Karakter: Uzumaki Naruto, Rias G, Akeno H, H Sakura, Asia A, H Hinata, Irina S, Yuuki Asuna, Kirisaki Chitoge, dll

Genre: Romance, Harem, Friendship, Drama, Slice of Life, School life, Hurt/Comfort

Peringatan : Karakter SAO&Nisekoi bertebaran dimanapun, ooc, tidak suka tidak usah di baca

Maaf kalau ada kesamaan cerita dengan fic lainnya atau kekurangan lain, karena yang namanya manusia tidak lepas dari kesalahan

Dan selamat menikmati chap kali ini

NARUTO AND THE 10 PRINCESS OF KONOHA HIGHT SCHOOL

Opening: -Stella Breeze-

Chapter 6: Kunjungan singkat Obito

Saat ini, Naruto tengah berada di jalan sambil menikmati jajanan es krim yang di jual di jalanan kota. Naruto nampak dengan sabar menunggu proses pembuatannya selesai sambil bermain dengan smartphone-nya. Hari ini setelah selesai sekolah, Naruto tidak langsung pulang kerumahnya. Namun dia memutuskan untuk pergi jalan-jalan sebentar. Ditengah kota, dengan masih memakai blazer sekolahnya, nampak beberapa siswi dari SMA lain juga berlalu lalang melewati dirinya.

Naruto bisa mendengar bahwa mereka membisikkan sesuatu, namun Naruto tidak terlalu memperdulikannya. Bahkan saat Naruto menoleh kearah mereka dengan tatapan datar, para siswi yang berbisik-bisikan sesuatu malah langsung mengalihkan wajahnya kearah lain.

"Huft, dasar"

Naruto bergumam selagi menghela nafas pelan.

Sementara itu, melihat bahwa es krim pesanannya telah selesai dibuat, Naruto merogoh sakunya untuk mengambil uangnya dan memberikannya pada sang paman pembuat es krim.

"Paman, ini uangnya, terima kasih"

Naruto kemudian mengambil es krim tersebut dan memberikan uangnya pada si paman tersebut.

Naruto kemudian melenggang pergi dari tempat tersebut dan mencari tempat yang lebih cocok.

Sambil berjalan, Naruto menjilati es krim milknya secara perlahan dan menikmati rasanya. Hm, itu adalah es krim rasa vanila, dia membeli es krim rasa vanila walau sebenarnya dia lebih suka yang rasa coklat.

Tapi, paman penjual bilang bahwa dia sedang kehabisan stok es krim rasa coklat. Pada akhirnya Naruto malah membeli yang rasa vanila.

Hari ini, kebetulan kedai ramen tempat dia bekerja sedang libur, jadi Naruto memutuskan untuk pergi keluar sebentar. Dirinya pun kebetulan memiliki tabungan uang yang cukup banyak dirumah, dan dia juga tidak terlalu khawatir bahwa rumahnya akan dimasuki perampok karena daerah tempat dia tinggal itu jarang ada penjahat ataupun yang lainnya.

Jadi disana bisa dibilang daerah yang aman, itu merupakan salah satu alasan mengapa Naruto memilih untuk tinggal didaerah itu. Tempatnya bukan cuma tenang, namun para tetangga disana juga ramah dan baik. Bahkan Naruto kenal dengan banyak orang disana. Contohnya saja, paman Iruka, seorang duda yang tinggal sendirian dirumah tanpa anak maupun istri.

Katanya sih, istirnya meninggal saat melahirkan, sementara anaknya kini pergi entah kemana tanpa memberikan kabar apapun padanya. Dan Naruto adalah orang yang paling dekat dengannya saat ini. Dia sering mampir kerumah paman Iruka, dan begitu pun sebaliknya. Lama kelamaan, mereka pun akhirnya menjadi akrab, bahkan seperti keluarga.

Dan contoh lainnya adalah, paman Izumo dan paman Kotetsu, mereka berdua sebenarnya tidak memiliki hubungan darah apapun. Tapi mereka sudah seperti saudara kandung yang dibesarkan bersama sejak lahir. Mereka berdua bekerja sebagai sopir truk. Namun beberapa hari ini mereka sedang libur, jadi Naruto pun menyempatkan diri untuk mengunjungi mereka.

Dan begitu pula dengan warga masyarakat lainnya yang tinggal di daerah itu. Dan dalam waktu singkat dia menjadi sangat dekat dengan banyak orang disana. Dan hal itu kadang membuatnya teringat akan kampung halamannya. Dimana semua orang menjalin ikatan kebersamaan dan menjunjung tinggi semangat gotong-royong

Oke, kembali ke cerita...

Saat ini Naruto sedang duduk disebuah bangku dekat pohon bunga Sakura yang masih belum mekar. Dia kini tengah menikmati es krim yang tadi dia beli.

Dia menjilati es krim dengan lidahnya secara perlahan, untuk mendapatkan rasa nikmat dari es krim tentunya dia tidak langsung menelannya, namun menahannya sebentar didalam mulut.

"Hn, Rasa vanila memang enak, tapi ternyata coklat tetaplah yang terbaik"

Gumamnya saat merasakan rasa dari es krim tersebut di mulutnya.

Naruto adalah penyuka es krim rasa coklat, jadi tidak heran jika dirinya berkata seperti itu barusan. Dengan tangannya yang kini masih memegang es krim tersebut, tiba-tiba dia merasakan smartphone yang ada didalam saku celananya bergetar.

DRRTT... DRRTT...

Hal itu sempat membuatnya merasakan semacam sensasi yang aneh, rasanya seperti ada sesuatu yang bergetar diatas kulitmu.

Naruto pun dengan segera mengambil smartphone miliknya yang ada didalam saku menggunakan tangan kirinya. Itu karena tangan kanan dia gunakan untuk memegang es krim.

Dia melihat nomor panggilan dai seseorang yang tidak dia kenal. Dua tombol juga tertera disana, kiri berwarna merah dan kanan berwarna hijau. Naruto menemkan tombol berwarna hijau dan menjawab nomor panggilna tersebut.

"Ha-hallo!"

[Korra, apa yang kau lakukan?]

Naruto mengangkat kedua alisnya, pasalnnya dari suara yang dia dengar melalui telepon tersebut adalah suara feminim seorang gadis. Namun dia tidak pernah sekalipun memberikan nomor HP-nya pada orang lain.

[Kenapa kau lama sekali datangnya!]

"Ha? Apa maksudmu?"

[Jangan berlagak bodoh, Aku tahu kalau kau ini masih tidur dirumahmu, kan ... ya ampun, tega sekali kau membuatku menunggu disini!]

Naruto langsung mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti dengan apa yang dimaksud di penelpon tersebut.

"Jujur saja, aku tidak mengerti apa maksudmu!"

[Muo, Onii-chan no Baka!]

"Hee!" pekik Naruto

Naruto memekik dengan suara yang pelan ketika dirinya dipanggil Onii-chan. 'Apa dia baru sja memanggilku Onii-chan' Batin Naruto

"Hey, hey, siapa yang kau panggil Onii-chan, asal kau tahu saja, aku ini anak tunggal, tidak punya adik maupun kakak"

[Heh, jahat sekali kau mengatakan hal itu, Tenzo Onii-chan]

"Tenzo? Hey, namaku bukan Tenzo, Namaku Naruto!"

[Heh!...]

Setelah mendengar suara memekik dari seorang gadis yang berada di telepon tersebut, mereka terdiam untuk beberapa saat. Dan dengan perasaan yang masih kesal, Naruto menunggu jawaban dari si penelpon tersebut. Namun hal itu tidak kunjung terjadi.

Dia pun akhirnya memutuskan untuk menutup telepon tersebut.

Ini pertama kalinya di mengalami hal semacam ini, salah sambung, mungkin itulah sebutan yang cocok untuk kejadian yang di alami Naruto saat ini.

"Haah, ada-ada saja!"

Naruto mengeluh sambil menghela nafas panjang, sedetik kemudian dia merasakan ada air yang mengalir di tangan kanannya. Sekilas dia melihat kelangit, bahwa hari ini tidak hujan sama sekali. Naruto pun menolehkan wajahnya keara tangan kanannya, dan dia mendapati-

"Aaa, gawat, es krim-ku mencair!"

Dia melihat es krim tersebut perlahan-lahan mulai mencair dan mengotori deker tangan miliknya.

"Aaah, jadi kotor, deh!" Ucap Naruto mengeluh

"Sebaiknya aku cepat pulang!" lanjutnya

Setelah itu, Naruto kemudian segera menghabiskan es krim di tangannya dan membereskan bawang-barangnya.

Saat ditengah perjalanan, dia berjalan melalui beberapa tempat, namun yang paling banyak adalah gedung perkantoran, maklum lah, namanya juga kota besar. Dia kini sedang berjalan pulang menuju kerumahnya.

Hari ini Naruto tidak membawa sepeda miliknya, itu karena hari ini dia memang sengaja untuk pulang tanpa naik sepeda, bukan berarti dia mau menghabiskan uang juga.

Naruto terus berjalan dengan tatapan yang datar, melewati orang-orang yang berlalu-lalang disekitarnya.

DRRT... DRRT...

Tiba-tiba dia merasakan smartphone milknya kembali bergetar.

Naruto mengeluarkan ekspresi wajah sewotnya saat itu juga.

Jika ini adalah penelpon yang sama dengan yang sebelumnya, dia akan langsung menutupnya, karena tidak ada gunannya juga menjawab panggilan telepon dari orang yang tidak dikenal.

Namun tidak, saat dia melihat nama dari penelpon tersebut-

"Obito!"

Naruto menyebutkan nama salah satu teman satu kelasnya, Obito Uchiha.

Alasan mengapa Obito bisa menelpone dirinya adalah karena beberapa hari yang lalu, Naruto memberikan nomer teleponnya pada semua teman laki-lakinya dikelas. Mengapa hanya teman laki-laki, karena jika dirinya memberikan nomer HP-nya pada teman perempuan dikelasnya, hal itu pasti akan tersbar pula pada semua fansgirl-nya. Dan tidak bisa di bayangkan jika dia mendapat pesan-pesan aneh dari fansgirlnya setiap saat. Namun pengecualian untuk Sakura dan Kosaki.

Naruto pun segera menjawab panggilan tersebut.

"Moshi, moshi"

[Moshi, Moshi, Naruto!]

"Obito, ya! ada apa kau menelpon-ku?"

[Em ... sebenarnya tidak ada apa-apa, aku hanya ingin menelpone-mu saja!]

Mendengar ucapan tersebut, Naruto langsung sweatdrop di tempat. dia lalu menghela nafas panjang dan berkata

"Haaah, dasar kurang kerjaan!, kalau tidak ada keperluan apapun, untuk apa kau menelponku?"

[Ahahaha, mafa, maaf, aku hanya bercanda, kok]

"Hft, candaanmu sungguh tidak lucu ... jadi, ada perlu apa kau menelpon-ku?" Naruto mengucapkannya dengan jeda beberapa detik pada pertengahan.

[Sebenarnya aku ingin minta tolong padamu]

"Minta tolong apa?"

[Tidak enak jika membicarakannya melalui telepon, ...]

"Lalu kau maunya bagiamana?"

[Begini saja, aku akan memberikan data lokasi tempatnya padamu!]

"Hn..."

Beberapa detik kemudian, HP milik Naruto pun kembali bergetar, nampaknya dia telah selesai mengirimkan data lokasinya pada Naruto.

[Bagaimana, apa sudah terkirim?]

"Yeah..."

[Bagus, aku ingin kau datang ketempat itu jam enam nanti, kau mengerti!]

"Ya..."

[Baguslah, kalau begitu aku pergi dulu]

"Hn..."

Setelah itu, Obito pun menutup telepone-nya. Begitu pula dengan Naruto, dia kemudian menaruh kembail Smartphone-nya didalam saku. Selain itu, beberapa orang di dekatnya terlihat memperhatikan dirinya.

Itu karena, dari tadi dia memegang HP dengan tangan kiri. Alasannya karena, deker tangan kanannya yang kotor akibat es krim tadi masih belum hilang. Dan jika memegang sesuatu akan menimbulkan sensasi aneh di tangannya. Jadi mau tidak mau, Naruto menggunakan tangan kirinya utuk memegang HP.

Dia kemudian melanjutkan perjalanannya kembali dengan tatapan datar tanpa memperdulikan orang lain yang berada disekitarnya.

SKIP TIME

Setelah beberapa saat berlalu, Naruto kini telah berada di daerah dekat rumahnya. Jalanan didepannya terlihat sepi dan juga jarang ada yang lewat, selain itu jam saat ini juga sudah menunjukkan pukul lima sore. Dia hampir tidak melihat siapapun di jangkauan pandangannya. Namun-

"Hm!?"

Ketika sedang berjalan dengan santainya di sana, Naruto melihat seorang gadis sedang membeli sebuah minuman kaleng dari mesin penjual minuman. Seorang gadis berabut silver dan memiliki mata berwarna kuning, usianya pun nampaknya lebih muda dari Naruto.

"Koneko!"

Naruto menyapa gadis tersebut,

"Oh, Naruto-senpai, kau baru pulang sekolah?"

"Yeah, begitulah, kau sendiri bagaimana?" Naruto bertanya balik

"Hari ini sekolahku sedang mengadakan rapat guru, jadinya aku pulang lebih awal!"

"Hee, enak juga ya jadi dirimu, kau bisa pulang lebih awal, tapi aku ... harus menunggu waktu yang lebih lama"

Naruto berkata sambil menaikkan kedua alisnya, mengeluhkan waktu pulang mereka yang berbeda. Tapi apa mau di kata, dia tidak bisa mengubah aturan tersebut. Jadi Naruto hanya bisa menjalaninnya.

"Lalu, apa yang kau lakukan disini?"

"Tidak ada kok, aku hanya ingin membeli botol minuman kaleng mesin penjual sialan ini!"

Naruto sedikit sweatdrop mendengar perkataan Koneko yang terdengar sedikit kasar dan sarkatis.

"Yah, mau bagaimana lagi, namanya juga mesin penjual kaleng minuman tua, wajar saja kalau sedikit rusak!"

"Hft, itu bukan sedikit lagi namanya, tapi sudah rusak beneran, sudah saatnya untuk diganti"

Ucap Koneko merutuki mesin penjual minuman yang nampak sudah tua. Mesin tersebut nampaknya masih berusia lima tahun, namun akhir-akhir ini mesin itu nampak sudah rusak dan harus diganti. Pasalnya, mesin itu seringkali tidak memberikan minuman yang diinginkan meski sudah memasukkan koin di tempatnya.

Namun sejenak Naruto berpikir, untuk apa Koneko membeli minuman diluar jika dirumahnya masih terdapat persediaan minuman yang melimpah. Selain itu, dia tangannya juga terlihat membawa barang belanjaan yang berada didalam sebuah kantong plastik.

"Apa kau baru saja dari supermarket?"

"Ya!"

"Untuk apa?"

"Membeli sesuatu"

"Memangnya apa yang kau beli?"

"Naruto-senpai, kau tidak perlu tahu!"

"Hee, ayolah!"

"Tidak boleh!"

Meski Naruto memaksanya dengan nada memelas sekalipun, Koneko tidak akan memberitahukannya. Naruto pun pasrah saja dari pada dirinya harus berdebat panjang lebar dengan bocah kelas tiga SMP yang kini berada di hadapannya.

"Ya sudahlah, ngomong-ngomong, memangnya kau tidak mau pulang, hari sudah makin sore lo"

"Ya tentu saja, kalau aku pulang telat, nanti Onee-chan akan mengomeliku!"

"Hee, begitu rupanya, ternyata kau takut dengan Onee-chan mu ya"

Ucap Naruto dengan nada sedikit menggoda Koneko, namun Koneko tidak menghiraukan dirinya dengan hanya mengeluarkan ekspresi wajah yang datar. Dia lalu berjalan melewati Naruto dan pergi begitu saja meninggalkan dirinya.

Naruto sedikit menaikkan kedau alisanya sebelum dia kemudian kembali membuat ekspresi wajah yang datar dan berjalan mengikuti Koneko.

"Senpai, kau tidak perlu mengantarku!"

"Aku tidak mengantarmu, arah rumah kita saja yang sama!"

Naruto berkata dengan nada datar, Koneko nampak tidak terlalu memperdulikannya.

Namun meski begitu, kini mereka sedang berjalan dengan saling bersebelahan satu sama lain. Jika di;ihat dari sisi pandangan orang lain, mereka berdua terlihat seperti pasangan kakak beradik meski tidak memiliki hubungan darah.

Namun daerah itu saat itu sedang sepi, karena banyak orang yang kini sedang berada dirumahnya masing-masing.

Ketika mereka hendak menyebrang di perempatan T, hampir tidak ada satu orang pun disana, kecuali satu. Ya satu, disisi lain jalan terlihat seorang pekerja kantoran berjalan kearah yang berlawanan dari mereka berdua.

Ketika dia melihat kearah Naruto dan Koneko, dia hanya menundukkan kepalanya sedikit sambil tersenyum, Naruto pun membalasnya dengan senyuman pula.

"Ha-halo"

Posisi orang itu kini berseberangan dengan mereka.

"Are ... kau baru pulang sekolah?"

"I-iya begitulah, paman sendiri bagaimana?" Naruto bertanya balik

"Seperti yang kau lihat, aku juga baru pulang kerja"

"Begitu ya, nampaknya hari ini cukup sulit bagi paman, ya?"

Naruto menanyakan hal tersebut secara tidak sengaja, karena wajah lesu dari si lawan bicaranya saat ini nampak menunjukkan hal tersebut. Namun-

"Yah begitulah, hari ini aku dapat banyak pekerjaan dari bossku dan saat dikereta aku terhimpit diantara para penumpang lain"

"Be-begitu, ya"

Mendengar seolah orang itu sedang mengeluh, Naruto membuat senyuman kikuk saat bergumam.

"Hari sudah mulai sore, sebaiknya kau cepat pulang!"

"Kalau begitu, aku permisi dulu ya, paman!"

Pria tersebut hanya memberikan anggukan kepala.

Setelah basi-basi mereka selesai, Naruto dan pria itu kemudian pergi pulang kerumah.

Namun saat Naruto hendak melangkah, dirinya menyadari kalau Toujo Koneko yang tadi bersamanya kini telah berjalan jauh meninggalkannya.

"Hft"

Naruto hanya menghela nafas pendek saat Koneko telah berjalan jauh meninggalkannya.

Saat menengadah keatas, yang dia lihat adalah warna langit cerah yang tadinya berwarna biru kini mulai berubah warna menjadi oranye menandakan bahwa hari sudah mulai sore, tepat seperti apa yang dikatakan pamman yang tadi.

Disore hari itu, Naruto merasakan perasaan yang begitu tenang seolah dia tidak mengalami hal apapun hari ini.

WUUSSH

Diiringi oleh hembusan angin sepoi-sepoi di sore hari, dirinya merasa beban yang dia tanggung hari ini seolah hilang begitu saja hiningga sebuah senyuman tipis tercipta di wajahnya.

Naruto kemudian memepercepat jalannya menuju kerumah.

Didepan kediaman Uzumaki, Naruto terlihat sudah berada didepan rumahnya dan hendak membuka pintu.

"Tadaima!"

Pintu pun terbuka saat Naruto ikut berkata.

Namun seperti biasa, tidak ada satu pun yang menjawabnya.

Selain itu, apa yang ada di depanya kini hanyalah ruang yang gelap dan minim pencahayaan. Naruto kemudian menyalakan lampu ruangan tersebut dan melepas sepatunya sebelum dirinya masuk kedalam.

Naruto kemudian berjalan menuju keruang tengah dan menyalakan lampu diruangan tersebut. Namun tetap saja, hanya suasana rumah yang sepi meski dia telah menyalakan lampu hampir disemua ruangan.

Dia melirikkan matanya kearah jam dinding yang kini telah menunjukkan pukul lima sore.

"Sebaiknya aku mandi saja dulu!"

Hanya sekedar untuk membersihkan badannya, Naruto berpikir untuk mandi terlebih dahulu sebelum makan malam. Dan juga mencuci deker tangannya yang kotor itu.

Hari ini merupakan hari yang cukup berat bagi Naruto, diwaktu jam istirahat makan siang tadi, dia hampir tidak bisa memakan bento buatannya sendiri dengan tenang gara-gara fansgirl-nya sendiri. Ditambah lagi diwaktu jam pelajaran olahraga, dia di tuntut untuk berlari keliling lapangan sebanyak dua puluh lima kali. Padahal paling sering hanya sepuluh kali putaran saja.

Ini gara-gara Maito Guy, seorang guru berpenampilan gaya rambut mangkok dan alis tebal yang sangat terobsesi dengan yang namanya semangat masa muda. Sama seperti Lee yang semangatnya itu terlalu Over, mereka berdua benar-benar seperti pinang dibelah dua. Mulai dari gaya rambut dan semangat yang over, benar-benar sama persis. Dia benar-benar membuat semua murid dikelasnya kelelahan termasuk dirinya.

Dan yang parah adalah saat dirinya tengah berganti baju, para fansgirl-nya berusaha mati-matian untuk mengintip dirinya ketika sedang telanjang. Otomatis, Naruto harus mencari tempat yang lebih aman untuk berganti baju, Yaitu di toilet laki-laki.

Setelah selesai mandi, Naruto kemudian segera menuju kekamarnya untuk berganti baju kemudian menyiapkan makan malam. Dan tentu saja, saat ini Naruto sudah memakai deker tangan lainnya.

Namun-

TING TONG

Ketika dirinya hendak pergi kedapur, dia mendengar seseorang yang tengah membunyikan bel rumahnya barusan.

Dan dibukalah pintu tersebut.

Disana dia mendapati seorang pemuda berambut jabrik pendek dan memakai jaket berwarna hitam.

"Yo, Naruto!"

Naruto melebarkan matanya saat menyadari bahwa pemuda tersebut adalah-

"O-Obito, bagaimana kau bisa ada disini?"

"Aku berpikir untuk lebih baik mendatangimu saja sekalian juga untuk berkunjung kerumahmu!"

"Ka-kalau begitu, masuklah dulu!"

Naruto kemudian mempersilahkan temannya itu untuk masuk kerumahnya.

Dan seperti kebanyakan orang, dia meminta Obito untuk menunggu di ruang tamu sementara dia sendiri menyiapkan teh hangat sebagai jamuannya.

"Silahkan diminum!"

"Arigatou!"

Obito kemudian menyeruput teh buatan Naruto tersebut.

Setelah selesai menyeruput teh tersebut, Obito kemudian menaruh kembali cangkir teh tersebut kembali di meja.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

"Jadi begini, aku ingin membicarakan soal tugas yang diberikan Kakashi-sensei padaku tadi siang!"

Mendengar perkataan Obito barusan, Naruto langsung membuat senyuman jahilnya.

"Are ... tidak biasanya kau membicarakan soal tugas, padahal biasannya kau hanya tertarik soal sesuatu yang menyenangkan seperti bermain game"

"Kau mau dengar atau tidak!?" Ucap Obito dengan nada sedikit kesal.

"Ehehe, maaf, maaf, aku hanya bercanda!"

"Dasar, ternyata kau punya sifat yang menyebalkan juga, ya!"

Sambil mendengar Obito mendengus kesal, Naruto hanya terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Naruto mengangkat sedikit kepalanya sambil mengingat-ingat tugas yang diberikan Kakashi-sensei, namun dia sama sekali tidak mengingatnya.

"Tunggu sebentar, aku tidak ingat kalau Kakashi-sensei memberi tugas kepada kita"

"Bukan untukmu bodoh, tapi untukku, aku kan sudah bailang barusan! ... Kakashi-sensei memintaku untuk mengumpulkan data diri setiap siswa di kelas kita"

"Data diri? Untuk apa?"

"Besok itu, kita kan ada karya wisata, setiap perangkat kelas diberikan tugas masing-masing. Ketua kelas kita di tugaskan untuk membagi murid kelas kita menjadi beberapa kelompok, laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan maksimal anggotanya enam orang. Dan aku diminta mengumpulkan data diri setiap siswa di kelas kita"

"Begitu, ya ... tapi, kenapa kau tidak melakukannnya tadi siang saja?"

"Aku sudah melakukannya, semua data diri teman-teman kita sudah ada padaku, hanya kau saja yang belum"

"Jadi, kau datang kesini hanya untuk meminta data diriku? Bukankah kau bisa melakukannya besok, atau kalau tidak bisa dilakukan lewat telepon, kan?"

"Aku lebih suka ketemuan secara langsung dari pada lewat Telepon, selain itu, aku diminta untuk datang lebih awal dan mengumpulkan data diri teman-teman satu kelas kita besok"

Obito mengucapkannya sambil menunjukkan sebuah kertas yang dia keluarkan dari saku celananya. Naruto mengambil dan membaca setiap bagian dari kertas tersebut.

"Jadi, ini data diri yang harus aku isi?"

"Ya begitulah, dan ini penanya"

Obito kemudian menyerahkan sebuah pena yang di bawa pada Naruto.

Naruto pun mengisi data dirinya dengan pena itu, setelah selesai dia pun mengembalikannya pada Obito.

"Sudah selesai, sekarang tinggal masalah yang kedua"

"Kau masih ada tugas lainnya lagi?" Ucap Naruto sambil meniakkan sedikit kedua alis matanya

"Bukan itu, aku ingin meminjam buku catatan mapel sejarah milikmu, soalnya punyaku kurang lengkap"

"Memangnya, teman-teman yang lain tidak meminjamkannya padamu?"

"jika yang kau maksud adalah Kiba dan yang lain, aku rasa tidak"

Naruto merasa kalau Obito juga punya alasan tersendiri berkata seperti itu.

Jika disekolah mereka terdapat para gadis cantik yang mendapat julukan '10 Princess of Konoha Hight School', maka mereka adalah kebalikanya. Kumpulan siswa laki-laki yang mendapat julukan 'The Losers of Konoha Hight School'.

Itu karena sifat mereka, contohnya Shikamaru si jenius yang super malas, Choji si gendut tukang makan, Lee dengan semangatnya yang terlalu over, Kiba si pecinta anjing namun benci dengan sayuran, Sai dengan sifatnya yang sedikit aneh, Shino di pecinta serangga, dan ada juga Yamada, Menma dan Tsubaki yang dikenal dengan trio pembuat masalah dari kelas satu.

Sementara Obito sendiri, dia normal dan tidak memiliki masalah apapun, namun gara-gara bercampur dengan mereka semua, dia jadi ketularan sifat aneh mereka, begitu pula dengan Raku.

Banyak orang yang sering bertanya-tanya, mengapa Naruto mau saja berkumpul dengan orang-orang itu. dan alasan sederhana yang dia katakan adalah 'Tidak peduli apa kata orang, mereka tetaplah temanku'. Yah walau sifat mereka seperti itu, teman tetaplah teman.

Naruto sesaat membuat wajah lesu ketika mengingat sifat dari teman-temannya itu.

"Haah, baiklah aku akan mengambilkan bukunya, kau tunggu saja disini"

Naruto kemudian pergi dari ruang tersebut menuju kekamarnya untuk mengambil buku catatan mapel sejarahnya.

Sementara Obito menunggu diruang tamu, dan tidak lama kemudian Naruto pun kembali dengan membawa buku itu.

"Ini!" Ucap Naruto sambil menyerahkan buku catatannya.

"Arigatou, Naruto!"

Obito kemudian menyadari akan seseuatu yang kurang dari kediaman Naruto ini.

"Naruto, apa kau tinggal sendirian disini?"

"Ya begitulah"

"Lalu, kemana orang tuamu?"

Saat itulah, Naruto langsung terdiam, dia tidak menyangka bahwa dirinya akan mendapat pertanyaan seperti itu dari temannya. Sambil mengarahkan pandangannya kearah yang lain, dengan kepala yang sedikit menunduk, Naruto pun memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Mereka ... sudah meninggal"

"Eh!"

"Kau tahu kan, soal peristiwa kota yang hangus terbakar tujuh tahun yang lalu?"

"Kejadian itu ... jangan bilang kalau, kau..."

Berkata dengan nada sedikit shock, ucapannya menggantung.

"Tujuh tahun yang lalu, kebakaran besar terjadi di tempat tinggalku, Api kebakaran menjalar hingga 80% Kota hangus terbakar. Aku dan orang tuaku adalah korban dari kejadian itu, namun nyawa mereka berdua tidak berhasil diselamatkan saat tragedi itu terjadi"

Naruto kemudian membuka deker tangan panjang yang menutupi bekas lukanya. Mata Obito langsung membulat sempurna saat melihat kondisi kedua tangan Naruto.

Kulitnya terkelupas seperti habis dikuliti, sehingga menampakan bagian kulit yanga ada di bawah lapisan kulit yang terkelupas itu. Warna merah dari luka bakar tersebut ada ditelapak tangan, punggung telapak tangan, dan hampir di setiap area lengan bawahnya.

"Ini adalah bekas luka yang aku dapatkan dari tragedi itu" Ucap Naruto

"Luka fisik yang aku dapat saat karena tragedi itu bisa sembuh, namun luka dihati yang kuterima karena kematian orang tuaku..."

Naruto langsung menghentikan ucapannya di tengah-tengah

Untuk beberapa saat, Obito tidak bisa berkata apapun saat ini.

Naruto yang merasa sudah cukup memperlihatkannya kemudian kembali memakai deker tangannya itu

Kali ini giliran Obito lah yang tercekat saat mendengar ucapan Naruto barusan, apa lagi melihat kondisi tangannya barusan. Obito pun langsung menunjukkan ekspresi wajah sendu dan meminta maaf.

"Aku minta maaf, karena ..."

"Tidak apa-apa, lagi pula aku tidak terlalu memikirkannya, kok"

Naruto berkata dengan nada tegar.

"Tapi ... aku ingin minta satu hal darimu, Obito!"

Obito kemudian langsung kembali mengangkat kepalanya.

"Tolong jangan katakan hal ini pada siapun di sekolah!"

"Eh, tapi..."

"Aku mohon padamu, aku tidak mau mendapat belas kasihan dari orang lain hanya karena ini"

Naruto memohon dengan sangat kepada Obito.

Namun melihat keinginan kuat dari Naruto, Obito Obito tidak punya pilihan lain selain mengiyakan permintaan temannya itu.

"Baiklah" Ucap Obito

mendengar ucapan persetujuan dari Obito tersebut, Naruto tersenyum lepas.

"Arigatou, Obito"

Pada hari itu, ini merupakan kedua kalinya Naruto mengungkapkan rahasianya pada orang lain.

Yang pertama adalah saat dia pertama kali datang kesekolah beberapa waktu yang lalu. Tepatnya ketika dia pertama kali bertemu dengan Sakura dan Rias. Jadi bisa dikatakan bahwa Obito, Rias dan Sakura adalah orang yang mengetauhi rahasia milik Naruto.

Disaat itu, Naruto dan Obito pun kemudian berniat untuk meleburkan suasana yang nampak sedikit canggung dengan canda dan tawa sampai mereka lupa waktu.

Hari itu langit sudah mulai gelap, dan jam di dinding juga telah menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit.

"Sudah selarut ini, ya! sebaiknya sekarang aku pulang!"

"Heh! Kau yakin, tidak mau makan malam disini dulu?" Tanya Naruto

Mendengar tawaran Naruto, Obito menolaknya dengn halus

"Tidak terima kasih, aku sudah berjanji pada ayah dan ibuku untuk pulang sebelum makan malam"

"Be-begitu rupanya,"

Obito kemudian segera membereskan barang-barangnya kembali dan beranjak untuk pulang kerumahnya. Karena orang tuanya yang memintanya untuk pulang sebelum makan malam, Naruto pun tidak bisa memasakan kehendaknya.

"Oh iya, sebelum kau pergi ... ada satu hal yang ingin aku tanyakan!"

"Memangnya apa yang ingin kau tanyakan padaku?"

"A-anu ... em, dari mana kau tahu kalau aku tinggal disini, mengingat aku tidak pernah sekalipun membocorkan alamat rumahku pada orang lain?"

"Oh, kalau soal itu ... Aku melacak sinyal Smartphon milikmu menggunakan Smartphon milikku, namun karena ada kemungkinan lokisanya kurang akurat, aku memutuskan untuk bertanya pada warga sekitar"

"Oh, begitu ya!"

Obito hanya membalasnya dengan sebuah tawa kecil yang keluar dari mulutnya itu sebelum kemudian dia melenggang pergi dari rumah Naruto

Saat itu, dia pergi dari pulang kerumahnya dari ruamh Naruto menggunakan sebuah motor sport. Dan ketika dia melihat teman satu kelasnya itu pergi dan mulai menghilang dari pandangannya, Naruto sendiri malah sweatdrop di tempat.

'Di-dia punya motor sport!?'

Beberapa saat setelahnya, barulah Naruto masuk kembali kedalam rumahnya. Dia tentu tidak melupakan soal makan malamnya, namun dia memutuskan untuk memasak ramen instan saja yang lebih praktis.

Bukan karena malas memasak, namun kunjungan dari Obito tadi cukup memakan waktu

Untuk pertama kalinya, hari itu menjadi hari yang cukup istimewa bagi Naruto. Setelah hampir tujuh tahun lamanya, itu adalah kali pertama teman sekelasnya datang kerumahnya.

Ending: -Michi to You All-

BERSAMBUNG...

Yosh, akhirnya selesai juga chap kali ini. Setelah berasil menyelesaikan chap kali ini, author memutuskan untuk langsung mengup fic ini. Dan karena belum banyak ide yang muncul di otak saya, jadi maaf kalau chap kali ini lebih pendek dari sebelumnya dan juga semoga chap kali ini bisa memuaskan bagi para reader-san.