wow, kini kau kembali dengan tiga koper berisikan uang?"
Seseorang bersandar dibawah pohon yang dahannya sedang diduduki olehnya, menatap lurus pada permukiman Seoul yang kini terlihat begitu terang dengan berbagai macam gedung yang manusia bangun untuk memenuhi hasrat mereka, Seoul kini telah berubah banyak, sejak peperangan berakhir, dari waktu kewaktu negara kecil yang sudah lama diperhatikan olehnya kini benar-benar telah berovulusi menjadi negera yang siap bersaing dengan negara maju yang tersebar diseluruh dunia.
"Yah, aku hanya sedikit beruntung malam ini, ambilah satu, kau harus mengganti pakaian mu, sebentar lagi manusia kembali memasuki masa sekolah mereka, setikdanya kau harus berpenampilan seperti mereka, tidak seperti gelandangan dan berbau anjing. Itupun jika kau masih ingin mendapatkan manusia yang selama ini kau incar."
"Wah, sejak kapan kau sangat memperhatikan diriku hingga sedalam ini? Sebentar lagi bulan merah, apa ini sebuah perpisahan sebelum kau benar-benar pulang?"
"Entahlah, aku belum begitu yakin dengan apa yang kutemukan sekarang."
Makhluk lain disana mengangguk lalu mengambil sebuah koper, dibukanya adalah setumpuk uang dengan jumlah yang sangat banyak. Jika manusia saling membunuh untuk tumpukan kertas ini, maka dia sangat beruntung karna dia sudah mendapatkannya tanpa dia minta sekalipun.
"Kau sudah menemukan alamatnya? Ini semua tergantung padamu, jika memang bulan merah ini adalah yang terakhir, maka selamat jalan bung. Namun jika kau masih betah berada disini, tidak perlu sungkan, aku masih hidup untuk beratus-ratus tahun yang akan datang dan siap menemanimu jika kau membutuhkan teman."
Suara lolongan binatang buas menemani mereka ditengah gelapnya hutan yang masih belum terjamah dari ramainya perkotaan. Makhluk dibawah pohon segera bersiap setelah mendengar panggilan dari kelompoknya itu.
"Aku harus pergi, ada pekerjaan yang sudah menungguku. Pergi dan bersiaplah, sebelum kau menyesal dan terjebak disini lebih lama. Kau tidak menyukainya bukan? Oh. Terimakasih untuk tumpukan uangnya, sampai bertemu lagi saat perkuliahan dimulai."
"Kerjakan tugas akhirmu juga Kim."
Sebelum makhluk itu berlari menghampiri kelompoknya, ia sempat meringis tidak suka ketika yang lebih tua darinya mengingatkan jika ia harus mengerjakan pekerjaan manusia yang hanya membuang-buang waktunya.
"Sialan, aku bahkan akan lulus dari sana dengan bantuanmu, jangan menyuruhku mengerjakan pekerjaan manusia yang tidak penting seperti itu."
Sebuah geraman yang menjadi awalan dari berubahnya wujud manusia pada suatu makhluk lain. Sebuah lolongan kini kembali terdengar begitu jelas dari yang sebelumnya, koper yang sebelumnya dipegang dengan cara yang benar, kini beralih pada sebuah moncong dengan jejeran taring yang tajam, sebuah makhluk berukuran besar dengan empat kaki dan berbulu tebal. Terlihat menyeramkan dan buas. Jelmaan hewan itu kini pergi menyusul kawanannya, pergi untuk melaksanakan rutinitas mereka sebagai penjaga bumi.
Baekhyun terbaring dalam kasurnya, menatap tanpa alasan langit-langit kamar dengan satu lampu sebagai satu-satunya sumber cahaya yang menerangi kamarnya. Tangannya terangkat dengan sebuah ponsel dalam fitur kamera, mengarahkan lensa kecil kameranya pada sebuah lampu yang menempel diatas sana. Terlihat begitu aesthetic, hingga ibu jarinya akan menekan sebuah bentuk bulat pada layar ponselnya, tangannya kaku dan terdiam di udara.
Seperti sebuah kebiasaan yang menghiasi hari-harinya. Baekhyun tidak bisa menghentikan hobi yang sudah dikenalkan oleh ayahnya sejak sekolah dasar dulu.
Awalnya hanya sebuah kesenangan dirinya menggunakan sebuah alat canggih yang bisa mengabadikan tiap moment yang telah dilewati olehnya, namun hal yang menyenangkan itu malah membawanya pada sebuah awal mula permasalahan yang panjang.
Baekhyun senang sekali bertamasya dengan orang tuanya.
Masa kecilnya sungguh sangatlah indah dengan koleksi gaun putri layaknya dalam sebuah dongeng.
Namun dongeng yang selalu diceritakan oleh ibunya tidak sama dengan kenyataan yang dialami olehnya.
Usianya dua belas tahun saat itu.
Pertama kalinya ia merayakan ulangtahunnya seorang diri tanpa kedua orangtuanya yang bernyanyi untuknya dengan dirinya yang berada ditengah-tengah kue yang enak dengan banyak lilin yang menyala. Hari itu, Baekhyun meniup lilin dari kue ulangtahunnya seorang diri.
Tahun selanjutnya ternyata tidak lebih baik dari sebelumnya, tahun keduanya Baekhyun tidak mendapatkan hadiah ulang tahunnya, wisata keluarga yang seharusnya selalu didapatkan atas hadiah ulang tahunnya kini dilewati dengan Baekhyun yang sendirian dirumahnya karena kedua orang tuanya pergi menemui sebuah pertemuan bisnis di negera lain.
Tahun ketiganya bahkan semakin buruk.
Baekhyun terbangun dengan keadaan kamarnya yang begitu tenang, samar-samar terdengar perbincangan berasal dari kedua orang tuanya dari arah meja makan di dapur. Baekhyun sebenarnya tidak terlalu mengharapkan sesuatu dihari ulang tahunnya, namun dua tahun terakhir sedikit terasa sulit baginya karena orang tuanya terlalu sibuk dengan urusan duniawi mereka hingga mereka tidak memiliki waktu yang bisa mereka habiskan dan mereka nikmati bersama. namun sepertinya tahun ini akan berbeda, mengingat pagi ini mereka masih berada dirumah tidak seperti biasanya ketika mereka lebih memilih sarapan dikantor, Baekhyun sedikit berharap dalam hati kecilnya untuk waktu bersama yang akan mereka habiskan dalam harinya yang istimewa ini.
Namun saat dirinya turut hadir dalam meja makan keluarga, tidak ada dari mereka yang membicarakan soal hari istimewanya, sarapan pagi mereka terasa terlalu hening dari biasanya. Hingga setelah sarapan itu selesai, ibunya segera mengangkat tas kerjanya dan memberinya sebuah kecupan sebelum melenggang ke tempat kerja. Ayahnya melakukan hal yang sama, mengambil kunci mobil dan mengelus kepalanya sebelum menyusul langkah ibunya.
Mereka melupakan hari istimewanya.
Kenangan enam tahun yang lalu itu nyatanya berlangsung hingga sekarang. Tidak ada yang benar-benar spesial sejak saat itu, kecuali dengan perusahaan orang tuanya yang semakin maju dan sukses, meninggalkan anggota keluarganya demi sebuah pencapaian yang tidak abadi. Baekhyun kehilangan perhatian orang tuanya, namun tidak dengan keberadaan teman-teman disekitarnya.
Setidaknya mereka tidak sesibuk orang tuanya.
Teman-temannya begitu peduli padanya, mereka juga tidak pernah keberatan untuk mendengarkan cerita hidupnya semalaman, mereka juga pemberi saran yang andal. Mereka hampir sama.
Hampir sama untuk mengisi ruang kosong yang dibutuhkan oleh dirinya.
Namun sepertinya kedua orang tuanya yang asli tidak menyukai teman-teman yang telah menemaninya selama ini. Mereka bilang jika teman-teman baiknya itu membawa dampak yang buruk bagi dirinya.
Sebelum kelulusannya beberapa bulan yang lalu, teman-temannya mengajaknya untuk pergi liburan kedaerah pantai yang cukup terkenal. Baekhyun tentu saja tidak bisa melewatkannya dan orang tuanya pada saat itu mengijinkannya untuk ikut berlibur.
Saat sampai disana, mereka bersenang-senang bersama, Baekhyun menjadi bagian dari semua kegiatan yang mereka lakukan, bahkan saat mereka menggambar bagian tubuh mereka dengan sebuah alat yang menyakitkan.
Mereka bilang itu hanya untuk sementara, dan munkin akan hilang dalam satu atau dua minggu.
Namun kenyataannya adalah, tinta itu masih berbekas dipermukaan kulitnya hingga sekarang.
Ayahnya adalah orang pertama yang murka pada saat itu. dia menemukan potret dirinya selama mereka menikmati liburannya jauh dari rumah orang tua masing-masing.
Potret yang menampilkan dirinya menggunakan pakaian renang yang hanya menutupi bagian penting tubuhnya membuat ayahnya meninggikan suara saat berbicara dengannya, dan finalnya adalah sebuah bantingan yang menghancurkan kemeranya, cita-citanya.
Namun teman-temannya tidak berhenti begitu saja, pada saat hari kelulusan mereka mengundangnya pada sebuah pesta kecil-kecilan, bertempat di basecamp mereka seperti biasanya, mereka bilang jika malam itu tidak bisa dilewatkan begitu saja.
Orang tuanya telah terlelap, dan Baekhyun pergi mengendap-ngendap dengan sebuah kunci mobil milik ayahnya. Karna tanpa mereka ketahui, anak mereka satu-satunya itu telah menguasi mesin beroda empat berkat teman-temannya, dan beruntung karna perjalanan menuju basecampnya berakhir lancar tanpa bekas lecet dimobil ayahnya yang mahal.
Pestanya begitu sederhana namun menyenangkan.
Teman-temannya sengaja menyiapkan beberapa botol minuman untuk menemani hari terakhir mereka sebagai seorang pelajar menengah atas. Beberapa bungkus rokok turut hadir dengan hembusan asap ketika mereka menghisapnya dan meniupkan gumpalan asap itu ke udara.
Baekhyun tidak boleh berdiam diri dan bersedih begitu saja, maka dari itu temannya memberinya satu botol minuman, mereka bilang dia boleh meminumnya langsung dari botolnya.
Rasanya terlalu menyengat, dan Baekhyun tidak pernah berpikir jika itu akan berdampak buruk pada kesadarannya.
Alkohol dalam botolnya telah habis, dan malam segera menuju fajar. Baekhyun memilih untuk pulang terlebih dahulu, namun saat ia berjalan, keadaan disekitarnya seolah mengejeknya dan berputar disetiap langkahnya yang kini mulai sempoyongan.
Baekhyun pikir kesadarannya akan kembali jika ia mengemudi ditemani sebuah lagu, namun itu hanya membawanya pada hasrat untuk menaklukkan jalanan didepannya dan mendapatkan gelar juara saat sampai dirumahnya. Namun yang dihadapinya adalah sebuah hantaman keras pada bagian depan mobil ayahnya yang menabrak mobil lain yang terparkir rapih dipinggiran jalan. Baekhyun bahkan tidak sadar jika tangannya itu memutar stir kemudi hingga menabrak pinggiran jalan.
Lalu hantaman itu menimbulkan goresan darah pada bagian atas alisnya.
Saat fajar, orang tuanya pergi mendatangi kantor polisi, dengan pakaian tidur mereka yang terlihat kacau. Baekhyun masih beruntung karena masih memiliki kesadarannya yang membuatnya masih terjaga. Negosiasi dengan petugas kepolisian berakhir dengan orang tuanya yang harus membayar kerugian atas kecelakaan yang ia lakukan dan berimbas pada basecamp teman-temannya yang terpaksa harus dibubarkan ketika Baekhyun memberi tau semuanya dan para polisi segera pergi untuk mengamankan beberapa temannya yang masih berpesta disana.
Dan inilah hasil atas semua yang dilakukannya selama ia berada di California.
Terjebak dalam sebuah kamar, tanpa orang tua, tanpa teman, disebuah tempat asing.
Keinginannya mengabadikan lampu yang masih menempel dilangit-langit kamarnya terhenti ketika ia ingat jika ia kembali mendapatkan kameranya.
Dengan fitur yang lebih canggih dari miliknya yang sebelumnya.
Mereka bilang jika mereka telah memperbaiki miliknya, tapi Baekhyun jelas tau jika kilau pada lensa tanpa cacat itu bukanlah miliknya yang dulu.
Sejenak anak manusia itu memperhatikan beberapa potret baru yang mengisi kamera kiriman orang tuanya, hanya ada potret sepupu laki-lakinya serta paman dan bibinya. Benar-benar mengingatkan dirinya jika kini ia berada di rumah orang lain, sebelumnya kameranya yang dulu berisikan kebersamaan orang tuanya dan juga teman-temannya, namun mungkin kini akan terasa sulit untuk mengisi penangkap memory itu dengan objek yang memperlihatkan kedua orang tuanya.
Kini pikirannya bergelut dengan gengsinya.
Haruskah ia mengucapkan terimakasih atas kamera mahal pengganti kameranya dulu yang telah hancur?
Namun semua itu tidak sebanding dengan kenangan yang tersimpan didalamnya. Masih beruntung karena memory dari kamera lamanya masih bisa Baekhyun selamatkan, namun sekarang semuanya terasa tidak berarti karena kini Baekhyun tidak bisa menangkap objek yang diinginkan olehnya.
Darah yang mengalir diseluruh tubuhnya tetap berkata lain, sebanyak apapun rasa benci yang menjalar disetiap urat nadinya, darah teteplah lebih kental daripada air. Maka dari itu Baekhyun segera mengirimkan pesan singkat perihal dirinya telah menerima kamera yang akan menjadi modal selama ia memasuki sekolah barunya. Juga, ia menambahkan sedikit perasaan bersyukurnya karena ia ditempatkan dijurusan yang menjadi impiannya, bukan ditempat sesuai keinginan orang tuanya dengan membekali masa depannya dengan pengetahuan bisnis.
I already got the camera, it's amazing. I'm sure it is more expensive than what dad destroy before. I also got the news that I already accepted at the major that I want. Thanks mom!
Pesan yang dikirimkan anak manusia itu telah terkirim, mungkin orang tuanya tidak akan langsung membalas pesannya karna adanya perbedaan waktu yang kini membatasi komunikasi mereka.
Baekhyun kemudian mengarahkan lensanya pada lampu yang masih menyala dikamarnya, keahliannya pada bidang ini tidak berkurang meski beberapa waktu kebelakang dia hanya menggunakan ponselnya sebagai media untuk menangkap objek.
Hasil akan potret tangkapannya terlihat bagus dengan sudut pandang yang bernilai seni. Setidaknya itu mejadi modal saat memasuki masa sekolahnya kelak.
Jam kian menunjukan angka besar, ditandai dengan perasaan kantuk yang mulai membuat kedua matanya kian menyerah untuk tetap terjaga,
Hingga akhirnya kesadarannya menghilang disambut dengan sebuah perjalanan tidur yang panjang.
Langit malam menunjukan hamparan hitam bertabur bintang, dengan cuaca bagus berhiaskan sinar rembulan.
Baekhyun terlelap dengan nyaman, anak manusia itu tidur dengan damai, perasaan nyaman menyelimuti ruangan kamarnya yang terasa begitu tenang dan hangat, namun dia tidak menyadari jika seseoarang berhasil menyelinap masuk ketempat tidurnya.
Wujud yang merupakan seorang lelaki yang ia temui disebuah taman tadi pagi.
Entah bagaimana lelaki itu bisa mengetahui tempat tinggalnya bahkan sampai memasuki kamarnya. Wujud itu nampaknya masih belum bisa menampakkan dirinya pada manusia yang barusaja terlelap diatas ranjangnya, maka dari itu ia memilih untuk memperhatikan manusia yang terlelap itu pada bagian sudut samping jendela kamarnya.
Satu matanya menyala saat wujud anak manusia itu terlihat semakin jelas oleh kedua matanya.
Jika diperhatikan semakin dalam, ia yakin jika wujud itu adalah reka ulang dari manusia yang pernah ditemuinya dulu.
Namun yang lebih penting dari itu semua adalah, apakah manusia ini membawa kembali benda yang seharusnya menjadi miliknya?
Keturunan dari wujudnya yang terdahulu mungkin mewariskan benda kecil yang melingkar dileher anak manusia itu, namun anehnya, ia yakin jika benda itu bukanlah miliknya yang asli, jika memang begitu, lalu dimana ia menyimpannya?
Satu langkah maju membawanya semakin dekat pada sebuah ranjang, hembusan nafas halus terlihat dari pergerakan dada yang naik dan turun.
Ia harus segera menemukan miliknya, dan membawanya kembali.
Sebelum bulan merah kembali menjemputnya, dia harus mendapatkan kuncinya untuk pulang.
Semakin mendekat, anak manusia itu semakin membawanya pada kilasan masa lalu.
Dulu sekali..
Saat perasaannya jatuh pada makhluk rapuh dan tak abadi.
Disisi lain, Baekhyun mengeliat dalam tidurnya, saat ia rasa ia harus membalikkan tubuhnya karna bagian punggung nya sudah terasa pegal, saat itulah setengah matanya terbuka, dalam keadaan setengah sadar, ia melihat sosok itu berdiri disamping tempat tidurnya, begitu cepat saat detik selanjutnya ia membuka mata, sosok itu telah menghilang tepat dihadapannya.
"What is that?"
Dirinya bergumam dengan satu elusan pada tengkuknya yang menegang.
Memastikan keselamatannya, Baekhyun segera beranjak dari ranjangnya, mengelilingi kamarnya dan memastikan jika dirinya benar-benar sendiri dalam ruangan yang tekunci itu.
Kedua jendelannya terkunci, bahkan ia tidak membiarkan tirainya terbuka.
Pintu kamarnya juga terkunci, ia berjalan memasuki kamar mandi yang berada didalam kamarnya, namun ruangan itu terasa begitu kering sejak terakhir kali ia mamasukinya. Tidak ada yang mencurigakan hingga isi dalam lemarinya tidak menunjukan tanda-tanda ada seseorang yang bersembunyi didalam kamarnya.
Namun jika itu adalah sebuah mimpi, bukankah reaksinya terlalu berlebihan? Baekhyun yakin jika yang dilihat olehnya itu terasa begitu nyata, dengan sosok lelaki tinggi yang berdiri disamping ranjangnya.
Menit berlalu dan kini Baekhyun yakin jika ia hanya terbawa suasana mimpi buruknya. Tak ingin kembali tidur dengan otot tegangnya, Baekhyun memutuskan keluar untuk segelas air, meninggalkan kamarnya yang segera menampilkan sosok si mata merah tengah tersenyum menemani kepergiannya.
"I admit it if I just been caught Bakhyun."
Disetiap pagi, manusia memiliki kebiasan untuk berkumpul pada sebuah meja dengan berbagai macam makanan diatasnya, mereka melakukan itu seperti sebuah keharusan untuk tetap mempertahankan hidup mereka dari rasa lapar, memasukkan beberapa makanan hingga perut mereka terisi lalu pergi meninggalkan rumah mereka untuk beberapa lembar uang.
"Sehun, did you sneak into my room last night?"
Kegiatan sarapan bersama keluarga terasa sedikit aneh saat anggota baru mereka melayangkan sebuah pertanyaan sederhana dimeja makan.
"What? What for?"
Yang dicurigai merasakan keterkejutan yang menegangkan ketika adik barunya menuding sesuatu yang bahkan tidak dilakukan olehnya.
Memang dia tidak melakukannya, namun entah kenapa itu cukup membuatnya merasa was-was dengan lirikan setiap pasang mata yang berada dimeja makan mereka.
"I don't know, but I thought last night I saw someone inside my room."
Sehun mengalihkan pandangannya pada kedua orang tuanya yang memandangnya penuh tanya, dengan sebelah alis ayahnya yang menuntut sebuah jawaban.
"Apa? Ayah! Kau pasti tau aku tidak akan melakukannya. Untuk apa aku melakukan hal seperti itu? maybe it was just a nightmare Baek, last night I was sleep on my own room, and I didn't come out till this morning."
"Maybe it was a nightmare Baekie."
"What? No- no no. Its Becky aunty Xing, not Baek- kiy or whatever is that."
Kegiatan sarapannya terhenti ketika ia mendengar sebuah nama aneh yang diberikan bibinya kepadanya.
Hell- apa itu?!
"Haha, kenapa hm? We used to call that as a sufiks in Korea, like Sehunie, Baekie.. it's cute right?"
Tambahan kata itu seperti sebuah cirikhas dari pengucapan mereka di negeri ini, sebuah akhiran yang ditambahkan pada sebuah nama yang juga memiliki makna sebagai tanda kedekatan dan kasih sayang, namun Baekhyun mengeryit tidak mengerti.
Bagaimana mungkin ada hal seperti itu? gadis berdarah campuran itu sudah cukup menolak ketika orang tuanya memanggilnya dengan nama depannya, entah kenapa itu tidak cocok sekali dengan dirinya, maka dari itu ia menciptakan sendiri panggilan keren untuk dirinya,
Becky.
Itulah bagaimana teman-temannya di California mengenalnya. Dan sekarang ketika ia harus menerima panggilan baru dari tempat yang ditinggalinya..
"It sounds weird, don't call me like that."
"Haha oke then. Jadi apa kegiatan mu untuk hari ini?"
Bibi Xing memiliki kesabaran yang banyak, ia tidak merasa keberatan saat gadis muda itu menolak ketika namanya diucapkan seperti yang selalu ia lakukan ketika mamanggil anak tunggalnya.
"Aku tidak tau. Aku bertemu orang aneh ditaman, dan itu cukup membuatku malas untuk kembali bermain kesana, apa ada tempat lain yang bisa ku kunjungi? Aku ingin mengambil beberapa gambar."
"Tentu saja banyak, pemandangan seperti apa yang kau inginkan hm? aku bisa mengantarmu."
"Kau tidak memiliki kegiatan lain ya?"
"Sehunie seorang pengangguran hingga libur sekolah selesai. Kurasa ini bisa menjadi kegiatan libur mu untuk beberapa minggu kedepan, ajaklah Baekhyun untuk berkeling mungkin dengan begitu Baekhyun bisa lebih membiasakan diri dengan lingkungan barunya."
Dengan begitu gadis yang telah berimigrasi kenegeri Gingseng mulai membiasakan dirinya dengan manusia lain yang tinggal disana. Sehun mengajaknya pada sebuah bangunan dimana setiap inchi pagarnya mengait sebuah gembok dengan bentuk dan berbagai warna. Sehun bilang ini disebut sebagai icon dari negeranya, banyak turis sengaja berkunjung kemari dan mengaitkan sebuah gembok, alasannya adalah agar cinta mereka abadi dan beberapa orang percaya dengan melemparkan kunci gembok dari atas menara membuat tidak ada siapapun yang bisa memisahkan cinta mereka.
Kisah yang klasik, dan Baekhyun tidak peduli.
Yang ia butuhkan hanyalah angle yang bagus untuk hasil jepretan kamera barunya.
Tentu saja Baekhyun tidak menyadarinya ketika salah satu dari pengunjung yang memenuhi tempat yang didatangi olehnya adalah sang pelaku yang menyelinap kedalam kamarnya kemarin malam, duduk diantara pengunjung lain yang tengah menikmati pemandangan atau sekedar mengabadikan ingatan kedalam sebuah foto, berbeda dengan sosok itu yang hanya diam memandangi gadis pirang yang kini meminta lelaki yang mengantarnya untuk menjadi model fotografinya.
Malamnya tidaklah berbeda, meskipun kedua matanya terlelap, sensor tubuhnya merasa jika ia tidaklah sendirian dikamar barunya ini. Bukan bagian dari mimpinya, namun Baekhyun jelas merasa jika dirinya tengah diperhatikan ditengah lelapnya mimpi.
Sosok itu seperti menembus kelopak matanya yang tengah terpejam, memperlihatkan ruangan kamarnya dimana dirinya yang terbaring diranjang dan sosok lain yang berdiri diujung tempat tidurnya. Untuk beberapa alasan Baekhyun mengganti posisi tidurnya, dengan keadaan mata terpejam, Baekhyun mulai gelisah karena lagi-lagi entah bagaimana caranya, ia bisa merasakan jika ia tidaklah seorang diri sekarang.
Jika dulu ayahnya sering mengatakan ia harus berdoa sebelum tidur atau monster akan datang sebagai mimpi buruknya, kini Baekhyun besar yang sudah tidak mempercayai omong kosong itu lebih memilih untuk segera membuka kedua matanya lalu menyalakan lampu kamar.
Dan seperti dugaan sebelumnya, tidak ada seorang pun didalam ruangannya.
Tentu saja tidak ada.
Baekhyun mengunci pintu kamarnya, menutup rapat jendela kamarnya, bahkan angin dari luar pun tidak bisa menerbangkan tirai yang menutupi jendela kamarnya, lalu kenapa ia harus merasa jika ada orang lain didalam kamarnya? Terkadang logika memang bisa membuatmu merasa lebih tenang.
Namun siapa sangka itu hanya bertahan beberapa saat?
Karna saat Baekhyun kembali menekan saklar lampu hingga cahaya didalam kamarnya lenyap, sosok itu kembali tersenyum berdiri diujung tempat tidurnya.
Dan Baekhyun tidak mengetahuinya.
Perjalanan malamnya tidak berhenti hingga sebulan kedepan, manusia itu merasa jika dirinya telah dihantui oleh penghuni rumah pamannya. tapi tidak sulit untuk Baekhyun meyakini dirinya jika hal seperti itu tidak ada di dunia nyata. Dikuatkan oleh perkataan pamannya jika rumah mereka bersih dari campur tangan roh jahat, karena leluhur mereka sudah pasti melindungi mereka, Baekhyun semakin yakin jika hal yang menghantuinya setiap malam hanyalah sebuah ilusi yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Mungkin karena gadis Amerika itu masih belum nyaman dengan tempat tinggal barunya?
Setidaknya biarkan Baekhyun merasa aman dengan alasan logisnya itu.
Terhitung satu bulan ia menetap bersama saudara manusianya yang belum ia temui lagi setelah tiga belas tahun lamanya, tidak menunggu waktu lama bagi dirinya untuk mengelilingi Seoul, orang tuanya disana tetap mengendalikan dirinya agar tidak terlalu banyak bersenang-senang dan menyusahkan orang tua asuh barunya, kiriman dari California kembali Baekhyun dapatkan, paket istimewa dari orang tuanya berisikan tas dan peralatan sekolah baru. Ditemani selembar surat yang kembali menanyakan keadaan dirinya yang berada jauh dari rumah.
Orang tua kandungnya bilang jika mereka tidak mau membebani keluarga pamannya dengan harus mengurusi perlengkapan sekolah Baekhyun, maka dari itu mereka tetap memberikan campur tangannya mengenai segala kebutuhan pribadi dirinya.
Dan selama ini Baekhyun telah menjadi gadis baik dengan bersikap sopan dan ramah pada semua orang yang menghuni rumah pamannya. Bukan tanpa alasan, Baekhyun lebih merasa jika ia tinggal bersama kawanan mata-mata ketimbang tinggal dengan saudara dari ibunya. Mereka semua akan selalu mengawasi setiap gerak gerik dirinya, begitulah cara orang tua kandungnya di California tau tentang segala hal yang ia lakukan disini.
Yeah disini, tapi tidak disekolah barunya.
- A Half Life -
Sungkyunkwan University, South Korea.
Manusia seumuran dengannya berkumpul untuk sebuah pengumuman. Baekhyun telah mengunjungi tempat ini sebelumnya, dan informasi yang ia dapatkan tidak terlalu berbeda dengan seseorang yang tengah berdiri disebuah panggung didepan sana.
Wajah-wajah baru yang ada disekitarnya tidak terlihat mirip seperti pertama kali ia keluar dari bandara. Karena mereka semua adalah mahasiswa baru dari luar Seoul. Mereka diberi tau jika mereka akan mendapatkan kelas bahasa selama satu tahun dengan tujuan agar mereka dapat ikut andil dalam berkomunikasi menggunakan bahasa ibu mereka.
Dan Sehun sudah memberitaunya.
Tidak seperti yang dia bayangkan, hari pertama perkuliahan bisa dibilang berjalan efektif, Baekhyun bahkan mendapatkan sedikit pengetahuan tentang studi yang akan ia pelajari untuk semester kedepan.
Satu hal yang menarik adalah kelas seni lukis yang harus ia ambil pada semester pertamanya ini.
Baekhyun bisa saja seorang ahli dalam bidang memotret, tapi untuk lukis? Ia pikir itu akan sedikit menguras emosinya.
"Hey, may I sit in here?"
Seorang gadis menyapanya pada ujung meja, menunjuk pada sebelah kursinya yang masih tak berpenghuni.
"Sure."
Sebuah tas tersimpan diatas meja, dengan sosok asing yag kemudian duduk disebelahlnya.
"I saw you at Korean class before, I thought we're not in the same class for painting. Lu Han, and you?"
"Becky. Just call me like that."
"Alright then. You're on the first year, right?"
Alisnya mengerut, mengurungkan niatnya untuk mengabaikan gadis lain yang ingin mencoba menjalin pertemanan dengannya. Masih terlalu awal untuk memilki teman, pikirnya.
"And you're not?"
Bertanya balik karena rasa bingung yang mengganggu pikirannya, bukankah semua orang yang berada disini adalah mereka yang berkuliah pada tahun pertama?
"Bisa dibilang begitu, seharusnya aku berada di tahun kedua sekarang, mengingat ada beberapa hal yang harus kubereskan membuatku kembali ke China sebelum aku menyelesaikan tahun pertamaku, dan saat aku kembali, mereka bilang aku harus mengulang kembali tahun pertamaku disini."
"Oh, kau membuang-buang waktumu."
"Hahaha, mungkin, tapi aku tidak menyesalinya, kelas melukis selalu menyenangkan disetiap pertemuannya, kau akan segera merasakannya, apalagi saat kau bertemu Profesor Loey. He's too hot to ignore."
Teman barunya berbisik ketika mengatakan kalimat terakhir, namun itu cukup membuat Baekhyun tidak tertarik dengan bisikan kotor gadis Asia yang kini berusaha mendekatkan diri dengannya itu.
Lagipula, se-seksi apa lelaki dengan pangkat profesor ini? Baekhyun tidak menyukai kelas melukis, dan itulah intinya.
Sebagian besar manusia yang berada diruangan lebih memilih mengakhiri perbincangan mereka ketika sosok terakhir memasuki kelas. Beberapa tetap bungkam, namun ada beberapa manusia yang kini mulai sibuk saling berbisik dengan teman sebelahnya ketika pandangan mereka menemukan sebuah karya indah didepan kelas mereka.
"See? He's so fckn hot, isn't he?"
Seperti sebuah gravitasi.
Baekhyun tau mata kelabu itu.
Warna yang sama yang kembali menariknya kedalam sebuah ruang aneh tanpa jalan keluar.
Baekhyun tau paras itu.
Lelaki yang sama dengan rambut rapih yang ia sisir kebelakang memperlihatkan bentuk sempurna wajahnya yang begitu rupawan.
Baekhyun tau sosok itu.
Bukankah dia?
"Good morning class. Ready to start our lesson?"
- ToBeContinued -
Minal aidzin walfaidzin gengs ~
Marilah kita saling memaafkan dan melepas kerinduan WKWKWK
Oke itu bukan alibi ya.. mohon maaf lahir dan batin teman-teman, maaf ya telat mengucapkan.. gimana lebarannya tahun ini? Semoga semakin berkah bagi yang merayakannya yaa ;;)
Ini Chapter dua baru seuprit ternyata.. baru sadar kalo ternyata perjalanan ini masihlah sangat panjang hmm..
Di chapter ini aku udah membeberkan beberapa kejadian yang akan terus diperjelas disetiap chapter yang akan datang, pusing gak?
Penulisan percakapan yang aku buat miring itu menandakan flashback yaa.. biar gak pusing bacanya kalo flashback nya aku tulis miring semua hehehe.
Aku juga udah memberikan spoiler bakalan ada tokoh-tokoh baru yang akan semakin sering muncul di chapter selanjutnya, dah tau dong mereka siapa aja? ;;)
ADA YANG LAGI LIBURAN?
Biku berakar dirumah dong.. dah tau pengangguran cuman tetep aja gak mau ngerjain ini ff wkwk.
Biku senang akhirnya bisa mengakhiri hari-hari penyiksaan selama kuliah guys.. biku telah berubah menjadi quda dan bertaruh nyawa.. kalian harus tau kalau aq itu super sibuk beberapa bulan kebelakang, but now I'm totally free ;;)
Sedikit menjawab beberapa pertanyaan yang teman-teman tanyakan di kolom review /aweu
Yes. I'm a part of English Education.
And this is my last year pemirsa.
Semester depan biku mau jadi ibu guru dulu selama tiga bulan, lalu menyusun proposal dan akhirnya berkencan dengan skripsweet wkwk. Doain semuanya bisa berjalan lancar ya..
Masih terdapat typo yang bertebaran dan mungkin berapa kalimat ditulis dengan format yang salah, gapapa lah ya masih belajar hehehe.
I MISS YOU SO DAMN MUCH !
Dont forget to leave some review and I'll see you soon ;;)
For more info update go check my instagram biikachu_
aku mungkin bakalan share berbagai info mengenai ff disana, jangan lupa difollow yaa wkwk.
Update List:
Unfortunate Soul A Half Life Be Mature With Me
